PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

I.PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

Produksi dan Karakteristik Telur Ayam Merawang dengan Sistem Pemeliharaan Secara Intensif di Kebun Percobaan Petaling Kepulauan Bangka Belitung

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

E

PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN)

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

PENGEMBANGAN AYAM NUNUKAN DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN UKURAN-UKURAN TUBUH AYAM WARENG TANGERANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

PERFORMANS AYAM BURAS DAN BIOSEKURITAS DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI DWIGUNA DAN AYAM

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

Pemuliabiakan pada ayam. Oleh : Setyo Utomo Smst 1/2015

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

MATERI DAN METODE. Materi

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

NI Luh Gde Sumardani

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

lebih dari 219 juta ekor (1992) dan merupakan 63,79% dari jumlah semua unggas yang dibudidayakan di Indonesia secara nasional dengan kontribusi daging

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

II KAJIAN KEPUSTAKAN. macam yaitu tipe ringan dengan ciri warna bulu putih bersih, badan ramping serta

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

PENGARUH PERBAIKAN KUALITAS DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM MERAWANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

Gambar 1. Itik Alabio

Transkripsi:

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG HASNELLY Z., RINALDI dan SUWARDIH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok Km 4 Pangkal Pinang 33134 ABSTRAK Ayam Merawang merupakan ayam lokal khas atau lebih dikenal dengan ayam kampung dari Bangka Belitung. Ayam Merawang memiliki spesifikasi khusus, warna bulunya seragam coklat kemerahan dan keemasan mirip ayam ras petelur Rhode Island Red. Ayam Merawang disamping merupakan plasma nutfah dan aset bagi Bangka Belitung juga mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan dan ditingkatkan produktifitasnya. Permasalahan adalah semakin rendahnya tingkat keseragaman dari ayam Merawang khusus yang dikembangkan ditingkat petani sebagai akibat dari sistem pemeliharaan yang masih tradisional, maka untuk meningkatkan keseragaman dan kemurnian ayam Merawang maka diperlukan penangkaran dan perbibitan yang tepat. Dalam penangkaran tujuan utama adalah untuk dapat terus melestarikan ayam Merawang agar jangan sampai genetiknya semakin melebar seperti ayam kampung pada umumnya, Perbibitan tujuan utama adalah mampu memproduksi anak ayam semaksimal mungkin, disamping manajemen yang tepat, teknik perkawinan memegang peran penting dalam keberhasilan perbibitan. Dalam meningkatkan keseragaman dilakukan seleksi berdasarkan ciri-ciri khas ayam Merawang, disamping itu seleksi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik seperti: seleksi fisik, seleksi produksi, daya tetas, sifat mengeram. Dari hasil yang diperoleh tingkat produksi ayam Merawang tertinggi mencapai 64,42% dengan daya tetas rata-rata 86,40%. Kata kunci: Penangkaran, perbibitan, ayam Merawang PENDAHULUAN Di Indonesia tersebar ayam lokal yang terdiri dari beberapa rumpun dengan karakteristik morfologis yang berbeda dan khas daerah asalnya. Sejauh ini sudah teridentifikasi sebanyak 31 rumpun ayam lokal salah satunya adalah ayam Merawang (NATAAMIDJAYA dan SETIOKO, 2002). Keberadaan ayam Merawang ditinjau dari aspek sumber daya plasma nutfah, merupakan bentuk keragaman ayam lokal khas Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangbiakan dan dapat diusahakan secara komersial sehingga dapat membantu memenuhi gizi masyarakat khususnya untuk protein hewani dan meningkatkan pendapatan petani. Ayam Merawang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ayam dwiguna (penghasil telur dan daging). Bila dibandingkan dengan ayam kampung biasa produksi telur lebih tinggi rata-rata 165/butir/ekor/tahun (ABUBAKAR et al., 2005) sedangkan ayam lokal lainnya hanya 40-60 butir/ekor/tahun (AAK, 1976). Bobot Badan ayam Merawang betina berkisar 1,35-2,5 kg/ekor (ARMAYANTI, 2005) dan bobot badan ayam Merawang jantan berkisar antara 1,9-3,1 kg/ekor (ULFAH, 2005). Keragaman dari populasi ayam Merawang ini semakin tinggi, hal ini akibat dari sistem pemeliharaan yang masih tradisional sehingga perkawinan silang dengan ayam kampung lainnya tidak dapat dihindari, sehingga genetiknya semakin bervariasi. Demikian juga populasinya semakin menurun akibat penggunaan untuk upacara keagamaan masyarakat Tionghoa di Bangka Belitung dalam jumlah yang relatif tinggi, dan tidak diimbangi dengan sistem pembibitan yang terarah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka Belitung bekerjasama dengan Dinas dan BPTU Sumatera Selatan telah melaksanakan kegiatan penangkaran dan perbibitan ayam Merawang dalam rangka menunjang program konservasi dan pengembangan populasi yang dilaksanakan di visitor plot BPTP Bangka Belitung. 75

