Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan Basri Lubis Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian produksi dan kesenjangan atau selisih Produksi antara realisasi dengan potensi produksi di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP. Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group Kabupaten Serdang Bedagai, yang berlangsung mulai bulan April sampai dengan Mei 20. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif, dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperoleh langsung dari Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GAP (kesenjangan) produktivitas kelapa sawit yang terjadi pada Afdeling I kebun Paya Pinang tersebut adalah karena pemeliharaan yang kurang optimum seperti pemupukan dan rendahnya intensitas curah hujan yang mengakibatkan realisasi produksi lebih rendah dibandingkan dengan Standart potensi produksi PPKS. Kata Kunci : kajian GAP (kesnjangan), produktivitas, kesesuaian lahan S2 A. PENDAHULUAN Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah sejenis tanaman palma. Bagian tanaman yang bernilai ekonomis adalah buah yang tersusun dalam sebuah tandan dan disebut dengan tandan buah segar atau TBS (Anonim, 200). Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada saat ini luasnya mencapai lebih dari juta hektar, sehingga merupakan komoditi perkebunan yang s a n g a t p e n t i n g. N a m u n s a n g a t disayangkan produktivitasnya masih rendah dan penyebarannya di tanah air tidak merata. Lahan perkebunan paling luas berada di pulau Sumatera dan Kalimantan (Sunarko, 2009). Kelapa Sawit adalah salah satu komoditi perkebunan yang cukup sangat p e n t i n g d a n m e m i l i k i p r o s p e k pengembangan yang cerah, baik dalam memenuhi konsumsi dalam negeri maupun peluang ekspor yang cukup besar. Pada budidaya kelapa sawit, kondisi iklim, bentuk wilayah serta kondisi tanah dan lahan, merupakan faktor utama disamping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dan lain-lain. Kelas kesesuaian lahan menurut FAO () dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai(n). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 (tiga ) sub kelas, yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), agak sesuai (S3). Kelas tidak sesuai 1 Dosen STIPAP 2 Mahasiswa STIPAP 2
Kajian Kesenjangan Gap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Kelas Kesesuaian Lahan S2 Di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group dibagimenjadi 2 (dua) sub kelas, yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Setiap sub-kelas terdiri dari satu atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah dan intensitas faktor pembatas. (Ditjebun, 200). Produktivitas tandan buah segar kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh karakteristik faktor pembatas dalam setiap kelas kesesuaian lahan.pada kelas keesuaian lahan untuk tanah mineral terdapat beberapa karakter yang meliputi curah hujan, bulan kering, ketinggian dari permukaan laut, bentuk wilayah, kedalaman efektif, kandungan bahan kasar, tekstur, drainase, dan ph tanah. Faktor pembatas kelas kesesuaian lahan dapat menghasilkan produktivitas tandan buah segar kelapa sawit yang beragam. Pada penelitiaan ini akan dikaji kesenjangan produktivitas kelapa sawit yaitu perbedaan antara potensi produksi dan realisasi produksi kelapa sawit pada kelas kesesuaian lahan S2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian produksi dan kesenjangan atau selisih produksi antara realisasi dengan potensi produksi di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada Perusahaan mengenai kesenjangan produktivitas tanaman kelapa sawit di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kelas Kesesuaian Lahan Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatas dari karakteristik lahan. Kelas lahan menurut FAO () dibagi menjadi sesuai/suitable (S) dan tidak sesuai/ no suitable (N). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 (tiga ) sub kelas, yaitu (S1) sangat sesuai, (S2) sesuai, (S3) agak sesuai. Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 (dua) sub kelas, yaitu (N1) tidak sesuai bersyarat dan (N2) tidak sesuai permanen. Kelas kesesuaian lahan dinilai dari karkteristik lahan yang ada di lapangan. Untuk mengklsifikasi kelas kesesuaian lahan dapat ditentukan dengan sistem pencocokan (Matching) pada karakteristik kesesuaian lahan yang ada disuatu daerah dengan tabel kriteria kesesuaian lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit diatas. Adapun dasar pencocokan kelas kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Mardiana Wahyuni, Hasan Basri Lubis Tabel 1. Kelasifikasi kelas kesesuaian lahan. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan Kelas S1 (Sangat Sesuai = Highly Suitable ) Kelas S2 (Sesuai = Moderatelly Suitable ) Kelas S3 (Agak Sesuai = Marginally Suitable ) Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat = Conditionally Not Suitable ) Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen = Permanently Not Suitable ) Kriteria Unit lahan mempunyai tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal) Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas ringan dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas sedang Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas sedang dan/ atau tidak mempunyai lebih dari satu pembatas berat Unit lahan mempunyai dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki Unit lahan mempunyai pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki. Sumber : Adiwiganda, R.99. Gambaran Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Medan. 1. Potensi Produksi Potensi produksi berhubungan dengan kesesuaian lahan, setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai. Keberhasilan suatu usaha perkebunan ditentukan oleh kemampuan pengusaha dalam mengelola atau melaksanakan manajemen sumber daya manusia. Faktor-faktor lingkungan sumber daya alam (iklim, tanah, dan topografi) bahan tanam, tindakan kultur teknis dan sebagainya Pengaruh kondisi ekonomi yang sedang berkembang pada waktu usaha itu dilakukan, antara lain: fluktasi harga jual komoditas yang berlaku di pasar dan kenaikan harga sarana produksi, kenaikan upah dan sebagainya.(risza dan Suyanto, 93). Potensi produksi tanaman kelapa sawit disajikan pada tabel 2.
Kajian Kesenjangan Gap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Kelas Kesesuaian Lahan S2 Di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group Tabel 2. Produktivitas tanaman kelapa sawit varietas Tenera (1 pohon/ha) secara umum pada lahan kelas S1, S2, dan S3. Umur (Tahun) 3 9 10 11 13 1 1 20 21 23 2 Rata-rata T 1 13 11 10 9 11 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS 3,2,0, 10,0,,0,0 1,, 20, 21,0, 23,0 2,0,0,0 2,, 29,0 30,0 30, 32,0 32, 21 9 1 21 30 31 31 31 31 31 30 2 2 23 20 1 2 1 13 11 10 9 10 3,0,0,0 9,,0 13,0,, 1,0, 20,,0 23,0 23,0 23,0,0,0 2,0,0 29,0 30,0 31,0 31,0 Sumber : Publikasi PPKS dan LPP Keterangan: T = Jumlah Tandan/ph/th, RBT = Rata-rata Berat Tandan (Kg), TBS = Ton TBS/ha/th 20 1 23 2 2 1 13 11 10 9 10 3,0,0,0, 10,0 13,0,,0,0 1, 20,0 21,0,0,0 23,0 2,0,0,0 2,0,0 29,0 30,0 30,0 1 2 2 21 21 1 20 2
