PROSIDING SEMINAR NASIONAL Kupas Tuntas Kurikulum 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning

CURRICULUM VITAE KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM. Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

Universitas Respati Yogyakarta. Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta B A D A N P E N J A M I N A N M U T U

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

DESKRIPSI DIRI CURRICULUM VITAE PENDIDIKAN INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 5 SEMARANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI MTs NEGERI 1 SEMARANG. Disusun oleh: : Anik setyo Utami Nim : Program studi : Pendidikan IPA

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 11 MAGELANG KOTA MAGELANG

RENCANA STRATEGIS

Jurnal Siliwangi Vol.2 No.2 Desember 2016 ISSN Seri Pengabdian Kepada Masyarakat

B A D A N P E N J A M I N A N M U T U

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

CURRICULUM VITAE. Jurusan/ Perguruan Tinggi Lulus Magister, Spesialis, dan Doktor)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

KONSEP DASAR KURIKULUM 2004

Laporan Workshop: 6 7 Mei 2004 di FMIPA UNY ==========================================

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PEDOMAN PELAKSANAAN SIMPOSIUM TENAGA KEPENDIDIKAN TAHUN 2017

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

RAPAT KERJA NASIONAL FORUM PIMPINAN PASCASARJANA PTN SE INDONESIA (FORPIMPAS) KE 39 PRESIDIUM FORPIMPAS SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

The 3 rd Universty Research Coloquium 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

: Dra. Hj. Ade Rohayati, M.Pd.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH KONSEP DASAR BILANGAN UNTUK MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS BENGKULU

SAMBUTAN DAN LAPORAN KETUA PELAKSANA PADA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG SABTU, 16 SEPTEMBER 2017

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Sejarah OLEH:

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

PEMANTAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA GURU-GURU SMP LAB UNESA MELALUI LESSON STUDY

Oleh. Ace Suryadi, MSc, Ph.D. Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 8 Januari Keuangan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014

Olimpiade Sains Nasional

Document Control Rilis Final 20 Maret 2016 Revisi 1 23 Maret 2016

REKTOR UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PIDATO REKTOR

DALAM PENINGKATAN MUTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **)

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN

laporan hasil audit internal

CURRICULUM VITAE. : Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. N I P : Tempat dan Tgl. lahir : Probolinggo, 6 Januari 1964

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MGMP TIK JAWA BARAT. TIK JABAR: Kreatif dan Inovatif. Gatot Hari Priowirjanto Dewi Sopiah. Tjetjep Rony Budiman Rudi Haryadi.

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah

LAPORAN KEGIATAN. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN Judul PkM:

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

1.2 Visi Menjadi Pendidikan Psikologi yang terkemuka dan memiliki kopetensi dalam psikologi kesehatan dan kesehatan mental.

RENCANA INDUK PENGABDIAN MASYARAKAT (RIPKM) PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

: Epin Saepudin, S.Pd.,M.Pd Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 30 September 1988

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PANDUAN LOMBA KARYA JURNALISTIK SISWA (LKJS) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 11 November 2017 FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

ANALISIS KURIKULUM DAN MODEL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

Prosiding Seminar Nasional Palembang, 18 Oktober 2008

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pelatihan kepala sekolah dan pengawas sekolah berprestasi

FKPT TPI 2015 Universitas Trunodjoyo Surabaya 2 September 2015

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG

bagi Guru pemandu MGMP Matematika Bangkalan Tanggal 2 s.d. 7 Agustus 2010 di SMP Negeri 2 Blega

PROSES PEMBELAJARAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. Sulistyanto. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

PELATIHAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM BIDANG STUDI SEJARAH BAGI MGMP SEJARAH DI KABUPATEN MAGELANG

Transkripsi:

ISSN 2549-0311 i

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2017 Kupas Tuntas Kurikulum 2013 Sabtu, 21 Januari 2017 Hotel Siliwangi Semarang, Jl. Mgr. Soegijopranoto No. 61, Kota Semarang ISSN 2549-0311 http://hipkinjateng.org/prosiding ii

Prakata Ketua Panitia Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah s.w.t., Tuhan yang Maha Esa, atas segala limpahan karunia-nya kepada kita semua yang berupa kesehatan dan kesempatan untuk saling bertemu, bertukar ilmu, dan berdiskusi dalam kegiatan Seminar Nasional Tahun 2017 Kupas Tuntas Kurikulum 2013 di Hotel Siliwangi Semarang. Kegiatan seminar tahunan ini merupakan salah satu dari agenda kegiatan HIPKIN JATENG. Panitia seminar mengundang pembicara utama, yakni Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, M. A. (Ketua Tim Pengembang Kurikulum 2013). Atas nama panitia, kami menghaturkan terima kasih kepada beliau atas kesediannya menjadi pembicara utama. Seminar nasional kali ini diikuti oleh kalangan dosen, guru, peneliti, praktisi, dan pemerhati kurikulum yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Pada kesempatan ini, panitia menyampaikan rasa terima kasih yang tak terkira kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Drs. Bunyamin, M.Pd. atas dorongan, dukungan, dan fasilitas yang disediakan. Selain itu, rasa terima kasih kami sampaikan pula kepada segenap sponsor yang ikut menyukseskan dan meramaikan kegiatan ilmiah ini. Tak lupa, sebagai ketua, saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada seluruh anggota panitia serta para mahasiswa yang telah bekerja keras secara ikhlas demi kelancaraan pelaksanaan seminiar ini. Atas nama panitia, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya bilamana dalam kami melayani masih terdapat hal-hal yang kurang berkenan, baik pada waktu pendaftaran, pelaksanaan, maupun pelayanan pasca seminar. Akhir kata, kami berharap semoga seminar ini memberikan sumbangan yang signifikan bagi kemajuan bangsa Indonesia, terutama dalam memajukan kurikulum. Selamat berseminar! Drs. Heribertus S.A.S. Ketua Panitia Seminar iii

Prakata Ketua HIPKIN JATENG Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga prosiding ini dapat terselesaikan dengan baik. Prosiding ini berisi kumpulan makalah dari berbagai daerah di Indonesia yang telah dipresentasikan dan didiskusikan dalam kegiatan Seminar Nasional Kurikulum Tahun 2017 yang diadakan oleh Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia Wilayah Jawa Tengah pada Hari Sabtu, 21 Januari 2017. Seminar ini mengangkat tema Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Prosiding ini disusun untuk mendokumentasikan gagasan dan hasil penelitian terkait inovasi dalam kurikulum. Selain itu, diharapkan prosiding ini dapat memberikan wawasan tentang perkembangan dalam kurikulum dan upaya-upaya yang terus dilakukan demi terwujudnya pendidikan berkemajuan. Dengan demikian, seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan dapat terus termotivasi dan bersinergi untuk berperan aktif membangun pendidikan Indonesia yang berkualitas melalui kurikulum yang inovatif. Dalam penyelesaian prosiding ini, kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaiaannya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya, kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., yang telah memberikan dukungan dan memfasilitasi dalam kegiatan ini. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Drs. Bunyamin, M.Pd, atas segala support dan motivasi dalam kegiatan ini. 3. Seluruh pembicara tamu, Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, M. A. Ketua Tim Pengembang Kurikulum 2013 & Dr. Siskandar, M.A Dewan Pakar HIPKIN Jateng. 4. Bapak/Ibu/Mahasiswa seluruh panitia yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pemikiran demi kesuksesan acara ini. 5. Bapak/Ibu seluruh dosen, guru dan pejabat instansi penyumbang artikel hasil penelitian dan pemikiran ilmiahnya dalam kegiatan seminar nasional ini. Kami menyadari bahwa prosiding ini tentu saja tidak luput dari kekurangan, untuk itu segala saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan prosiding pada terbitan tahun yang akan datang. Akhirnya kami berharap prosiding ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak terkait. Dr. Yuli Utanto, M.Si. Ketua HIPKIN Jawa Tengah iv

Pembicara Utama Prof (Em.) Said Hamid Hasan, MA, Ph.D Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Setyabudhi 229 Bandung, Indonesia, 40154 E-mail: eshamidhasan@gmail.com Tempat dan Tanggal Lahir : Mentok, 10 Maret 1944 Pendidikan Ph D Macquarie University, Sydney, Australia, Curriculum Evaluation, 1985 MA Macquarie University, Sydney, Australia, Curriculum Studies, 1978 Drs IKIP Bandung, Indonesia, Pendidikan Sejarah, 1969 BA IKIP Bandung, Indonesia, Pendidikan Sejarah, 1967 Pelatihan 1. Pelatihan Kompetensi Guru (PKG), 3 bulan, 1979, Jakarta, certified 2. Public Examination Training, 3 months, 1986. UCLES Cambridge University, certified 3. Human Rights Education, 3 months, 1987, Bangkok UN Asia Pacific Regional Office., certified Pengalaman Kerja Agustus Ketua Tim Tenaga Akhli Madep untuk Pengembangan Kurikulum desember 2016 Anti Korupsi KPK September 2013 Konsultan Proyek IDB untuk UNNES dalam Pengembangan - 2015 Kurikulum Internasional UNNES Juli 2012 2015 Ketua Tim Pelaksana Pengembangan Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Januari 2012 Konsultan pendirian Universitas Syech Yusuf, Pemerintah Juli 2012 Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 2011 Juni - Konsultan pendirian Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI) September - Sampoerna Foundation Juni 2010 Konsultan Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) untuk Maret 2011 proposal dana IDB 2010 Januari - Konsultan Kabupaten Gowa dalam pendidikan Kelas Tuntas v

