AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI
KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas (materiality) adalah: Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang, diluar keadaaan disekitar, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertibangkan baik (1) situasi yang berkenaan dengan entitas dan (2) informasi yang dibutuhkan oleh mereka yang akan bergantung pada 1aporan keuangan yang diaudit.
PERTIMBANGAN PENDAHULUAN MNEGENAI MATERIALITAS Auditor membuat pertimbangan pendahuluan mengenai tingkat materialitas dalam merencanakan audit. Penilaian ini, sering disebut materialitas perencanaan (planning materiality) mungkin berbeda dari tingkat materialitas yang digunakan pada penyelesaian audit dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) situasi yang ada disekitarnya mungkin akan berubah dan (2) informasi tambahan mengenai klien akan diperoleh selama pelaksanaan audit. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut: Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan. Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh
MATERIALITAS PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN Materialitas laporan keuangan (financial statement materiality) adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji mungkin diakibatkan karena penerapan yang salah dan GAAP, berangkat dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan. Dalam perencanaan audit, auditor harus mengakui bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berhubungan dengan laporan keuangan. Setiap laporan pada kenyataannya, dapat memiliki beberapa tingkatan. Untuk laporan laba-rugi, matenialitas dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba operasi, laba sebelum pajak, atau laba bersih. Untuk neraca, materialitas dapat didasarkan pada total aset, aset lancar, modal kerja, atau ekuitas pemegang saham.
PEDOMAN KUANTITATIF Pada saat ini baik standar akuntansi maupun standar audit berisi pedoman resmi mengenai pengukuran kuantitatif dan materia1itas. Berikut adalah gambaran mengenai beberapa pedoman yang digunakan praktik. 1. 5% hingga 10% dan laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba lebih kecil, 5% untuk laba yang lebih besar). 2. 1/2% hingga 1% dari total aset. 3. 1% dari ekuitas. 4. 1/2% hingga 1% dari pendapatan kotor. 5. Suatu persentase variabel berdasarkan mana yang lebih besar antara total aset atau total pendapatan.
LANJUTAN Contoh: Bagaimana auditor melakukan pengalokasian, Aset PT.ABC terdiri dari: REKENING SALDO % KAS 500.000 5 PIUTANG DAGANG 1.500.000 15 PERSEDIAAN 3.000.000 30 ASET TETAP 5.000.000 50 JUMLAH 10.000.000 100
LANJUTAN Auditor menduga terdapat sedikit salah saji dalam kas dan aktiva tetap dan sejumlah salah saji dalam piutang dagang dan persediaan. Berdasarkan pengalaman dimasa lalu dengan klien, Dengan asumsi bahwa taksiran awal materialitas laporan keuangan adalah 1 % dari Total aset atau Rp.100.000,-. maka auditor bisa membuat rencana pengalokasikan sebagai berikut: PENGALOKASIAN MATERIALITAS REKENING RENCANA % KAS 5.000 5 PIUTANG DAGANG 15.000 15 PERSEDIAAN 30.000 30 ASET TETAP 50.000 50 JUMLAH 100.000 100
PERTIMBANGAN KUALITATIF Pertimbangan kualitatif berhubungan dengan penyebab dari salah saji. Salah saji yang secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan material. Hal ini dapat terjadi misalnya ketika salah saji diakibatkan oleh suatu ketidakberesan (irregularities) atau tindakan melanggar hukum oleh klien. Penemuan atas terjadinya hal-hal tersebut dapat mengakibatkan auditor menyimpulkan bahwa terdapat risiko yang signifikan akan adanya salah saji tambahan yang serupa. AU 312.13 menyatakan bahwa walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang secara kualitatif material, biasanya tidak praktis untuk merancang prosedur untuk mendeteksi salah saji tersebut.
MATERIALITAS PADA TINGKAT SALDO AKUN Materialitas saldo akun (account balance materiality) adalah salah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut sebagai salah saji yang dapat ditolerir (tolerable misstatement). Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dikacaukan dengan saldo akun material. Istilah yang terakhir tersebut merujuk pada ukuran dari suatu saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkenaan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan seorang pemakai. Saldo yang tercatat dari suatu akun secara umum menyajikan batas atas jumlah di mana suatu akun dapat disajikan lebih. Oleh karena itu, akun dengan saldo yang lebih rendah dari materialitas kdangkala disebut tidak material berkenaan dengan risiko salah saji.
MENGALOKASIKAN MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN PADA AKUN-AKUN Ketika pertimbangan pendahuluan auditor mengenai materialitas laporan keuangan dikuantifikasi, suatu estimasi pendahuluan mengenai materialitas setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan pada akun-akun individual. Pengalokasian ini dapat dilakukan baik pada akun-akun neraca maupun akun-akun laporan laba rugi.namun demikian, karena kebanyakan salah saji pada laporan laba rugi juga mempengaruhi neraca, dan karena hanya terdapat sedikit akun neracamaka banyak auditor membuat alokasi berdasarkan akun-akun neraca.
HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DAN BUIKTI AUDIT Materialitas adalah satu dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kecukupan (kuantitas yang diperlukan) bahan bukti. Semakin rendah tingkat materialitas semakin besar jumkah bukti yang diperlukan.
RISIKO AUDIT Risiko Audit (audit risk) adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
MODEL RISIKO AUDIT Tiga komponen risiko audit sebagai risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Konsep risiko audit terutama penting saat auditor mempertimbangkan tingkat yang tepat untuk risiko deteksi ketika merencanakan prosedur audit untuk mengaudit suatu asersi. Untuk tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang dinilai atas suatu asersi dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor untuk asersi tersebut. Oleh karena itu, semakin rendah penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian, semakin tinggi tingkat yang dapat diterima untuk risiko deteksi.
LANJUTAN Mengilustrasikan Model Risiko Audit Model risiko audit (audit risk model) mengekspresikan hubungan antara komponen-komponen risiko audit sebagai berikut: AR = IR x CR x DR Simbol-simbol tersebut mewakili risiko audit, risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Contoh penggunaan dan model tersebut, asumsikan bahwa auditor telah membuat penilaian risiko berikut untuk suatu asersi tertentu seperti asersi kelengkapan untuk persediaan. AR = 5%; IR = 75%; CR = 50% Risiko deteksi dapat ditentukan sebagai berikut: DR = AR = 0,05 = 13% IR X CR 0,75 X 0,05
LANJUTAN Risiko deteksi sebesar 13% berarti auditor perlu merencanakan pengujian substantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan risiko yang dapat diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sekitar 13% dalam mendeteksi salah saji yang material. Risiko ini dapat diterima jika auditor memiliki keyakinan dan sumbersumber lain untuk mendukung penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian.
MENILAI KOMPONEN RISIKO AUDIT Risiko Bawaan Statements on Auditing Standards (AU 312.27) mendefinisi risiko bawaan sebagai berikut: Risiko Bawaan (inherent risk) adalah kerentaan suatu asersi terhadap salah saji material, dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian. Contoh hal-hal yang mungkin memiliki dampak mendalam termasuk: Profitabilitas dari entitas secara relatif terhadap industry Sensitivitas dari hasil operasi terhadap faktor-faktor ekonomi Masalah going concern seperti kurangnya modal kerja Sifat, sebab, dan jumlah dan salah saji yang diketahui dan kemungkinan salah saji yang terdeteksi dalam audit terdahulu Perputaran manajemen, reputasi manajemen, dan keahlian akuntansi Dampak dan pengembangan teknologi pada operasi dan daya saing perusahaan
LANJUTAN Hal-hal yang mungkin hanya berkaitan dengan akun-akun spesifik termasuk: Akun-akun atau transaksi-transaksi yang sulit untuk diaudit Masalah akuntansi yang sulit atau diperdebatkan Kerentanan terhadap penyalahgunaan Kompleksitas penghitungan Luasnya pertimbangan yang berkaitan dengan asersi Sifat, sebab, dan jumlah dan salah saji yang diketahui dan salah saji yang terdeteksi dalam audit sebelumnya Sensitivitas dan penilaian faktor-faktor ekonomi
LANJUTAN Faktor-faktor risiko bawaan dengan memahami siklus bisnis klien termasuk: Manajemen, tujuan manajemen, dan sumberdaya-sumberdaya perusahaan Produk, jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas Proses inti dan siklus operasi Hasil dari proses inti Keputusan pembiayaan dan investasi
LANJUTAN Risiko Pengendalian Statements on Auditing Standards (AU 312.27) mendefinisikan risiko pengendalian sebagai berikut: Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko pengendalian adalah suatu fungsi dan efektivitas pengendalian intern klien. Pengendalian intern yang efektif atas suatu asersi akan mengurangi risiko pengendalian, sementara pengendalian intern yang tidak efektif meningkatkan risiko pengendalian. Risiko pengendalian tidak dapat ditetapkan nol karena pengendalian intern tidak dapat menyediakan keyakinan yang lengkap bahwa semua salah saji yang material akan dicegah atau dideteksi.