Mardiana Wahyuni, Hasan Basri Lubis C. METODOLOGI 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYA PINANG GROUP. Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan April 20 sampai dengan bulan Mei 20. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisa deskriptif. P e l a k s a n a a n d i l a k u k a n d e n g a n mengumpulkan data produktivitas kelapa sawit di Afdeling I kebun Paya Pinang PT. PAYAPINANG GROUP. 3. Pengamatan Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skunder : a. LuasAreal kebun b. Deskripsi kondisi areal. c. Iklim 3 tahun terakhir, tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. d. Produksi tahun terakhir, mulai dari tahun 200 sampai dengan 2011. e. Gap yang terjadi antara taksasi dan realisasi. f. Faktor yang menyebabkan tidak tercapainya produksi. D. HASILDAN PEMBAHASAN 1. Informasi Kebun Kebun Paya Pinang merupakan salah satu unit yang dimiliki dari perusahaan Swasta yang di kelola oleh PT. PD Paya Pinang Group. Paya Pinang terdiri dari (empat) Afdeling dan 1 (satu) Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kebun Paya Pinangterletak di desa Paya Pinang, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai. Dari keempat Afdeling yang dikelola Kebun Paya Pinang masingmasingafdeling memiliki luas yang beragam. Afdeling I sebagai lokasi pengamatan memiliki luas 0.3 Ha (Sumber. Data InventarisAfd. I). Tanaman yang dikelolaoleh Afdeling I kebun Paya Pinang adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 2000, 2001, 2003 dan 200. jumlah blok pada Afdeling I tersebut sebanyak 1 blok dengan luas blok yang beragam dengan SPH mulai dari 10 pohon sampai dengan 130 pohon. Untuk komposisi tanaman pada Afdeling I sebagian jenis bahan tanam yang di gunakan adalah jenis bahan tanam D x P (tenera) benih Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan benih dari PT. Socfindo. Paya Pinang mempunyai bentuk daerah yaitu datar bergelombang dengan tekstur tanah yaitu lempung berpasir dan kelas drainase yang agak cepat. Paya Pinang termasuk kedalam kelas kesesuaian lahan S2 U n t u k m e n g e t a h u i l e b i h jelasnyaluas afdeling I kebun Paya Pinang dapat dilihat pada tabel 3.
Kajian Kesenjangan Gap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Kelas Kesesuaian Lahan S2 Di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group Tahun Tanam Tabel 3. Informasi luas areal kebun Luas (Ha) Blok SPH Jlh. Pohon 2000 2001 2003 200 33,0 13,00 1 20 13 2,90 30 1,0 20 23,0 29 Jumlah 3,0 3 21,00 1 1, 2300 10 21, 20 11,00 31,0 23,0 29 1,0 20 1 2,0 10 9 Jumlah 1,0 1132 20,0 1 9, 1 329 30,00 1 30 Jumlah,3 1 900 30,00 130 3900 23 32,0 130 Jumlah 2,0 130 TOTAL 0,3 1,00 1 Deskripsi kondisi areal di afdeling I kebun Paya Pinang tersebut terdiri dari 90 % bertofografi datar dan 10 % bergelombang. Hal yang dapat mengakibatkan adanya perbedaan pada masing kelas lahan dan keragaman produktivitas adalah dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas yaitu iklim (curah hujan). Untuk data iklim lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. 29
