HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Kebisingan adalah segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun populasi. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya bisa menimbulkan stres kerja pada tenaga kerja yang terpapar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pada anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik observasional dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Oktober 2015 di kamar mesin kapal Manado-Sangihe. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe yaitu 50 orang. Sampel sama dengan populasi (total sampling) yaitu 50 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan dan kuesioner stres kerja. Analisis data dilakukan dengan uji spearman dengan α = 0,05 dan CI 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar kebisingan > 85 db sebanyak 37 (74%) pekerja, dan 85 db sebanyak 13 (26%) pekerja. Hasil penilaian stres kerja menunjukkan bahwa pekerja mengalami stres kerja tinggi 25 (50%) pekerja, stres kerja sedang 21 (42%) pekerja, dan stres kerja rendah 4 (8%) pekerja. Hasil uji spearman diperoleeh nilai p = 0,04 (< 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan stres kerja pada anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe. Didapat juga nilai koefisien korelasi sebesar 0,29. Kata Kunci : Kebisingan, Stres Kerja ABSTRACT Noise is the sound that people do not want to hear, which also gives negative impact to people s health and prosperity. Noise can cause health problems, one of which can cause work stress on workers exposed. