PENGUJIAN MULUR (CREEP)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta

15: MEKANISME PENGUATAN

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Sifat Sifat Material

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

MAKALAH ANALISA CACAT STRUKTUR PADA MATERIAL

BAB II STUDI LITERATUR

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

CREEP. Contoh komponen-komponen yang potensial mengalami creep adalah.

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

V. UJI TARIK BAJA TULANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR YANG DITINGGIKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA KARBON RENDAH

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

ANALISA BESI BETON SERI KS DAN SERI KSJI DENGAN PROSES PENGUJIAN TARIK

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Pada saat terjadinya deformasi plastis maka melibatkan pergerakan sejumlah besar dislokasi,

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

BAB II LANDASAN TEORI

Kategori Sifat Material

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

TIN107 Material Teknik. Mekanisme Penguatan. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Pisau egrek adalah alat yang digunakan untuk pemanen kelapa sawit. Pisau

Getaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Materi #7 TIN107 Material Teknik 2013 FASA TRANSFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Tugas Sarjana Teknik Material 2008 Data dan Analisa

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Kekuatan tarik komposisi paduan Fe-C eutectoid dapat bervariasi antara MPa tergantung pada proses perlakuan panas yang diterapkan.

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

Uji Kompetensi Semester 1

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

FISIKA EKSPERIMENTAL I 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

PERANCANGAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY KAPASITAS 100 JOULE. Yopi Handoyo 1)

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb.

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

MODUL KULIAH. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan MEKANIKA TEKNIK III. Slamet Widodo, S.T., M.T.

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS DENGAN METODE PEGAS DINAMIK

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

Program Studi Teknik Mesin S1

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

Pada beberapa alloi/paduan, perambatan retak adalah sepanjang batas butir, patah ini disebut intergranular. (gb. 6b).

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 4 MODULUS ELASTISITAS

: MES 313 (2 SKS TEORI + 1 SKS PRAKTIK)

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

STRESS CORROSION CRACKING (SCC) A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

1. PERUBAHAN BENTUK 1.1. Regangan :

Transkripsi:

PENGUJIAN MULUR (CREEP) Definisi creep adalah aliran plastis yang dialami material pada tegangan tetap Meskipun sebagian besar pengujian dilakukan dengan kondisi beban tetap, tersedia peralatan yang mampu mengurangi pembebanan selama pengujian sebagai kompensasi terhadap pengurangan penampang benda uji Pada temperatur relatif tinggi, creep terhadi pada semua level tegangan, tetapi pada temperatur tertentu laju creep bertambah dengan meningkatnya tegangan Pengukuran dimensi memerlukan kehati-hatian, karena dengan peningkatan temperatur beberapa per sepuluh derajat sudah terjadi penggandaan laju creep Kurva a pada Gambar 1 menampilkan karakteristik kurva creep dan setelah regangan seketika akibat pembebanan tiba-tiba, proses creep dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu creep primer atau creep transien, creep sekunder atau creep keadaan-stasioner dan creep tersier atau creep dipercepat Gambar 1 Kurva creep yang lazim dijumpai KURVA MULUR Untuk menentukan kurva mulur rekayasa suatu logam, maka pada benda tarik dikenakan beban tetap sedang suhu benda uji dijaga tetap, regangan (perpanjangan) yang terjadi ditentukan sebagai fungsi waktu Waktu yang diperlukan dapat berbulan-bulan, bahkan beberapa pengujian memerlukan waktu lebih dari 10 tahun Kurva A pada Gambar 2 merupakan bentuk kurva mulur ideal Kemiringan pada kurva (d/dt atau ) tersebut dinyatakan sebagai laju mulur Mula-mula 1

benda uji mengalami perpanjangan sangat cepat, 0, kemudian laju mulur akan turun terhadap waktu hingga mencapai keadaan hampir seimbang, dimana laju mulurnya mengalami perubahan yang kecil terhadap waktu Dalam melakukan uji mulur rekayasa, biasanya beban uji dipertahankan konstan Jadi sejalan dengan memanjangnya benda uji serta mengecilnya luas penampang lintang, maka tegangan sesumbu (uniaxial) bertambah besar Gambar 2 Kurva mulur tipikal yang menggambarkan 3 tahapan mulur Kurva A, uji beban tetap, kurva B uji tegangan tetap Andrade menyatakan bahwa kurva mulur tegangan tetap merupakan superposisi dua buah proses mulur yang berbeda yang terjadi setelah regangan mendadak yang dihasilkan oleh beban yang dikenakan Komponen pertama kurva mulur adalah kurva transien, dimana laju mulurnya turun terhadap waktu Komponen yang kedua adalah mulur viskos dengan laju mulur tetap Andrade mengajukan suatu persamaan empiris untuk menyatakan kurva mulur: = 0 (1 + t 1/3 ) e (kt) (1) dimana adalah regangan selama waktu t dan serta k merupakan konstanta Mulur transien yang dinyatakan oleh dan persamaan (1) akan mempunyai harga sama bila k = 0 Konstanta k menggambarkan perpanjangan tiap satuan panjang yang terjadi pada laju tetap Suatu persamaan yang lebih sesuai dibandingkan persamaan Andrade, walaupun pengujiannya dilakukan pada jumlah bahan yang terbatas, dikemukakan oleh Garafalo = 0 + t (1 e rt ) + s t (2) dimana 0 = regangan yang terjadi segera setelah pembebanan t = batas mulur transien 2

