Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Serbuk Nikel dan Waktu Sintering Terhadap Induksi Remanen Magnetik dan Kekerasan Pada Nickel-Iron Soft Magnetic Alloys

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA PEMBUATAN SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

Variasi tekanan dalam proses metalurgi serbuk dan pengaruhnya pada modulus elastisitas bahan komposit Al-SiC

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PROSES MANUFACTURING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH WAKTU PENGELASAN GMAW TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK SAMBUNGAN LAS LOGAM TAK SEJENIS ANTARA ALUMINIUM DAN BAJA KARBON RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

Bab III Metodologi Penelitian

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI

Bahan Listrik. Bahan Magnet

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

Jurnal Teknik Mesin UMY 1

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

3. Uraikan & jelaskan perbedaan yang mendasar antara teknik pressing & sintering konvensional dengan teknik pressing & sintering modern.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TEHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN PADA KOMPOSIT

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Transkripsi:

PENGARUH TEKANAN KOMPAKSI DAN WAKTU PENAHANAN TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT MAGNETIK DAN KEKERASAN PADA PEMBUATAN IRON SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS Email : asyer_materialits@yahoo.co.id ABSTRAK Proses metalurgi serbuk untuk pembuatan material magnetik dapat digunakan pada peralatan elektronik. Keuntungan proses metalurgi serbuk didalam pembuatan material magnetic adalah kemampuan penyesuaian properties atau sifat magnet ke aplikasi dengan mengontrol material dan parameter proses. Dalam penelitian ini dibahas tentang pengaruh tekanan kompaksi dan waktu penahanan selama proses sintering terhadap sifat magnetik yaitu induksi remanen dan sifat mekanik. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk besi dengan ukuran partikel 100 mesh. Serbuk besi ini dikompaksi dengan tekanan 4, 5, dan 6 ton kemudian disinter pada temperatur 1000 0 C dengan waktu penahanan 30, 60, dan 90. Setelah itu dilakukan pengamatan struktur mikro, pengujian kekerasan dan pengujian sifat magnetik. PENDAHULUAN Metalurgi serbuk Metalurgi serbuk merupakan salah satu teknik produksi dengan menggunakan serbuk sebagai material awal sebelum proses pembentukan. Prinsip ini adalah memadatkan sebuk logam menjadi bentuk yang dinginkan dan kemudian memanaskannya di bawah temperatur leleh. Sehingga partikel-partikel logam memadu karena mekanisme transportasi massa akibat difusi atom antar permukaan partikel. Metode metalurgi serbuk memberikan kontrol yang teliti terhadap komposisi dan penggunaan campuran yang tidak dapat difabrikasi dengan proses lain. Sebagai ukuran ditentukan oleh cetakan dan penyelesaian akhir (finishing touch). Proses metalurgi serbuk adalah merupakan proses pembuatan produk dengan menggunakan bahan dasar dengan bentuk serbuk yang kemudian di sinter yaitu proses konsolidasi serbuk pada temperatur tinggi yang di dalamnya termasuk juga proses penekanan atau kompaksi. Proses metalurgi serbuk memiliki banyak keuntungan antara lain : 1. Efisiensi pemakaian bahan yang sangat tinggi dan hampir mencapai 100% 2. Tingkat terjadinya cacat seperti segregasi dan kontaminasi sangat rendah. 3. Stabilitas dimensi sangat tinggi. 4. Kemudahan dalam proses standarisasi dan otomatisasi

5. Tidak menimbulkan tekstur pada produk. 6. Besar butir mudah dikendalikan 7. Mudah dalam pembuatan produk beberapa paduan khusus yang susah didapatkan dengan proses pengecoran (casting). 8. Porositas produk mudah dikontrol. 9. Cocok untuk digunakan pada material dengan kemurnian tinggi. 10. Cocok untuk pembuatan material komposit dengan matriks logam. Proses metalurgi serbuk untuk aplikasi magnetik yang dalam hal ini adalah untuk memproduksi material magnetic lunak (soft magnetic materials) untuk aplikasi arus DC pada peralatan elektronik juga untuk magnet permanent. Dalam beberapa tetapi tidak berarti semua bagian dari aplikasi yang ada diproduksi dengan proses metalurgi serbuk karena metode ini dapat menghasilkan bentuk akhir dengan proses tambahan seperti machining dan grinding minimal pada satu waktu untuk mendapatkan sifat magnet yang diinginkan Material Magnetik Kuat dan Material Magnetik Lemah. Material magnetic diklasifikasikan menjadi dua yaitu material magnetic lemah atau soft magnetic materials maupun material magnetic kuat atau hard magnetic materials. Penggolongan ini berdasarkan kekuatan medan koersifnya dimana soft magnetic atau material magnetic lemah memiliki medan koersif yang lemah sedangkan material magnetic kuat atau hard magnetic materials memiliki medan koersif yang kuat. Hal ini lebih jelas digambarkan dengan diagram histeresis atau hysteresis loop sebagai berikut: Gambar 1. Diagram histeresis material magnetik. Diagram histeresis diatas menunjukkan kurva histeresis untuk material magnetic lunak pada gambar (a) dan material magnetic keras pada gambar (b). H adalah medan magnetik yang diperlukan untuk menginduksi medan berkekuatan B dalam material. Setelah medan H ditiadakan, dalam specimen tersisa magnetisme residual B r, yang disebut residual remanen, dan diperlukan medan magnet H c yang disebut gaya koersif, yang harus diterapkan dalam arah berlawanan untuk meniadakannya. Magnet lunak mudah dimagnetisasi serta mudah pula mengalami demagnetisasi, seperti tampak pada Gambar 2.5. Nilai H yang rendah sudah memadai untuk menginduksi medan B yang kuat dalam

logam, dan diperlukan medan H c yang kecil untuk menghilangkannya. Magnet keras adalah material yang sulit dimagnetisasi dan sulit di-demagnetisasi. Dimana ukuran untuk menentukan kuat atau lemahnya medan koersif adalah sebagai berikut: Medan koersif lemah adalah sebesar < 10 (A/Cm) Medan koersif kuat adalah sebesar > 300 (A/Cm) Adapun struktur mikro butir kristal dan garis gaya magnet pada tiap proses yang dilakukan selama proses pembuatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2 Struktur mikro dan garis gaya magnet pada butir kristal magnet. METODOLOGI Material/ bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk besi (iron powder). Setelah melalui proses pengayakan didapatkan butiran serbuk besi dengan ukuran 100 mesh. Adapun propertis fisik dan kimia dari serbuk besi adalah Density pada 20 0 C : 7,87 g/cc Melting point : 1536 0 C Boilling point : 3000 0 C Specific heat pada 20 0 C : 0,11 cal/g/ 0 C Heat of fusion : 65.5 cal/g Modulus elastisitas : 28,5.10 3 Mpa

Gambar 3 Serbuk besi Langkah pertama yang dilakukan dalam persiapan sample adalah menentukan komposisi dari serbuk besi (Fe) dengan pengujian XRD dan XRF. Gambar 3.7 Produk hasil kompaksi t d Gambar 4 Geometri specimen d = 10 mm, t = 3 mm Sintering Setelah dilakukan proses penekanan maka dilanjutkan proses sintering, Sintering yang dilakukan pada penelitian menggunakan suhu 1000 o C, dan dengan waktu penahanan (holding time) masing-masing selama 30, 60, dan 90 di dalam oven. Hasil cetakan disinter pada temperatur tersebut dengan laju pemanasan dan pendinginan sebagai berikut : 10 0 C/ sampai temperature 1000 0 C ditahan selama 30, 60, 90. Setelah itu temperatur diturunkan hingga temperatur kamar

