BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in. International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

I. PENDAHULUAN. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) mendefinisikan kimia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan dalam bahasa Inggrisnya Research and development adalah

G 1 G 2 O 1 O 2 O 3 O 4

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk representasi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta, teori, prinsip atau hukum-hukum saja, tetapi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia, memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari research and development (penelitian

I. PENDAHULUAN. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi standar isi, standar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang menggunakan metode

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabila Fatimah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peserta didik di Indonesia sebagian besar lebih memilih menghindari pembelajaran di bidang sains.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA yang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fareka Kholidanata, 2013

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lukman Hadi, 2014 Pengembangan Software Multimedia Representasi Kimia Pada Materi Laju Reaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang, yakni behavioristik dan kognitivistik (Wahyu, 2007). Menurut

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,

2014 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN GENDER PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. molukul, ion, dan struktur merupakan fenomena yang tidak dapat dilihat secara. mewakili agar dapat memahami fenomena ini.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan subjek yang penting dalam sains, karena banyak

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2003),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Skripsi ini merupakan bagian dari payung penelitian Research and

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

I. PENDAHULUAN. Pembaharuan sistem pendidikan nasional telah menetapkan visi, misi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kimia sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi

I. PENDAHULUAN. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB I PENDAHULUAN. melalui teori namun perlu dipelajari secara konkrit, kimia merupakan salah satu

PENGEMBANGAN BUKU AJAR ASAM, BASA, DAN GARAM DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN MULTIREPRESENTASI KELAS VII SMP

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa Sekolah Dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian (Yuwanto, 2012). Menurut Pusat Perbukuan (2007), hasil penelitian PISA tahun 2000 yang meilbatkan siswa sekolah menengah menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Kemampuan membaca siswa di Indonesia tersebut masih di bawah siswa Thailand (peringkat ke-32). Sementara itu, pada PISA tahun 2003 menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada posisi terbawah sampai ketiga dari bawah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia sangat memprihatinkan. Salah satu hal yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah keberadaan buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran dalam sistem pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Buku teks pelajaran merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam kurikulum dan digunakan oleh peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011). Dalam berbagai literatur asing, buku teks pelajaran

2 diistilahkan dengan istilah textbook (Suryaman, 2007). Untuk menghindari kebingungan, dalam penelitian ini digunakan istilah buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran sudah dipersiapkan dari segi kelengkapan dan penyajiannya. Buku teks pelajaran memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik tentang substansinya maupun tentang caranya (Suryaman, 2007). Melalui kegiatan membaca buku teks pelajaran, seseorang dapat memperoleh pengalaman tak langsung yang banyak sekali (Suryaman dan Utorodewo dalam Suryaman, 2007). Dalam pendidikan, perolehan ilmu secara langsung merupakan hal yang berharga bagi siswa. Akan tetapi, banyak bagian dalam pelajaran yang tidak dapat diperoleh dengan pengalaman langsung. Oleh karena itu, mendapatkan pengalaman tidak langsung sangatlah penting dalam pembelajaran di sekolah ataupun dalam kehidupan di luar sekolah. Dengan demikian, penggunaan buku teks pelajaran memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran untuk memudahkan ketercapaian tujuan pembelajaran sehingga buku teks pelajaran perlu mendapat perhatian yang utama. Ditjen Dikdasmen melakukan penilaian terhadap buku sekolah mulai tahun 1979 sampai dengan 1996. Hasilnya menunjukkan bahwa 47,9 % buku sekolah tidak memenuhi syarat untuk dipakai di sekolah sebagai sumber pembelajaran. Buku-buku tersebut memiliki kelemahan dari segi materi, metode penyajian, bahasa dan grafika (Sitepu, 2002). Berdasarkan hasil penilaian tahap I terhadap 832 buku teks pelajaran pada tahun 2011, hanya 429

3 buku teks pelajaran yang lolos uji pada aspek isi, bahasa, penyajian dan kegrafikaan (Suryadi, 2011). Salah satu faktor rendahnya kualitas buku berhubungan dengan tingkat keterbacaan buku tersebut. Suryadi (2007) melakukan penelitian mengenai tingkat keterbacaan buku teks pelajaran kimia. Hasilnya memperlihatkan bahwa buku-buku kimia memiliki tingkat keterbacaan sedang. Berdasarkan hal tersebut, tingkat keterbacaan buku teks pelajaran dapat dikatakan kurang memenuhi kriteria buku yang baik. Buku yang baik memiliki tingkat keterbacaan tinggi dan memuat materi yang sesuai kurikulum agar dapat menunjang pendidikan yang baik (Suryadi, 2007). Pada dasarnya, ilmu kimia meliputi tiga aspek representasi yang berbeda, yakni makroskopik, sub-mikroskopik dan simbolik, yang ketiganya saling memiliki keterkaitan satu sama lain (Johnstone dalam Treagust et al., 2003). Menurut Wu (2003) hubungan antara ketiga level representasi kimia, pengalaman sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dialami siswa dapat dianggap sebagai hubungan intertekstual. Menurut Gabel dalam Wu (2003) hubungan antara representasi kimia selalu didiskusikan dalam kerangka perubahan model konseptual. Tujuannya untuk memperkaya pemahaman mengenai kimia dilihat dari segi hubungan sosial dan menghubungkan representasi kimia dengan pengalaman mereka sehari-hari menggunakan intertekstual untuk menciptakan interaksi di antara siswa. Berdasarkan hal tersebut, intertekstual dapat digunakan sebagai strategi mengembangkan buku teks pelajaran kimia dalam rangka mempermudah pemahaman siswa ketika

4 membaca buku kimia. Hal ini sejalan dengan apa yang ungkapkan Gkitzia (2010) bahwa representasi kimia merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari buku teks pelajaran dan memiliki peranan penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Dalam rangka mengoptimalisasikan kemampuan siswa, maka diperlukan buku teks pelajaran yang berkualitas yang menyajikan konsep yang valid dalam lingkup metode ilmiah dan menghubungkan sains dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Buku teks pelajaran yang merupakan salah satu dari bahan ajar harus memiliki kebenaran isi, penyajian yang sistematis, penggunaan bahasa dan keterbacaan yang baik, serta grafika yang fungsional (Departemen pendidikan nasional, 2008a). Pemilihan materi pokok hidrolisis garam yang dilakukan pada penelitian ini, didasarkan karena pada dasarnya semua materi subjek kimia memiliki karakteristik yang sama yaitu meliputi ketiga level representasi. Menurut Ikhsanudin (Juwita, 2010) hidrolisis garam merupakan salah satu materi pembelajaran kimia SMA kelas XI semester genap yang pembelajarannya sering kali hanya mengutamakan level makroskopik dan simboliknya saja, bahkan lebih cenderung hanya ditekankan pada level simboliknya saja, sedangkan level sub-mikroskopiknya kurang tersentuh. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murniati (2007) terhadap siswa SMA menunjukkan bahwa siswa kesulitan merepresentasikan level sub-mikroskopik pada materi hidrolisis garam dikarenakan kurang dikembangkannya

5 representasi pada level tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilyadi (2010) model mental siswa pada materi hidrolisis garam berada pada tingkat yang sangat sederhana. Hal ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi hidrolisis garam. Berdasarkan analisis di atas, maka diperlukan penelitian untuk mengembangkan suatu model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi hidrolisis garam. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, didapatkan suatu model buku teks pelajaran dengan tingkat keterbacaan mudah agar membantu siswa dalam mempermudah memahami konsep kimia dan dapat meningkatkan minat baca siswa terhadap buku teks pelajaran kimia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan pada materi hidrolisis garam. Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian, maka rumusan masalah tersebut dirinci dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana indikator dan konsep materi hidrolisis garam yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Standar Isi? 2. Bagaimana representasi kimia yang dikembangkan pada setiap konsep dalam materi hidrolisis garam?

6 3. Bagaimana tingkat keterbacaan model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan? 4. Bagaimana pandangan guru dan siswa terhadap model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model buku teks pelajaran berbasis intertekstual pada materi hidrolisis garam dan mengetahui tingkat keterbacaan serta pandangan guru dan siswa terhadap model buku teks pelajaran berbasis intertekstual yang dikembangkan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa, model buku teks pelajaran yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai bahan belajar siswa untuk lebih memahami materi hidrolisis garam. 2. Bagi guru, model buku teks pelajaran yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan guru kimia dalam melaksanakan pembelajaran pada materi hidrolisis garam sehingga diharapkan guru menjadi lebih termotivasi untuk terus menghasilkan inovasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik.

7 3. Bagi peneliti selanjutnya, model buku teks pelajaran yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian lanjutan atau penelitian yang sejenis. E. Definisi Istilah Operasional Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah istilah yang ada pada penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilahistilah berikut: 1. Buku teks pelajaran diartikan sebagai buku yang berisi ilmu pengetahuan, yang diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011). 2. Model merupakan pola, contoh, acuan atau ragam dari sesuatu yg akan dibuat atau dihasilkan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008) 3. Intertekstual diartikan sebagai keterkaitan di antara teks-teks yang merupakan bahasa fungsional yang menjadi satu kesatuan (Wu, 2003). 4. Representasi dalam kimia merupakan metafor, model, dan gagasan teoritis berdasarkan sifat dasar dari alam dan kenyataan (Hoffman dan Laszlo dalam Wu, et al., 2000). Representasi kimia terdiri dari tiga level yaitu : level makroskopik, level sub-mikroskopik, dan level simbolik (Johnstone dalam Treagust et al., 2003).

8 5. Level makroskopik merupakan fenomena riil dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung (Chittleborough, 2004). 6. Level sub-mikroskopik merupakan fenomena berdasarkan observasi riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel mikroskopik yang tidak dapat dilihat secara langsung (Chittleborough, 2004). 7. Level simbolik merupakan representasi dari suatu kenyataan, seperti representasi simbol dari atom, molekul, dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer (Chittleborough, 2004).