r = perbandingan antara laju mulur transien terhadap regangan mulur transien s = laju mulur keadaan tunak (steady-state) Gambar 3 memperlihatkan efek tegangan yang dikenakan terhadap kurva mulur pada suhu tetap Jelas kelihatan bahwa kurva mulur dengan 3 tahap dengan jelas pada kombinasi tegangan dan suhu tertentu saja Sekumpulan kurva yang serupa didapatkan untuk mulur pada tegangan tetap dan suhu yang berbeda Makin besar suhu, makin besar pula laju mulurnya Gambar 3 Penggambaran secara skematik dari efek tegangan terhadap kurva mulur pada suhu tetap parameter rancangan yang paling penting yang dijabarkan dari kurva mulur adalah laju mulur minimum Biasanya digunakan 2 buah standar, yakni: (1) tegangan untuk menghasilkan laju mulur 0,0001 persen tiap jam atau 1 % tiap 10000 jam; atau (2) tegangan untuk menghasilkan laju, mulur 0,00001 persen tiap jam atau 1 % tiap 100000 jam (kira-kira 11 ½ tahun) Kriteria yang pertama cocok untuk paduan yang digunakan pada mesin jet, sedangkan kriteria yang kedua digunakan bagi bahan untuk turbin-turbin uap dan peralatan yang sejenis PERUBAHAN STRUKTUR SELAMA MULUR Jika gradien kurva mulur (Gambar 2) dipetakan terhadap regangan, akan diperoleh kurva yang menghubungkan laju mulur terhadap regangan total (Gambar 4) Kurva ini secara dramatis menggambarkan perubahan laju mulur 3

besar yang terjadi selama uji mulur Karena tegangan dan suhu tetap, maka variasi laju mulur tersebut ditimbulkan oleh perubahan struktur internal bahan dengan adanya regangan mulur dan waktu Gambar 4 Laju regangan pada uji mulur sebagai fungsi regangan total Logam-logam yang berada pada suhu tinggi mengalami sejumlah proses deformasi sekunder Proses ini terdiri atas pergelinciran ganda, pembentukan pita gelincir yang sangat kasar, pita-pita tertekuk, pembentukan lipatan pada batas-batas butir, dan migrasi batas butir MEKANISME DEFORMASI MULUR Mekanisme deformasi mulur utama dapat dikelompokkan sebagai berikut: - Pergelinciran dislokasi mencakup pergerakan dislokasi sepanjang bidang slip dan melintasi hambatan oleh aktivasi termal Mekanisme ini terjadi pada tegangan tinggi, /G > 10-2 - Mulur dislokasi mencakup pergerakan dislokasi yang dapat melampaui habatan oleh mekanisme termal meliputi difusi kekosongan atau interstisi Terjadi pada 10-4 < /G < 10-2 - Mulur difusi mencakup aliran kekosongan dan interstisi melalui kristal di bawah pengaruh tegangan luar Terjadi pada /G < 10-4 Mulur Nabarro- Herring dan Mulur Coble termasuk dalam kelompok ini - Gelincir batas butir mencakup pergelinciran dari butir yang satu terhadap butir lainnya 4

Seringkali, lebih dari satu mekanisme bekerja pada waktu yang bersamaan Bila beberapa mekanisme beroperasi secara paralel, yaitu mereka tidak tergantung satu dengan lainnya, maka laju mulur tunak (steady state) adalah: i i (3) dimana i adalah laju mulur untuk mekanisme i Bila mekanisme beroperasi secara paralel, maka mekanisme tercepat akan mendominasi perilaku mulur Bila beberapa mekanisme beroperasi secara seri, maka mekanisme tersebut beroperasi secara berurutan, 1 (1/ ) i i dan mekanisme yang paling lambat akan mengendalikan deformasi mulur (4) Pergelinciran Dislokasi Mekanisme pergelinciran dislokasi bekerja pada level tegangan yang relatif tinggi untuk deformasi mulur biasa Laju mulur ditentukan oleh kecepatan gerak dislokasi melampaui rintangan seperti endapan, atom larut dan dislokasi lainnya Mulur Dislokasi Mulur dislokasi terjadi akibat pergelinciran dislokasi yang terjadi akibat pengaruh difusi kekosongan Kerangka dasar berbagai teori dicetuskan oleh Orawan dan Bailey yang menyatakan bahwa laju mulur tunak mencerminkan antara faktor yang saling bersaingan yaitu: lau pergeseran regangan h = / dan laju pemulihan termal hasil pengaturan kembali dan peniadaan dislokasi, r = -/t Keadaan tunak tercapai bila laju pemulihan cukup besar dan laju pergeseran regang cukup rendah sehingga tercapai keseimbangan antara kedua faktor ini s r h / t / (5) 5

Model fisis untuk mulur dislokasi harus dapat menentukan h dan r Mekanisme yang dikemukakan oleh Gituus memberikan hasil yang sesuai dengan percobaan Gagasannya didasarkan pada model pergerakan dislokasi oleh pengaruh tegangan dan difusi dalam jaringan tiga dimensi (substruktur) s dimana: c j 3 16 c jdvgb kt D v G b k T G = konsentrasi jog 3 = koefisien difusi-sendiri kisi atau bahan = modulus geser = vektor Burgers dislokasi = tegangan luar = konstanta Boltzmann = temperatur mutlak (6) Mulur Difusi Pada suhu tinggi dan tegangan yang relatif rendah, /G < 10-4 mulur difusi merupakan mekanisme pengendali Nabarro dan Herring mengemukakan bahwa proses mulur dikendalikan oleh difusi atom yang digerakkan oleh tegangan Tegangan mengubah potensial kimia atom pada permukaan butir dalam polikristal sedemikian sehingga ada aliran kekosongan ( vacancies) dari batas butir yang mengalami tegangan tarik ke batas butir yang mengalami tekanan Bersamaan dengan itu terjadi aliran atom dalam arah yang berlawanan, yang menyebabkan terjadinya perpanjangan butir Persamaan mulur Nabarro- Herring adalah: s 3 14b D 2 ktd v dimana d adalah diameter butiran dan D v adalah koefisien difusi kisi Kita lihat bahwa laju mulur berkurang dengan bertambahnya besar butir Pada suhu yang lebih rendah, difusi batas butir memegang peran utama Mulur jenis Cobble dinyatakan oleh persamaan berikut: (7) 6

s 50b ktd D 4 gb 3 dimana d adalah diameter butir dan D gb adalah koefisien difusi batas butir (8) Pergelinciran Batas-Butir Meskipun pergelinciran batas-butir tidak begitu besar pengaruhnya terhadap mulur tunak, pergelinciran batas-butir penting memegang peran penting dalam tahap awal kepatahan intergranular Namun telah dibuktikan bahwa pergelinciran batas-butir harus ada untuk mempertahankan kemuluran butir selama mekanisme alir difusi Gambar 5 Pengaruh tegangan pada laju mulur tunak (skematik) 7

DAFTAR PUSTAKA George E Dieter, 1992, Metalurgi Mekanik, Jilid 2, Jakarta: Erlangga Gere, Timoshenko, 1996, Mekanik Bahan, Jilid 2, Jakarta: Erlangga MJ Smith, 1985, Bahan Konstruksi dan Struktur Teknik, Jakarta: Erlangga Popov, EP, 1996, Mekanika Bahan, Edisi 2, Erlangga, Jakarta 8

KATA PENGANTAR F Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT, yang mana Allah telah memberikan kepada kami umur, kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini Selawat dan salam ke pangkuan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah mencerahkan bumi ini dari kegelapan Kami berterima kasih kepada Bapak Muhammad Dhafir, ST, MSi sebagai dosen pembimbing mata kuliah Rekayasa Material yang telah memberi kesempatan dan membimbing penulis untuk menyelesaikan sebuah makalah ini yang berjudul Pengujian Mulur (Creep) Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangannya Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan-perbaikan yang akan datang, baik dari dosen maupun dari teman-teman atau siapa saja yang membaca makalah ini Penulis, i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii PENGUJIAN MULUR (CREEP) 1 KURVA MULUR 1 PERUBAHAN STRUKTUR SELAMA MULUR 3 MEKANISME DEFORMASI MULUR 4 Pergelinciran Dislokasi 5 Mulur Dislokasi 5 Mulur Difusi 6 Pergelinciran Batas-Butir 7 DAFTAR PUSTAKA 8 ii

P E N G U J I A N M U L U R ( C R E E P ) Disusun Oleh: JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2007