BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata adalah upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dim iliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur fisik maupun non fisik dari sistem pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang dimaksud dengan produktifitas obyek wisata berupa meningkatnya pendapatan daerah yang diperoleh dari kunjungan wisatawan yang masuk. Pengembangan pariwisata dalam penelitian ini adalah upaya tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini pengelola Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata dilakukan bukan hanya untuk kepentingan-kepentingan wisatawan mancanegara saja, namun juga untuk menggalakan kepentingan wisatawan dalam negeri. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata. Museum menurut ICOM (Internationale Council of Museums)(Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg 2011) dalam kongresnya tanggal 14 Juni 1974 menyebutkan bahwa museum adalah sebuah lembaga yang 1
bersifat tetap dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum juga merupakan lembaga non profit yang terbuka untuk umum, tempat memamerkan dan mengkomunikasikan benda-benda bukti keberadaan manusia dan lingkungannya untuk tujuan penelitian, pendidikan serta rekreasi yang sehat. (Drs. Djoko Dwiyanto dkk., 2004) Menurut definisi dalam Statuta ICOM, Kode Etik Museum dapat diartikan sebagai berikut: a) Museum adalah sebuah organisasi nirlaba dan merupakan institusi tetap yang bergerak di bidang jasa pelayanan masyarakat, dengan segala kegiatan pengembangannya, terbuka untuk umum dan memiliki fungsi konservasi, penelitian, komunikasi serta pameran, untuk tujuan-tujuan studi, edukasi dan rekreasi, berisi tentang bukti-bukti hasil budaya manusia dan lingkungannya. b) Definisi tersebut sebenarnya dapat diterapkan secara lebih fleksibel (tidak kaku) sesuai dengan peraturan yang berlaku, karakter lokalitas, struktur fungsional maupun orientasi pengelola terhadap koleksi yang akan dipamerkan. (Sumber: Drs. Djoko Dwiyanto dkk,, 2004) 2
Yogyakarta sebagai salah satu Daerah Istimewa di Indonesia yang terkenal sebagai kota pelajar dan kota budaya. Museum Benteng Vredeburg adalah bangunan bekas benteng yang berada di Jl. Ahmad Yani No.6 Yogyakarta di kawasan nol kilometer. Lokasinya berhadapan dengan Gedung Istana Presiden (Gedung Agung) dan bersebelahan dengan pasar tradisional Pasar Beringharjo. M useum menempati bangunan bekas benteng militer kolonial Belanda. Kompleks benteng tersebut didirikan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamnegkubuwono I tahun 1760-1788. Dulu, benteng itu bernama Rustenburg, yang berarti tempat peristirahatan dan kemudian berganti nama menjadi Vredeburg yang berarti benteng pertahanan. Keberadaan Museum Benteng Vredeburg yang kini menjadi sebuah museum khusus sejarah perjuangan nasional kebanggaan Bangsa Indonesia terutama rakyat Yogyakarta. Keberadaan Benteng Vredebrug Yogyakarta memantapkan Kota Yogyakarta sebagai kota sejarah, kota wisata, dan kota pendidikan. Museum ini menyimpan banyak informasi sejarah perjuangan dalam rangka merintis, mencapai, mempertahankan, dan mengisi kemerde kaan. Meskipun Benteng Vredeburg berdiri pada masa kejayaan Belanda, namun perlu di ingat bahwa bangunan yang megah, kokoh, dan indah ini diciptakan dari tangan-tangan rakyat Yogyakarta. Inilah poin yang membanggakan bangsa dan sudah selayaknya para generasi muda menghargainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelestarian terhadap museum Benteng Vredebrug yang juga ditetapkan sebagai Benda Cagar 3
Budaya (BCB). Pelestarian bukan berarti simbol pengagungan kejayaan kolonial Belanda, namun lebih kepada pelestarian untuk mendapatkan fungsi baru sebagai sumber informasi dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi yang akan datang. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pengunjung, Museum Benteng Vredeburg melakukan revitalisasi terhadap ruang audio visual Museum Benteng Vredeburg sebagai sarana utama pengenalan pengunjung mengenai sejarah dan pengenalan koleksi Museum Benteng Vredeburg. Salah satu ruangan yang masih harus dikembangkan dalam hal fasilitas untuk peningkatan pelayanan pengunjung adalah ruang audio visual. Ruang audio visual merupakan bentuk penyajian ruang mini studio yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan dan menayangkan film dokumenter sejarah serta Pengenalan Museum Benteng Vredeburg. Selain sebagai ruang pemutaran film, dahulu pengunjung juga pernah memanfaatkan ruangan untuk diskusi film, bedah film, dan festival film. Ruang audio visual di Museum Benteng Vredeburg memiliki peranan yang sangat penting sebagai salah satu destinasi pengunjung Museum Benteng Vredeburg, akan tetapi fasilitas yang ada di ruang audio visual ini kurang menunjang untuk dalam hal penampilan dan penyajian di ruang audio visual memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Oleh karena hal diatas, maka penulis akan menjadikan obyek penelitian untuk Tugas Akhir 4
dengan judul "Strategi Pengembangan Fasilitas di Ruang Audio Visual Pada Museum Benteng Vredeburg. B. Rumusan Masalah Hal mengenai Strategi Pengembangan Fasilitas Ruang Audio Visual di Museum Benteng Vredeburg menurut penulis dapat ditinjau sebagai suatu masalah yang akan diteliti dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penyajian Ruang Audio Visual Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta? 2. Apa saja potensi yang dimiliki Ruang Audio Visual Museum Benteng Vredeburg? 3. Strategi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengembangkan fasilitas Ruang Audio Visual sehingga menjadi daya tarik wisatawan? C. Tujuan Penelitian Sebagaimana tersebut dalam Rumusan Masalah, maka tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah dengan maksud: 1. Untuk mengetahui potensi dan penyajian Ruang Audio Visual dalam Museum Benteng Vredeburg dengan kondisi saat ini secara langsung berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara narasumber. 2. Untuk memberikan masukan bagi Museum Benteng Vredeburg dalam strategi pengembangan fasilitas Ruang Audio Visual. 5
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat pembuatan Tugas A khir ini, bagi pribadi penulis Selain untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja juga terutama guna memenuhi syarat meraih gelar Ahli Madya dari Progran Diploma III Kepariwisataan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat bagi Museum Benteng Vredeburg Bermanfaat secara akademis maupun praktis di dunia kerja penulis dan masyarakat nantinya, terutama dalam sistem pengelolaan museum dan ruang audio visual secara umum dan khususnya di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 3. Manfaat bagi Wisatawan Diharapkan dapat menginspirasiwisatawan khususnya generasi muda dalam membuat sejarah baru untuk nusa dan bangsanya. E. Tinjauan Pustaka Memahami kutipan Ika Setia Pambudi (Laporan Tugas Akhir, 2010) berdasarkan definisi yang diberikan ICOM (International Council of Museums), organisasi permuseuman di bawah Badan UNESCO Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), museum adalah lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani kepentingan umum dan perkembangannya, terbuka untuk umum yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkonsum si dan memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. 6
F. Landasan Teori I. Dari pengertian museum menurut ICOM tersebut dapat diuraikan makna yang terkandung di dalamnya: 1. Museum merupakan sebuah lembaga tetap dan tidak mencari keuntungan 2. Museum melayani masyarakat untuk kepentingan perkembangannya dan terbuka untuk umum. 3. Museum menghimpun barang-barang pembuktian material manusia dan lingkungannya. 4. Museum memelihara dan mengawetkan koleksinya untuk dipergunakan sebagai sarana kom unikasi dengan pengunjungnya. 5. Kegiatan yang dilaksanakan oleh museum adalah untuk kepentingan studi, pendidikan dan rekreasi. Selanjutnya tugas-tugas museum menurut pengertian tersebut adalah memperoleh (acquire), melestarikan (conserve), meneliti (research), mengkomunikasikan (communicate) dan memamerkan (exhibit) bendabenda bukti material atau bukti bendawi manusia dan lingkungannya. Satu kata dalam uraian di atas yang sangat perlu mendapatkan perhatian adalah mengkomunikasikan. Seberapa besar informasi yang terkandung dalam benda-benda koleksi museum, tidak akan bermanfaat apa-apa jika gagal dikomunikasikan kepada masyarakat. Karena pada 7
dasarnya museum diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat bukan bendanya. Satu cara yang dipandang cukup efektif untuk mengkomunikasikan koleksi museum dengan cara pameran. Dalam ranah permuseuman, dikenal adanya museum umum dan museum khusus. Hal yang membedakannya adalah spesifikasi koleksi yang dikelolanya. Museum umum adalah museum yang mengelola koleksi yang dapat mendukung pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Yang menarik adalah museum khusus. Museum khusus adalah museum yang hanya mengelola koleksi yang hanya mendukung pengembangan satu ilmu pengetahuan saja. Misalnya sejarah perjuangan, biologi dan seni lukis. Oleh karena itu dalam museum khusus akan dikenal adanya museum seni lukis, museum sejarah perjuangan,museum transportasi dan m useum kereta api. (Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg 2014) Kata museum berasal dari bahasa bangsa Yunani kuno museion yang artinya kuil untuk melakukan pemujaan terhadap sembilan dewi muse. Selanjutnya pengertian Museum dapat dipahami melalui definisi beberapa pendapat sebagai berikut: Menurut Boyer (1996), yang dikutip Techonly13 s Blog mengacu dari dunia kepurbakalaan, museum mempunyai dua pengertian yaitu tempat para muses serta tempat ilmu pengetahuan dan menuntut ilmu seperti pada museum Alexandria yang didirikan pada abad ke-3 sebelum Masehi. 8
Pada umumnya masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum. Karena di balik kekakuannya, museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budaya dari suatu lingkungan (bahkan keberadaan suatu bangsa) kepada masyarakat. Masyarakat juga bisamenggunakan museum sebagai sarana belajar, selain sebagai tempat rekreasi. (Wikipedia Bahasa Indonesia) II. Museum Menurut Lingkungan Kedudukannya Sementara, berdasarkan lingkungan kedudukannya museum sebagai berikut: A. Museum Nasional adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional. B. Museum Propinsi adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah propinsi tertentu. C. Museum Lokal adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal dari mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah 9
kabupaten atau kotamadya tertentu.(pedoman Pengelolaan Museum 2004) III. Museum Menurut Penyelenggaranya Menurut penyelenggaranya museum sebagai berikut: A. Museum Pemerintah adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. B. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.(pedoman Pengelolaan Museum 2004) IV. Prinsip dasar yang harus dipenuhi museum dalam statuta ICOM: 1) Konstitusi (sesuai peraturan perundangan yang berlaku) Museum harus memiliki landasan konstitusional sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. 2) Finansial Museum harus memiliki kemampuan keuangan untuk melindungi koleksi-koleksinya sekaligus operasionalnya. 3) Kerjasama museum dan organisasi pendukung lainnya Museum sangat tergantung pada masyarakat luas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Banyak museum yang memiliki sahabat dan organisasi pendukung. Masing-masing institusi tersebut bertanggungjawab untuk turut serta dalam 10
mendukung, berkontribusi, dan membantu m useum untuk tetap dapat melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya secara harmonis. 4) Edukasional dan peran komunitas terhadap museum Museum memiliki tanggungjawab terhadap komunitas terkait dengan fungsi-fungsinya sekaligus kedudukannya sebagai fasilitas umum. Demikian pula masyarakat yang juga memiliki kewajiban untuk turut serta dalam memelihara dan mengembangkan museum. 5) Dapat diakses untuk umum Museum baik secara fisik maupun intelektualitas harus dapat diakses untuk umum (sejauh dalam koridor yang masih dapa t dipertanggungjawabkan). 6) Penyediaan tenaga-tenaga pendukung yang memadai Museum seharusnya memiliki staf dengan kemampuan yang sesuai dan memadai guna mendukung bagi kepentingan museum itu sendiri. 7) Fungsi memamerkan, display dan kegiatan khusus lainnya Museum berfungsi sebagai tempat pameran koleksi sekaligus penyebarluasan informasi baik pendidikan maupun ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian, pameran tetap maupun kegiatan-kegiatan lain yang bersifat temporer dan diselenggarakan secara khusus. 8) Aktivitas-aktivitas lain yang mampu menghasilkan pendapatan benda yang diduga 11
Museum diberikan kesempatan untuk dapat memperoleh pendapatan tambahan selain dari pendapatan tetap, misalnya dengan adanya kafetaria atau art shop dan lain sebagainya dalam batas-batas yang dapat dipertanggungjawabkan. (Pedoman Pengelolaan Museum 2004) Fasilitas dapat diperoleh dari pihak internal pengelola maupun dari pihak luar museum. Fasilitas ditujukan untuk meningkatkan fungsi museum sebagai salah satu ruang publik. Bentuk fasilitas misalnya penyediaan jasa bagi penelitian suatu benda yang diduga atau diidentifikasi sebagai benda peninggalan budaya, menjadikan museum sebagai sarana atau fasilitas kegiatan kemasyarakatan, contoh adalah pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg untuk kegiatan festival kesenian dan pameran hasil kerajinan, peminjaman koleksi oleh instansi lain untuk kepentingan tertentu seperti pameran dan ceramah. Kegiatan tersebut perlu untuk dituangkan dalam suatu peraturan yang akan menjadi mekanisme kontrol museum sehingga tidak menyimpang dari prosedur dan tata laksana museum yang ada. G. Metode Penelitian dan Penulisan 1. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang bukan berbentuk angka, akan tetapi berupa uraian kata -kata, ungkapan yang dipergunakan untuk pembahasan Strategi Pengembangan Fasilitas Ruang Audio Visual. Data kualitatif 12
dikum pulkan dengan teknik Observasi, Wawancara dan D okumen yang ada. 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dilakukan dengan teknik Observasi, Wawancara dan Studi Pustaka yaitu: a). Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai fasilitas ruang audio visual Museum Benteng Vredeburg. Observasi dilakukan dengan teknik pencatatan dan dilengapi dengan Dokumen foto. b). Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung antar peneliti dengan informasi. c). Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengacu kepada dokumen-dokumen, terutama buku mengenai koleksi Museum Benteng Vredeburg serta hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan permasalahan untuk memperkuat data penelitian. 3. Teknik Analisis Data a). Analisis Kualitatif 13
Analisis Kualitatif yaitu analisis yang menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan mengenai potensi dan strategi pengembangan pengelolaan ruang audio visual Museum Benteng Vredeburg b). Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan singkatan dalam Bahasa Inggris dari Strenghts(Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Kesempatan) dan Threatss (Ancaman). Analisis SWOT mengidentifikasi strategi yang memungkinkan dilakukan dengan cara melihat peluang dan potensi yang ada dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dan sekaligus memperbaiki kelemahan untuk mengatasi ancaman-ancaman yang mungkin terjadi dalam pengelolaan Strategi Pengembangan Fasilitas di Ruang Audio Visual. 4. Waktu dan Tempat Pelaksana Penulis melakukan praktik kerja lapangan/penelitian untuk Tugas Akhir ini selama 3 (tiga) bulan, terhitung mulai tanggal 01 Februari 2014 sampai dengan 30 April 2014 di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, dengan waktu kerja pukul 07.30-15.30 WIB dan setiap hari kerja pada hari Selasa sampai Sabtu dalam melayani wisatawan. H..Sistematika Penulisan Penulisan Tugas Akhir ini akan disajikan dalam 4 Bab, meliputi: 14
Bab 1. Pendahuluan, yang akan menyajikan mengenai: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Tinjauan pustaka, Landasan teori dan Metode penelitian&penulisan. Bab II. Menguraikan tentang Museum Benteng Vredeburg mengenai hal-hal: Sejarah Benteng Vredeburg, Penetapan sebagai Museum Benteng Vredeburg, Sejarah Pemanfaatan Benteng Vredeburg, Profil Museum Benteng Vredeburg. Bab III. Menganalisi atas Rumusan Masalah Strategi Pengembangan Fasilitas di Ruang Audio Visual Museum Benteng Vredeburg, yang terdiri atasruang lingkup keberadaan ruang audio visual sebagai bagian fasilitas museum. Selain itu juga mengamati kondisi fasilitas audio visual sebagai penampilan dalam meningkatkan aktivitas pengunjung yang terdiri atas Penataan ruang & Kondisi fasilitas, serta Dukungan dan evaluasi hasil pengamatan (observasi). Bab IV. Penutup laporan Tugas Akhir dengan menyampaikan Kesimpulan dan Saran dari penulis. Selanjutnya berikut lembar-lembar halaman yang berhubungan dengan penyajian Tugas Akhir ini, berupa pengesahan akademik, persembahan penulis, kata pengantar, lampiran peta, fotografi, dokumentasi, dan data statistik. 15