KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA ASTRIANA BAITI SINAGA

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Materi Minggu 2. Kelompok Kerja (Teamwork)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

Konsep Dasar Dalam Sistem Sosial Budaya. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KESIMPULAN DAN SARAN

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

MATERI TAMBAHAN KEWIRAUSAHAAN PTIK

BAB I PENDAHULUAN. segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah

JURNAL P ENYULUHAN FUNGSI AGIL DAN KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA

Ida Yustina, Prof. Dr.

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

43 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Untuk menjelaskan kerangka penelitian ini, dimulai dari alasan penelitian ini dilakukan, kemudian mencoba mencari jawaban secara deduktif untuk mengungkapkannya, teori dasar yang menjadi analisis utama, kemudian penelitian secara induktif untuk memperoleh jawaban yang jelas akan masalah tersebut. Tantangan Keluarga dalam Masyarakat Fagan (1995) menyatakan bahwa elemen paling penting dari terbentuknya masyarakat yang aman adalah melalui komitmen perkawinan, dimana terbina hubungan kasih sayang orangtua dan anak, serta kemampuan anak mengadakan hubungan dengan anak lain, juga terjalinnya persahabatan yang kuat dan kerjasama antar anggota keluarga. Keluarga harus menjalankan fungsinya dengan sebaik mungkin agar pembentukan sumberdaya manusia berkualitas dapat tercapai. Seorang anak memerlukan perlindungan dari segala bahaya yang berasal dari lingkungannya setelah fase extra-uterine nya yang aman, dan hanya keluarga dapat mensosialisasikan individu sehingga menjadi individu yang otonom bebas dan emansipatif (Berger dan Berger, 1984). Tulisan Fagan (1995) juga telah memberikan bukti-bukti empiris tentang kehancuran masyarakat Amerika dan tingginya kejadian kriminalitas dalam masyarakat Amerika. Ia mengungkapkan dengan jelas permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut, yang dalam analisanya terjadi melalui beberapa tahap yaitu: (1) Perpecahan dalam keluarga di mana disorganisasi keluarga menyebabkan anak-anak kehilangan cinta kasih orang tua, sehingga sering terjadi depresi pada anak. Hal ini juga berhubungan dengan ketidakhadiran ayah dan ketiadaan otoritas dan disiplin yang juga menjadi sumber penyimpangan perilaku pada anak, (2) Melalui pengalaman diri dalam masyarakat, dimana anak mulai masuk sekolah dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan masyarakat yang lebih luas. Adanya kegagalan dan rasa frustasi di sekolah, kurangnya peran sekolah serta tumbuhnya gang-gang baru yang membentuk anak menjadi anti sosial dan nakal, dan (3) Melalui

44 kejadian kriminalitas yang cenderung meningkat di kota-kota besar Amerika mulai era 80-an, yang ia percaya juga berkaitan dengan kekejaman dan kekerasan yang terjadi di dalam keluarga. Inilah pentingnya sebuah keluarga yang berfungsi untuk menjamin perkembangan anak. Menjaga keberlangsungan keluarga agar tetap bertahan dalam situasi yang sangat kompleks merupakan tantangan bagi setiap keluarga. Krysan, et.al. mengatakan bahwa landasan teoritis dari keluarga yang kuat adalah teori struktual fungsional karena seluruh anggota keluarga yang terdiri atas struktur ayah, ibu dan anak saling bekerja sama membentuk ikatan yang harmonis dengan menjalankan seluruh peran (fungsi) yang jelas untuk membentuk keluarga bahagia. Keberlangsungan keluarga tentunya sangat ditentukan efektifitas pelaksanaan fungsi keluarga. Parsons memformulasikan konsep functional imperatives terutama dalam kaitannya dengan masalah kelangsungan hidup sistem sosial, termasuk keluarga. Parson meyakini bahwa perkembangan keluarga juga berarti berkaitan erat dengan perkembangan ke empat unsur fungsi (teori tindakan) agar dapat menjaga keberlangsungan keluarga yang disingkat dengan AGIL, yaitu: (1) Fungsi adaptasi (adaptation) (2) Fungsi pencapaian tujuan (goal attainment) (3) Fungsi integrasi (integration) (4) Fungsi latensi (latency) Konsep Parsons dapat juga melihat keluarga sebagai sistem interaksi kolektif dan tingkat perilaku, merujuk pada persekutuan hidup (social community) dan ini dinilai sebagai inti sari struktur sosial yang fungsi utamanya adalah mengintegrasikan. Fungsi integratif ini setidaknya bisa ditunjukkan dalam dua hal: pertama, memberikan kriteria dan atau identitas keanggotaan dalam sistem sosial; kedua, menciptakan norma sosial yang mengatur hubungan individu dan subkolektif dalam sistem sosial. Fungsi adaptasi tersebut akan dilaksanakan dengan tujuan fungsi ekonomi, fungsi pencapaian tujuan akan dilaksanakan terkait dengan pemaksimalan potensi dalam keluarga untuk pencapaian tujuannnya, fungsi integrasi akan dilaksanakan membangun kebersamaan, komitmen, keeratan keluarga. fungsi integrasi bertujuan untuk untuk mempertahankan dan atau menegakkan pola dan struktur di dalam keluarga (Parsons, 1960:57). Fungsi adaptasi akan melaksanakan fungsi-fungsi ekonomi, misalnya melaksanakan produksi dan distribusi barang dan atau jasa. Subsistem ini juga akan

45 menghasilkan fasilitas-fasilitas atau alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan keluarga. Fungsi pencapaian tujuan akan melaksanakan fungsi distribusi kekuasaan dan juga memonopoli penggunaan unsur paksaan yang sah (legalized power) dan juga akan bekerja untuk memaksimalkan potensi masyarakat untuk mencapai tujuan keluarga. Integrasi berkaitan erat dengan upaya keluarga mempertahankan tata cara dan keterpaduan antara komponen-komponen sistem yang saling berbeda pendapat, pandangan, dan kerangka moralitas untuk mendorong terbentuknya solidaritas sosial. Fungsi latensi menangani urusan pemeliharaan nilai-nilai dan norma-norma budaya yang berlaku dalam proses kehidupan berkeluarga terutama untuk tujuan kelestarian struktur keluarga. Subsistem pemeliharaan pola ini akan mamaksimalkan komitmen sosial, motivasi dan mengendalikan ketegangan perasaan-perasaan individu, sehingga mereka dapat melaksanakan dan berpartisipasi dengan baik dalam kehidupan sosial. Fungsi-fungsi keluarga menurut Talcott Parsons inilah akan menjadi acuan teori dalam penelitian ini untuk melihat fungsi keluarga. Berdasarkan keterangan di atas, maka keluarga yang berfungsi dan keluarga yang tidak berfungsi didefinisikan pada Tabel 3. Tabel 3. Keluarga yang Berfungsi dan Tidak Berfungsi Keluarga yang Berfungsi Keluarga yang Tidak Berfungsi 1 Memiliki kapasitas ekonomi keluarga Tidak mampu mengatasi masalah-masalah ekonomi keluarga 2 Memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri di dalam keluarga Memiliki hambatan untuk mengembangkan diri 3 Mampu melaksanakan kepemimpinan dalam keluarga Kesulitan untuk mendorong dan memotivasi keluarga 4 Ada manajemen yang baik dalam keluarga Kesulitan dalam mengelola keuangan, mengatur dan mengawasi aktivitas anggota keluarga 5 Berjalannya norma keluarga Tidak berjalannya norma keluarga 6 Terbinanya pola interaksi yang baik antara suami- istri anak Tidak terjadinya pola interaksi yang baik antara suami- istri anak 7 Terbangunnya kultur kebiasaan yang baik dalam keluarga bedasarkan nilai agama yang dianut Tidak terbangunnya kebersamaan dalam keluarga Pemberdayaan Keluarga Penanggulangan kemiskinan dengan basis pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah usaha menanggulangi kemiskinan yang dimulai dengan aras mikro. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat lebih dimaknai sebagai proses penguatan kapasitas masyarakat mulai di aras komunitas lokal, mulai dari individu,

