kalsium dengan menggunakan plasma darah yang ditambahkan pereaksi TCA pada berbagai ternak. Bahan Bahan yang digunakan meliputi : (1) Larutan Stronsiu

dokumen-dokumen yang mirip
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 kontrol bahan lokal untuk mengganti kontrol dari luar negeri. Dalam percobaan ini, dipakai rumput gajah sebagai

BAHAN DAN METODA Bahan Bahan yang digunakan terdiri atas larutan Stronsium masing-masing 50000dan ppm ; larutan Lantanum masing-masing da

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

Lokakarya Fungsional Non Peneli BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilaksanakan di laboratorium nutrisi Balai Penelitian Ternak di Bogor dengan meng

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

PENGARUH SUHU DAN WAKTU INKUBASI PADA UJI STANDARISASI HORMON PROGESTERON

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September sampai dengan Oktober 2012 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

PERUBAHAN KANDUNGAN OKSALAT SELAMA PROSES SILASE RUMPUT SETARIA

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

KUALIFIKASI AIR TANGKI REAKTOR (ATR) KARTINI BERDASARKAN DATA DUKUNG METODA NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SSA) DAN ION SELECTIVE ELECTRODE (ISE)

Umumnya bungkil kedelai didatangkan dari beberapa negara seperti Amerika, Argentina, Brazil, Cina dan India., sehingga mutu dan komposisinyapun sangat

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

WAKTU OPTIMAL HIDROLISIS SENYAWA KITIN DALAM JANGKRIK DAN RAYAP

Spektrofotometri Serapan Atom

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Lokakarya Fungsiona! Non Peneliti 1997 Bahan Mated Pakan Ternak (Homogen) IKadar Air I Bahan Kering Kandungan Organik Abu (An-Organik) I Mikro Mineral

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan Chlorella sp. dan waktu kontak) dan empat kali ulangan untuk masingmasing

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara

Lokakarya Fungsional Non Peneliti TINJAUAN PUSTAKA Daun singkong merupakan limbah pertanian yang, dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak karena kandung

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Jimmy Farm Cianjur. Pemeliharaan dimulai dari 0 sampai 12 minggu sebanyak 100

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis

BAB III METODE PENELITIAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

Laporan Kimia Analitik KI-3121

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

BAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

Lampiran 1 Penentuan Kadar Air (Apriyantono et al. 1989)

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kandang Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Praktikum ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Pengukuran Kadar Kolesterol dan Trigliserida Darah Itik Cihateup. a. Menyiapkan itik Cihateup yang akan diambil darahnya.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

PENAMBAHAN LANTAN PADA PENETAPAN KALSIUM SECARA SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (SSA): STUDI PENDAHULUAN. Juli Astuti dan Herawati. Kimia Analisis Bogor

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2013 di Laboratorium Daya, Alat,

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962).

Transkripsi:

PENETAPAN KALSIUM DALAM PLASMA DARAH DAN SERUM DARAH DENGAN TEKNIK AAS Eni Ariyani Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN. Mineral merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi tubuh Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh hewan sebagai unsur penyusun tubuh adalah sekitar 3-5% yang digunakan oleh tubuh untuk proses metabolisme normal. Kita mengenal dua macam mineral yaitu makro mineral dan mikro mineral. Makro mineral yang diperlukan oleh tubuh ternak adalah : Ca, P, Mg, K, S dan Fe, sedangkan mikro mineral seperti Se, Mn, Cu dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit. Diantara makro mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, maka kalsium merupakan unsur yang terbanyak terdapat dalam tubuh ternak yaitu berkisar 1,5-2,0% berat tubuh. Fungsi kalsium adalah sebagai bahan pembuat tulang dan gigi, berperan dalam proses pembekuan darah, dan kontraksi/pelemasan otot. Namun demikian kandungan kalsium dalam darah terdapat dalam batas tertentu. Apabila kandungan kalsium lebih kecil atau lebih besar dari batas normal, maka metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Hasil beberapa penelitian telah memberikan informasi kepada kita bahwa kekurangan kalsium akan menimbulkan kerugian antara lain : (1) terganggunya pembentukan tulang sehingga menjadi tidak baik, (2) pertumbuhan menjadi lebih lambat, (3) turunnya konsumsi ransum, (4) produksi susu menurun, (5) kejang otot, dan (6) terjadinya kelumpuhan. Oleh karena itu besarnya kandungan kalsium dalam plasma darah dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti teknik pewarnaan dengan menggunakan alat spectrofotometer dan teknik menggunakan jumlah atom yang diabsorpsi dengan alat yang dikenal dengan Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS). Hasil beberapa penelitian membuktikan bahwa teknik penetapan kalsium dengan menggunakan alat AAS ternyata lebih akurat/teliti dan cepat dibandingkan dengan alat spectrofotometer. Dalam makalah ini dimaksudkan untuk memberi informasi teknik/ metoda penentuan kalsium dengan menggunakan alat AAS tersebut, dengan menggunakan dua metoda yaitu : dengan pelarut air suling langsung dan pengendapan protein dengan larutan pereaksi Tri Chlora Acetic (TCA), perbandingan pada contoh plasma dan serum darah, serta analisis penetapan 172

kalsium dengan menggunakan plasma darah yang ditambahkan pereaksi TCA pada berbagai ternak. Bahan Bahan yang digunakan meliputi : (1) Larutan Stronsium 5%, (2) Larutan Tri Chlora Acid (TCA) 5%, (3) CaCO3 sebagai standar Kalsium, (4) Kontrol serum Seronom dari BDH, dan (5) heparin. Alat BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Alat yang dipergunakan untuk menganalisis kalsium dalam plasma darah adalah : (1) Atomic Absorption Spectrofotometer, (2) Alat pengencer Fison, (3) Vortex, (4) Tabung pereaksi, (5) pipet Oxford, dan (6) Botol Mc Cartney. Cara Kerja Penyiapan Kontrol Serum Darah Seronom Kontrol serum darah yang baru dari BDH di dalam botol dilarutkan dengan 5 ml air suling, kemudian dikocok hingga homogen. Penyiapan Contoh Plasma dan Serum Darah Ternak Contoh darah sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung pereaksi yang telah mengandung 0,1 ml heparin sebagai anti koagulan. Larutan darah tersebut dikocok perlahan-lahan supaya tidak terjadi hemolisis, kemudian disentrifuse pada putaran 3000 rpm selama 30 menit. Setelah terjadi pemisahan maka larutan tersebut kemudian dipisahkan ke dalam tabung pereaksi yang siap untuk dianalisis. Penyiapan Larutan Standar Larutan standar dibuat deret standar mulai dari konsentrasi 0, 10, 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm kalsium yang berasal dari garam kalsium karbonat. Penyiapan Contoh dengan Penambahan TCA 5% Larutan contoh plasma, serum, kontrol serum seronom, dan deret standar masing-masing dipipet 1 ml ke dalam tabung pereaksi dan ditambahkan 4 ml TCA 5% untuk mengendapkan protein. Larutan dikocok dengan Vortex hingga homogen, kemudian disentrifuse pada putaran 3000rpm selama 30 menit. Supernatan dipipet masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam botol Mc. Cartney, dan ditambahkan 8 ml air suling dengan menggunakan alat 1 7 3

pengencer Fison, kemudian ditambahkan 1 ml Stronsium 5% sebagai larutan penyangga atau penghilang gangguan kimiawi pada unsur kalsium, kemudian dikocok hingga homogen. Setelah itu dibaca dengan alat AAS pada panjang gelombang 422,4 nm, arus lampu 5 ma, dan selah 0,5 nm dengan nyala yang dipakai adalah campuran udara tekan dan gas asetilena. Hasil pembacaan contoh kemudian dibandingkan dengan kurva standar, sehingga diperoleh kadar kalsium dalam satuan mg/i atau ppm. Penyiapan Tanpa Penambahan TCA 5% Larutan contoh darah plasma, serum, dan kontrol seronom serta larutan deret standar masing- masing dipipet 0, 20 ml dengan pelarut air suling sebanyak 8,80 ml dengan menggunakan alat pengencer Fison ke dalam botol Mc. Cartney, kemudian ditambahkan 1 ml larutan Stronsium 5% sebagai penghilang gangguan kimiawi (fosfat). Kemudian dikocok hingga homogen lalu dibaca dengan alat AAS dengan kondisi sebagai berikut : Lampu katoda cekung kalsium dengan arus lampu 5 ma, panjang gelombang 422,4 nm dengan celah 0,5 nm, bahan bakar yang digunakan adalah udara tekan dan gas Asetilena. Hasil pembacaan dimasukkan ke kurva standar, sehingga diperoleh kandungan kalsium dalam ppm. HASIL DAN DISKUSI Perlakuan penambahan TCA tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil standar pada kedua perlakuan berupa garis yang berhimpit merupakan hasil dari membandingkan dua cara dengan TCA dan tanpa TCA (Gambar 1). Dengan demikian maka kedua cara tersebut dapat dianggap sama dengan mengacu pada kandungan kontrol darah seronom yang telah diketahui kandungannya yaitu sebesar 96 ± 6 ppm. Dengan demikian maka kedua cara tersebut dapat dipakai, namun untuk menjaga keamanan (safety work) dan sekaligus tidak merusak alat, maka metoda dengan menggunakan penambahan TCA lebih baik. Hal ini disebabkan larutan yang dipergunakan adalah larutan jernih dan mudah dibaca oleh alat AAS, sedangkan dengan menggunakan metoda tanpa TCA akan menyumbat alat sublimasi. Metoda dengan penambahan TCA dilakukan pada volume contoh darah minimal 3 ml. Apabila volume darahnya Iebih sedikit dari 3 ml maka penyiapan contoh dapat dilakukan secara langsung. Hasil analisis kandungan kalsium dengan metoda AAS dengan penambahan TCA dilakukan dengan membandingkan contoh plasma darah dan serum darah sapi Onggol disajikan pada Tabel 1. 1 74