LANJUTAN Risiko Bawaan, Risiko Pengendalian, dan Risiko Kecurangan Dua jenis salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor mengenai kecurangan dalam suatu audit laporan keuangan salah saji yang muncul dari pelaporan keuangan yang curang dan salah saji yang muncul dan penyalahgunaan aktiva. SAS 82 mendeskripsikan dua jenis salah saji tersebut sebagai berikut: Salah saji yang muncul dari pelaporan keuangan yang curang merupakan salah saji yang disengaja atau penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk menipu para pemakai laporan keuangan. Pelaporan keuangan yang curang (fraudulent financial reporting) mungkin akan melibatkan tindakan-tindakan sebagai berikut: Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumendokumen pendukung yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Interpretasi yang salah dalam, atau penghilangan yang disengaja dari kejadiankejadian, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya dalam laporan keuangan. Penerapan yang salah secara sengaja dan prinsip-prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
LANJUTAN Salah saji yang muncul akibat penyalahgunaan aktiva (misappropriation of assets) termasuk pencurian atas aktiva entitas di mana dampak pencurian tersebut menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum. Penyalahgunaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penyelundupan penerimaan, pencurian aktiva, atau menyebabkan suatu entitas untuk membayar barang atau jasa yang tidak diterima. Penyalahgunaan aktiva dapat dilakukan secara bersamaan dengan pembuatan catatancatatan atau dokumen-dokumen palsu atau menyesatkan dan mungkin akan melibatkan satu atau lebih individu baik itu manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.
LANJUTAN Pertimbangan mengenai meningkatnya risiko salah saji laporan keuangan akibat kecurangan dapat mempengaruhi pertimbangan professional auditor melalui cara berikut: Tim audit dapat dipilih dengan suatu cara yang memastikan bahwa pengetahuan, keahlian, dan kemampuan personel yang ditugaskan dalam tanggung jawab perikatan yang signifikan sesuai dengan penilaian auditor terhadap tingkat risiko. Tim audit dapat melaksanakan audit dengan memperjelas tingkat skeptisme profesional. Auditor dapat memutuskan untuk mempertimbangkan lebih lanjut pemilihan dan penerapan manajemen terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan pengakuan pendapatan atau penilaian aset. Kemampuan auditor untuk menilai risiko pengendalian dibawah maksimum dapat dikurangi dan auditor harus peka terhadap kemampuan manajemen untuk mengesampingkan pengenda.
LANJUTAN Risiko Deteksi Pernyataan Standar Auditing (AU 312.27) mendefinisikan risiko deteki sebagai sebagai berikut: Risiko Deteksi (detection risk) adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari prosedur analitis dan risiko pengujian terinci. Risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci merupakan fungsi dari efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Dalam tahap perencanaan audit, suatu tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima (planned acceptable level of detection risk) untuk prosedur analitis dan pengujian terinci ditentukan untuk setiap asersi yang signifikan dengan menggunakan model risiko audit.
RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT SALDO AKUN Auditor menentukan tingkat risiko audit secana keseluruhan yang akan dicapai untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Secara umum, tingkat yang sama diterapkan pada setiap saldo akun dan semua asersi yang berkaitan. Saat ini, jika seorang auditor akan menggunakan tingkat risiko audit yang berbeda untuk akun-akun dan asersi-asersi yang berbeda, tidak akan ada suatu cana yang berlaku secara umum untuk mengkombinasikan hasil-hasil tersebut dalam menentukan tingkat risiko audit keseluruhan yang dicapai untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Sebaliknya, penilaian tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian serta tingkat komponen-komponen risiko deteksi yang dapat ditenima, bervariasi untuk setiap akun dan asersi.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO AUDIT DAN BUKTI AUDIT Seperti materialitas, risiko sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kecukupan bahan bukti. Dalam membuat generalisasi mengenai hubungan tersebut, perhatian perlu diberikan dalam menspesifikasikan istilah risiko di mana suatu generalisasi sedang dilakukan. Terdapat suatu hubungan terbalik antara risiko audit dan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Untuk klien tertentu, semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan. Hubungan terbalik ini juga berlaku bagi komponen risiko deteksi. Untuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat yang dapat diterima dari risiko prosedur analitis atau risiko pengujian terinci yang ditentukan oleh auditor, maka semakin besar kecukupan dan kompetensi pengujian substansial yang diperlukan untuk membatasi risiko deteksi keseluruhan pada tingkat tersebut.
HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA MATERIALITAS RISIKO mengurangi risiko audit dapat melakukan salah satu hal berikut: (1) menaikkan tingkat materialitas sementara menahan bukti audit konstan, (2) menaikkan bukti audit sementara menahan tingkat materialitas konstan, atau (3) membuat kenaikan yang lebih kecil untuk jumlah bukti audit dan tingkat materialitas.
DAFTAR PUSTAKA Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amir Abadi Jusuf, Jasa Audit da Assuranca (Pendekatan Terpadu Aplikasi Indonesia) Salemba Empat buku 2, 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, IAPI (SPAP). Standar Akuntansi Keuangan, Institut Akuntan Publik Indonesia (SAK). Undang-undang Akuntan Publik, 2011 (UU AP). Boynton, Modern Auditing, Second Edition, 2006 (BY). Auditing, Haryono Yusuf (HY). Audit Sampling, Pusat Penerbit Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Terima Kasih Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA