IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS PENATAAN KAWASAN BERBASIS PENDAPAT MASYARAKAT Studi Kasus Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

Pelaksanakan survai dan pengolahan data adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi awal kawasan perencanaan.

Indikator Konten Kuesioner

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERENCANAAN BLOK PLAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

Transkripsi:

EMARA - Indonesian Journal of Architecture Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 ISSN 2460-7878 IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS PENATAAN KAWASAN BERBASIS PENDAPAT MASYARAKAT Studi Kasus Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan Arfiani Syariah Fakultas Sains dan Teknologi UINSA Surabaya nisya27@yahoo.com Abstrak Perubahan paradigma pembangunan dari sistem terpusat ke daerah cukup memberikan porsi penting bagi masyarakat untuk ikut andil di dalam kegiatan perencanaan pengembangan sebuah kawasan. Untuk dapat memberikan peran secara efektif, masyarakat dituntut untuk memahami isu-isu strategis atas potensi dan permasalahan lokal yang ada untuk kemudian diangkat dalam bagian kegiatan perencanaan pembangunan. Penemuan Isu isu strategis yang ada akan ditindaklanjuti dengan perumusan indikasi program penataan bangunan dan lingkungan/ perancangan kawasan. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni dengan wawancara semi terstruktur, observasi lapangan, penyebaran kuesioner dan kemudian dilakukan Focus Group Discussion (FGD). Analisis yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan menampilkan tabel kesepahaman atas isu strategis penataan kawasan. Lokasi studi yang diambil yakni berada di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan yang memenuhi kriteria sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi. Dari hasil kajian ini, selain bertujuan menemukan isu strategis penataan kawasan studi, diharapkan juga dapat menambah wacana tentang proses identifikasi isu strategis penataan kawasan berbasis masyarakat dan sumberdaya lokal. Keywords: kawasan strategis ekonomi, penataan kawasan, FGD, sumberdaya lokal 1. Pendahuluan Secara ekonomi, Indonesia cukup memiliki kota kota dengan banyak potensi yang belum dikelola dan dikembangkan secara optimal. Salah satunya adalah Kota Pasuruan, Jawa Timur, dalam hal ini Kecamatan Panggungrejo yang merupakan kecamatan baru hasil pemekaran tahun 2012. Kecamatan Panggungrejo mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan Kota Pasuruan baik secara ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, hal ini terjadi karena secara geografis barada di area sekitar pelabuhan yang menjadi awal pusat tumbuhnya perdagangan kota. Secara ekonomi, di kecamatan ini terdapat beberapa kegiatan penggerak sektor perekonomian yang ditandai dengan keberadaan pasar besar Kota Pasuruan, industri logam skala makro dan mikro, industri perikanan, mebel, jalur arteri penghubung antar kota serta stasiun kereta api yang secara tidak langsung memberikan andil terhadap peningkatan kesejahteraan