sekarang Berkelanjutan (KTB) 2010 Mei - Juni IDB short-term consultant for Projet Completion Report 2005-2009 Manager, Project Management Unit The Development and Upgrading of Indonesia University of Education, IDB Loan IND 093 & IND 094 1996 2005 Pembantu Rektor I (Bidang Akademik), IKIP Bandung/UPI 1988 1994 Pembantu dekan I FPIPS IKIP Bandung 1985 1988 Pembantu Dekan II FKIP UT bidang Pengembangan Modul dan Penjaminan Mutu, Universitas Terbuka 2013 - sekarang Profesor Emiritus Pendidikan Sejarah, FPIPS-UPI 1999-2012 Profesor Pendidikan Sejarah, FPIPS-UPI 1995 1999 Profesor Madya, IKIP Bandung 1967 Sekarang Dosen FPIPS - IKIP Bandung UPI Pengalaman Profesi 2012 Juli - sekarang Ketua Tim Inti Pengembangan Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Januari 2012 Ketua tim penulis Ensikpedia Pembelajaran, PT Angkasa Desember 2012 2011 -Ketua Tim Penulis Naskah Akademik Kurikulum SMP, Naskah Akademik Mata Pelajaran Sejarah, dan Studi Perbandingan Kurikulum, Puskurbuk Balitbangdikbud -Konsultan Pengembangan Pendidikan Sistem Kelas Maju Berkelanjutan, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan 2009-2010 Ketua Tim Penulis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pusat Pengembangan Kurikulum - Balitbang 2008 Konsultan Monitoring dan Evaluasi dalam Pengembangan Model Monitoring dan Evaluasi, Kementerian Agama 2007 Anggota Panel of Asia Pacific Evaluation Forum 2006 Anggota Tim Pengembang Proil Ditjen ManDikdasmen, Depdiknas 2002 2005 Anggota Panel World Education Fellowship for the development of "Educating World Citizen". 2003-2004 Ketua Tim Pengembang UPI BHMN 1999 2004 Direktur Due-like Project, IKIP Bandung. 2002 2003 Anggota Tim Pemerintah dalam Pembuatan UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 2000 2002 Pimpinan PUML (Panitia Ujian Masuk Lokal untuk UPI,ITB, UNPAD) Bandung. 2001-2002 Anggota Komite Reformasi Pendidikan Nasional 1999-2000 Ketua Tim Pengembang IKIP Bandung menjadi UPI vi

1999-2001 Pimpinan Tim Entry Level Assessment and Quality Assessment, PGSM 1996 1997 Ketua Tim Konsultan PGSM Consultant Team, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional 1995 Ketua Konsultan Primary Education Quality Improvement Project- 1996 MES. 1995 (April July) 1994 (July- August Konsultan UNESCO untuk proyek Methods of Delivery Local Content Curriculum. bersama Dr Jerry Strudwick assisting him in preparing MDLCC project document (financed by UNDP). Konsultan UNDP/UNESCO TSS-1 untuk studi Local Content Curriculum. Designed a survey on LCC for developing policies on LCC project, in a team of consultants from USA, UK, and Australia. 1990 1995 Ketua Tim Evaluasi Kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Primary School Teacher Curriculum, Dirjen Dikti Depdiknas 1989 1990 Ketua Tim Pengembangan Kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Menengah, Konsorsium Ilmu Pendidikan. Keanggotaan Dalam Organisasi Profesi Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN): Ketua Umum (2004-2009; 2009-2014) Asosiasi Peneliti dan Pendidik Sejarah Indonesia (APPSI): Pendiri dan Ketua Umum (2009 2013) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), anggota Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI), anggota Dewan Pakar Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia (HISPISI), Anggota Dewan Pakar American Evaluation Association (AEA) American Educational Research Association (AERA) Comparative Education Society of Asia (CESA) Penghargaan - Satrya Karya (30 years of services), President of the Republic of Indonesia - Satrya Karya (20 years of services), President of the Republic of Indonesia vii

Penelitian 1. Mahasiswa Asing di Indonesia, 1979 2. Evaluasi Modul IPS dan Pengajaran Remedial Universitas Terbuka, 1986 3. Implementasi Ketrampilan Proses dalam Pendidikan Sejarah di SMA Kotamadya Bandung, 1987 4. Study tentang Beban Kerja dan Perfomansi Guru IPS SMP di Jawa Barat, 1989 5. Pengaruh Kebiasaan Membaca dan Bantuan Profesional Terhadap Sikap Guru IPS SMA, 1990 6. Evaluasi pelaksanaan Program Pendidikan D-2 PGSD di Jawa Barat, 1990 7. Evaluasi Mengenai Implementasi Program Pendidikan Ketrampilan Guru Direktorat Pendidikan Menengah, 1994 8. Monitoring dan Evaluasi Program D2 PGSD, 1995 9. Studi tentang Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di tingkat SMP di Lampung, 1995 10. Studi tentang Perfomansi Mengajar Dosen UPI, 2002 11. Religious Study Across Curricula, dibahas pada the 4th Conference of CESA, Bandung 2003 12. Religious Study Across Curricula, 2004 13. Studi tentang Kebutuhan Evaluasi External dan Independen Bagi Universitas di Indonesia Indonesian Universities, 2006, makalah dipresentasikan di Tokyo dalam Seminar Antar Bangsa 14. Time on Task dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar, 2007 15. Penggunaan Metode Delphi dalam Mengevaluasi Kurikulum Program Studi Pengembangan Kurikulum SP-UPI, SPS, 2008 16. Aplikasi Delphi untuk Evaluasi Kurikulum program studi Pengembangan Kurikulum, PPS-UPI, 2009 17. Value Contribution Technique untuk Evaluasi Kurikulum Program Studi Pengembangan Kurikulum, PPS-UPI, 2009 18. Pendidikan Sejarah dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir dan Ketrampilan Sejarah, 2011 Publikasi Buku: 1. NPendidikan Sejarah Indonesiaasionalisme India, 1969 2. Panglima Besar Sudirman, bacaan untuk SD. Penerbit Terate. Bandung, 1975 3. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SLTP. BPGT-Bandung, 1978. 4. Evaluasi Hasil Pengajaran IPS dan Pengajaran Remedial, Universitas Terbuka, 1986 5. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Modul untuk D-II PGSD Universitas Terbuka, 1986 6. Sejarah Indonesia, modul untuk D-II PGSD Universitas Terbuka, 1986 7. Evaluasi Kurikulum. 1988. Jakarta: P2LPTK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan viii

8. Pendidikan Ilmu Sosial, 1996, Jakarta: P2LPTK. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 9. Evaluasi Kurikulum 2008, Bandung: Rosda 10. Perkembangan Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 8, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010 11. Pendidikan Karakter, Ketua Tim Penulis diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Diknas, 2010 12. Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu Dalam Ide dan Pembelajaran. 2012. Bandung: Rizqi Press 13. Sejarah Kurikulum SMP Sejak Zaman Hindia Belanda Reformasi, 2016 sedang dalam proses penerbitan 14. Perbandingan Kurikulum SMP, Puskurbuk Balitbangdikbud 2016 dalam proses penerbitan Editor: 1. Jurnal Sejarah Indonesia, MSI Surabaya 2. Historia: International Journal of History Education, diterbitkan oleh Asosiasi Pendidik dan Peneliti Pendidikan Sejarah 3. Inovasi Kurikulum diterbitkan oleh Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia 4. Bunga Rampai, Puskurbuk Balitbangdikbud Makalah Disajikan pada Seminar Internasional 1. Teacher Education in Indonesia, paper presented at a seminar on Teacher Education, Ohio State University, 1987 2. A History of Indonesia: an overview, presented to Fulbright Group of USA, Bandung, 1988 3. Primary education in Indonesia; What It Is and What I Think It Should Be, paper presented at International Conference on Education in Asia and the Pacific, Bandung, 1991 4. Local Content Curriculum, a seminar paper presented at UNESCO Seminar for Regional Asia, Jakarta May 14, 1996 5. Multicultural Issues and Human Resource Development, Keynote Papaer, presented at International Conference on Education: Issues in Education of Pluralistic Societies and Responses to the Global Challenges Towards the Year 2020. IKIP Bandung. 11 November 1996. 6. History of Education and Politics in Indonesia, paper presented at International Association of Historians of Asia, Agustus 1998 7. Managing Equal Access for Better Learning in Higher Education, paper presented at the International seminar on equality and technology, Bandung, November 1998 ix

8. Paradigm For Research and Development Centre of Civic Education, paper presented at the International Seminar on Conference On Civic Education For Civil Society, Bandung, March 16-17, 1999. 9. Teacher Education for Peace and international understanding International Understanding, paper presented at UNESCO Seminar, National Institute for Educational Research, Tokyo, September 1999 10. A collaborative Model for Practice Teaching, paper presented at SEAMEO seminar, Bangkok, March 2001. 11. A Reform for Teacher Education Program, paper presented at International Seminar on Higher Education (HE-R), Jakarta, August 2001. 12. An Evaluation of Teaching Performance of UPI Lecturers: An Indonesia University of Education Case. ASAIHL Conference, Bangkok, November 2002 13. A new curriculum for teacher education program: a response to the changing time and needs: A case of Indonesia university of education. Paper presented at SEAMEO Conference. Bangkok, March, 2004 14. Religious Education Across Curricula: With Special Reference To Indonesian Education, CESA Seminar, Bandung, 2005 15. External and Independent Evaluation for Indonesian Universities, paper presented at Educational Administration Society of Japan and Korea, Tokyo, November 2006 16. Pedagogy, Curriculum, And Ethnicity: Multicultural Curriculum In Indonesia, UKM, Kualalumpur, Presented at Colloqium on Multicultural Education at Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), March 27, 2008 17. Evaluasi Pengembangan KTSP:Suatu Kajian Konseptual. Disajikan pada pertemuan Internasional antara Indonesia-Malaysia, HIPKIN. Bandung, 20 November 2008 18. The Use of Project-Based Learning in the Implementation of the Senior Secondary Social Studies Curriculum. Bandung. PPS. A joint seminar with Malaysia Univeristy Of Science. January 2009. 19. Studi Perbandingan Kurikulum: Apa, Untuk Apa, Dan Bagaimana?, Seminar Internasional PPS-UPI, 17 Maret 2010 20. Evaluation towards ASEAN Curriculum Sourcebook, best practices from Indonesia. Presented at 28 th ASEAN Council of Teachers Convention Leaders Meeting, Jakarta: Hotel Millenium 9 December 2012. 21. History Education in Curriculum 2013: A New Approach to Teaching History, Historia: International Journal of History Education, vol XV, no. 1, 2014 22. New Initiatives for Teaching History of Indonesia: Approaches for the development of thinking skills, synchronic between national and local history). Presented at International Seminar of History and Social Studies Education. Bandung, UPI, October 2016 Makalah disajikan pada Seminar Nasional/Lokal/ Artikel pada Jurnal 1. Tujuan Pendidikan Sejarah di SMA, makalah disajikan pada Seminar Nasional Sejarah di Yogyakarta, 1985 2. Evaluasi Program, Majalah Pendidikan Indonesia, 1987 3. Sistem Penerimaan Siswa Baru. Pikiran Rakyat, Bandung, 1987 x

4. Pendidikan Sejarah di SMA, makalah untuk Seminar Nasional Sejarah Indonesia, 1988 5. Muatan Lokal dan Kurikulum Nasional, makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Bandung, 1988. 6. Pengalaman FKIP-UT dalam Pendidikan Berterusan, paper presented at Seminar Kebangsaan Pendidikan Berterusan, University Sains Malaysia, Penang, 1988. 7. Model Belajar Tuntas, makalah Diklat Perumtel, 1989 8. Pendekatan Pengembangan Kriteria Evaluasi Kurikulum, makalah PAU Pendidikan, 1989 9. Pendidikan Dasar 9 Tahun, Jurnal Mimbar Pendidikan, 1989 10. Kurikulum Guru SD, makalah seminar di FKIP-UT, Jakarta, 1989 11. Program Studi S2 IPS di FPS IKIP Bandung, makalah di Seminar FPS IKIP Bandung, 1989 12. Kurikulum Sejarah untuk Tingkat Sekolah, makalah di seminar Balitbangdikbud, 1988. 13. Satuan Acara Perkuliahan, Bandung, 1990 14. Pendidikan Berfikir dalam Sejarah, makalah seminar di FPS-IKIP Bandung 15. Telaah GBPP Kurikulum IPS-SD, makalah penataran Calon Penatar Dosen PGSD, 1990 16. Training Technique, Methodology and Didactic, makalah pada Haroen Clifford Group, 1990 17. 25 Tahun Pendidikan Sejarah, makalah pada Seminar Nasional Sejarah Indonesia, Semarang, 1990 18. Kurikulum FPIPS-IKIP Bandung, makalah pada seminar kelompok pengembang kurikulum di FPIPS-IKIP Bandung, 1990 19. Permasalah Penjurusan di SMA, artikel dalam Jurnal Mimbar Pendidikan nomor khusus Dies Natalis, 1990 20. Penelitian Pendidikan Sejarah dan Usulan Penelitian, makalah di Jurusan Pendidikan Sejarah, 1991 21. Pengembangan program, makalah di untuk dosen penatar D2 PGSD, Sawangan, 1991 22. Materi Pokok Pendidikan IPS, modul Universitas Terbuka untuk program D-II PGSD, 1991 23. Pengenalan Pedoman Kurikulum dan GBPP Sejarah, makalah di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 1991. 24. Monitoring dan Evaluasi untuk Program D2 PGSD, makalah di Rapat Kerja Rektor IKIP, Jakarta, 1991 25. Kurikulum FS dan FPIPS, makalah seminar HIMAS, Bandung, 1991 26. Model Mengajar untuk IPS, makalah dalam seminar dosen IPS PGSD, Lembang, 1991 27. Pengajaran Sejarah untuk Kognitif Tinggi, makalah di Jurusan Pendidikan Sejarah, 1991 28. Perencanaan Pengajaran Sejarah, Rumusan Tujuan dan SAP, makalah seminar Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIP-Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 1991 29. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Menjelang Pembangunan Jangka Panjang II, artikel di Media IKA FPIPS, 1991 30. Model Pengelolaan, Pemantauan dan Penilaian Kurikulum, makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II di Medan, 1992. 31. FPIPS dan Perannya di Masa Mendatang, makalah pada forum FPIPS Seluruh Indonesia di Medan, 1992 32. Metode Ceramah dan Tanya Jawab, makalah, FPIPS IKIP Bandung, 1992 xi

33. Sumbangan IPS terhadap Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional, makalah pada seminar di FPIPS, 1992 34. Fleksibilitas Kurikulum, makalah pada seminar di Program Pasca Sarjana IKIP Bandung, 1992 35. Sosok Kurikulum Pendidikan Menengah 1994 dan Implikasi Pelaksanaannya di sekolah, makalah pada Seminar Pendidikan di Masa Mendatang, FKIP Kuningan, 1992 36. Penilaian Ulang Kurikulum IPS SD dan Sekolah Diatasnya, 1992. 37. Pengajaran Sejarah di Perguruan Tinggi, makalah pada Seminar Pengajaran Sejarah di Perguruan Tinggi, diselenggarakan oleh Universitas Indonesia, Depok, 1992 38. Kurikulum Sejarah Islam di Indonesia, makalah disajikan dalam seminar di IAIN Sunan Gunung Jati, 1992. 39. Pengembangan Kurikulum di Perguruan Tinggi, 1992 40. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah, 1992 41. Aspek Non Teknis dalam Pengajaran, artikel dalam majalah Dinamika Pendidikan, tahun I nomor 2, ISSN:0854-2172,1993 42. Kreativitas Mengajar dan Kegairahan Belajar, artikel dalam majalah Dinamika Pendidikan, tahun I nomor 2, 1993 43. Pendidikan Guru Dasar 9 Tahun, 1993 44. Pola Penyusunan Kerangka Pemikiran dan Pemecahan Masalah dalam Penelitian, makalah disajikan dalam Seminar Penelitian Perguruan Tinggi, dilaksanakan oleh KOPERTIS Wilayah IV Jawa Barat di kampus IKOPIN, Jatinangor, 14 Juli 1993. 45. Evaluasi Pelajaran Sejarah di Sekolah, makalah disajikan dalam Simposium Nasional Pendidikan Sejarah, diselenggarakan oleh Dirjahnitra di Pelabuhan Ratu, 9-11 Agustus 1993. 46. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan, dan Perguruan Tinggi, pidato Ilmiah pada Hari Wisuda UNIS Tanggerang, 1993 47. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pendidikan Luar Sekolah, maklaah disajikan dalam Musyawarah Kerja Persatuan Keluarga Besar Taman Siswa, Jakarta, 25 Agustus 1993. 48. Landasan Konseptual Strategi Pengembangan Kurikulum, makalah disajikan dalam diskusi para pengembang kurikulum D2 PGSD, Biotrop, Bogor, 15 September 1993. 49. Format Metodologi Pengajaran Sejarah Dalam Tranformasi Nilai dan Pengetahuan, makalah disajikan dalam seminar nasional pendidikan sejarah, Yogyakarta, 30 April 1994. 50. Kurikulum Sejarah 1994 (Pengertian, Kandasan, dan Konsekuensi). Makalah dibahas dalam seminar Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS-IKIP Bandung, 23 September 1994. 51. Dampak Program PKG/SPKG, makalah dalam seminar nasional mengenai PKG/SPKG oleh Dikmenum-Depdikbud, Ever Green Village, 3 November 1994. 52. Prinsip Kurikulum Sejarah 94 SMA dan Implementasi, makalah disajikan dalam forum komunikasi guru sejarah di Tasikmalaya, 19 November 1994. 53. Kurikulum Pendidikan Sejarah, disajikan di FPIPS-IKIP Bandung, 1995 54. Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, disajikan dalam Lokakrya Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Bandung 1995 55. Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi, PEQIP, Jakarta 1995. xii

56. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Dalam Kurun Waktu 50 Tahun Terakhir, makalah utama disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia III, Ujung Pandang, Maret 1996 57. Pengembangan Materi Pengajaran Sejarah Dalam Rangka Memantapkan Nasionalisme untuk Menyongsong Abad 21, makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Sejarah di Yogyakarta, 27 Mei 1996 58. Kurikulum dan Pendidikan Budi pekerti, artikel dalam Pikiran Rakyat, 29 Agustus 1996. 59. Pandangan Dasar Mengenai Kurikulum Pendidikan Sejarah. Pidato pengukuhan. Oktober 1996 60. Kurikulum dan Buku Teks Sejarah. Keynote paper, presented at National Congress on History. Jakarta, November 13, 1996. 61. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (buku). Jakarta. DIKTI. 1996. 62. Evaluasi Implementasi Proyek MDLCC di Propinsi Lampung, laporan evaluasi, 1997 63. Pelaksanaan Kurikulum Sejarah/IPS. Laporan Hasil Penelitian, 1997. 64. Problema dan Upaya Peningkatan Mutu Sekolah, makalah disajikan dalam seminar Dikmenum di Lembang, Desember 1997. 65. Kebijakan dan Pelaksanaan Pendidikan Sejarah di Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, makalah disajikan pada Simposium Pengajaran Sejarah, Desember 1997 66. Proses Belajar Sejarah di Perguruan Tinggi, makalah disajikan pada forum dosen Jurusan Sejarah, Fakultas Sastera Universitas Padjadjaran, Mei 1998 67. Evaluasi Hasil Belajar di Perguruan Tinggi, makalah disajikan pada seminar mengenai Hasil Belajar Perguruan Tinggi, April 1998. 68. Penerapan Kurikulum Nasional Pelajaran Sejarah SMU Dalam Menghadapi Abad 21, Paper presented at the MGBS Sejarah, Bandung, Juli 1998. 69. Revitalisasi Kurikulum PPKN, paper presented at the seminar on PPKN curriculum. Bandung, Oktober 1998. 70. Analisis Materi Pelajaran Sejarah (AMP), makalah disajikan pada kelompok kerja guru Sejarah se Jawa Barat, Jatinangor, 28 Januari 1999. 71. Pendidikan Sejarah Untuk Membangun Manusia Baru Indonesia, Mimbar Pendidikan, XVIII, 2, 1999 72. Arah Pendidikan Sejarah Nasional Indonesia Di Era Baru Indonesia, makalah untuk Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Akademik Balitbang Dikbud, Maret 1999. 73. Metodologi Pengajaran Sejarah (Pengertian, Penentuan, dan Proses), makalah disajikan pada pertemuan Guru-Guru Sejarah se Jawa Barat, Subang, Maret 1999. 74. Landasan Filosofi Dan Teori Penyusunan Kurikulum, makalah disajikan dalam Seminar Kinerja PPPG-IPA, Bandung, 28 Juni 1999. 75. Pengajaran Sejarah Melalui Analisis Cerita Sejarah, makalah disajikan pada Rapat Kerja MGMP Sejarah Kodya Bandung, 26 Agustus 1999. 76. Pendekatan multikultural untuk penyempurnaan kurikulum nasional, makalah disajikan dalam seminar nasional Balitbang Depdiknas, di Cisarua 28 Maret 2000. 77. Aneka Ragam Budaya dan Diversifikasi Kurikulum, makalah disajikan pada seminar nasional Pusat Pengembangan Kurikulum-Balitbang Diknas, 2000 xiii

78. Kompetensi Minimal Lulusan S1-IPS, makalah disajikan pada seminar nasional Pendidikan S1 untuk guru, Dikdasmen, Oktober 2000 79. Monitoring dan Evaluasi Perfomansi Perguruan Tinggi Menuju Otonomi, disajikan dalam rapat kerja nasional Pembantu Rektor I, DIKTI-Depdiknas, 2000 80. Supplemen Kurikulum Sejarah, Jurnal Pendidikan Sejarah, 2001 81. Pendidikan IPS dan Ilmu Sosial Di Masa Mendatang (Suatu Pemikiran Ulang), Forum diskusi IPS, Semarang, 24 Oktober 2001. 82. Kurikulum, perencanaan, dan evaluasi Pengajaran bahasa Arab, pertemuan jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Bandung, 3 November 2001 83. Arah Kurikulum LPTK, makalah disajikan dalam pertemuan ilmiah FKIP-UNPAS, Bandung, 5 November 2001. 84. Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Universitas Katolik Parahyangan, 17 Januari 2002 85. Konsep Pendidikan Berorientasi Ketrampilan Hidup Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi, PPS Universitas Negeri Semarang, 27 Februari 2002 86. Kurikulum Bahasa Inggeris Yang Ideal Bagi Penyelenggara Pendidikan, Seminar HIMABSII Jawa Barat, Bandung, 27 April 2002 87. Memori Kolektif, makalah disajikan dalam Seminar Nasional Sejarah Indonesia. Jakarta: Agustus 2002. 88. Hakekat Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan dalam seminar nasional Kurikulum di Universitas Negeri Padang. Padang, 25 September 2002. 89. Pendidikan Sejarah dan Memori Kolektif, disajikan dalam Seminar Pendidikan Sejarah. Dinas Sejarah dan Purbakala Departemen Pariwisata dan Kebudayaan. Pontianak, Oktober 2002. 90. Peranan Pendidikan Pemuda dalam Proses Integrasi Bangsa. Jakarta, Oktober 2002 91. Pendidikan Sejarah dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan Sejarah di Bumi Siliwangi, Februari 2003 92. Standar Nasional Pendidikan: Arti dan perannya dalam pendidikan dan profesi guru. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kependidikan. Jakarta, Kantor Menko Kesra, April 2004. 93. Posisi Alumni FPBS Pada Peta Pendidikan Di UPI dan Jabar, Seminar IKA FPBS-UPI, Maret 2005 94. Kurikulum Sejarah dan Pendidikan Sejarah Lokal, Seminar Jurusan Pendidikan Sejarah, April 2005 95. Eksplorasi baru dalam Riset pendidikan sejarah masa kini. Workshop Jurusan Sejarah FIS Universitas Padang, 28 juli 2005 96. Strategi dan teknik membuat proposal riset kompetitif di bidang pendidikan sejarah. Workshop Jurusan Sejarah FIS Universitas Padang, 28 juli 2005 97. Pengembangan Sistem Pembelajaran untuk Pendidikan Alternatif dan Inovatif. Diknas, Jakarta: 2005 98. Pendekatan Multikultural Untuk Penyempurnaan Kurikulum Nasional. Pusat Kurikulum Balitbang Dikas, Jakarta 2006-06-06 99. Evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, UNJ Jakarta, 2006 100. Kurikulum Sejarah Berbasis Kompetensi, UNJ Jakarta, 2006 101. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sejarah di Perguruan Tinggi, UNJ Jakarta, 2006 xiv

102. Kurikulum Sejarah masa Mendatang, UNJ Jakarta, 2006 103. Pendidikan Multikultural melalui Pengajaran Sejarah, Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, Surabaya, 2006 104. Skills Development Center, Jakarta, 2006 105. Kurikulum, Standar Kompetensi Lulusan, Dan Ujian Negara, Jakarta, 2007 106. Kurikulum, Standar Kompetensi Lulusan, Dan Ujian Negara, Jakarta, 2007 107. Problema Implementasi Sistem Evaluasi Pendidikan, Coordinator Ministry of Social Welfare, Bali, 2007 108. Pendidikan, Kualitas, dan Ujian Nasional, dalam Menggugat Ujian Nasioanl: Memperbaiki Kualitas Pendidikan, Jakarta, Education Forum, 2007 109. Transdisciplinarity Dalam Pendidikan dengan Referensi Khusus Pada Kurikulum, Jakarta, 2007 110. Arah Dan Perubahan Kurikulum Di Indonesia: Suatu Tinjauan Historis. Seminar Nasional Pendidikan Sejarah, Balai Pertemuan UPI, 3 April 2008 111. Pengembangan Kurikulum Sejarah Untuk Tingkat SMP dan SMA. IKAHIMSI, tanggal 8 April 2008 di Bandung 112. Berfikir Kritis Dan Kurikulum, Bandung Mei 2008 113. Pendidikan Sejarah Sebagai Media Nation And Character Building. disajikan pada Sarasehan Nasional 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional, Mou DHD 45 dan MSI Jatim, Surabaya 17 Mei 2008 114. Pembelajaraan Sejarah Yang Menarik: workshop Kesejarahan Tanggal 28 Mei 2008 Di Medan 115. Pengembangan Kompetensi Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah. Seminar IKAHIMSI, 8 April 2008 di UPI, Bandung 116. Problematika Ujian Nasional (UN) Dan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional Sebagai Alat Evaluasi Mutu Pendidikan Di Indonesia, di Universitas Lampung, pada pertemuan ForMaPPI Lampung, tanggal 8 Juni 2008. 117. Pendidikan Sejarah Dalam Rangka Pengembangan Memori Kolektif Dan Jatidiri Bangsa. Masyarakat Sejarah Indonesia. Surabaya, Juli 2008 118. Pendidikan Guru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 (Sebuah Sumbangan Pikiran), September 2008 119. Pendidikan, Kurikulum, Dan Ujian Negara. Seminar BEM UPI tanggal 5 November 2008 di Kampus UPI 120. Metode Proyek untuk Pengembangan Sikap, Wawasan, dan Ketrampilan Akademik Pendidikan IPS. Bandung. Sekolah Pasca Sarjana: Januari 2009 121. Tim Pengembang Kurikulum, Pusat Kurikulum, dan Kebijakan Pengembangan Kurikulum. Jakarta. PUSKUR. Februari 2009 122. Analisis Konteks dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta, PUSKUR, Mei 2009 123. Pendidikan IPS yang Bermakna, UPI 19 Mei 2009 124. Kebijakan Pendidikan dan Masa Depan Bangsa, Seminar Nasional di UPI, 16-Juni- 2009 125. Problematik Pendidikan Sejarah, Jakarta: Asosiasi Guru Sejarah, 20 Oktober 2009 126. Evaluasi Kualitas Pendidikan dan Hasil Belajar, 28 November 2009 127. Kemitraan Pemda, Perguruan Tinggi, Dan Sektor Swasta Dalam Peningkatan Tradisi Ilmiah Guru Di Indonesia, UNITWIN-UNESCO, Jakarta, 17 Maret 2010 xv