Mardiana Wahyuni, Hasan Basri Lubis Tabel. Data curah hujan afdeling I kebun Paya Pinang Bulan 2009 2010 2011 Rata-rata Hh Ch Hh Ch Hh Ch Hh Ch Januari 9 20 1 9 3 Februari 3 Maret 29 1 233 11 20 April 11 13 1 9 Mei 10 291 9 90 9 1 Juni 1 11 1 9 1 Juli 9 9 Agustus 1 21 11 1 September 20 11 20 Oktober 9 2 9 1 230 11 9 Nopember 11 12 9 130 Desember 9 11 139 9 133 10 0 TOTAL 10 1 131 0 11 3 Ket : - ch : Curah Hujan (mm)- hh : Hari Hujan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa curah hujan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 berkisar antara >00 mm per tahun, Jika di sesuaikan dengan kriteria karakteristik lahan mineral untuk tanaman kelapa sawit maka curah hujan tersebut termasuk dalam intensitas pembatas tanpa (0) atau sesuai untuk tanaman kelapa sawit. 2. Produktivitas Kelapa Sawit di Afdeling I Kebun Paya Pinang Faktor faktor atau unsur unsur dalam taksasi sehingga realisasi dapat tercapai diantaranya Kreteria kelas kesesuaian lahan, iklim, bahan tanam, umur tanaman yang sesuai, pemeliharaan tanaman yang baik. (Sastrasayono dan Salardi. 2003) 30
Kajian Kesenjangan Gap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Kelas Kesesuaian Lahan S2 Di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group Tabel. Rekapitulasi data produktivitas tandan buah segar Afdeling I kebun Paya Pinang. Tahun T/R ΣTandan % Kg TBS % Taksasi 39. 100.30.9 100 200 Per ha 1.1 100 1.11 100 Realisasi 2.91 9,.9.230 9, Per ha 1. 0,.09 9, 2009 Taksasi 10.03 100 9.0.20 100 Per ha 1.3 100.132 100 Realisasi 9.01 9,1.3.90,9 Per ha 10 9,1.239,9 2010 2011 Total Taksasi 909.9 100 9.02.0 100 Per ha 2.233 100 23.9 100 Realisasi. 3,.0.0 Per ha 1.39 3, 20. Taksasi.0 100 9.9.100 100 Per ha 1.90 100 2.31 100 Realisasi 2.2 90, 10.011.00 101 Per ha 1.32 90, 2.3 101 Taksasi 3.0.13 100 3.9.9 100 Per ha.1 100. 100 Realisasi 2..90 9,1 33.0.0 92,1 Per ha. 9,3 1.13 92,1 a. h Tandan Dari tabel 11 tersebut di atas terdapat data produksi, jumlah tandan secara total dan rata rata per ha dengan ringkasan sebagai berikut. Pencapaian jumlah tandan yang melebihi jumlah taksasi terjadi pada 31
Mardiana Wahyuni, Hasan Basri Lubis Tabel. Jumlah tandan per Ha kebun Paya Pinang. Tahun Taksasi % Realisasi % 200 1.1 100 1. 0 2009 1.3 100 1.10 9,1 2010 2.233 100 1.39 3, 2011 1.90 100 1.32 90, TOTAL 1 100 9,3 Keterangan: Angka taksasi sebagai standard dengan index 100% tahun 200 yaitu mengalami surplus sebanyak 0%, selanjutnya mulaihun 2009 sampai dengan 2011 mengalami minus berupa realisasi capaian jumlah tandan tidak mencapai taksasi. GAP tertinggi atauterjadi pada tahun 2010 yaitu minus sebanyak,%. Rendahnya jumlah tandan tersebut dapat di akibatkan oleh pemupukan yang tidak optimum dan rendahnya curah hujan, Secara keseluruhan GAP yang terjadi pada komponen jumlah tandan adalah minus sebanyak 2,% (produksi jumlah tandan hanya mencapai 9%) dari yang di harapkan. Hasil pengamatan tersebut juga tersaji pada gambar di bawah ini. Gambar 3: Grafik Jumlah tandan per ha Afdeling I kebun Paya Pinang 32
Kajian Kesenjangan Gap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Kelas Kesesuaian Lahan S2 Di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group b. Produksi Tandan Buah Segar Dari tabel tersebut di atas t e r d a p a t d a t a p r o d u k s i b e r u p a kilogramtandan buah segar secara total dan rata rata per ha dengan ringkasan sebagai berikut. Tabel. Data produksi TBS per ha Afdeling I kebun Paya Pinang Tahun Taksasi % Realisasi (Kg/Ha) % (Kg/Ha) 200 1.11 100.09 9, 2009.132 100.239,9 2010 23.9 100 20.,0 2011 2.31 100 2.3 101,0 Total. 100 1.13 92,1 Rata rata.039 100 20.29 92,1 Keterangan : Angka taksasi sebagai standard dengan index 100% Pencapaian kilogram tandan buah segar yang melebihi jumlah taksasi terjadi pada tahun 2010 yaitu mengalami surplus sebanyak 1%, selanjutnya mulai tahun 200 sampai dengan 2010 mengalami minus berupa realisasi capaian jumlah tandan tidak mencapai taksasi. GAP tertinggi atau terbanyak terjadi pada tahun 2010 yaitu minus sebanyak,0%. Rendahnya kilogram TBS tersebut dapat di akibatkan oleh pemupukan yang tidak optimum dan rendahnya curah hujan, Secara keseluruhan GAP yang terjadi pada komponen ton TBS adalah minus sebanyak,9%, produksi jumlah tandan hanya mencapai 92,1% dari yang di harapkan. Hasil pengamatan tersebut juga tersaji pada gambar di bawah ini. Gambar. Grafik Tonase TBS Afdeling I kebun Paya Pinang. 33
Mardiana Wahyuni, Hasan Basri Lubis 3. Produksi dan Standard PPKS Hasil pengamatan tentang produksi akan dibandingkan dengan standardppks sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini. Kelas Lahan Tabel 1. Perbandingan Produksi Kebun dengan StandardPPKS Standard PPKS % Produksi (Kg/Ha) (Kg/Ha) % S2.000 100 20.29 1,1 Keterangan : Angka Standart PPKS sebagai standard dengan index 100% (Rata rata Umur 11 tahun) Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Pencapaian produksi kebun lebih rendah dari standard PPKS. Untuk Standardadalah.000 Kg/Ha dengan indeks 100% sedangkan produksi kebun per ha hanya mencapai 20.29 Kg/Ha dengan indeks 1,1% selesih produksi produksi sebesar.0 Kg dengan indeks 1,9 %. Hasil pengamatan di atas tersaji pada gambar di bawah ini 30,000,000 20,000,000 Standart PPKS Produksi Kebun 10,000,000 0 Standart PPKS Produksi Kebun Gambar. Grafik perbandingan produksi kebun dengan PPKS C. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Realisasi jumlah tandan Afdeling I kebun Paya Pinang selama tahun yaitu mulai 200 sampai dengan 2011 mengalami minus sebesar 13 tandan dengan indeks 2,% dibandingkan dengan taksasi produksi. 3
Kajian Kesenjangan Gap Produktivitas Kelapa Sawit Pada Kelas Kesesuaian Lahan S2 Di Afdeling I Kebun Paya Pinang PT. Paya Pinang Group b. Realisasi kilogram TBS Afdeling I kebun Paya Pinang selama tahun yaitu mulai 200 sampai dengan 2011 mengalami GAP berupa minus produksi sebesar.93 Kg TBS dengan indeks,9% dibandingkan dengan taksasi produksi. c. Realisasi total produksi Afdeling I kebun Paya Pinang per ha mengalami minus sebesar.0 Kg dengan indeks 11,9% dibandingkan dengan standard PPKS. 2. Saran Untuk menghindari kesenjangan antara taksasi dan realisasi, harus melakukan perawatan secara optimal terutama pada pemupukan. D. DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R. 99. Gambaran Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus Anonim. 200. Jurnal Kelapa Sawit. Vol. no.1. PPKS. PPKS :Medan. Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. 200.Budidaya Kelapa Sawit. (http://detjenbun.deptan.go.id/tahu nanbun/tahunanpoweredbyjoomla) Fauji, Y, dkk. 200. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Risza, Suyanto. 93. Seri Budi Daya K e l a p a S a w i t. K a n i s i u s. Yogyakarta. Setyamidjaja dan Djoehana. 91. Budidaya Kelapa sawit.kanisius. Yogyakarta. Sayono Sastro,Selardi.2003. Budi Daya Kelapa Sawit.Agromedia Pustaka. Jakarta. Sukamto, H. 200. Kiat Meningkatkan Produktivitas Dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.Jakarta. Sunarko.2009.Budidaya Dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan, Agromedia Pustaka, Jakarta. Tim Pengembangan Materi LPP. 200. Buku Pintar Mandor, Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Lembaga P e n d i d i k a n P e r k e b u n a n. Yogyakarta. Wahyuni, M. 200. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit. Sekolah Tinggi Ilmu P e r t a n i a n A g r o b i s n i s Perkebunan.Medan 3