0.450 0.400-0 350 0.300 a 0.250 0.200 / zo 0.150 0.100 0.050 0.000 a 0 20 40 60 80 100 Ca (PP-) 4 Kurva Std Ca Dengan Penambahan TCA Kurva Std Ca Tanpa Penambahan TCA Gambar 1. Kurva standar Ca pada perlakuan dengan dan tanpa TCA Tabel 1. Hasil analisis Kalsium dengan TCA pada plasma dan serum darah sapi Onggol Ulangan Kadar Ca (ppm) Plasma Serum 1 90 90 2 99 91 3 90 88 4 87 96 5 90 92 6 91 86 7 86 82 8 79 89 9 82 94 10 86 90 11 92 87 12 87 81 13 84 91 14 90 85 15 92 83 X 88,3 88,3 STD 4,8 4,4 KK (%) 5,4 4,9 1 7 5

Lokakarya Fungsional Non Penelit 1997 Berdasarkan hasil analisis seperti terlihat pada tabel tersebut di atas, nampak bahwa kandungan kalsium dalam plasma darah tidak berbeda dibandingkan dengan kandungan kalsium dalam serum darah. Hasil dari plasma dan serum darah mempunyai keragaman yang sama, yaitu koefisien keragaman di bawah 10 persen. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua jenis darah tersebut dapat digunakan, tergantung dari contoh darah yang tersedia. Uji selanjutnya untuk mengetahui kandungan kalsium pada ternak sapi, kambing, itik, dan ayam dilakukan dengan menggunakan plasma darah dengan perlakuan penambahan TCA dengan jumlah ulangan sekitar 5-20 ekor disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Kalsium dalam plasma darah pada berbagai temak Jenis Hewan Jumlah Hewan tiap jenis Kadar Ca (ppm) STD KK Sapi 10 98 6,2 6,3 Kambing 8 100 7,5 7,5 Itik 5 120 5,9 4,9 Ayam 20 92 5,8 6,3 Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan kalsium dari masing-masing ternak berbeda dengan kisaran dari 92-120 ppm adalah sama dengan referensi kandungan ternak tersebut. Selanjutnya dengan melihat besarnya koefisien korelasi dan standar deviasi dari masing-masing ternak di bawah 10 persen, menunjukkan bahwa metoda analisis kalsium dengan menggunakan AAS dengan penambahan TCA dapat digunakan secara baik pada berbagai jenis ternak. KESIMPULAN 1. Analisis darah dapat dilakukan dengan dua metoda yaitu dengan metoda langsung dan metoda tidak langsung yaitu dengan penambahan TCA. Namun penggunaan metoda dengan penambahan TCA memiliki keunggulan yaitu tidak mengganggu instrumen yang dipakai (AAS). 2. Pemeriksaan darah dapat dilakukan baik menggunakan plasma darah maupun serum darah. 3. Metoda analisis dengan penambahan TCA dapat dipergunakan untuk menganalisis kandungan kalsium dari berbagai ternak. 176

DAFTAR BACAAN Anggorodi, R. 1985. "Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan". Penerbit UI (UI-Press). Bachra, B.N., Daver, A and Sobel, A.E. 1958. The Complex 0 Metric Titration of Micro and Ultra Quantity of Calsium in Blood Serum. Clinic. Chem, 4, 107. page 25-26. Clark, E. P. and Collip, J. B. 1957. A Study of the Tistall Methode for the Determination of Calsium. Am. J. Clin. Pathol, 28 : 689. Price, W. J. 1978. "Analytical Atomic Absorption Spectrophotometry, Heyden & Son Ltd p.164-166. Underwood, E. J. 1977. "Trace Element in Human and Animal Nutrition" Forth Edition. New York Academic, Press. W. R. Kelly. 1974. Veterinary Clinical Diagnosis, 149, 292-293. 1 77