128. Ujian Nasional Dan Masa Depan Bangsa:Ditinjau Dari Aspek Legal, Posisi Pemerintah, Pandangan Pendidikan, Lemhanas, Jakarta, 18 Februari 2010 129. Pendidikan Sejarah: Kemana Dan Bagaimana? Disajikan pada seminar Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Jakarta, 6 Maret 2010 130. Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Disajikan pada Musyawarah Kerja Nasional Pengajaran Sejarah, Direktorat Sejarah dan Nilai-nilai Budaya, di Batu 15 17 Juni 2010 131. Pendidikan Multikultural dalam Pengajaran Sejarah, Jurnal Sejarah Indonesia, Vol 2 no. 2 Juli 2010 132. Filosofi Dan Peran Pendidikan Sejarah Untuk Membangun Karakter Bangsa. Makalah Dikemukakan dalam Seminar Masyarakat Historia Indonesia bekerjasama dengan Bank Indonesia, di Jakarta tanggal 21 Juli 2010 133. Pendidikan Sejarah: Liku-Liku Dan Potensi Pengembangannya. Artikel dalam Majalah Basis, Nomor 07 08, Tahun ke-59, 2010 134. Infusing Character Education Into The Existing Curriculum:A Case Of Social Studies Teaching, Presented at an International Seminar on Character Education for Social Studies Program, Bandung February 3, 2011 135. Pendidikan Sejarah Dan Pendidikan Profesi Guru Sejarah. Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Pendidikan Sejarah, APPS Di Bandung Tanggal 18-20 Maret 2011 136. Active Learning: Konsep dan Penerapannya : Disajikan pada Seminar International tentang Active Learning: A Comparative Curriculum Study, Bandung June 9-10, 2011 137. Implementasi Kurikulum Berbasis Vokasi di Lingkungan Politeknik, maalah disajikan pada pertemuan tahunan LP3AP. Bandung, 15 Oktober 2011 138. Redesain Sistem Kurikulum, di Yogya, Seminar ISPI, 21 Januari 2012 139. Kurikulum Untuk Manusia, 2012 140. Pengelolaan Kurikulum 2013 SMA, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta, 20 Juni 2013 141. Pendidikan IPS dalam Kurikulum 2013. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Padang, 6 Oktober 2013 142. Pendidikan IPS Dalam Kurikulum 2013, HISPISI di Manado, 2 November 2013 143. Pengembangan Kurikulum 2013: Membangun Generasi Emas Indonesia, di Bandung, PAUD-PPS-UPI, 11 November 2013 144. Penyusunan Kurikulum Internasional Perguruan Tinggi. MADEP. UNNES. Semarang, 2-5-2013 145. Pendidikan Sejarah Dalam Kurikulum 2013: Masalah dan Tantangan, Cipanas 20 Mei 2013 146. Kurikulum 2013:Menuju Pendidikan Indonesia Berkualitas. Padang. UNP. 5 Oktober 2013 147. Kecenderungan dan Perubahan Pola Pikir Untuk Memahami Kurikulum 2013: Puskurbuk Maret 2014 148. Pendidikan Sejarah Dalam Kurikulum 2013: Masalah dan Tantangan. Direktorat Sejarah. Direktorat Jenderal Kebudayaan,Kemendikbud. Cipanas, 20 Mei 2014 149. Sejarah Pendidikan Sejarah, Seminar Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta,06-05-2014 xvi

150. Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Sejarah Kurikulum 2013. Malang, Dibentang dalam Seminar Nasional Pendidikan Sejarah, APPS Cabang Jawa Timur, Malang 27 September 2014 151. Pendidikan Sejarah Dalam Mempersiapkan Generasi Emas (Suatu Perubahan Paradigma Pendidikan Sejarah Dengan Referensi Pada Kurikulum 2013). Dibentang pada Semnar Nasional APPS di Banjarmasin tanggal 27 Desember 2015 152. Desain Pendidikan Untuk Jatidiri Bangsa, Makalah dipresentasi di Seminar HISPISI tanggal 27 Mei 2016 di UNJ 153. Peran Pendidikan Ilmu Sosial Dalam Membentuk Karakter Bangsa Untuk Daya Saing Global, Dikemukakan pada Seminar Nasional HISPISI,di Makassar: UNM tanggal 29 Oktober 2016 154. Pendidikan Sejarah Maritim, Dikemukakan pada Seminar MSI: Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta 7-10 November 2016 Bandung, Januari 2017 Said Hamid Hasan Guru Besar Emiritus xvii

Daftar Isi Prakata Ketua Panitia... iii Ketua Panitia Seminar... iii Prakata Ketua HIPKIN JATENG... iv Pembicara Utama... v Daftar Isi... xviii Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning... 1 Luluk Elyana... 1 Potret kompetensi calon kepala sekolah dalam mengelola kurikulum tingkat satuan pendidikan... 8 Ratna Juwita... 8 Kurikulum pendidikan guru yang memberdayakan: Pembelajaran dari program keteladanan... 14 Yuli Utanto 1 a), Dedy Gunawan 2 b)... 14 Analisis peran guru dan kepala madrasah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013... 20 Siskandar... 20 Multimedia pembelajaran digital untuk meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar... 31 Neni Kusuma Nugraheni... 31 Implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter di sekolah dasar... 39 Sumilah... 39 Pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran seni budaya (seni tari)... 44 Gusyanti... 44 xviii

Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning Luluk Elyana IKIP Veteran Semarang Corresponding author: q_eyanguti@yahoo.co.id Abstract. Kegiatan pembelajaran anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain. Proses kegiatan pembelajaran Anak Usia Dini lebih menekankan pada penanaman sikap dan pembentukan karakter melalui pembiasaan pembiasaan positif sesuai dengan tahapan usia anak. Implementasinya harus memahami kebutuhan setiap anak dan memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Self Regulated Learning menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk belajar disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit. Regulasi diri dalam belajar juga membawa anak mengerti apa yang harus di lakukan dan memahami tanggungjawabnya. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini harus bisa membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki jenjang pendidikan dasar. Untuk itu pelaksanaannya harus bersifat komprehensif, menyeluruh dan mencakup semua aspek pengembangan dasar anak salah satunya adalah Self Regulated Learning yang menekankan unsur kemandirian bagi anak. Kurikulum Holistik Integratif merupakan kurikulum yang mengintegrasikan segala aspek yang terdapat dalam pengembangan dasar anak secara menyeluruh antara jiwa dan badan serta aspek spiritual dan material untuk memenuhi kebutuhan essensial anak termasuk kesehatan dan gizi, pola pengasuhan dan perlindungan anak. Implementasi Self Regulated Learning melalui kurikulum holistik integratif ini diharapkan akan tercapai secara maksimal dengan terbentuknya karakter positif pada diri anak. PENDAHULUAN Kurikulum dalam pendidikan anak usia dini mencakup 3 (tiga) domain penting yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Strategi pelaksanaannya melalui kegiatan harian yang di implementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan harian anak mencakup kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal biasanya di tandai dengan pijakan pijakan yang di berikan oleh guru berupa penjelasan penjelasan pada setiap kegiatan yang akan di lakukan dan memberikan informasi penting kepada anak seputar kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan inti yaitu berupa aneka kegiatan anak melalui alat permainan edukatif sesuai dengan tema yang di terapkan dengan memperhatikan densitas serta intensitas yang di berikan serta pengaturan waktu yang tepat. Kegiatan pembelajaran anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain. Dunia anak adalah bermain. Pendidikan anak usia dini memberikan bentuk permainan pada anak dengan memperhatikan konsep kebermaknaan pada diri anak dan kegiatan yang di lakukan diberikan melalui bermain yang bermakna dengan membangun pengetahuan pada setiap kegiatan. Konsep kebermaknaan pada diri anak salah satunya dengan penanaman kemandirian sejak dini. Setiap aspek kegiatan yang di jalani oleh anak harus berkualitas dan komprehensif. Pelaksanaan konsep kebermaknaan tidak semuanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan setiap anak. Pelaksanaan ketiga domain tersebut di atas yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan tidak sepenuhnya menekankan pada proses dan hanya bertumpu pada pengetahuan saja. Sikap dan keterampilan tidak dapat tercapai secara maksimal karena banyak pendidik yang terlalu dominan dalam menekankan domain kognitif. Bila hal ini terjadi maka pembentukan sikap hanya menyentuh permukaannya saja. Anak mengenal pembiasaan pembiasaan positif ini sebatas bunga rampai atau lip service yang hanya di pahami anak secara sekilas dan tidak dapat terimplementasi secara mendalam. Salah satu penekanan tercapainya domain sikap secara maksimal adalah melalui implementasi self regulated learning yaitu sebagai upaya penanaman kemandirian dan membimbing anak memahami tanggung jawabnya serta mengerti apa yang dilakukan. Self Regulated Learning menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk belajar disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit. Pada sisi lain, Self Regulated Learning menekankan pentingnya inisiatif karena SRL merupakan belajar yang 1

terjadi atas inisiatif sundiri. Anak didik yang memiliki inisiatif menunjukkan kemampuan untuk mempergunakan pemikiran-pemikirannya, perasaan-perasaannya, strategi dan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan (Zimmerman, 2002). Dalam pelaksanaannya secara sederhana adalah anak mengerti apa yang dilakukan ketika baru datang ke sekolah di pagi hari yaitu dengan melakukan pembiasaan positif yang di tanamkan oleh guru misalnya anak akan menyapa teman temannya yang tengah bermain di halaman sekolah, memberikan senyuman kepada guru, menaruh tas di lokernya dengan rapi, meletakkan sepatu pada rak rak yang sudah di siapkan sesuai dengan kelompoknya. Setiap anak akan melaksanakan kebiasaan ini dengan teratur tanpa di perintah atau di suruh, anak akan mengerti apa yang harus dilakukan, menemukan solusi atas permasalahan yang di hadapi dan memiliki sikap tanggung jawab pada setiap kegiatan yang harus dilakukan sehingga proses pembelajaran berjalan tertib dan teratur.pengembangan kemandirian pada anak pada prinsipnya adalah dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai akivitas. Semakin banyak kesempatan yang diberikan pada anak, maka anak akan semakin terampil mengembangkan skillnya sehingga lebih percaya diri. Implementasi self regulated learning tidak terjadi begitu saja akan tetapi melalui sebuah proses. Penanaman pembiasaan ini dilaksanakan melalui pijakan pijakan yang menyenangkan dan membuat anak merasa nyaman. Ketika anak sudah merasakan kenyamanan terhadap pembiasaan ini maka anak akan melakukannya dengan senang hati dan kesadaran yang muncul dan akhirnya membentuk sebuah karakter. Untuk itu implementasi self regulated learning ini memerlukan kurikulum yang dapat memfasilitasi pelaksanaan implementasi tersebut. Kurikulum tersebut harus terarah dan terprogram dengan baik yaitu sesuai dengan visi, misi dan tujuan, strategi pembelajaran, kegiatan harian dan kegiatan pembelajaran. Kurikulum Anak Usia Dini harus memperhatikan pengembangan dasar pada diri anak yaitu mencakup aspek nilai nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan seni. Disamping itu harus memperhatikan perbedaan individu pada setiap anak. Anak memiliki keunikan pada tumbuh kembangnya baik dari aspek perkembangan jasmani maupun rohani. Implementasi Self Regulated Learning ini harus memahami perbedaan kebutuhan individu yang dimiliki oleh anak. Tidak semua anak memiliki kebutuhan yang sama misalnya ada anak yang cukup menonjol pada kemampuan berbahasanya tetapi mengalami hambatan dalam melaksanakan kepatuhan yaitu membutuhkan waktu dalam melaksanakan sebuah instruksi yang telah di sepakati bersama. Sebaliknya ada anak yang menonjol dalam kemampuan motorik kasarnya akan teteapi mengalami hambatan kemampuan verbal dalam berbahasa. Kurikulum holistik integratif mengintegrasikan segala aspek yang terdapat dalam pengembangan dasar anak secara menyeluruh antara jiwa dan badan serta aspek spiritual dan material untuk memenuhi kebutuhan essensial anak termasuk kesehatan dan gizi, pola pengasuhan dan perlindungan anak. Untuk itu pembelajaran SRL pada anak usia dini perlu di terapkan sebagai upaya pembinaan anak sejak dini dalam menumbuhkan potensi - potensi yang di miliki oleh anak dan menerapkan pembiasaan pembiasaan positif serta kesadaran melaksanakan tugas tugasnya dengan baik. Implementasi Self Regulated Learning melalui kurikulum holistik integratif ini diharapkan akan tercapai secara maksimal dengan terbentuknya karakter positif pada diri anak. Masalah 1. Apakah implementasi SRL pada Anak Usia Dini dapat di capai melalui kurikulum holistik integratif? 2. Bagaimanakah implementasi SRL Anak Usia Dini di laksanakan? 3. Faktor - faktor apakah yang mendukung implementasi SRL anak usia dini melalui kurikulum holistik integratif? Tujuan 1. Mendeskripsikan implementasi SRL melalui kurikulum holistik integratif. 2. Untuk menjelaskan secara konkrit kurikulum holistik integratif dalam implementasi SRL Anak Usia Dini. 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mendukungimplementasi SRL anak usia dini melalui kurikulum holistik integratif. LANDASAN TEORI Implementasi SRL 1. Pengertian Self Regulated Learning Pengelolaan diri merupakan salah satu komponen yang penting dalam teori kognitif sosial (social cognitive theory). Bandura (dalam Filho, 2011) mendefinisikan self regulated learning sebagai suatu keadaan dimana individu yang belajar sebagai pengendali aktivitas belajarnya sendiri, memonitor motivasi dan tujuan akademik, mengelola sumber daya manusia dan benda, serta menjadi perilaku dalam proses pengambilan keputusan dan 2

pelaksana dalam proses belajar. Albert Bandura adalah orang yang pertama kali mempublikasikan teori belajar paa tahun 1960 an. Pada perkembangannya kemudian di ganti nama menjadi teori kognitif sosial. Santrock (2001) mengatakan self regulatory learning menyangkut selfgeneration dan self-monitoring pada pemikiran, perasaan, dan perilaku untuk menjangkau tujuan. Pengaturan diri dalam belajar membuat peserta didik memiliki kontrol dan mendorongnya untuk memperhatikan metode belajarnya. Zimmerman (dalam Chen, 2002) menyatakan bahwa self regulated learner adalah peserta didik yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Zimmerman & Martinez Pons (2001) mendefinisikan self regulated learning sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar. Self regulated learning juga didefinisikan sebagai bentuk belajar individual dengan bergantung pada motivasi belajar mereka, Self regulated learning mengintegrasikan banyak hal tentang belajar efektif. Pengetahuan, motivasi, dan disiplin diri atau volition (kemauan diri) merupakan faktor - faktor penting yang dapat mempengaruhi self regulated learning (Woolfolk, 2008). Pengetahuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan tentang dirinya sendiri, materinya, tugasnya, strategi untuk belajar, dan konteks konteks pembelajaran yang akan digunakannya. Peserta didik yang belajar dengan regulasi diri dapat diistilahkan sebagai peserta diidk ahli. Peserta didik ahli mengenal dirinya sendiri dan bagaimana mereka belajar dengan sebaik baiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Self Regulated Learning merupakan proses dimana individu belajar secara aktif sebagai pengatur proses belajarnya sendiri mulai dari mengatur, merencanakan, dan mengevaluasi dirinya secara sistemis untuk mencapai tujuan dalam belajar baik secara metakognitif, motivasional dan behavioral dengan bergantung pada motivasi belajar mereka. 2. Proses dalam Self Regulated Learning Proses tersebut pada dasarnya bersifat metakognitif (Ormrod,2008) sebagai berikut: a. Penetapan tujuan (Goal Setting) Pembelajar yang mengatur diri tahu apa yang ingin mereka capai ketika membaca atau belajar. Misalnya mendapatkan pemahaman konseptual tentang suatu topic b. Perencanaan (Planning) Pembelajar menentukan sendiri bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber daya yang tersedia untuk tugas tugas belajar. c. Motivasi diri (Self Motivation) Memiliki self efficacy yang tinggi akan kemampuan pembelajar menyelesaikan suatu tugas belajar dengan sukses. d. Kontrol atensi (Attention Controll) Peserta didik focus pada kegiatan yang dilakukan dan menghilangkan diri dari pikiran yang mengganggu. e. Penggunaan strategi belajar yang fleksibel (Flexible use of learning strategies) Peserta didik memiliki cara yang berbeda beda dalam menyelesaikan kegiatannya. f. Monitor diri (Self Monitoring) Memiliki kemampuan mengatur diri dan memonitor kemajuan kegiatan yang dilakukan g. Mencari bantuan yang tepat (Appropriate help seeking) Peserta didik akan mencari bantuan yang tepat bila di rasa dalam kesulitan h. Evaluasi diri (Self Evaluation) Peserta didik menyadari kekurangan pada dirinya sehingga beusaha untuk memperbaiki dan menentukan langkah yang tepat. 3. Faktor Faktor dalam Regulasi Diri Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal. (Alwisol, 285) Penjelasan dari faktor faktor tersebut adalah: a. Faktor Eksternal Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui orang tua dan guru anak anak belajar baik buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak di kehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi yang lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang dapat di pakai untuk menilai prestasi diri. Kedua faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). b. Faktor Internal Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan 3 (tiga) bentuk pengaruh internal 1.) Observasi diri (self observation) Dilakukan berdasarkan faktor kualitas, penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri dst. Apa yang di observasi seseorang tergantung minat dan konsep dirinya. 3

2.) Proses penilaian (Judgmental process) Adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma norma standar atau dengan tingkah laku orang lain. Menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi. 3.) Reaksi diri afektif (self response) Akhirnya berdasarkan pengamatan dan jugdment itu orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual. A. Pengertian Kurikulum Holistik Integratif Kurikulum dipandang sebagai jantungnya sebuah program pendidikan. Kurikulum dapat dipandang sebagai strategi dan cara yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan secara nasional. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyadari betapa pentingnya kedudukan dan peran kurikulum sebagai suatu elemen yang memberi arah dalam program pendidikan. Seyogyanya kurikulum mengarah kepada pemebentukan kompetensi output pendidikan yang bagaimana yang diharapkan. Kompetensi tersebut diharapkan selaras dengan kompetensi yang dituntut sesuai dengan era atau zaman dimana anak menjalani kehidupannya. (Direktorat PAUD,2014) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.(mulyasa,2015). Kurikulum anak usia dini berisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimilki oleh setiap anak. Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.(pp no. 60,2013) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum holistik integratif adalah seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimilki oleh setiap anak yang dapat memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi. 2.Tujuan Kurikulum Holistik Integratif a.terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan, pembinaan moral-emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai kelompok umur. b. Terlindunginya anak dari segala bentuk kekerasan, penelantaran, perlakuan yang salah, dan eksploitasi di manapun anak berada c. Terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan selara antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah d. Terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait yaitu orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dalam upaya Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. 3 Prinsip Prinsip Kurikulum Holistik Integratif Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif mengacu pada prinsip-prinsip, sebagai berikut: a. Pelayanan yang menyeluruh dan terintegrasi b. Pelayanan yang berkesinambungan c. Pelayanan yang non diskriminasi d. Pelayanan yang tersedia, dapat dijangkau dan terjangkau, serta diterima oleh kelompok masyarakat e. Partisipasi masyarakat f. Berbasis budaya yang konstruktif g. Tata kelola pemerintahan yang baik. B. Deskripsi Implementasi SRL melalufi Kurikulum Holistik Integratif Self regulated learning pada diri anak tidak terjadi begitu saja. Proses mental tersebut di awali terlebih dahulu dengan adanya self regulated activity yaitu ada aktivitas yang terlebih dahulu di lakukan misalnya memilih mainan yang di sukai setelah itu mengembalikan kembali ke rak mainan begitu selesai. Proses dari self regulated activity menuju kepada self regulated learning memerlukan sebuah instruksi yang tepat untuk diri peserta didik. Instruksi ini harus memperhatikan desain kurikulum holistik integratif yang melaksanakan pembelajaran secara komprehensif, menyeluruh dan terintegrasi dalam setiap program PAUD serta menjalankan kurikulum ini sesuai dengan prinsip prinsip holistik integratif. 4

Self Regulated learning dilaksanakan melalui sebuah proses. Proses tersebut sebagaimana dalam tabel berikut ini : Tabel 1. Proses Regulasi Diri Faktor eksternal Standar Masyarakat Penguatan Faktor Internal Self Observation Judgmental Process Self Response Dimensi Performansi Kualita Keseringan Kuantita Orisinalita Kebenaran Bukti dampak Penyimpangan etika Standar Pribadi Sumber model Sumber penguat Pedoman Performansi Norma Standar Perbandingan Sosial Perbandingan Personal Perbandingan kolektif Menghargai Aktivitas Sangat di hormati Netral Direndahkan Reaksi Evaluasi Diri Positif Negatif Dampak terhadap Self Dihadiahi Di hukum Tanpa Respon Self Atribusi Performansi Lokus Pribadi Lokus Eksternal Kurikulum holistik integratif bersifat komprehensif yaitu dilaksanakan secara menyeluruh pada aspek aspek pemenuhan hak anak di antaranya di sini adalah hak anak untuk mengerti apa yang harus dilakukan terutama dalam pemecahan masalah. 5

Gambar 1 SIMPULAN Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar dan termasuk dalam standar isi maupun standar proses dalam delapan standar pendidikan nasional. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini harus bersifat komprehensif dalam upaya memenuhi kebutuhan stimulasi perkembangan anak. Holistik Integratif adalah sebuah model kurikulum untuk memenuhi kebutuhan jasmani rohani anak, gizi dan kesehatan serta pengasuhan dan perlindungan anak. Salah satu pemenuhan kebutuhan anak adalah kemandirian dalam berpikir dan bertindak serta berinisiasi atau di sebut dengan Self Regulated Learning (SRL). Dalam pelaksanaan pembelajaran SRL melibatkan seluruh pendidik dan kerja sama yang baik dengan orang tua. Self Regulated Learning hendaknya di terapkan sejak usia dini karena merupakan proses belajar di mana peserta didik mengaktifkan kognisi, tindakan dan perasaan secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.. Penerapan self regulated learning membutuhkan desain kurikulum yang tepat dimana kurikulum harus dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk memahami dan mengerti apa yang harus dilakukan.prinsip dasar dari kurikulum holistik integratif adalah Pelayanan yang menyeluruh dan terintegrasi, berkesinambngan, non diskriminasi, pelayanan yang tersedia, dapat dijangkau dan terjangkau, serta diterima oleh kelompok masyarakat. Pembiasaan pembiasaan yang baik dalam self regulated learning akan tertanam menjadi karakter positif apabila penerapannya tepat. Maka penulis memilih kurikulum ini dengan beberapa pertimbangan dalam uraian di atas. DAFTAR PUSTAKA 1. Alwisol, 2008, Psikologi Kepribadian, UPT Penerbitan UMM : Malang 2. Dany dkk, 2012, Effective Strategies for self regulated learning : a Meta analysis 3. Dewi dkk, 2013, Desain Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif PAUD non Formal (Penelitian Research and Development di Pos PAUD Mutiara Kelurahan Lamper Lor Kecamatan Semarang Selatan), Journal : PAUDIA 4. Effeny Gerald dkk, 2013, Australian Journal of Educational & Developmental Psychology. Vol 13,, pp. 58-74. 5. Kristanto, dkk Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume 1 No. 1 2011 6

6. Latifah Eva, 2010, Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar : Kajian Meta Analisis, Volume 37, UIN : Yogyakarta 7. Mulyasa, 2015, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Rosda Karya : 8. Bandung. 9. Ormrod Ellis, 2008, Psikologi Pendidikan, Erlangga : Jakarta 10. PP no 66, 2013, Holistik Integratif, Kemendikbud : Jakarta 7

Potret kompetensi calon kepala sekolah dalam mengelola kurikulum tingkat satuan pendidikan Ratna Juwita Lembaga Pengembangan & Pemberdayaan Kepala Sekolah Corresponding author: juwitaratna2007@gmail.com Abstract. Dimensi kompetensi manajerial Kepala Sekolah/Madrasah yang tercantum dalam Permendiknas No.13 Tahun 2007 poin 2.10, yaitu mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional, mengamanahkan adanya pembekalan dan penguasaan kompetensi tersebut bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mendeskripsikan kemampuan awal calon kepala sekolah dalam mengelola kurikulum tingkat satuan pendidikan. Data kemampuan awal calon kepala sekolah dihimpun lewat instrumen AKPK (Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian) yang dibagikan ke 830 calon kepala sekolah di 10 provinsi dan 30 Kab./Kota. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan awal calon kepala sekolah pada pengelolaan kurikulum dalam kategori cukup (2,9). Sehingga dibutuhkan pembekalan dan pengembangan melalui diklat calon kepala sekolah dengan tatap muka dan magang di sekolah yang ditunjuk. Calon kepala sekolah yang telah mengikuti diklat, mendapat bekal teoritik dan praktik dalam pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. PENDAHULUAN Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah, mengamanahkan penguasaan lima dimensi kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah. Lima dimensi kompetensi tersebut meliputi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Salah satu kompetensi penting yang harus dikuasai adalah kompetensi manajerial, khususnya dalam mengelola kurikulum. Indikator kompetensi 2.10 menyebutkan bahwa kepala sekolah harus mampu mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional. Poin ini menuntut para calon kepala sekolah untuk disiapkan dan dibekali secara cukup sebelum menjabat. Kenyataannya, belum semua kepala sekolah disiapkan dan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola kurikulum tingkat satuan pendidikan. Balkar (2015), menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kompetensi manajemen dan keterampilan kepemimpinan Kepala Sekolah. Calon kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam pengelolaan kurikulum, karena sangat berhubungan dengan keterampilan mereka dalam mengelolanya. Sehingga penting adanya instrumen analisis kebutuhan yang akan memotret kompetensi awal calon kepala sekolah. Potret tersebut memberi informasi tentang gambaran pengetahuan awal calon kepala sekolah, sehingga dapat dijadikan acuan dalam proses pengembangan kompetensi dalam mengelola kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum nasional yang diberlakukan saat ini adalah Kurikulum 2013. Calon kepala sekolah harus mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam menyusun dokumen 1 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dokumen 2 silabus dan dokumen 3 RPP. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan dilakukan melalui Diklat Calon Kepala Sekolah sebagaimana diamanahkan oleh Permendiknas No. 28 Tahun 2010. Diklat ini ditempuh dalam 300 JP. 100 JP dilakukan dengan tatap muka dan 200 JP dilakukan dengan magang di sekolah. Diklat tersebut sangat dibutuhkan calon kepala sekolah dalam rangka pembekalan kompetensi pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Karena kepala sekolah adalah pemimpin pembelajaran yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran di sekolahnya kelak. METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Erna dan Mukhtar Widodo (2000), metode deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu 8

gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah. Pendapat lain menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Moh. Nazir,2003:4). Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kompetensi awal guru sebagai calon kepala sekolah dan solusi pengembangannya melalui prosedur ilmiah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan studi dokumen. Peneliti menggunakan angket yang berisi daftar pertanyaan yang dimintakan kepada responden untuk direspon (Purwanto, 2007:107). Metode angket digunakan dalam pengambilan data kemampuan awal calon kepala sekolah dalam pengelolaan kurikulum. Angket disebar ke seluruh Kab./Kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Sampel penelitian ini adalah 830 calon kepala sekolah dari 10 Provinsi, 30 Kabupaten/Kota yang mengikuti program penyiapan calon kepala sekolah tahun 2016. Angket yang digunakan adalah angket yang sudah divalidasi oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah, yang dinamakan instrumen AKPK (Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian). Tabel 1. Kab./Kota Sampel Penelitian NO Kab./Kota Sampel (org) Provinsi 1 Kab. Aceh Barat 25 2 Kab. Aceh Selatan 23 Aceh 3 Kab. Aceh Tamiang 25 4 Kab. Bangka Barat 20 5 Kab. Belitung 35 Bangka Belitung 6 Kab. Belitung Timur 14 7 Kab. Bengkulu Selatan 28 8 Kab. Bengkulu Tengah 26 Bengkulu 9 Kota Bengkulu 19 10 Kab. Bantul 26 11 Kab. Kulonprogo 30 DI Yogyakarta 12 Kab. Sleman 35 13 Kab. Batanghari 35 14 Kab. Tanjung Jabung Barat 24 Jambi 15 Kab. Tanjung Jabung Timur 24 16 Kab. Bogor 40 17 Kab. Cirebon 16 Jawa Barat 18 Kab. Garut 35 19 Kab. Cilacap 35 20 Kab. Klaten 35 Jawa Tengah 21 Kab. Sukoharjo 30 22 Kab. Banyuwangi 30 23 Kab. Bondowoso 35 Jawa Timur 24 Kab. Madiun 30 25 Kab. Kapuas Hulu 16 26 Kab. Kayong Utara 17 Kalimantan Barat 27 Kab. Ketapang 30 28 Kab. Maluku Tengah 30 29 Kota Ambon 30 Maluku 30 Kab. Halmahera Barat 32 Metode kedua yang digunakan adalah studi dokumentasi. Menurut Sugiyono (2013: 240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. 9

Peneliti menggunakan metode dokumentasi dengan menggunakan dokumen resmi milik Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala sekolah (LPPKS) berupa Juklak Juknis PPCKS dan website Portal Update Data NUKS LPPKS Indonesia di nuks.lppks.org. Juklak dan Juknis PPCKS merupakan dokumen memuat kebijakan tentang program penyiapan calon kepala sekolah, struktur program dan sertifikasinya. Sedangkan website Portal Update Data NUKS memuat data kepala sekolah se-indonesia yang telah mengikuti Diklat Calon Kepala Sekolah dan memiliki sertifikat NUKS (Nomor Unik Kepala Sekolah). HASIL DAN PEMBAHASAN Guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, harus disiapkan dan dibekali lima dimensi kompetensi sesuai tuntutan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai adalah kompetensi manajerial yang didalamnya memuat kemampuan pengelolaan kurikulum. Dalam rangka menyiapkan kepala sekolah, perlu adanya analisis kebutuhan yang memotret kemampuan awal guru yang akan menjabat posisi kepala sekolah. Instrumen analisis kebutuhan dijabarkan dari butir-butir dimensi kompetensi yang tertera dalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007. Sehingga dihasilkan instrumen dengan jumlah butir sebagai berikut ; Tabel 2. Jumlah Indikator dalam Instrumen DIMENSI JUMLAH INDIKATOR KARAKTERISTIK BUTIR ITEM Kompetensi Kepribadian 7 7 patokan, bersifat penerapan dan pengalaman Kompetensi Manajerial 14 14 patokan, bersifat pengetahuan, penerapan dan pengalaman Kompetensi Supervisi 6 6 patokan, bersifat pengetahuan, penerapan dan pengalaman Kompetensi 5 5 patokan, bersifat penerapan dan pengalaman Kewirausahaan Kompetensi Sosial 5 5 patokan, bersifat penerapan dan pengalaman Jumlah 37 patokan, bersifat pengetahuan, penerapan dan pengalaman Sumber : Petunjuk Pelaksanaan AKPK, 2013 Indikator terkait pengelolaan kurikulum masuk pada kompetensi manajerial, yaitu pada poin 9 dan 10. Indikator nomor 9, terkait keterlibatan guru dalam penyusunan dan analisa KTSP dokumen 1. Indikator nomor 10, terkait kemampuan guru menganalisis silabus dan RPP. Indikator nomor 9 tentang keterlibatan guru dalam penyusunan dokumen 1 KTSP, hasil analisis data menyebutkan bahwa dari 830 sampel guru, masih ada 5,90% guru yang tidak terlibat sama sekali dan 16,99% yang kurang terlibat dalam penyusunan maupun analisis KTSP dokumen 1. Gambar 1. Prosentase Keterlibatan Guru dalam Penyusunan Dokumen KTSP Indikator nomor 10 tentang kemampuan guru menganalisis silabus dan RPP, hasil analisis data menyebutkan bahwa dari 830 sampel guru, masih ada 2% guru yang tidak mampu sama sekali dan 13% yang kurang mampu dalam menganalisis silabus dan RPP. Hasil analisis kedua indikator diatas membuktikan bahwa masih ada guru yang kurang mampu, bahkan sama sekali tidak mampu, mengelola kurikulum tingkat satuan pendidikan. Padahal guru tersebut, jika memenuhi 10

persyaratan administratif tertentu, akan diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah yang menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran. Gambar 2. Prosestasi Kemampuan Guru dalam Menganalisis Silabus dan RPP Berdasarkan provinsi asal, rerata kemampuan awal guru dalam pengelolaan kurikulum, berada pada kategori kurang. Provinsi Jawa Timur adalah provinsi dengan rerata tertinggi. Guru dari Provinsi Jawa Timur memiliki kemampuan awal yang cukup dalam mengelola kurikulum. Gambar 3. Rerata Kompetensi Awal Pengelolaan Kurikulum Guru berdasarkan Provinsi Sedangkan Provinsi Maluku menduduki posisi terendah dan kemampuan awal gurunya kurang. 11

Gambar 4. Rerata Kompetensi Awal Pengelolaan Kurikulum Guru berdasarkan Kab./Kota Kemampuan awal calon kepala sekolah dalam mengelola kurikulum tingkat satuan pendidikan yang kurang, perlu mendapat mendapatkan pembekalan pengetahuan dan keterampilan melalui diklat calon kepala sekolah. Struktur program diklat yang disusun, disesuaikan dengan kebutuhan guru. Diklat yang dimaksud disini adalah diklat calon kepala sekolah sesuai amanah Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010. Diklat ini ditempuh dalam 300 JP. 100 JP dilakukan dengan tatap muka dan 200 JP dilakukan dengan magang di sekolah (Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat:7-10) Guru atau calon kepala sekolah yang kompetensi awalnya rendah di dimensi X, akan mendapatkan perhatian pada dimensi tersebut dan akan dimagangkan di sekolah yang unggul dalam dimensi tersebut. Sehingga diakhir diklat, kompetensi peserta di dimensi X, dapat meningkat lebih baik. Calon kepala sekolah yang memiliki kemampuan pengelolaan kurikulum kurang baik pada dimensi kompetensi manajerial, akan mendapatkan perhatian pada dimensi tersebut dan akan dimagangkan di sekolah yang baik pengelolaan kurikulumnya. Sebalikya, peserta yang memiliki kemampuan sudah baik dalam pengelolaan kurikulum, akan diarahkan kepada pendampingan teman sebaya di kelasnya. Diklat diakhiri dengan pembuatan laporan dan presentasi hasil magang. Tahapan ini mendeskripsikan hasil pemahaman dan penguasaan keterampilan dalam mengelola kurikulum sekolah, khususnya pada Kurikulum 2013. Sehingga calon kepala sekolah mendapatkan bekal yang cukup menjadi kepala sekolah. Berdasarkan Portal Update Data NUKS LPPKS Indonesia di nuks.lppks.org, baru 335 Kab./Kota di Indonesia yang membekali calon kepala sekolahnya dengan 5 (lima) dimensi kompetensi lewat Diklat Calon Kepala Sekolah. Sehingga masih 179 Kab./Kota yang tidak membekali calon kepala sekolahnya dengan 5 (lima) dimensi kompetensi Kepala Sekolah. Data rendahnya kemampuan awal calon kepala sekolah dalam mengelola kurikulum, menuntut adanya kesadaran seluruh Dinas Pendidikan Kab./Kota maupun Dinas Pendidikan Provinsi untuk menyiapkan calon kepala sekolahnya melalui diklat calon kepala sekolah. Karena kemampuan mengelola kurikulum merupakan bagian dari kompetensi manajerial yang harus dimiliki oleh kepala sekolah. 12