BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Ratna Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang berada di ruang terbuka (outdoor), sehingga pengunjung dapat menikmati koleksi sekaligus keindahan alam yang saat ini sudah jarang ditemui di Jakarta. Sedangkan keunikan museum adalah kawasan museum yang pada awalnya merupakan kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial. Hal tersebut menjadi nilai penting yang menentukan bentuk pengelolaan Museum Taman Prasasti. Museum Taman Prasasti dikategorikan ke dalam jenis open air museum. Museum jenis ini jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia. Walaupun dewasa ini terdapat beberapa museum yang berada di ruang terbuka, namun yang benar-benar menerapkan prinsip open air museum sangat jarang ditemui. Open air museum harus berlokasi di suatu situs arkeologi, mengutamakan keotentikan situs tersebut beserta isinya, dan berupaya merekonstruksi cara-cara hidup di masa lampau melalui pameran dan program lainnya. Museum Taman Prasasti memiliki kemampuan untuk memenuhi kriteria tersebut. Museum sudah berlokasi di suatu situs arkeologi yang berasal dari periode kolonial. Hanya saja, museum masih perlu berupaya mengedepankan nilai keotentikan situs melalui penataan pameran yang sesuai dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Selain itu, museum juga harus mengadakan programprogram edukatif-rekreatif yang berkaitan dengan koleksi museum guna merekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia pada abad ke-18 hingga 20, terutama yang berkaitan dengan pemakaman dan kematian. Museum Taman Prasasti memiliki karakteristik tersendiri yang dibentuk oleh sejarah dan latar belakang pendiriannya. Hal tersebut berkaitan dengan jenisjenis koleksi yang dimilikinya. Konsep museum harus didasari oleh karakteristik museum itu sendiri. Konsep museum harus bersifat dinamis, mengacu pada 103
2 104 kebutuhan pasar (masyarakat) dan sesuai dengan keadaan museum sebenarnya. Perumusan konsep tidak bisa hanya terpaku pada kebijakan internal tanpa melihat kondisi museum di lapangan. Konsep museum tidak lagi bersifat tradisional yang terfokus pada penanganan objek semata (object oriented), melainkan bersifat melayani masyarakat (public oriented) sebagaimana yang terdapat di dalam prinsip new museology. Sebagai museum yang berada di wilayah Jakarta, Museum Taman Prasasti berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai identitas dan sejarah perkembangan kota Jakarta. Diharapkan masyarakat Jakarta dapat mengetahui dan memahami bentuk perkembangan Kota Jakarta dari masa ke masa melalui informasi-informasi di balik koleksi museum. Selain itu, museum berperan sebagai media pengembangan masyarakat Jakarta melalui programprogram menarik yang berisi muatan edukasi dan rekreasi. Pembahasan yang telah dilakukan mengenai konsep Museum Taman Prasasti menghasilkan rumusan konsep baru yang sesuai dengan karakteristik museum tersebut, yaitu: Visi Terwujudnya Museum Taman Prasasti sebagai lembaga penyelamatan dan pelestarian situs pemakaman kolonial di Jakarta, yang dimanfaatkan untuk tujuan edukasi dan rekreasi bagi masyarakat. Misi 7. Menyelamatkan dan melestarikan situs pemakaman kolonial di Jakarta (Kebon Jahe Kober), beserta kandungan informasi yang terdapat di dalamnya, baik berupa artefak dan fitur, maupun nilai-nilai budaya yang melekat di dalamnya. 8. Memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi utama berupa nisan periode kolonial di Batavia, beserta koleksi penunjang lainnya.
3 Menyampaikan pengetahuan dan informasi mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial secara khusus, dan informasi lainnya, seperti perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. 10. Menyediakan program-program edukatif yang berkaitan dengan koleksi utama museum, yaitu nisan-nisan periode kolonial, kepada masyarakat. 11. Menjadikan kawasan museum sebagai sarana rekreasi di alam terbuka, melalui penataan lansekap dan penyajian pameran yang menarik, serta program-program interaktif yang menghibur masyarakat. 12. Menyediakan ruang terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru Kota Jakarta. Pernyataan Misi Museum Taman Prasasti adalah museum milik Pemerintah DKI Jakarta yang memperoleh, mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan koleksi-koleksi berupa artefak, fitur, dan lansekap yang berkenaan dengan situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober pada umumnya. Museum bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan situs yang berasal dari abad ke-18 di Batavia, serta menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta pada umumnya dan bentuk pemakaman kolonial pada khususnya melalui pameran dan program edukatif-rekreatif. Museum berperan sebagai kawasan cagar budaya dan paru-paru kota yang melayani masyarakat Jakarta pada khususnya, serta masyarakat Indonesia dan manca negara pada umumnya. Konsep tersebut merupakan pedoman bagi setiap aktivitas yang dilakukan Museum Taman Prasasti, baik yang berkaitan dengan penanganan koleksi ataupun program publik. Adapun pengelolaan Museum Taman Prasasti harus didukung oleh struktur organisasi yang tepat dan lengkap, meliputi bagian administrasi,
4 106 bagian kuratorial, dan bagian operasional. Pekerjaan tidak bisa dilakukan secara rangkap, melainkan dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan demikian, kinerja museum dapat berjalan secara terarah dan tepat sasaran, sehingga tujuan (goal) museum dapat tercapai. Konsep yang telah dirumuskan kemudian dikomunikasikan kepada masyarakat melalui bentuk penyajian yang tepat. Bentuk penyajian museum terdiri dari berbagai cara, namun yang paling utama adalah pameran tetap. Penataan pameran tetap di Museum Taman Prasasti harus sesuai dengan prinsip tata pamer museum dan open air museum. Dengan menggabungkan kedua prinsip tersebut, maka dapat dihasilkan bentuk pameran ideal yang menarik dan informatif. Selain bermaksud untuk menyampaikan informasi, pameran juga bertujuan untuk memberikan kesan dan pengalaman kepada pengunjung. Apabila museum menyajikan bentuk pameran yang kaku, membosankan dan tidak informatif, maka pengunjung akan memiliki kesan yang buruk terhadap museum tersebut. Sedangkan, apabila pameran disajikan menarik dan informatif, maka pengunjung akan memperoleh pengalaman positif yang dapat membuatnya berkunjung kembali ke museum tersebut di lain waktu. Museum Taman Prasasti pada awalnya merupakan kawasan pemakaman yang berasal dari periode kolonial di Batavia. Oleh karena itu, Museum Taman Prasasti bukanlah merupakan suatu bangunan atau kawasan yang dirancang khusus untuk dijadikan museum. Bentuk penataan pameran harus disesuaikan dengan denah dan kondisi museum yang sudah ada. Secara umum, prinsip penataan pameran di Museum Taman Prasasti sama dengan museum lainnya, namun terdapat beberapa hal yang berbeda, mengingat jenis museum yang merupakan open air museum. Museum Taman Prasasti harus mempunyai gagasan yang melatarbelakangi penataan pameran tetapnya. Gagasan tersebut merupakan arahan bagi penyelenggaraan dan pengembangan bentuk pameran. Berdasarkan konsep museum yang telah dirumuskan, maka dihasilkan suatu gagasan yang merupakan tema besar (ide) di balik pameran, yaitu situs pemakaman kolonial Kebon Jahe Kober sebagai data arkeologi yang mengungkapkan berbagai informasi di masa lampau.
5 107 Melalui gagasan tersebut, diharapkan pameran dapat berkembang secara dinamis. Pameran tidak hanya menyajikan satu jenis informasi, melainkan berbagai jenis informasi yang unik dan menarik. Informasi tersebut meliputi pengetahuan mengenai sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum, bentuk pemakaman kolonial secara khusus, perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Penataan pameran dilakukan secara sistematis agar dapat memudahkan penyampaian informasi. Gagasan pameran diuraikan melalui alur cerita (storyline) yang disampaikan kepada pengunjung. Alur cerita utama yang dijadikan pengantar perkenalan museum adalah sejarah dan latar belakang pendirian Kebon Jahe Kober. Narasi tersebut akan berkesinambungan dengan sejarah perkembangan Kota Jakarta secara umum. Kemudian, secara garis besar alur cerita di bagi ke dalam dua bentuk informasi. Bentuk yang pertama adalah informasi mengenai keadaan pemakaman kolonial di masa lampau. Informasi itu dapat disampaikan melalui penyajian lansekap dan penataan nisan yang disesuaikan dengan bentuk pemakaman kolonial di masa lampau. Sedangkan bentuk informasi kedua adalah pengetahuanpengetahuan yang bersifat khusus mengenai pemakaman kolonial. Misalnya saja, pengetahuan mengenai komposisi penduduk Batavia dari masa ke masa, tokohtokoh bersejarah yang dimakamkan di Kebon Jahe Kober, perkembangan aksara kolonial, perkembangan gaya seni dan patung kolonial, serta lambang heraldik. Alur cerita yang telah disusun, kemudian dituangkan ke dalam pameran museum. Area utama pameran disesuaikan dengan kavling-kavling yang telah terbentuk. Makam insitu, makam tokoh terkenal, dan makam masif bergaya seni tinggi merupakan masterpiece yang harus ditonjolkan pada tiap-tiap ruang tersebut. Sedangkan makam eksitu akan diatur kembali dan dikelompokkan berdasarkan tema-tema tertentu berkenaan dengan informasi yang ingin disampaikan museum. Dalam hal ini, tema-tema tersebut adalah periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Penaatan makam eksitu secara tematis bertujuan untuk memudahkan penyampaian informasi sehingga dapat dengan mudah dipahami pengunjung.
6 108 Hal yang perlu dicatat adalah tidak semua koleksi yang dimiliki museum harus disajikan di ruang pameran. Koleksi-koleksi yang dipamerkan adalah koleksi yang memiliki muatan informasi tertentu, sedangkan koleksi yang bersifat umum disimpan di gudang. Hal tersebut bertujuan untuk membatasi jumlah informasi agar pengunjung dapat fokus dan memahami informasi yang disajikan. Selain itu, penyajian koleksi secara tidak berlebihan juga berkaitan dengan penyesuaian bentuk museum dengan kondisinya di masa lampau, serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam menikmati alam terbuka yang lapang dan indah. Penyelenggaraan Museum Taman Prasasti harus berbasis kepada aspek pelestarian, mengingat kawasan museum tersebut merupakan data arkeologi yang berasal dari periode kolonial. Adapun data-data arkeologi itu meliputi artefak, fitur, dan lansekap. Museum Taman Prasasti adalah suatu usaha penyelamatan yang dilakukan untuk melindungi dan melestarikan situs pemakaman kolonial di Jakarta yang masih bertahan hingga saat ini Saran Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, pembahasan, dan juga kesimpulan dari penelitian mengenai konsep pengelolaan dan bentuk penyajian pada Museum Taman Prasasti, penulis memiliki beberapa saran untuk diajukan. Saran-saran tersebut dibagi ke dalam dua kelompok. Saran yang pertama berkenaan dengan konsep pengelolaan museum. Museum Taman Prasasti sebaiknya mengganti konsep museum saat ini dengan konsep baru yang telah dirumuskan. Konsep museum saat ini dirasakan kurang tepat karena tidak sesuai dengan karakteristik museum yang bersangkutan. Selain itu, konsep Museum Taman Prasasti tidak dapat disatukan dengan Museum Sejarah Jakarta karena karakteristik kedua museum tersebut berlainan. Museum Taman Prasasti harus mempunyai konsep pengelolaan yang lengkap meliputi visi, misi, dan pernyataan misi. Guna mendukung konsep museum, Museum Taman Prasasti sebaiknya mengganti nama museum menjadi Museum Kerkhof Kebon Jahe (Kebon Jahe
7 109 Memorial Museum), mengingat sebenarnya situs yang digunakan sebagai museum adalah sebuah makam (kerkhof) Belanda yang didirikan pada akhir abad ke-18. Nama tersebut dirasakan lebih tepat karena memberikan gambaran langsung mengenai isi museum. Saran yang kedua berkaitan dengan bentuk penyajian Museum Taman Prasasti. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penataan Museum Taman Prasasti harus mengacu pada prinsip open air museum, yaitu mengutamakan keotentikan situs beserta pelestariannya, dan mengupayakan rekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia di masa lampau, khususnya yang berkenaan dengan pemakaman dan kematian. 2. Makam-makam insitu tidak dapat dipindahkan dan diubah bentuknya. makam-makam tersebut menjadi perhatian utama museum (masterpiece) dan harus dapat bercerita banyak kepada pengunjung. Masterpiece lainnya adalah makam tokoh-tokoh terkenal dan makam masif bergaya seni tinggi. Kedua jenis makam tersebut diperlakukan selayaknya makam insitu. 3. Tidak semua makam eksitu disajikan di dalam ruang pameran. Hanya makam-makam yang memiliki informasi tertentu yang dipamerkan, sedangkan makam yang bersifat umum disimpan di gudang. Dalam penataannya, makam eksitu diklasifikasikan ke dalam tema-tema tertentu antara lain, periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Selain itu, koleksi yang dipamerkan juga memuat informasi mengenai perkembangan prasasti kolonial, aksara kolonial, gaya seni nisan dan patung kolonial, serta lambang heraldik. 4. Penataan lansekap harus sedapat mungkin disesuaikan dengan bentuk kondisi Kebon Jahe Kober di masa lampau. Melalui foto, gambar, dan dokumen lainnya, dapat diketahui bentuk penataan lansekap dan jenisjenis vegetasi yang ditanam. Mengenai hal ini, diperlukan penelitian yang mendalam mengenai bentuk pemakaman Belanda pada masa kolonial dan jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam. Tujuannya adalah agar pengunjung
8 110 dapat merasakan secara langsung bentuk pemakaman kolonial di masa lampau sehingga memudahkan proses penerimaan informasi. 5. Alur pengunjung dibuat secara teratur dan sistematis melewati tiap-tiap kavling tersebut. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati koleksikoleksi yang dipamerkan secara berurutan dan tidak ada yang terlewatkan. Pada perbatasan antara kavling satu dengan kavling lainnya dibuat batasan ruang yang jelas sebagai penanda adanya pergantian ruang. Batas tersebut dapat berbentuk pagar taman yang indah ataupun vegetasi yang masif. Pembuatan batas-batas kavling harus diperhatikan keserasian dan keindahannya. 6. Museum Taman Prasasti harus mempunyai introduction room yang berfungsi untuk memberikan persiapan dan menyatukan pemikiran (mind set) pengunjung terhadap informasi yang akan mereka peroleh di dalam pameran. Dengan demikian, pengunjung dapat lebih fokus dan memahami bentuk-bentuk informasi yang disampaikan museum. Berdasarkan kondisi yang telah ada, introduction room sebaiknya ditempatkan di sebelah barat ruang serba guna (kavling J). Penempatan tersebut dirasakan tepat karena lokasinya yang berada di dekat pintu masuk sehingga sesuai dengan alur pengunjung. Selain itu, pada kavling J tidak terdapat makam insitu. Koleksi-koleksi yang terdapat pada kavling J dapat dipindahkan dan ditempatkan di lokasi yang sesuai. 7. Museum Taman Prasasti harus mempunyai gudang yang memadai untuk menyimpan koleksi-koleksi yang tidak dipamerkan. Gudang tetap berlokasi pada tempat yang sama, yaitu di sebelah timur museum (dekat toilet), namun bahan material gudang harus diganti dengan bahan yang masif dan kuat. Tujuannya adalah untuk menjaga dan melindungi koleksi. Gudang harus mempunyai ruangan yang cukup luas sehingga koleksi dapat diatur secara rapi dan aman. Nisan-nisan dijajarkan secara teratur dengan memberi lapisan pengaman yang membatasi satu nisan dengan nisan lainnya. Kemudian, nisan-nisan itu diberi nomor urut dan didaftarkan ke dalam katalog yang mencatat koleksi-koleksi yang disimpan digudang.
9 Selain pameran, Museum Taman Prasasti harus meningkatkan bentuk penyajian lainnya, baik itu berupa acara audio visual, ceramah dan diskusi, program interaktif, serta publikasi dan penerbitan. 9. Sebagai open air museum, Museum Taman Prasasti harus menyediakan berbagai program interaktif yang kreatif dan inovatif yang berkaitan dengan rekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia di masa lampau, khususnya yang berkenaan dengan pemakaman dan kematian. 10. Museum Taman Prasasti harus meningkatkan sarana penunjang lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung, antara lain toilet yang memadai, pusat informasi dan perpustakaan yang lengkap, bangkubangku taman, toko souvenir, dan kafe.
BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI
70 BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI 4.1. Konsep Pengelolaan Museum Taman Prasasti Setiap museum harus memiliki konsep yang melatarbelakangi kinerjanya. Konsep
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata ke museum selain bertujuan untuk berlibur juga dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus ikut menjaga pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari masa lampau dalam menjalani masa kini dan masa yang akan datang dan tidak mungkin lepas dari budayanya sendiri. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, museum-museum baik di Indonesia maupun di dunia telah mengalami suatu perkembangan. Museum tidak lagi ingin disebut sebagai gudang tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, era pembangunan teknologi sudah sangat cepat berkembang di mana suatu produk dari hari ke hari akan memberikan suatu perkembangan yang mana perkembangan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Museum merupakan lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi kebudayaan dan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.
PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,
Lebih terperinci1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari
Lebih terperinciPERTEMUAN 4. Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia. penyelenggara dan kedudukan museum. Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang
PERTEMUAN 4 Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia A. Pendahuluan Jenis museum bermacam-macam dan dapat ditinjau dari berbagai segi. Yang paling sering ditinjau yaitu dari segi koleksi. Jenis museum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai pandangan awal tentang judul yang diambil yaitu Museum Transportasi Darat di Bali. Adapun hal yang dibahas dalam bab ini yaitu latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi
BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan I La Galigo merupakan intangible heritage yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi Selatan dan saat ini masih bertahan di tengah arus globalisasi. Salah satu cara untuk melestarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta
Lebih terperinciINPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng
INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA PROBLEMATIKA Aktualita: Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng Pembangunan wisata budaya betawi yang mengharuskan Perencanaan
Lebih terperincibanyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pesatnya perkembangan zaman kearah yang lebih modern dan diikuti dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan, kian menuntut masyarakat memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciGaleri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini
Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN PROYEK
BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh
Lebih terperinciBAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM
BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Zaman sekarang ini, media elektronik merupakan salah satu pemberi informasi tercepat, namun walaupun media elektronik dapat cukup memberi informasi yang menjanjikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan
Lebih terperinciMUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi proyek Indonesia termasuk negara yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah. Sementara di sisi lain sering terdengar prestasi siswa-siswi indonesia di
Lebih terperinciPEDOMAN MUSEUM SITUS CAGAR BUDAYA DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
K ONSEP P EDOMAN M USEUM S ITUS C AGAR B UDAYA DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 2006 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. Dasar B. Maksud C.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, mulai dari kosmetik, aromatherapy, obat, hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandung merupakan kota yang sering dijuluki dengan kota paris van java karena banyaknya bangunan-bangunan heritage seperti kota paris dan pertunjukan kesenian atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE
Lebih terperinciBAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM
BAB 6 EVALUASI RANCANGAN Berdasarkan evaluasi akhir terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pada rancangan Sriwijaya Archaeology Museum. Selain itu penambahan pada desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan kota saat ini belum menjadi primadona bagi masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perpustakaan kota saat ini belum menjadi primadona bagi masyarakat, keberadaannya seringkali banyak terabaikan dan malah kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM
BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, perkembangan multimedia sebagai media pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperincipokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan
BAB III GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA 3.1. Pengertian Ada beberapa pengertian Galeri Seni (Art Gallery) yang antara lain : a. Menurut Amri Yahya.10 Galeri Seni adalah suatu tempat pemajangan benda-benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara tidak akan lepas dalam kerjasama dengan negara lain dalam memperat hubungan antar negara, kerjasama tersebut terutama dalam hal politik dan kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional berbeda-beda. Makanan tradisional sendiri merupakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sarat akan kebudayaan tradisional yang beraneka ragam, Salah perwujudan budaya tersebut adalah pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah juga selalu menjadi hal yang penuh misteri bagi sebagian anak-anak, karena sejarah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan
BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas
BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat
Lebih terperinciJURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL. Oleh. Toni Herwanto
JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL Oleh Toni Herwanto PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Benda Cagar Budaya merupakan benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau
Lebih terperinci2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1. Alasan Pemilihan Lokasi Lokasi yang tepat untuk merancang Museum Ciliwung berada di Jalan Condet Raya, Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. LOKASI TAPAK
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. Adapun maksud dan tujuan perancangan Multimedia Interaktif ini
BAB II METODE PERANCANGAN A. Maksud dan Tujuan Perancangan Adapun maksud dan tujuan perancangan Multimedia Interaktif ini adalah: 1. Membuat media promosi Museum Seni Rupa dan Keramik berbasis multimedia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan publik melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan publik melalui usaha pengoleksian dan memamerkan benda-benda serta aset-aset bersejarah dan sumber pengetahuan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
88 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari seluruh uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Dari segi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PROYEK
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Tinjauan Proyek Judul : Pusat Pendidikan Budaya Betawi Tema : Arsitektur Betawi Lokasi : Jalan Bulungan Raya, Jakarta Selatan Luas Lahan : ±
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama
BAB IV ANALISIS 4. Analisis Kegiatan 4.. Kegiatan Utama Kegiatan ini antara lain berupa penyelenggaraan pameran, penerangan dan peragaan. a. Jenis pameran museum ini dapat dibagi: ) Berdasarkan gerak,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki kekayaan budaya yang berlimpah dan beragam. Namun dengan kekayaan budaya yang Indonesia miliki ternyata tidak memberikan bukti nyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Projek 1.1.1 Gagasan awal Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi Biota Laut Endemik di Jepara merupakan pendekatan sebuah perancangan baru kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Penulis akan membuat sebuah buku yang berisi tentang museum sejarah jakarta. Buku tersebut akan membahas mengenasi sejarah bangunan, fungsi bangunan pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide / Gagasan Perancangan 4.1.1. Ide Desain Atas dasar Gagasan iklan yang datang dari pihak produsen produk, disini penulis bertugas sebagai team kreatif yang menerjemahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.
Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,
Lebih terperinciPerancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 156 Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid Armeinda Nur Aini dan Arina Hayati Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 4. Sarana : Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai pembelajaran
BAB I Pendahuluan 1.1 Dekripsi Untuk mengetahui gambaran judul tentang Pengembangan Museum Jamu Jago Sebagai Sarana Wisata Kreatif maka penjabaran setiap judul dapat diartikan sebagai berikut: 1. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu instrumen yang berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat. Angklung merupakan salah satu instrumen tradisional yang berasal dari material Bambu.
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA III.1 INTERPRETASI TEMA Urban yang berarti kota sering diinterpretasikan sebagai ruang tempat berbagai aktifitas manusia berlangsung dengan hiruk pikuknya. Tempat dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tema dan gaya sebuah hotel menjadi aspek yang membedakan hotel yang satu dengan hotel yang lainnya. Tema merupakan titik berangkat proses perancangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan
Lebih terperincimereka dalam masyarakat. Anak-anak juga dapat mendorong orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkannya.nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa anak-anak merupakan periode penting dalam tumbuh kembang seseorang. Pada periode itu anak belajar banyak mengenai segala hal. Proses pembelajaran bisa dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kebutuhan terhadap hiburan sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Layaknya kebutuhan sandang, pangan, dan papan, hiburan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar sebagai media seni rupa. Peninggalan manusia sejak masa prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatra, Indonesia yang memiliki budaya yang khas, yaitu Budaya Melayu. Sebagai ibukota provinsi, sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.
Lebih terperinciBAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM
BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM Wawan Yogaswara A. Apakah itu museum? Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
Lebih terperinciPERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN
1 PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern, serta meningkatnya kemajuan akan ilmu pengetahuan menuntut manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul Museum : Lembaga yang bersifat tetap, diusahakan untuk kepentingan Umum, dengan tujuan untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak pada umumnya, dan pada khususnya
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA
PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA 1501204956 SCHOOL OF DESIGN INTERIOR DESIGN DEPARTMENT UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2015 2 BAB
Lebih terperinciBAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya
BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia dengan segala keindahan, dan kebebasan berekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan
Lebih terperinciMerencanakan Pameran Seni Rupa
Merencanakan Pameran Seni Rupa Posted By Nanang Ajim Posted On 2:58 PM With No Comments Print Pameran pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seniman baik secara perorangan maupun kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul LASEM HERITAGE CENTER Pendekatan pada Arsitektur Etnik Kontemporer, dari judul tersebut dapat diartikan perkata adalah sebagai berikut : Lasem : Merupakan kota Kecamatan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan industri hiburan seperti film, games, acara tv swasta, hingga berbagai event dan teknologi di era globalisasi ini, membuat semakin mudahnya
Lebih terperinciKONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III
BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi
Lebih terperinciKEAKTIFAN PUSTAKAWAN DALAM PEMASYARAKATAN PERPUSDOKINFO GUNA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN DAN CITRA POSITIF PERPUSTAKAAN
KEAKTIFAN PUSTAKAWAN DALAM PEMASYARAKATAN PERPUSDOKINFO GUNA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN DAN CITRA POSITIF PERPUSTAKAAN 1 Ane Dwi Septina 1 Pustakawan Pertama, Perpustakaan R.I Ardi Koesoema Sekretariat
Lebih terperinci