40 Arfiani Syariah: Identifikasi Isu Strategis Penataan Kawasan Berbasis Pendapat Masyarakat masyarakat dan tingkat kestrategisan kawasan. Secara sosial budaya, pasuruan dengan panggungrejo di dalamnya, masuk dalam area tapal kuda dengan karakteristiknya menjadi titik pertemuan multi etnis didalamnya. Keistimewaan Kecamatan Panggungrejo dalam skala kota Pasuruan didukung dengan penyebutannya dalam dokumen RTRW Kota Pasuruan 2011-2031 yang menyatakan bahwa Kecamatan Panggungrejo ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Ekonomi dengan segala keistimewaan yang melekat padanya. Kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang dimiliki oleh Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, yakni: 1. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; 2. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; 3. Memiliki potensi ekspor; 4. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; 5. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal Kawasan strategis ekonomi kecamatan Panggungrejo ditetapkan dengan fungsi : 1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi dan / atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota; 2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, social budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap kota yang bersangkutan; 3. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW; dan 4. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota. Kawasan Strategis ekonomi di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan meliputi: Kelurahan Mayangan dan Trajeng untuk pengembangan industri logam, Kelurahan Tambaan, Panggungrejo dan Ngemplakrejo untuk pengembangan industri perikanan, dan Kelurahan Panggungrejo untuk pengembangan Wisata Marina. Akan tetapi di lapangan, industri tersebut menyebar dengan jenis kegiatan yang berbeda di permukiman penduduk, tidak mengelompok dalam satu cluster. Potensi perkembangan industri Kecamatan Panggungrejo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup significant, secara garis besar dapat dilihat dalam Tabel 1. Dari hasil observasi lapangan dapat dilihat bahwa kondisi perkembangan Industri yang cukup pesat di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan tersebut tidak diikuti dengan adanya perbaikan kualitas lingkungan yang mendukung pengembangan kawasan. Kegiatan Industri bersanding dengan kegiatan permukiman yang tidak disadari oleh masyarakat bahwa hal ini lambat laun akan berdampak buruk bagi lingkungan tinggal dan kesehatan. Selain itu, kepadatan permukiman, banjir rob, permukiman kumuh, infrastruktur yang kurang memadai, dan adanya perubahan fungsi lahan dari area tambak menjadi permukiman merupakan kondisi lapangan yang mengancam penataan kawasan.

EMARA - Indonesian Journal of Architecture Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 41 Tabel 1 Perkembangan Industri Kota Pasuruan Tahun 2003-2013 Tahun Unit Usaha Penyerapan NaKer Formal Non Formal Formal Non Formal 2003 648 2.384 15.853 8.154 2005 657 2.700 15.943 10.386 2007 701 2.700 16.492 10.492 2009 738 2.735 18.929 11.715 2011 749 2.735 19.062 11.715 2013 773 2.849 20.225 12.965 IKAH 524 1.935 16.033 9.141 ILMEA 231 959 4.192 3.824 Nilai Produksi (*dalam juta) Nilai Investasi (*dalam juta) Tahun Formal Non Formal Formal Non Formal 2003 501.217 294.740 96.467 64.564 2005 510.165 295.303 97.414 65.126 2007 523.319 296.372 104.205 65.601 2009 599.039 333.710 121.826 73.707 2011 604.446 333.710 130.765 73.707 2013 668.340 350.395 154.139 77.392 IKAH 475.794 229.885 110.933 51.819 ILMEA 192.547 120.511 43.206 25.573 Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Pasuruan, 2014 Keterangan: IKAH : Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan ILMEA: Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka Gambar 2. Kegiatan perekonomian sektor industri besar dan home industri logam di lokasi studi (Sumber: Survei Lapangan, 2014) Dari hasil observasi lapangan dapat dilihat bahwa kondisi perkembangan Industri yang cukup pesat di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan tersebut tidak diikuti dengan adanya perbaikan kualitas lingkungan yang mendukung pengembangan kawasan. Kegiatan Industri bersanding dengan kegiatan permukiman yang tidak disadari oleh masyarakat bahwa hal ini lambat laun akan berdampak buruk bagi lingkungan tinggal dan kesehatan. Selain itu, kepadatan permukiman, banjir rob, permukiman kumuh, infrastruktur yang kurang memadai, dan adanya perubahan fungsi lahan dari area tambak menjadi permukiman merupakan kondisi lapangan yang mengancam penataan kawasan. Gambar 1. Kegiatan perekonomian sektor perikanan di lokasi studi (Sumber: Survei Lapangan, 2014)

42 Arfiani Syariah: Identifikasi Isu Strategis Penataan Kawasan Berbasis Pendapat Masyarakat dilakukan dialog antar masyarakat dengan difasilitasi oleh pemerintah untuk menemukan solusi bersama atas permasalahan penataan kawasan yang ada Gambar 3. Kondisi kepadatan bangunan di lokasi studi (Sumber: Survei Lapangan, 2014) Gambar 5. Kondisi sanitasi di lokasi studi Survei Lapangan, 2014) (Sumber: Gambar 4. Kondisi sampah di lokasi studi (Sumber: Survei Lapangan, 2014) Penataan kawasan dengan menemukan permasalahan kawasan oleh perancang tanpa ada pelibatan masyarakat didalamnya maka tidak akan berjalan efektif. Kunci konsep pembangunan berbasis sumberdaya lokal berada pada kemampuan dan kemauan aktif manusia lokal, maka keefektifan konsep tersebut tidak lepas dari kebutuhan pemahaman mendalam pada keikutsertaan manusia lokal dalam pembangunan. Oleh karena itu keikutsertaan masyarakat dalam pengembangan lokal merupakan faktor yang penting untuk difahami dalam mendukung konsep dan praktek pembangunan berbasis sumberdaya lokal (Sawitri,2006). Tujuan dari tulisan ini adalah mengidentifikasi isu strategis penataan kawasan berbasis pendapat masyarakat, untuk kemudian 2. Metode Metode pengumpulan data yang digunakan yakni diawali dengan penyebaran kuesioner terbuka dan wawancara semi terstruktur, untuk menggali secara mendalam potensi dan permasalahan yang ada di lokasi studi menurut persepsi responden, untuk kemudian ditemukan kata kunci yang bisa dijadikan isu strategis sebagai bahan observasi lapangan. Wawancara semi terstruktur dilakukan karena tidak semua responden mengerti bahasa yang ditanyakan dalam kuesioner disamping juga agar tepat sasaran, sesuai dengan informasi yang dibutuhkan (Iterasi I). Dari hasil pemahaman observasi lapangan dan kajian keilmuan, kemudian dilakukan penyebaran kuesioner dengan mengerucutkan variabel pertanyaan sesuai dengan kebutuhan komponen rancang yang akan diaplikasikan (Iterasi II) kemudian dilakukan Focus Group Discussion (FGD).

EMARA - Indonesian Journal of Architecture Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 43 Analisis yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan menampilkan tabel kesepahaman atas isu strategis penataan kawasan. 3. Pembahasan 3.1. Analisis Stakeholder Setelah melalui langkah langkah: identifikasi stakeholder kunci, dan melakukan assessment terhadap kepentingan, pengaruh dan dampak para stakeholder, akhirnya ditemukanlah beberapa instansi pemerintah daerah, perusahaan swasta serta komunitas masyarakat lokal yang akan berpengaruh dan terpengaruhi oleh adanya kegiatan perencanaan kawasan, yakni : 1. Kepala Kantor Camat Panggungrejo 2. Bappeda Kota Pasuruan 3. Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan 4. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu 5. Bagian Pembangunan 6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 7. Kepala Kelurahan Panggungrejo 8. Kepala Kelurahan Mayangan 9. Kepala Kelurahan Ngemplakrejo 10. Kepala Kelurahan Tambaan 11. Pelaku kegiatan perekonomian di kawasan rencana (Perikanan, Pergudangan, Wisata, Pertokoan, Industri, Home Industri, dll) 12. Lembaga Swadaya masyarakat yang pernah aktif menangani kegiatan perencanaan di lolasi studi 13. Pelindo III 14. Organisasi / Himpunan nelayan 15. Tokoh masyarakat 3.2. Iterasi I Hasil dari wawancara semi terstruktur dengan para stakeholder menemukan kata kunci isu strategis yang dapat digunakan sebagai bahan observasi lapangan dengan tingkat variasi jawaban yang cukup lebar antara responden satu dengan yang lain. Jawaban dari responden rata-rata merupakan jawaban dari permasalahan kawasan dalam lingkup kecil mencakup ruang aktifitas mereka sendiri, belum berbicara keruangan secara makro. Akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah, karena data yang didapat menjadi lebih detil dan bervariasi. Informasi potensi, permasalahan yang bisa dijadikan isu strategis penataan kawasan yang di dapat dari masyarakat kemudian di iterasi untuk menjadi bahan observasi, crosschek lapangan dan alat untuk melakukan analisis di tahap selanjutnya. 3.3. Iterasi II Untuk mengerucutkan variabel diskusi, perlu sebuah patokan teori yang akan digunakan sebagai dasar dan tolak ukur penyelesaian permasalahan penataan kawasan. Kajian ini mengerucutkan pada lingkup penataan bangunan dan lingkungan. Sesuai dengan peraturan menteri pekerjaan umum No.06/PRT/M/2007 disebutkan bahwa komponen rancang yang dapat digunakan untuk penataan kawasan terdiri atas: 1. Struktur peruntukan lahan 2. Intensitas pemanfaatan lahan 3. Tata Bangunan 4. Sistem Sirkulasi dan jalur penghubung 5. Sistem ruang terbuka dan tata hijau 6. Tata kualitas lingkungan 7. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan 8. Pelestarian bangunan dan lingkungan Komponen rancang yang tersebut digunakan

44 Arfiani Syariah: Identifikasi Isu Strategis Penataan Kawasan Berbasis Pendapat Masyarakat sebagai variabel dalam kuesioner yang dibagikan kepada stakeholder untuk menemukan isu strategis yang lebih mengerucut dalam penataan kawasan untuk kemudian dibawa dalam forum Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan seluruh stakeholder inti. 3.4. Analisa Isu Strategis Melakukan tahapan analisa penentuan isu strategis yang akan dibawa pada tahapan Focus Group Discussion merupakan bagian yang penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana penataan kawasan dalam hal ini penataan bangunan dan lingkungan untuk melengkapi tahapan tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Isu strategis merupakan hal yang harus diperhatikan dan dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena apabila tidak diperhitungkan dalam jangka panjang akan berdampak pada kawasan. Isu strategis juga diartikan sebagai suatu kondisi / keadaan yang apabila diantisipasi akan menimbulkan permasalahan atau hilangnya peluang. Pada kajian ini penentuan sebuah kondisi untuk ditentukan atau diangkat menjadi isu strategis ditentukan dengan dua cara yakni berdasar pada frekuensi sebuah kondisi disebut oleh stakeholder dalam sesi wawancara sebelumnya dan studi literatur dalam mengangkat sebuah kondisi lapangan untuk dilontarkan dan didiskusikan dalam forum FGD. 3.5. Focus Group Discussion (FGD) Untuk menyatukan persepsi, pandangan dan kesepakatan terhadap isu strategis penataan kawasan, maka diperlukan sebuah diskusi kelompok yang melibatkan seluruh stakeholder. Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu masalah tertentu yang sangat spesifik (Irwanto, 2007). FGD ini dilakukan dengan menampilkan tabel isu isu strategis penataan kawasan yang disarikan dari tahapan iterasi I dan II, untuk kemudian dilakukan proses diskusi, sanggahan maupun tambahan dari peserta. Berikut pada tabel 2 rincian kesepakatan hasil diskusi mengenai Isu strategis penataan kawasan strategis ekonomi Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan Tabel2. Hasil kesepakatan diskusi FGD Aspek Issue Peruntukan Lahan 1. Permukiman masyarakat nelayan di lahan milik Pelindo 2. Lahan berupa tanah bengkok desa di barat pelabuhan 3. Reklamasi lahan tambak untuk permukiman dan usaha 4. Bangunan tidak terpakai milik daerah bisa digunakan untuk penunjang aktifitas ekonomi kawasan 5. Kawasan wisata marina/bahari 6. Kepemilikan lahan potensial sebagian besar ada di Pelabuhan (Pelindo III) 7. Status lahan pasar ikan 8. Pembangunan sekolah perikanan 9. Rencana Pembangunan RPH (Rumah Potong Hewan Intensitas 1. Kepadatan tinggi, kerawanan, di Pemanfaatan Lahan permukiman nelayan, satu rumah untuk beberapa KK --- kumuh 2. Prosentase KDB cukup besar ---- area resapan air? (min 10% dari luasan kavling) PKL 1. PKL difasilitasi oleh walikota dengan mengadakan event dua mingguan di sepanjang pesisir pelabuhan (Pasar Pesisir)

EMARA - Indonesian Journal of Architecture Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 45 Tabel2. Hasil kesepakatan diskusi FGD (lanjutan1) Aspek Issue Tata Bangunan Sirkulasi dan Jalur Penghubung Tata Kualitas Lingkungan Prasarana dan Utilitas Lingkungan 1. Bangunan Pergudangan terbengkalai, kegiatan pelabuhan terbatas --- Perlu peningkatan fungsi pelabuhan 2. AMDAL : home industri logam & perikanan berdampak pada pencemaran udara, air & kebisingan 3. Genangan Rob / Banjir Rob 4. Polusi udara (bau) oleh industri pengasapan ikan dan logam 5. Penataan Kawasan Pelabuhan 6. Rencana Revitalisasi Pasar Besar 1. Jalan akses permukiman nelayan Panggungrejo ke pelabuhan 2. Pendanaan perbaikan jalan di area Pelindo 3. Jalan yang relative sempit di permukiman nelayan, tidak mudah di akses oleh pengangkutan sampah 4. Pembangunan Jalan Lingkar Utara 5. Kegiatan parkir dan pedagang yang berada di utara pasar besar mengganggu sirkulasi dan view ke arah stasiun 1. Lokasi penataan tidak mempunyai landmark atau tetenger yang bisa dijadikan image positif kawasan 1. Rencanan penambahan Toilet umum 2. Jaringan air bersih sangat minim 3. Pengelolaan sampah melalui bank sampah --- dikelola oleh ibu2 PKK 4. Rencana Pembangunan TPI yang higienis 5. Penentuan lokasi TPS 6. Pendangkalan sungai 7. Tidak ada lokasi Display pemasaran industri logam untuk memperkuat identitas kawasan 8. Pelabuhan Pendaratan Ikan 9. Kebutuhan Pusat Pemasaran Industri logam 10. Sanitasi di kawasan rawan genangan Rob dengan menggunakan system polder 11. Pengolahan perikanan dengan menggunakan teknologi --- variasi produk Tabel2. Hasil kesepakatan diskusi FGD (lanjutan2) Aspek Issue RTH 1. Ada peraturan pemunduran bangunan dengan jarak tertentu dari sungai - dapat digunakan sebagai RTH 2. Tidak ada ruang public / RTH yang memadai 3. Jalur hijau sepanjang bantaran sungai dan rel kereta dapat diolah Mitigasi Bencana 1. Berkurangnya luasan mangrove dan tambak --- berubah menjadi hunian 2. Perlindungan, penanaman mangrove dengan peran serta masyarakat untuk perlindungan pantai Sumber : Analisis 2014 3.5.1. Peruntukan Lahan Isu strategis yang perlu untuk mendapatkan perhatian terkait penggunaan lahan di kawasan penataan menurut persepsi masyarakat antara lain terdiri dari: Keberadaan permukiman masyarakat nelayan yang berada di lahan milik Pelindo, jika tidak diberikan solusi penanganan, ke depan dapat berdampak buruk bagi keamanan dan kenyamanan kawasan. Masyarakat mengusulkan perencanaan penambahan pembangunan rusunawa di pesisir utara Kota Pasuruan. Lahan tambak di pesisir utara lokasi penataan sedikit banyak telah berubah menjadi lahan dengan fungsi pemanfaatan sebagai permukiman dan kegiatan usaha. Jika dibiarkan terus berlanjut hal ini akan berdampak mengkhawatirkan pada keberadaan hutang mangrove di pesisir pantai. Kegiatan masyarakat di lokasi penataan sebagain besar berorientasi di sekitar pelabuhan. Apabila tidak ada inisiatif Pelindo III untuk mengembangkan pelabuhan, maka kegiatan didalamnya akan bersifat stagnan, Pelindo menjadi penentu perkembangan kawasan sekitar pelabuhan

46 Arfiani Syariah: Identifikasi Isu Strategis Penataan Kawasan Berbasis Pendapat Masyarakat karena kepemilikan lahan potensial sebagian besar ada pada Pelindo III. Panggungrejo dengan karakter khas permukiman nelayan dan kegiatan perikanan sudah selayaknya didukung dengan fasilitas yang memadai. Akan tetapi kondisi saat ini cukup memprihatinkan, pasar ikan sebagai tempat distribusi produk perikanan tidak berdiri secara legal, pasar memanfaatkan sempadan sungai untuk kegiatannya. Isu peruntukan lahan yang lain menitikberatkan pada potensi lokasi studi yang bisa dimanfaatkan untuk atau mendukung penataan kawasan, yakni keberadaan lahan berupa tanah bengkok desa yang dapat dimanfaatkan sebagai area RTH di tengah keberadaan hunian padat di sekitarnya. Selain itu terdapat rencana pembangunan sekolah perikanan, Rencana pembangunan Rumah Potong Hewan yang perlu diperhitungkan keberadaannya terhadap rencana penataan sekitar. 3.5.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Kepadatan tingkat hunian di permukiman penduduk dengan prosentase KDB yang cukup besar merupakan sebuah permasalahan yang apabila tidak ditangani dan ditindaklanjuti dengan peraturan daerah akan berdampak buruk pada keamanan, kenyamanan dan kesehatan lingkungan. 3.5.3. Tata Bangunan Buruknya kualitas tata bangunan di lokasi studi disebabkan oleh keberadaan bangunan pergudangan yang terbengkalai disebabkan matinya beberapa industri dan perdagangan yang pernah eksis di sekitar pelabuhan. Keberadaan home industry logam, mebel dan perikanan yang menyatu dengan permukiman penduduk tanpa dilengkapi dengan dokumen AMDAL tanpa disadari oleh masyarakat akan menyebabkan pencemaran udara, air dan kebisingan dan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Banjir rob dialami oleh permukiman yang berada tepat di bibir pantai utara Kelurahan Panggungrejo. Hal ini disebabkan karena nelayan yang memaksakan diri tinggal membangun rumah menempati area yang secara perencanaan digunakan sebagai dermaga tambatan perahu nelayan, bukan hunian. Oleh sebab itu hasil diskusi menyatakan perlu diadakan relokasi permukiman warga dan mengembalikan fungsi dermaga sebagaimana yang direncanakan sejak awal. Adanya rencana masterplan penataan kawasan pelabuhan dan revitalisasi pasar besar merupakan isu positif bagi perkembangan kawasan khususnya penataan kualitas tata bangunan dan lingkungan. 3.5.4. Sirkulasi dan Jalur penghubung Isu positif yang dapat diangkat untuk penataan kawasan terkait sirkulasi dan jalur penghubung di dalam lokasi studi yakni adanya rencana pembangunan Jalan Lingkar Utara yang melewati lokasi studi, yang secara mutlak akan berdampak besar bagi pengembangaan kawasan, sehingga perlu diperhitungkan dalam rencana penataan. Isu strategis yang dihasilkan terkait sirkulasi dan jalur penghubung yakni adanya pembangunan jalan tembus dari permukiman nelayan Kelurahan Panggungrejo menuju Pelabuhan yang dibangun dan dibiayai oleh masyarakat secara swadaya. Hasil diskusi merekomendasikan adanya kejelasan perencanaan pelabuhan dan waktu pelaksanaan

EMARA - Indonesian Journal of Architecture Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015 47 realisasi oleh Pelindo III sehingga masyarakat nelayan dan pemerintah daerah tahu di posisi mana mereka dan sebatas mana pelibatan mereka dalam kegiatan pelabuhan ke depan. 3.5.5. Prasarana dan Utilitas Lingkungan Lokasi studi membutuhkan banyak sekali prasarana pendukung penataan bangunan dan lingkungan yang akan mendukung pengembangan kawasan dan menjadikan potensi yang selama ini dimiliki dapat berkembang lebih optimal. Hasil dari diskusi disamping menghasilkan isu isu strategis tentang rencana pembangunan prasarana dan utilitas lingkungan juga menghasilkan kesepakatan kesepakatan rencana penetapan titik lokasi pembangunan prasarana yang selama ini belum tersedia di dalam lokasi studi. 3.5.6. Ruang Terbuka Hijau Kota Pasuruan sebenarnya telah memiliki masterplan ruang terbuka hijau kota, dimana seharusnya juga mengadopsi penataan lokasi studi. Hasil diskusi menyepakati untuk mengembalikan ruang ruang luar yang berpotensi untuk dijadikan sebagai RTH kota, antara lain yakni sempadan sungai, sempadan pantai dan sempadan rel kereta api di sepanjang lokasi studi. 3.5.7. Pedagang Kaki Lima (PKL) Pedagang kaki lima disepakati bersama dalam diskusi bahwa keberadaannya harus didukung dengan penyediaan ruang baginya. Isu strategis yang dapat ditampung sebagai bahan penataan kawasan yakni adanya isu bahwa PKL difasilitasi oleh walikota dengan mengadakan event dua mingguan di sepanjang pesisir pelabuhan (Pasar Pesisir) 3.5.8. Mitigasi Bencana Berkurangnya luasan mangrove dan tambak yang selama ini ada di lokasi studi menjadikan isu ini penting untuk diangkat sebagai upaya mitigasi terhadap bencana. Disepakati perlu akan adanya peraturan daerah terkait tata ruang yang detail dan menangani penataan bangunan dan lingkungan pesisir pantai utara Kota Pasuruan. Dalam diskusi disepakati perlu adanya perlindungan hutan mangrove yang selama ini ada dengan pelibatan masyarakat nelayan didalamnya. 3.5.9. Tata kualitas lingkungan Kawasan studi mempunyai nilai strategis ekonomi yang cukup tinggi, dalam industri dan home industri logam dan perikanan dengan tingkat produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi keberadaannya hanya diketahui oleh jaringan tertentu saja, sehingga dirasa perlu untuk mengenalkan potensi kawasan ke masyarakat yang lebih luas, salah satunya dengan menempatkan landmark, atau desain ruang luar yang menonjolkan ikon kawasan, berbeda dari kota lain. 4. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat beberapa kesepakatan isu strategis dan solusi pemecahan masalah penataan yang diperoleh dari hasil diskusi dengan para stakeholder yang bisa diangkat menjadi alat penataan untuk pengembangan kawasan 2. Focus Group Discussion dengan tahapan yang menyertainya sangat cocok digunakan sebagai alat untuk penelitian kualitatif, sehingga permasalahan lapangan di dalam penataan dapat segera ditemukan solusi

48 Arfiani Syariah: Identifikasi Isu Strategis Penataan Kawasan Berbasis Pendapat Masyarakat penyelesaiannya. 3. Penemuan Isu isu strategis yang ada sudah selayaknya untuk segera ditindaklanjuti dengan perumusan indikasi program penataan bangunan dan lingkungan/ perancangan kawasan. 5. Daftar Pustaka Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, Jakarta Irwanto (2007) Focus Group Discussion; Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta ; yayasan Obor Indonesia Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pasuruan 2011-2031 Sawitri, Dewi (2006) Keikutsertaan Masyarakat Dalam Pengembangan Lokal; Studi Kasus : Pengembangan Desa di Jawa Barat, Jurnal Perencanaan Wiayah dan Kota, Vol.17/No. 1, April 2006