BAHAN DAN METODE Kegiatan penangkaran dan perbibitan ayam Merawang dilaksanakan di visitor plot BPTP Bangka Belitung pada tahun 2005, menggunakan 300 ekor ayam Merawang umur 3 bulan dengan ratio jantan dan betina 1:5 dengan bobot badan berkisar antara + 1 kg/ekor. Ayam-ayam tersebut diperoleh dari petani keturunan Tionghoa yang mengusahakan perbibitan ayam Merawang di Bangka Belitung. Pemeliharaan dilaksanakan dalam satu hamparan dengan penempatan ternak kedalam tiga kandang kelompok, setiap kelompok terdiri dari 100 ekor (20 pejantan dan 80 induk), dengan menggunakan sistem kandang ren dimana ternak dilepas pada siang hari di halaman exercise berpagar. Pakan yang diberikan adalah campuran dedak 30%, jagung 40% dan konsentrat 30% dengan pemberian pakan 2 kali sehari pagi dan sore sebanyak 100 gram/ekor. Sebagai pakan tambahan menggunakan bungkil kelapa yang diberikan secara terpisah. Data yang diamati dalam kegiatan ini adalah ciri khas ayam Merawang secara kualitatif dan kuantitatif (bobot badan dan ukuran tubuh), produksi telur, daya tetas kemudian data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif. Untuk meningkatkan keseragaman ayam Merawang dilakukan seleksi terhadap keturunan yang dihasilkan. Seleksi dilakukan berdasarkan karakteristik ayam Merawang yang sudah teridentifikasi secara jelas dan yang menyimpang di culling atau diafkir. Disamping untuk meningkatkan keseragaman ayam Merawang, seleksi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik seperti seleksi fisik, seleksi produksi, seleksi daya tetas, seleksi sifat mengeram. Anak ayam yang dihasilkan setelah berumur 3-5 bulan akan digulirkan dan dikembangkan pada petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri-ciri ayam Merawang Dari hasil pengamatan secara fenotip (karakter kualitatif dan kuantitatif) pada ayam Merawang jantan dan betina dalam kegiatan penangkaran dan perbibitan di BPTP Bangka Belitung disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Ciri.ciri ayam Merawang jantan dan betina dewasa No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Karakter kualitatif Ciri khas dan kuantitatif Jantan Betina Warna bulu Coklat kemerahan Coklat kemerahan dan coklat keemasan Warna shank Warna paruh Bentuk jengger Tegak tunggal Tegak tunggal Jumlah gerigi jengger 7 gerigi 7 gerigi Bobot badan 2,49 + 0,34 kg/ekor; cv : 14,5% 1,87 + 0,07 kg/ekor; cv : 14,15% Panjang dada 11,77 + 0,70 cm; cv : 5,98% 11,72 + 1,66 cm; cv : 14,18% Lingkar dada 33,77 + 2,18 cm; cv : 6,44% 30,97 + 1,18 cm; cv : 5,82% Lebar dada 13,53 + 1,53 cm; cv : 11,32% 12,2 + 1,60 cm; cv : 13,16% Panjang paha atas 11,60 + 1,08 cm; cv : 9,24% 9,53 + 0,96 cm; cv : 9,24% Panjang paha bawah 13,20 + 1,16 cm; cv : 8,78% 11,05,20 + 1,05 cm; cv : 9,52% Panjang punggung 20,70 + 1,85 cm; cv : 8,92% 18,38 + 1,49 cm; cv : 8,12% Panjang shank 9,48 + 0,61 cm; cv : 6,45% 8,57 + 0,46 cm; cv : 4,70% Lingkar shank 5,45 + 0,33 cm; cv : 5,97% 4,53 + 0,38 cm; cv : 8,51% Hasil analisis pada Tabel 1 menunjukkan bahwa karakter kualitatif ayam Merawang jantan dan betina dalam kegiatan penangkaran dan perbibitan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka Belitung memiliki ciri-ciri khas warna bulu seragam coklat kemerahan dan coklat keemasan, warna paruh dan warna shank kuning serta bentuk jengger tunggal bergerigi. Karakter kualitatif sering dijadikan ciri khas dan patokan untuk menentukan jenis atau bangsa dari ternak. HARDJOSUBROTO (2001), menyatakan karakter kualitatif dikendalikan satu atau beberapa gen dan tidak atau sedikit sekali dipengaruhi faktor 76

lingkungan. Faktor genetik bersifat baka dan akan diwariskan pada keturunannya. Karakter kualitatif pada ayam Merawang baik jantan maupunbetina untuk warna bulu, warna shank, warna paruh dan bentuk jengger dapat dijadikan standarisasi melakukan seleksi untuk meningkatkan keseragaman ayam Merawang. Karakter kuantitatif (bobot badan dan ukuran tubuh) erat hubungannya dengan produksi pada seekor ternak. Pada Tabel 1 hasil analisis terhadap bobot badan dan ukuran tubuh ayam Merawang jantan dan betina tidak terpaut jauh, ini dapat dilihat dari rataan koefisien variasi dibawah 15%. Menurut NASUTION (1992), populasi ternak yang masih dianggap seragam memiliki koefisien variasi dibawah 15%, semakin beragam dari populasi yang akan diseleksi maka penerapan seleksi semakin efektif, sebaliknya semakin seragam dalam satu populasi apabila nilai koefisien variasi sangat kecil atau mendekati nol (0) maka seleksi semakin tidak efektif. Berdasarkan pernyataan tersebut karakter kuantitatif (ukuran tubuh) ayam Merawang tidak diperlukan seleksi karena relatif seragam, sedangkan untuk bobot badan koefisien variasi mendekati 15% untuk itu seleksi sesuai dengan tujuan pemeliharaan sebagai ayam pedaging masih cukup efektif. Penangkaran Kegiatan penangkaran bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemurnian ayam Merawang berdasarkan ciri khas ayam Merawang yang sudah teridentifikasi secara jelas melalui kegiatan seleksi. Seleksi terus dilakukan terhadap generasi/keturunan yang dihasilkan kemudian tetap dipertahankan dengan cara mengatur perkawinan. Penangkaran perlu mengingat perkembangan ayam Merawang ditingkat petani memiliki keragaman tinggi. Kondisi ini sebagai akibat dari sistem pemeliharaan tradisional dengan mengumbar, sehingga perkawinan dengan ayam lokal tidak dapat dihindari. Hal ini kalau dibiarkan secara terus menerus karakteristik ayam Merawang akan mengalami perubahan dengan variasi genetik yang semakin tinggi. ULFAH (2005), melaporkan untuk mencegah genetik ayam Merawang semakin melebar sebaiknya jangan disilangkan lagi dengan ayam lokal lainnya karena akan merusak plasma nutfah Indonesia. Perbibitan Dalam perbibitan tujuan utama adalah mampu memproduksi anak ayam (DOC) semaksimal mungkin. Disini ada keterkaitan antara fertilitas, daya tetas dan kemampuan memproduksi anak ayam (DOC). Keberhasilan untuk menghasilkan anak ayam yang berkualitas tinggi tidak terlepas dari jumlah anak ayam yang menetas (daya tetas), sedangkan daya tetas selalu berhubungan dengan fertilitas telur. Peranan pejantan menjadi sangat penting untuk menghasilkan telur yang fertil, sehingga dalam kegiatan perbibitan digunakan ratio jantan dan betina 1:5. Manajemen Fertilitas telur Anak yang di hasilkan Daya tetas Skema dalam perbibitan ayam Merawang 77

Tatalaksana pemeliharaan dalam kegiatan perbibitan ayam Merawang meliputi: 1. Perkandangan sesuai dengan kebutuhan dengan sistem kandang ren dengan halaman exercise berpagar sebagai halaman bermain. 2. Pemberian pakan yang berkualitas seimbang antara protein dan energi. 3. Pemilihan bibit yang berkualitas baik sebagai induk atau pejantan. 4. Teknik perkawinan yang betul untuk menghasilkan fertilitas yang tinggi disini diterapkan perkawinan alam dengan memperkecil ratio jantan dan betina 1:5. Untuk calon pejantan dipilih dari yang aktifitas sexualnya tinggi, umur pejantan sebaiknya digunakan pada umur diatas 28 minggu, mengingatproduksi dan konsentrasi sperma yang optimal akan menghasilkan fertilitas yang tinggi (TRI-YUANTA, 1993). Dengan manajemen dan tatalaksana pemeliharaan yang diterapkan, anak ayam yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai pengganti pejantan dan induk dalam perbibitan berikutnya. Produksi Pada Tabel 2 disajikan tingkat produksi ayam Merawang yang digunakan dalam kegiatan penangkaran dan perbibitan di visitor plot BPTP Bangka Belitung pada tahun 2005. Tabel 2. Tingkat produksi telur ayam Merawang Tahun 2005 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Produksi (telur) Kelompok A Kelompok B Kelompok C 1 bulan 1 hari % 1 bulan 1 hari % 1 bulan 1 hari % - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 344 11,43 14,29 352 11,73 14,66 415 13,83 17,29 465 15,5 19,38 602 20,07 25,09 514 17,13 21,41 1.152 38,4 48 1.124 37,47 46,83 1.097 36,57 45,71 1.348 44,93 56,16 1.467 48,9 61,13 1.327 44,23 55,29 1.546 51,53 64,42 1.437 47,9 59,86 1.510 50,33 62,92 1.229 40,97 51,21 1.335 44,5 55,63 1.352 45,07 56,33 1.341 44,7 55,88 1.282 42,73 53,42 1.316 43,87 54,83 1.214 40,47 50,58 1.197 39,9 49,88 1.221 40,7 50,88 1.246 41,53 51,92 1.117 37,23 46,54 1.192 39,73 49,67 Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada bulan Januari sampai Maret 2005 ayam Merawang yang dipelihara belum berproduksi, dan pada bulan April dan Mei baru sebagian ayam yang berproduksi. Pada bulan Juli sampai Oktober produksi sudah diatas 50%, kemudian pada bulan Nopember rontok bulu produksi mulai menurun. Pada bulan Juni sudah mulai dilakukan seleksi untuk ayam yang produksinya relatif tinggi, ayam hasil seleksi dikelompokkan dan akan dijadikan sumber bibit. Telur-telur yang dihasilkan dari ayam yang terseleksi untuk ditetaskan sebagai bibit dalam upaya pengembangan dan meningkatkan populasi ayam Merawang. Telur yang dihasilkan mulai ditetaskan pada bulan Juli 2005, mengingat telur awal tidak baik untuk ditetaskan dan memiliki fertilitas yang relatif lebih rendah. Telur yang ditetaskan berdasarkan tiga kelompok pemeliharaan yang sudah terseleksi dalam kegiatan penangkaran dan perbibitan di visitor plot BPTP Kepulauan Bangka Belitung disajikan pada Tabel 3. 78

Tabel 3. Daya tetas telur Kelompok Ditetaskan (butir) Menetas(butir) Daya tetas (%) A B C 2.052 1.896 2.424 1.738 1.602 2.182 84,70 84,49 90,01 Rerata 2.223,33 1840,67 86,40 Rata-rata daya tetas dari ketiga kelompok ayam Merawang dalam kegiatan penangkaran dan perbibitan ini relatif tinggi sebesar 86,40%. Pada penelitian laboratorium menunjukkan bahwa daya tetas telur ayam kampung 60% dan penelitian dilapangan kurang dari 50% (TRI-YUANTA, 1993). Tingginya daya tetas yang dihasilkan pada ketiga kelompok penangkaran dan perbibitan ini disebabkan manajemen yang baik, seleksi telur sudah memenuhi syarat, dan juga ratio jantan betina yang digunakan 1:5 sehingga menghasilkan fertilitas yang tinggi. Seleksi Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangbiakkan serta memilih ternak yang dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan tidak dikembangbiakkan lebih lanjut (HARDJOSUBROTO, 1994). Dalam melakukan seleksi harus dilakukan suatu pendugaan atas dasar performans yang ada. Seleksi yang dilaksanakan dalam kegiatan penangkaran dan perbibitan antara lain: 1. Seleksi dimaksudkan untuk meningkatkan keseragaman ayam Merawang, dimana diseleksi dilaksanakan berdasarkan performans karakter kualitatif yaitu warna bulu, warna shank, warna paruh dan bentuk jengger, sebagaimana yang dinyatakan DARWATI (2002). Kemudian ayam yang menyimpang dari standar fenotipik maupun morfologi akan diculling/disingkirkan. 2. Seleksi terhadap ayam Merawang induk (petelur) yang dapat dijadikan sebagai bibit, secara fisik ciri penampilan diantaranya yaitu bentuk dada lebih ramping, mata bercahaya, permukaan dubur licin dan basah, bentuk dubur oval dan memanjang dengan lubang dubur yang besar, tulang pubis tipis dan tajam, jarak diantaranya 2-3 jari, rongga perut lembut, jarak antara tulang pubis dengan tulang dada lebarnya 4 jari orang dewasa atau lebih (RAHAYU, 2003). 3. Seleksi ayam calon pejantan mempunyai ciri-ciri aktifitas sexualnya tinggi, lincah, tidak cacat dan bulu mengkilat. Umur pejantan sebaiknya digunakan pada umur diatas 28 minggu, karena produksi dan konsentrasi sperma sudah optimal sehingga dapat menghasilkan fertilitas yang tinggi. Pemilihan ayam calon pejantan mulai dilakukan dari umur 8 minggu, ayam yang perkembangannya terhambat dan cacat disingkirkan. Seleksi kedua dilakukan 18 minggu dan seleksi terakhir dilakukan pada umur 24 minggu. Pada umur 28 minggu haruslah diperoleh pejantan yang baik dengan aktifitas sexual tinggi, produksi dan konsentrasi sperma sudah optimal (15-20 millard/ml) (TRI-YUANTA, 1993). 4. Ayam Merawang juga merupakan tipe pedaging karena pertumbuhan relatif lebih cepat. Sistem seleksi yang harus dipertimbangkan adalah; pertumbuhan lebih cepat dan memiliki rata-rata bobot badan dan ukuran tubuh yang lebih tinggi dalam populasi yang ada, karena ukuran tubuh dan bobot badan erat kaitannya dengan produksi daging. MANSJOER (1981), menyatakan kemampuan seekor ternak dalam memproduksi daging dapat dilihat dari bobot badan karena semakin besar bobot badan produksi daging semakin banyak dan ukuran tubuh yang besar menunjukkan pertumbuhan yang besar pula. 5. Seleksi untuk sifat mengeram, ayam yang sedang mengeram dimandikan hal ini bertujuan agar hormon prolaktin yang mempengaruhi sifat mengeram akan terganggu aktifitasnya (TRI-YUWANTA, 1993). Setelah sifat mengeramnya hilang ayam disatukan kembali dengan pejantan agar dapat birahi dan kembali bertelur. Ayam yang sering mengeram biasanya produksi telurnya akan rendah, maka ayam 79

yang sering mengeram ditandai dan kemudian tidak dijadikan sebagai bibit. GAMBAR RANGKAIAN KEGIATAN PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG Gambar 5. Penetasan induk Gambar 1. Sistem kandang Gambar 6. Perkembangan populasi KESIMPULAN Gambar 2. DOC di kandang indukan Gambar 3. Pemberian pakan Dari hasil yang diperoleh dalam kegiatan penangkaran dan perbibitan: tingkat produksi ayam Merawang tertinggi mencapai 64,42% dengan daya tetas rata-rata relatif tinggi sebesar 86,40%. Karakter kualitatif ayam Merawang, warna bulu, warna paruh, warna shank dan bentuk jengger sudah seragam dapat dijadikan standarisasi untuk melakukan seleksi dalam meningkatkan keseragaman dan kemurnian ayam Merawang. Dalam perbibitan keberhasilan untuk menghasilkan anak yang berkualitas baik sangat ditentukan oleh daya tetas dan daya tetas akan berhubungan dengan fertilitas. Untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi maka diperlukan manajemen induk pejantan yang baik. DAFTAR PUSTAKA Gambar 4. Telur ayam Merawang ABUBAKAR, G.T. PAMHUDI dan SUNARTO. 2005. Performans Ayam Buras dan Biosekuritas di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Semarang 2005. Hlm. 61-85. 80

AKSI AGRARIS KANISIUS. 1981. Pemeliharaan Ayam Ras. Kanisius. Yogyakarta. ARMAYANTI, R. 2005. Identifikasi Ayam Merawang Betina Sebagai Bibit. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. HARDJOSUBROTO, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. P.T. Grasindo, Jakarta. 1-3. HARDJOSUBROTO. 2001. Genetika Hewan, Edisi Perbaikan Pemuliana Ternak. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. DARWATI, S.K.P. 2002. Buku Ajar Genetika Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. NASUTION, A.H. 1992. Panduan Berfikir dan Meneliti secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta.111. NATAAMIDJAYA, A.G. dan A.R. SETIOKO. 2002. Koleksi Ayam Lokal secara ex situ dengan Memanfaatkan Informasi Bioteknis Kondisi in situ. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. MANSJOER S.S. 1981. Studi Sifat-sifat Ekonomis yang Menurun pada Ayam Kampung. Laporan Penelitian No. 15/Penelitian/PUT/IPB/1979-1980. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor. RAHAYU, H.S.I. 2003. Ayam Merawang Ayam Kampung Pedaging dan Petelur. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. TRI-YUANTA. 1993. Perencanaan dan Perbibitan Ternak Unggas. PTP 683. Hand out Kuliah. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. TRI-YUANTA. 1993. Dasar Ternak Unggas. Hand out Kuliah. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ULFAH, L. 2005. Identifikasi Ayam Merawang Jantan Sebagai Bibit. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. 81