46 kelompok, hingga organisasi untuk sampai pada keupayaan menentukan pilihanpilihan yang dinilai dapat meningkatkan pemenuhan hajatnya, meskipun sebenarnya, pemahaman pemberdayaan beragam, mulai dari yang sangat strukturalis-radikal dalam kerangka merebut dan merubah struktur kekuasaan agar menghilangkan penindasan hingga pada pengertian yang menekankan proses berbagi kekuasaan antar pihak. Pemberdayaan pada dasarnya dapat dipahami oleh dua kecenderungan. Pertama, proses yang menekankan pada pemberian, pengalihan kekuasaan, kekuatan dan kemampuan kepada masyarakat agar individu-individu dalam masyarakat dapat meningkatkan kapasitas diri. Proses ini pada umumnya dilengkapi dengan upaya membangun aset materi guna mendukung kekuatan individu yang berlanjut dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan organisasi. Kedua, proses stimulisasi yang mendorong motivasi individu agar meningkat keupayaannnya melalui sebuah proses dialog (Harry Hikmat, 2004). Berdasarkan berbagai pemahaman pemberdayaan diperoleh beberapa aspek yang menjadi perhatiannya, yaitu: (1) Peningkatan peluang masyarakat dalam melakukan pilihan-pilihan, (2) Peningkatan derajat kebebasan seseorang atau masyarakat dalam mengembangkan hidupnya, (3) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam penguasaan sumberdaya ekonomi, dan (4) Peningkatan posisi kewenangan dalam menentukan suatu pilihan. Artinya, pemberdayaan adalah sebuah proses yang memberi ruang kepada masyarakat untuk mengembangkan dirinya dalam kaitan partisipasi dalam berbagai hal, memperluas jaringan sosial, mencapai kemandirian, dan keadilan. Dengan demikian, pemberdayaan itu dapat dikatakan sebuah proses yang berjenjang mulai dari aras individu, keluarga, kelompok, organisasi hingga masyarakat yang lebih luas. Pemberdayaan mengenal beragam dimensi, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik. Komunitas yang telah berdaya selanjutnya diharapkan menjadi basis dalam proses pemberdayaan ke arah masyarakat lebih atas. Prosesnya mulai dari dimensi pemberdayaan ekonomi, sosial hingga politik. Oleh karena komunitas yang telah berdaya ini boleh jadi dapat menjadi pembangkit rasa percaya diri dari komunitas lain untuk mencoba berinisiatif mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas tindakan sendiri. Dalam konteks pemberdayaan maka keluarga yang berdaya adalah keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarga, mampu berinteraksi dengan baik

47 internal dan eksternal dengan nilai-nilai agama yang dianut serta memiliki motivasi untuk perubahan keluarga yang ditandai dengan kemapuan mengelola emosi dan terbangunnya kualitas spritual keluarga. Ciri-ciri dari keberdayaan memiliki kesamaan karakteristik keluarga sukses (successful families) dan keluarga sehat (healthy families). Krysan dkk (1990:2-3) melakukan penelitian identifikasi keluarga sehat, mengkaji komponen serta pemilihan pengukurannya. Kajian terhadap berbagai penelitian karakteristik keberdayaan keluarga menjelaskan komponennya terdiri dari komunikasi, dorongan berprestasi, komitmen keluarga, orientasi agama, hubungan sosial, kemampuan adaptasi, penghargaan. Nick Stinnet & Jhon (1985:29) merinci komponen kekuatan keluarga: komunikasi, komitmen keluarga, kualitas spritual, hubungan sosial, kemampuan menghadapi krisis, apresiasi. Judson Swihart (1988:75) menetapkan komponen kekuatan keluarga adalah komunikasi, komitmen keluarga, orientasi agama, hubungan sosial, kemampuan beradaptasi, kebebasan berekspresi, dorongan terhadap keluarga, peran yang jelas. Rincian komponen kekuatan dari berbagai pendapat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komponen Kekuatan Keluarga menurut Krysan&Zill, Nick Stinnet&Jhon, Judson Swihart, dan Dalam Kajian Penelitian 1. Krysan & Zill 2. Nick Stinnet & 3.Judson Swihart Kajian Penelitian Jhon Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komitmen keluarga Komitmen Komitmen keluarga Komitmen terhadap keluarga Orientasi agama Kualitas spiritual Orientasi agama Kualitas keberagamaan Hubungan sosial Hubungan sosial Hubungan sosial Hubungan dan interaksi dengan lingkungan Kemampuan adaptasi Kemampuan menghadapi krisis Kemampuan beradaptasi Kemampuan menghadapi masalah Penghargaan Apresiasi Kebebasan berekspresi Kemampuan mengelola emosi Dorongan berprestasi Dorongan terhadap keluarga Motivasi untuk perubahan keluarga Peran jelas Peran yang jelas Pemenuhan kebutuhan pokok Waktu kebersamaan Waktu kebersamaan Apabila dirangkum keberdayaan itu menjadi kondisi dinamis keluarga yang ditunjukkan pada kemampuan keluarga dalam pemenuhan dan mengatasi masalahmasalah kebutuhan pokok keluarga, mampu membangun interaksi dengan lingkungan internal keluarga (yang tercermin lewat komunikasi yang positif, menjaga komitmen keluarga) dan interaksi dengan di luar lingkungan keluarga yang didasari nilai-nilai