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan Difraksi Sinar X Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sample uji, dilakukan pengujian difraksi sinar-x (XRD). Dari hasil pengujian tersebut didapatkan hasil berupa grafik (difraktogram) sebagai berikut sehingga diketahui unsur penyusun dan komposisi dari serbuk besi Gambar 5 Difraktogram Sinar X serbuk besi Tabel 1 Data hasil XRD Angle Relative int. d-value (2Φ) (%) 27.875 3.198 30.1 30.135 2.963 23.4 35.485 2.528 100.0 43.160 2.094 13.8 53.560 1.710 6.7 56.905 1.617 12.6 62.585 1.483 5.9 71.165 1.324 10.4 Pengujian komposisi serbuk besi ini juga dilakukan dengan menggunakan XRF di PT. International Nickel Indonesia, Tbk (PT INCO). Adapun hasil pengujian komposisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Komposisi serbuk besi hasil analisa XRF Unsur Konsentrasi (%) Fe 67,93 C 0,23 Mg 0,19 Co 0,9 Mn 0,01 Ni 16,13 Cu 1,02 S 12,97 16 Induksi remanen (Gauss) 14 12 10 8 6 4 2 0 4 5 6 Tekanan kompaksi (ton) Holding time 30 Holding time 60 Holding time 90 Gambar 6 Pengaruh tekanan kompaksi terhadap induksi remanen pada setiap holding time Dari data hasil percobaan yaitu spesimen dengan tekanan kompaksi 6 ton memiliki nilai induksi remanen optimal bila dibandingkan dengan spesimen dengan tekanan kompaksi 4 ton dan 5 ton. Kenaikan induksi remanen magnet seiring dengan kenaikan tekanan kompaksi secara teoritis dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses kompaksi pada dasarnya adalah merupakan suatu proses pemadatan atau pengikatan sementara antara butiran partikel menjadi suatu massa yang kompak dengan cara ditekan selama kurang lebih 3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi gaya tekan atau kompaksi yang diberikan pada serbuk maka ikatan butiran partikel bahan menjadi semakin kuat sehingga jarak antar partikel menjadi semakin rapat atau semakin kecil. Dengan butiran partikel yang semakin rapat tersebut maka densitas bahan hasil kompaksi akan semakin besar. Maka dari itu jarak antar domain-domain magnetik dalam bahan juga menjadi semakin kecil akibatnya gaya tarik menarik magnetiknya semakin kuat dan dibuktikan dengan data hasil percobaan berupa naiknya nilai induksi remanen ketika dilakukan pengukuran

Terjadinya penurunan sifat magnet dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemberian waktu penahanan atau holding time adalah dimaksudkan untuk memberikan waktu pada partikel-partikel untuk saling berikatan satu sama lain sehingga ikatan antar serbuk akan semakin kuat. Meningkatnya ikatan setelah proses sintering ini disebabkan timbulnya liquid bridge (necking) sehingga porositas berkurang dan bahan menjadi lebih kompak. Berkurangnya porositas ini akan mengakibatkan naiknya densitas dan sifat magnetik juga akan naik. Akan tetapi jika waktu holding time semakin lama maka energi panas semakin besar yang akan mengakibatkan domain-domain magnet akan mulai acak dan tidak searah lagi. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan sifat magnetik pada bahan tersebut. Fenomena ini ditunjukkan dengan menurunnnya sifat magnetik dengan semakin lamanya waktu holding time sintering 580 560 Kekerasan (Hv) 540 520 500 480 460 Holding time 30 Holding time 60 Holding time 90 440 4 5 6 Tekanan kompaksi (ton) Gambar 7 Pengaruh tekanan kompaksi terhadap nilai kekerasan pada setiap holding time Secara teoritis, apabila tekanan kompaksi semakin besar menyebabkan terjadinya kenaikan nilai kekerasan. Hal ini dapat diakibatkan karena semakin tinggi gaya tekan atau kompaksi yang diberikan pada serbuk maka ikatan butiran partikel bahan menjadi semakin kuat sehingga jarak antar partikel menjadi semakin rapat atau semakin kecil. Dengan butiran partikel yang semakin rapat tersebut maka densitas bahan hasil kompaksi akan semakin besar. Jika butiran partikel semakin rapat, maka pada saat proses sintering partikel - partikel akan semakin mudah untuk berikatan dan porositas akan semakin kecil sehingga akan meningkatkan nilai kekerasan bahan tersebut. Secara teoritis, semakin lama waktu holding time temperatur sintering menyebabkan terjadinya kenaikan nilai kekerasan. Pemberian waktu penahanan atau holding time adalah dimaksudkan untuk memberikan waktu pada partikelpartikel untuk saling berikatan satu sama lain sehingga ikatan antar serbuk akan semakin kuat. Meningkatnya ikatan setelah proses sintering ini disebabkan timbulnya liquid bridge (necking) sehingga porositas berkurang dan bahan menjadi lebih kompak sehingga akan meningkatkan nilai kekerasan bahan tersebut.

