Pengurangan Bottleneck dengan Pendekatan Theory of Constraints pada Bagian Produksi Kaos Kaki di PT. Matahari Sentosa Jaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diatur dengan baik, maka dapat menyebabkan terjadinya penumpukan atau

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

Ratna Ekawati Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend. Sudirman KM.03, Cilegon

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. work center. Waktu yang diijinkan untuk menyelesaikan elemen pekerjaan itu

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X

PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO )

METODE KERJA MENGGUNAKAN MOST UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI MUKENA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mesin dalam melakukan kegiatan produksi akan mempengaruhi jumlah produk di

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki waktu siklus yang sama. Waktu siklus sangat berpengaruh pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

APLIKASI THEORY OF CONSTRAINT UNTUK ALOKASI BUFFER LINTASAN PRODUKSI PADA ASSEMBLY MANUFACTURING

Simulasi Arena Untuk Mengurangi Bottle Neck pada Proses Produksi Kaos (Studi kasus di UKM Greentees Order Division )

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN STANDARD PENUGASAN BAGIAN PENGEPAKAN PADA PT X DENGAN METODA LINI KESEIMBANGAN KILBRIDGE DAN WESTER

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang foundry (pengecoran logam besi dan baja).

BAB VI LINE BALANCING

ANALISIS TERHADAP PERBEDAAN NILAI SAFETY STOCK

Upaya Penyeimbangan Kapasitas Stasiun Kerja Dengan Pendekatan Theory Of Constraint

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Beban Kerja dan Jumlah Pekerja pada Kegiatan Pengemasan Tepung Beras

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang bervariasi akan menemui banyak hambatan bila tidak ada metode

BAB 3 LANDASAN TEORI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

Waktu kerja dalam satu bulan = (( 60 x 7 x 5 ) + ( 60 x 5 x1 )) x 2 x 4 = menit. = detik.

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

BAB II LANDASAN TEORI

REKAYASA DAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BANGSA

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

BAB I PENDAHULUAN. saling mendukung di antara masing-masing bagian. Bagian produksi merupakan

PENERAPAN THEORY OF CONSTRAINT UNTUK PRODUKSI DAN THROUGHPUT CV.X. Farah Fatahiyah Ekonomi/Akuntansi

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR DAN MESIN PADA DIVISI PACKAGING PT KIMIA FARMA (Persero) Tbk. UNIT PLANT WATUDAKON, JOMBANG

Analisis Jumlah Operator pada Proses Pemintalan di Perusahaan Pembuat Sarung Tangan

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN FISIK TERHADAP WAKTU PERAKITAN STICK PLAYSTATION

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PLONG MANUAL DAN GLUEING MANUAL DI PT. X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN

SIMULATION OF TRAJECTORY BALANCE PROCESS IN THE EFFORT OPTIMAL TIME OF PRODUCTION PROCESS PLASTERBOARD St. Salammia L.A.

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus)

Usulan Perbaikan Performansi Lini Produksi PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN THEORY OF CONSTRAINTS DI LINE PERAKITAN SEPEDA MOTOR

APLIKASI BINARY INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI LINTASAN SEBAGAI FUNGSI OUTPUT PRODUKSI DI PT INDOJAYA PRIMA SEMESTA-PASURUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

APLIKASI THEORY OF CONSTRAINTS (TOC) DALAM UPAYA UNTUK MENGOPTIMALKAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

IMPLEMENTASI SHOJINKA PADA PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DENGAN PENGATURAN TENAGA KERJA DAN PEMBAGIAN KERJA FLEKSIBEL

ABSTRAK. Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi yaitu antrian produk, dan operator menganggur. Hal ini akan

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Keseimbangan Lini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

dicapai sehingga menimbulkan adanya stasiun bottleneck maka perlu juga diperhatikan masalah buffer antara stasiun kerja sehingga dapat menghasilkan

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA)

SILABUS. : Perencanaan dan Pengendalian Produksi

USULAN PERBAIKAN SISTEM KERJA UNIT PENGANTONGAN PUPUK UREA PT. PUPUK KUJANG DENGAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

Transkripsi:

Pengurangan Bottleneck dengan Pendekatan Theory of Constraints pada Bagian Produksi Kaos Kaki di PT. Matahari Sentosa Jaya Jembar Kurnia, Didit Damur Rochman Teknik Industri Universitas Widyatama Bandung Jl. Cikutra 204A Bandung E-mail : kjembar@ymail.com, diditdr@widyatama.ac.id ABSTRAK PT. Matahari Sentosa Jaya (MSJ) merupakan salah satu industri tekstil di wilayah Bandung yang menghasilkan produk berupa kaos kaki yang diolah dari bahan benang. Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT. Matahari Sentosa Jaya harus selalu memperhatikan kegiatan produksinya. Ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses produksi, salah satunya yaitu terjadi antrian produk pada stasiun kerja (work station) tertentu atau yang sering disebut Bottleneck. Kondisi ini menyebabkan troughput dari perusahaan dalam memproduksi kaos kaki tidak optimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu menyeimbangkan jalur produksi pada bagian produksi kaoskaki, tujuan lainnya adalah mengurangi bottleneck yang terjadi pada lintas produksi kaos kaki di PT. Matahari Sentosa Jaya. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini memberikan masukan saran dalam mengurangi bottleneck pada lintas produksi kaos kaki dan memberikan solusi kepada perusahaan untuk mengurangi penumpukan di lintas produksi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan teori kendala atau Theory of Constraints (TOC). TOC adalah adalah suatu pendekatan ke arah peningkatan proses yang berfokus pada elemen-elemen yang dibatasi untuk meningkatkan output. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan waktu siklus setiap workstation yang terlibat dalam proses produksi kaos kaki di MSJ. Berdasarkan waktu siklus ini selanjutnya dilakukan mapping untuk menentukan workstation yang mengalami bottleneck. Kemudian dengan TOC diaplikasikan untuk mengurangi bottleneck pada workstation tersebut. Hasil dari penelitian ini yaitu kapasitas produksi terbesar pada stasiun kerja steam sebesar 55039 pcs, sedangkan kapasitas terkecil terdapat pada stasiun kerja manual rim yaitu sebesar 957 pcs. Penumpukan terjadi pada stasiun kerja Obras, Obras lipat, hand-tag, dan packing. Penumpukan terbesar terdapat pada stasiun obras lipat dengan delta (selisih) 2109 pcs, sementara penumpukan terkecil terdapat pada stasiun packing yaitu sebesar 43 pcs sedangkan pada stasiun obras sebesar 221 pcs, stasiun hand-tag sebesar 356 pcs. Sebelum mengunakan pendekatan TOC throughput sebesar 1567 pcs, sedangkan setelah dilakukan pendekatan TOC maka throughput meningkat menjadi 3200 pcs. Kata kunci : bottleneck, theory of constraints, drum buffer rope 1. PENDAHULUAN Industri tekstil merupakan salah satu industri terbesar di Indonesia, beberapa produknya bahkan dapat menembus pasar internasional. Dari benua Asia, Amerika, hingga pasar Timur tengah, hal ini merupakan sebuah sebuah keuntungan bagi industri tekstil indonesia karena kondisi ekonomi di daerah Timur tengah tidak terkena dampak krisis finansial yang terjadi di benua Amerika dan Eropa. Kota Bandung dan sekitarnya merupakan salah satu sentral industri tekstil terbesar yang terdapat di Indonesia, kedekatan dengan ibukota Jakarta dan akses jalan yang memadai untuk distribusi barang ke luar negeri (Import) merupakan keunggulan wilayah kota bandung dan sekitarnya. 33

PT Matahari Sentosa Jaya merupakan salah satu industri tekstil di wilayah Bandung yang menghasilkan produk berupa kaos kaki yang diolah dari bahan benang. Dalam menjalankan kegiatan usahanya PT Matahari Sentosa Jaya harus selalu memperhatikan kegiatan produksinya. Ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses produksi, salah satunya yaitu terjadi antrian produk pada stasiun kerja (work station) tertentu atau yang sering disebut Bottleneck. Bottleneck ini terjadi karena perbedaan waktu proses pada setiap stasiun kerja sehingga terjadi penumpukan barang yang belum diproses pada stasiun kerja. Peneliti melakukan kajian untuk meminimasi terjadinya penumpukan pada salah satu stasiun kerja tertentu atau yang sering disebut bottleneck. Mengingat keterbatasan waktu, maka penulis hanya meneliti dibagian handliking pada jalur produksi kaos kaki. Selain itu agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, maka penulis mengambil asumsi sebagai berikut: Penelitian hanya dilakukan pada proses produksi kaos kaki, sehingga stasiun yang yang diamati ialah stasiun kerja pada bagian kaos kaki, bagian produksi lainnya tidak disinggung. Para operator tiap shift diasumsikan telah memiliki keterampilan dan keahlian dalam melakukan pekerjaannya sehingga tidak lagi diperlukan training atau pelatihan. Perhitungan yang dilakukan memperhitungkan faktor biaya Tata letak stasiun-stasiun kerja diasumsikan tidak berubah Demand produk setiap lintasan produksi sesuai dengan proporasi jumlah mesin yang ada disetiap lintasan produksi. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana keseimbangan lintas produksi di PT. Matahari Sentosa Jaya lintas produksi kaos kaki dapat tercapai. Bagaimana cara mengurangi bottleneck yang terjadi. 2. METODE PENELITIAN Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengambilan data berupa data output yang dihasilkan tiap jam selama beberapa hari yang dilakukan secara acak dan data waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap operator dalam melakukan pekerjaannya. Data waktu yang diambil penulis merupakan data waktu yang diambil dengan kondisi kerja yang ada pada saat pengamatan dilakukan di perusahaan tempat penulis melakukan kerja praktik. Cara pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara dan observasi pengamatan di lapangan. Data yang diperlukan yaitu data waktu tiap stasiun, data elemen gerakan operasi. Pengukuran waktu diambil setelah operator dalam keadaan stabil dan dilakukan secara acak, baik pagi, siang maupun sore hari. Pengukuran pendahuluan ini dilakukan 32 kali dan dilakukan dengan metoda jam henti. Pengolahan Data Setelah memperoleh data-data seperti terdapat diatas, penulis mengolah data tersebut agar dapat dianalisa dan menghasilkan sebuah kesimpulan. Untuk dapat menganalisa penulis menggunakan beberapa metoda dalam pengolahan data. Berikut langkah-langkah pengolahan data. Tahap 1 : Teknik Pengolahan Data Waktu Produksi Mesin Pertama-tama data yang terkumpul diuji keseragaman dan diuji kecukupan datanya sesuai dengan tingkat ketelitian yang dikehendaki. Dalam laporan kerja praktik ini, peneliti menghendaki tingkat ketelitian 5 % dan tingkat keyakinan sebesar 90 %. Langkah-langkah uji keseragaman data : 1. Mengelompokan data ke dalam sub-group 2. Menghitung rata-rata tiap sub-group 3. Menghitung rata-rata total 4. Menghitung simpang baku 34

5. Membuat simpangan baku dari 6. Membuat batas kendali 7. Melakukan verifikasi 1. 2. Jika semua data ada dalam batas kendali maka data dikatakan seragam. Langkah langkah pengujian kecukupan data : Menentukan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan Melakukan uji kecukupan data Jika N < N maka data pendahuluan dianggap cukup dan dapat digunakan dalam perhitungan selanjutnya. Pengumpulan Data (pengukuran waktu proses,dan wawancara) Pengolahan Data - Uji kecukupan dan keseragaman data - Perhitungan Waktu Baku - Mapping Analisis Kesimpulan dan Saran Tabel 1 Meteologi Penelitian Tahap 2 : Teknik Pengolahan Data Waktu Setiap Stasiun Pengolahan data waktu setiap stasiun dilakukan untuk mendapatkan waktu baku dari setiap stasiun tersebut. Langkah- langkah pengolahan data waktu setiap stasiun : 1. Hitung Waktu Siklus (Ws), dengan rumus sebagai berikut. 2. Kemudian hitung Waktu Normal (Wn), dengan rumus berikut 3. Setelah Waktu Normal diketahui maka hitung Waktu Baku (Wb),dengan menggunakan rumus berikut. 35

Tahap 3 : Mapping Dari perhitungan waktu baku kemudian peneliti membuat diagram proses produksi kaos kaki untuk mengetahui pada stasiun mana yang terdapat penumpukan barang atau terjadinya bottleneck. Perhitungan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah produk setengah jadi (work-in-proces) yang dihasilkan dari setiap stasiun kerja dengan mengacu pada waktu baku pada setiap stasiun kerja. Jumlah produk setengah jadi ini dihitung dalam kurun waktu 8 jam kerja atau 1 (satu) shift jam kerja. Gambar terjadinya bottleneck dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1 Mapping 3. ANALISIS 3.1. Analisis Waktu Baku Setelah melalui tahapan uji keseragaman data kemudian diperloleh waktu siklus, waktu normal, dan waktu siklus di setiap stasiun kerja. Hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 2 Hasil Perhitungan Waktu Baku No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Stasiun kerja Manual Rim Manual polos Manual Corak Komputer Obras Potongan Obras Obras Rosso Obras lipat Steam Packing pairing Packing Hand-tag Packing Waktu Siklus 20.26 17.75 19.00 10.58 13.79 6.97 12.68 9.46 395.80 6.90 12.68 13.04 Waktu Normal Waktu Baku 24.05 30.07 21.07 26.34 22.56 28.20 12.79 16.24 16.37 21.93 8.27 11.09 15.05 20.17 11.23 15.05 589.59 837.21 8.12 10.06 14.91 18.49 15.33 19.01 Keterangan : semua dalam satuan detik, pada stasiun kerja steam waktu baku untuk 1600 pcs. Dari tabel waktu baku dapat dilihat terdapat selisih waktu dari stasiun satu ke stasiun lainnya. Waktu siklus terkecil pada stasiun kerja steam yaitu sebesar rata-rata 0.52 detik hal ini terjadi karena stasiun kerja ini dapat bekerja setelah menunggu jumlah kaos kaki yang akan diproses hingga 1600 pcs, sehingga waktu baku dirata-ratakan. Sedangkan waktu terbesar terdapat pada stasiun kerja manual rim dengan waktu baku sebesar 36

30.07 detik. Perbedaan waktu dengan selisih minus atau lebih lambat dari pada stasiun sebelumnya dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan atau bottleneck. 3.2. Analisis Drum Buffer Rope (DBR) Setelah tahap perhitungan waktu baku kemudian peneliti menghitung jumlah produk maksimal yang dapat dihasilkan pada tiap stasiun kerja dalam 8 (delapan) jam (satu shift jam kerja). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah produk setengah jadi (work in process product) yang menumpuk pada setiap stasiun kerja, untuk menentukan assament dan penentuan DBR yang tepat pada lini produksi. Jumlah produk maksimal dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3 Kapasitas Maksimal Tiap Stasiun Kerja Stasiun kerja Waktu baku kapasitas max Manual Rim 30.07 957 Manual polos 26.34 1093 Manual Corak 28.20 1021 Komputer 16.24 1773 Obras Potongan 21.93 1313 Obras 11.09 2597 Obras Rosso 20.17 1427 Obras lipat 15.05 1913 Steam 0.52 55039 Packing pairing 10.06 2861 Packing Hand-tag 18.49 1557 Packing 19.01 1514 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kapasitas terbesar pada stasiun kerja steam sebesar 55039 pcs, sedangkan kapasitas terkecil terdapat pada stasiun kerja manual rim yaitu sebesar 957 pcs. Untuk melihat terjadinya penumpukan atau bottleneck maka kita perlu melihat proses produksi pada pembuatan kaos kaki ini, proses produksi dapat kita lihat pada gambar berikut ini : Gambar 2 Mapping (Kapasitas Maksimal) Setelah proses mapping diatas dapat dianalisis bahwa ada beberapa bagian dari stasiun kerja yang mengalami penumpukan karena terjadinya selisih waktu baku. Pada stasiun kerja steam jumlah produk yang dihasilkan sebesar 1600 pcs ini terjadi karena pada stasiun kerja ini menunggu jumlah kaos kaki hingga 1600 pcs untuk dapat dilakukan proses steam. Penumpukan terjadi pada stasiun kerja Obras, Obras lipat, hand-tag, dan packing. Penumpukan terbesar terdapat pada stasiun obras lipat dengan delta (selisih) 2109 pcs, sementara penumpukan terkecil terdapat pada stasiun packing yaitu sebesar 43 pcs sedangkan pada stasiun obras sebesar 221 pcs, stasiun hand-tag sebesar 356 pcs. Bottleneck pertama terjadi pada lintasan produksi dari stasiun kerja obras potong, manual rim, dan lternat menuju ke stasiun kerja obras. Jumlah produk setengah jadi yang masuk dari ketiga stasiun kerja itu sekitar 3751 pcs sedangkan stasiun kerja obras mempunyai kapasitas sebesar 2930 pcs, sehingga terjadi penumpukan sebesar 821 pcs. 37

Bottleneck kedua terjadi pada lintasan produksi dari stasiun kerja obras dan stasiun kerja obras rosso menuju ke stasiun kerja obras lipat. Jumlah produk setengah jadi yang masuk ke stasiun kerja obras lipat sebesar 4023 pcs sedangkan kapasitas produksi pada stasiun kerja obras lipat sebesar 1914 pcs, sehingga terjadi penumpukan sebesar 2109 pcs. Bottleneck ketiga terjadi pada stasiun kerja hand-tag menuju ke stasiun kerja packing. Jumlah produk setengah jadi yang masuk ke stasiun kerja packing sebesar 1557 pcs sedangkan kapasitas produksi stasiun kerja packing sebasar 1514, sehingga terjadi penumpukan sebesar 43 pcs. Maka peneliti memiliki beberapa alternative pemecahan masalah, alternative sebagai berikut : Gambar 3 Alternatif Pemecahan Masalah Alternatif solusi pada gambar diatas yaitu mengurangi jumlah produksi pada stasiun kerja manual corak, komputer, dan manual polos menjadi 957 pcs. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penumpukan pada stasiun kerja obras dan obras lipat, sedangkan pada stasiun kerja obras lipat kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 3828 pcs. Hal serupa dilakukan pada stasiun kerja pairing, hand-tag, dan packing dikarenakan terjadi keterbatasan pada stasiun kerja steam karena minimal jumlah kaos kaki yang akan diproses sebesar 1600 pcs. Ini menyebabkan kapasitas produksi meningkat menjadi 3200 pcs atau 2 (dua) kali lipat dari kapasitas produksi awal. Time buffer pertama dilakukan pada pada lintasan produksi dari stasiun kerja obras potong, manual rim, dan komputer menuju ke stasiun kerja obras. Jumlah kapasitas dikurangi hingga 957 pada setiap stasiun kerja stasiun kerja obras potong, manual corak dan komputer agar tidak terjadi penumpukan pada stasiun kerja obras. Time Buffer yang kedua dilakukan pada lintasan produksi dari stasiun kerja obras rosso menuju ke stasiun kerja obras lipat. Jumlah kapasitas dikurangi hingga 957 pcs pada stasium kerja manual polos dan manual corak. Pada solusi diatas terjadi penumpukan pada stasiun kerja steam sebesar 628 pcs hal ini diabaikan oleh peneliti. Hal ini dilakukan karena pada stasiun kerja ini bekerja jika produk setengah jadi telah mencapai 1600 pcs sehingga sisa kaos kaki yang terdapat pada stasiun kerja ini dapat dikerjakan pada shift berikutnya menunggu hingga kaos kaki mencapai jumlah 1600 pcs. sedangkan pada stasiun kerja obras kapasitas ditambah menjadi 2930 pcs hal ini dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah pekerja yang menganggur pada stasiun kerja yang dikurangi jumlah kapsitasnya ke stasiun kerja obras lipat. 4. KESIMPULAN Dari analisis pada pembahasan sebelumnya, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi awal lintas produksi kaos kaki pada PT. Matahari Sentosa Jaya terjadi penumpukan (bottleneck) pada stasiun kerja Obras, Obras lipat, Hand-tag, dan Packing. Penumpukan terbesar terdapat pada stasiun obras lipat sebesar 2109 pcs, sementara penumpukan terkecil terdapat pada stasiun packing yaitu sebesar 43 pcs. Penumpukan lainya terjadi pada stasiun obras sebesar 221 pcs, stasiun hand-tag sebesar 356 pcs. Total penumpukan pada seluruh stasiun kerja yang mengalami penumpukan sebesar 2729 pcs. Pada kondisi awal kapasitas produksi sebesar 1514 pcs. 2. Pendekatan Drum Buffer Rope bisa mengurangi bottleneck dengan cara : 38

Melakukan assessment pada stasiun kerja manual corak, computer, dan manual polos. Time Buffer dilakukan setelah stasiun kerja obras potong dan obras lipat mengikuti stasiun kerja manual rim dengan jumlah produksi sebesar 957 pcs. b. Menambah kapasitas pada stasiun kerja obras lipat, pairing, hand-tag, dan packing. Pada stasiun kerja obras lipat dilakukan penambahan kapasitas produksi sebesar 3828 pcs, sementara itu pada stasiun kerja hand-tag, dan packing sebesar 3200 pcs. 3. Keseimbangan produksi dapat terjadi jika melakukan penambahan kapasitas di beberapa stasiun kerja hal ini mengakibatkan bertambahnya kapasitas produksi menjadi 3200 pcs. a. REFERENSI [1]. Barnes, R. M. MOTION AND TIME STUDY. John Willey & Sons, Inc. New York. [2]. Fogarty and Hoffman, PRODUCTION AND INVENTORY MANAGEMENT. South West Publishing Co. 1991. [3]. http://en.wikipedia.org/wiki/theory_of_constraints (diakses tanggal 08-05-2010 pukul 17.45) [4]. http://dion.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/14149/teori+kendala.doc (diakses tanggal 0805-2010 pukul 17.51) [5]. Narasiman, Sim Dkk. PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL. Prentice Hall. New Jersey. 1995. [6]. Sutalaksana, dkk. TEKNIK TATA CARA KERJA. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 1979. 39