48 agama yang dianut, memiliki motivasi untuk memperbaiki keluarga yang ditandai kemampuan mengatasi emosi dan didukung oleh kualitas spritual keluarga. Berdasarkan keterangan di atas, maka keluarga yang berdaya dan keluarga yang tidak berdaya didefinisikan pada Tabel 5. Tabel 5. Keluarga yang Berdaya dan Tidak Berdaya Keluarga yang Berdaya 1 Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik keluarga (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan) 2 Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sosial keluarga yang ditandai dengan terbangunnya interaksi/ huibungan yang harmonis di dalam keluarga (yang tercermin lewat komunikasi yang positif dan saling bekerjasama dalam membangun komitmen keluarga) dan di luar lingkungan dkeluarga didasari nilai-nilai agama yang dianut 3 Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis keluarga yang ditandai Memiliki motivasi untuk memperbaiki kondisi keluarga yang ditandai dengan kemampuan mengelola emosi, dan dukungan kualitas spritual keluarga Keluarga yang Tidak Berdaya Memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan fisik keluarga (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan) Memiliki keterbatasan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sosial (hubungan yang kurang harmonis di dalam keluarga, kurang bekerjasama dalam membangun komitmen keluarga Memiliki keterbatasan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis, kurang motivasi untuk memperbaiki kondisi keluarga, ketidakstabilan emosi, kualitas spiritual yang belum baik Lingkungan Pelaksanaan fungsi keluarga tentunya juga dipengaruhi oleh lingkungan, yang dianggap sebagai faktor eksternal yang memberikan kontribusi baik secara positif maupun negatif dalam mempengaruhi perilaku anggota keluarga. Lawrence Green (1980) mengatakan, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor pokok: (1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yakni faktor pencetus timbulnya perilaku seperti pikiran dan motivasi untuk berperilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan keyakinan, nilai dan persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu untuk berperilaku. (2) Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors), yakni faktor yang mendukung timbulnya perilaku sehingga motivasi atau pikiran menjadi kenyataan, termasuk di dalamnya adalah lingkungan fisik dan sumber-sumber yang ada di masyarakat. (3) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors), yakni

49 faktor yang merupakan sumber pembentukan perilaku yang berasal dari orang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku, seperti keluarga, teman, guru atau petugas kesehatan. Faktor lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akses terhadap informasi atau media informasi, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan kondisi lingkungan tempat tinggal. Akses Terhadap Informasi Kaye (1997:59) mengemukakan bahwa untuk mampu mengenali inti permasalahan yang sebenarnya, kita dituntut untuk memperoleh informasi lebih banyak. Informasi merupakan bahan mentah untuk menjadi pengetahuan, dan pengetahuan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Slamet, 2001). Di sisi lain, informasi juga merupakan unsur yang penting bagi terbentuknya persepsi dalam diri seseorang terhadap objek, stimulus yang diterimanya. Dalam penyuluhan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat, yakni informasi yang bermakna dengan ciri-ciri (Asngari, 2001): (1) Secara ekonomis menguntungkan, (2) Secara teknis memungkinkan dapat dilaksanakan, (3) Secara sosial psikologis dapat diterima sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan (4) Sesuai dengan kebijakan pemerintah Informasi yang bermakna tentang suatu objek, diharapkan dapat membentuk persepsi yang positif dalam membentuk diri seseorang. Persepsi sendiri merupakan proses awal bagi manusia untuk memberi tanggapan (respons) atas stimulus yang diterimanya melalui panca indera. Sarwono (1997) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami dengan menggunakan indera, sedang untuk memahami diperlukan kesadaran atau kognisi. Sesuai dengan paparan di atas maka dapat digambarkan dalam alur pikir dan proses penelitian keberdayaan keluarga pada Gambar 2, sedangkan pola hubungan antar variabel yang digunakan disajikan pada Gambar 3.

Pendidikan Suami Pendidikan Istri Tingkat pendapatan Keluarga Usia Suami Menikah Usia Istri Menikah Jumlah Anak Jumlah Tanggungan Motivasi Pernikahan Persepsi peran orang tua Gaya Hidup Keluarga Analisis Deduktif Kajian Teori Hasil Pengamatan Masukan dari para ahli 50 Lingkungan Internal Keluarga Analisis Deduktif Kualitas SDM Keluarga yang berfungsi Memiliki kapasitas ekonomi keluarga Memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri Mampu melaksanakan kepemimpinan dalam keluarga Ada manajemen yang baik dalam keluarga Berjalannya norma keluarga Terbinanya pola interaksi yang baik antara suami- istri - anak Terbangunnya kultur kebiasaan yang baik dalam keluarga bedasarkan nilai agama yang dianut Keluarga yang tidak Berfungsi Tidak mampu mengatasi masalah-masalah ekonomi keluarga, Memiliki hambatan untuk mengembangkan diri, Kesulitan untuk mendorong dan memotivasi keluarga, Kesulitan dalam mengelola keuangan, mengatur dan mengawasi aktivitas anggota keluarga, Tidak berjalannya norma keluarga, Tidak terjadinya pola interaksi yang baik antara suami- istri anak Tidak terbangunnya kebersamaan dalam keluarga Keluarga yang berdaya Mampu memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis keluarga Keluarga yang tidak berdaya Tidak Mampu memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis keluarga Penyuluhan Paradigma Lama - Sekedar menyampaikan informasi - Top Down Planning - Non partisipatif - Bersifat monologis, abstrak, dan verbal - Ketergantungan terhadap penyuluhan - Cara : Ceramah, Presentasi tulisan atau gambar, Tanya Jawab Penyuluhan Paradigma Baru - Penyuluhan keluarga merupakan proses perubahan perlaku keluarga- - Bottom Up Planning - Partisipatif - Bersifat dialogis, nyata, dan terapan - Sustainability (Perubahan yang berkelanjutan) - Cara : Diskusi kelompok, Simulasi, Demonstrasi, Praktek Kerja, Kunjungan lapangan Strategi Penyuluhan Pemberdayaan Keluarga Meningkatkan Kualitas karakteristik keluarga Peningkatan Fungsi AGIL dalam Keluarga Lingkungan Eksternal Keluarga X 2.1 Isu Keluarga di Tempat Kerja X 2.2 Kondisi lingkungan tempat tinggal X 2.3 Akses terhadap informasi Gambar 2. Alur Pikir dan Proses Penelitian Keberdayaan Keluarga Analisis Induktif -Pengujian Hipotesis - Survei -Wawancara mendalam - Uji Statistik Keberdayaan Keluarga

Gambar 3. Pola Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian Keberdayaan Keluarga di Perkotaan dan Pedesaan: Kasus Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Jasinga Karakteristik Keluarga: X 1.1 Tingkat Pendidikan Suami Responden X 1.2 Tingkat Pendidikan Responden X 1.3 Tingkat Pendapatan Keluarga X 1.4 Usia Suami Responden Ketika Menikah X 1.5 Usia Responden Ketika Menikah X 1.6 Jumlah Anak X 1.7 Jumlah Tanggungan X 1.8 Motivasi Pernikahan X 1.9 Persepsi Peran Orang Tua X 1.10 Gaya Hidup Keluarga Fungsi Keluarga : Y 1.1 Adaptasi Kapasitas ekonomi Keluarga Kapasitas Pengembangan diri dalam Keluarga Y 1.2 Pencapaian Tujuan Kepemimpinan dalam keluarga Manajemen Keluarga Y 1.3 Integrasi Norma Keluarga Komunikasi dalam keluarga Pola hubungan suami-istri Pola hubungan antar anak Pola perlakuan orangtua-anak Y 1.4 Latensi Sosialisisasi Nilai Kualitas Pelaksanaan Nilai Keberdayaan Keluarga (Y2) Tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan fisik keluarga Tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan sosial keluarga Tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan psikologis keluarga Lingkungan X 2.1 Isu Keluarga di Tempat Kerja X 2.2 Kondisi Lingkungan TempatTinggal X 2.3 Akses terhadap informasi

52 Hipotesis Penelitian Mengacu pada pola hubungan antar variabel pada Gambar 3, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Karaktersitik keluarga (tingkat pendidikan suami responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan keluarga, usia suami menikah, usia istri menikah, jumlah anak, jumlah tanggungan, motivasi pernikahan, persepsi peran orang tua, gaya hidup) dan lingkungan (kondisi lingkungan tempat tinggal, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan akses terhadap informasi) berpengaruh nyata terhadap pelaksanaan fungsi AGIL dalam keluarga (fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi). (2) Karaktersitik keluarga (tingkat pendidikan suami responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan keluarga, usia suami menikah, usia istri menikah, jumlah anak, jumlah tanggungan, motivasi pernikahan, persepsi peran orang tua, gaya hidup), lingkungan (kondisi lingkungan tempat tinggal, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan akses terhadap informasi), dan fungsi AGIL dalam keluarga (fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi) berpengaruh nyata terhadap keberdayaan keluarga. (3) Terdapat perbedaan yang nyata antara karaktersitik keluarga (tingkat pendidikan suami responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan keluarga, usia suami menikah, usia istri menikah, jumlah anak, jumlah tanggungan, motivasi pernikahan, persepsi peran orang tua, gaya hidup), lingkungan (kondisi lingkungan tempat tinggal, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan akses terhadap informasi), fungsi AGIL keluarga (fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi), dan keberdayaan keluarga di perkotaan dan pedesaan.