Pengujian Histeresis Magnet Gambar 8 Histeresis magnet kompaksi 6 ton, holding time 30 Hasil histeresis magnet pada Gambar 5.17 menunjukkan bahwa bahan serbuk besi ini merupakan bahan soft magnetik. Hal ini ditunjukkan dengan kurva histeresis yang sangat kurus dan nilai induksi remanen yang sangat kecil. Gambar 9 Histeresis magnet kompaksi 6 ton, holding time 90 Demikian pula dengan kurva histeresis pada Gambar 5.18. Kurva ini menunjukkan bahwa bahan bersifat soft magnetik. Yang berbeda hanya pada nilai induksi remanen (Br) dimana induksi remanen bahan yang disintering selama 30 yaitu sebesar 230 Gauss sedangkan bahan yang disintering selama 90 sebesar 150 Gauss. Penjelasan dari kurva histeresis tersebut adalah sebagai berikut. Garis berwarna merah merupakan polarisasi yang diberikan pada bahan. Dari polarisasi ini akan diperoleh nilai H (gaya magnet) maksimum yang diberikan pada bahan yaitu sekitar 13 koe. Setelah itu, akan muncul garis yang berwarna biru. Garis biru ini menunjukkan nilai induksi maksimum yang ada pada bahan tersebut. Setelah gaya magnet dihilangkan maka kurva biru ini akan turun dan memotong sumbu-y. Titik perpotongan ini merupakan nilai dari induksi remanen (Br) bahan tersebut

KESIMPULAN Dari data hasil percobaan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Nilai induksi remanen magnetik akan meningkat dengan meningkatnya tekanan kompaksi dan akan menurun dengan semakin lamanya waktu penahanan (holding time) temperatur sintering. 2. Nilai kekerasan magnet akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan kompaksi dan lama waktu penahanan (holding time) temperatur sintering 3. Nilai induksi remanen magnetik yang paling tinggi diperoleh dengan tekanan kompaksi 6 ton dan holding time 30 yaitu sebesar 14 Gauss. 4. Nilai kekerasan magnet yang paling tinggi diperoleh dengan tekanan kompaksi 6 ton dan holding time 90 yaitu sebesar 562,7 HV DAFTAR PUSTAKA Beumer.B.J.M. 1985. Ilmu Bahan Logam. Diterjemahkan oleh Anwir. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. Hausner, Henry H, Kumar Mal. 1982. Handbook of Powder Metallurgy, 2 nd Edition. New York : Chemical Publishing Co.,Inc. Henejko, Francis G, Howard Rutz, Christopher Oliver. 1992. Effect of Processing and Materials on Soft Magnetic Perfomance of Powder Metallurgy Parts. San Francisco Hirschhorn, Joel S.. 1986. Introduction to Powder Metallurgy. New Jersey : American Powder Metallurgy Institute. Idayanti,N. and Dedi. 2002. Pembuatan magnet permanen ferit untuk Flow meter, volume 5. Jakarta : Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia, 00000528-1_5. Lenel.Fritz V. 1953. Powder Metallurgy Principles and Application 1 st Edition. New Jersey : Princeton. Reitz. John J, Frederick J Milford, Robert W Christy. 1993. Dasar Teori Listrik Magnet terjemahan. Bandung : Penerbit ITB. Suherman, Wahid. 1999. Diktat Pengetahuan Bahan Teknik. Surabaya : Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS.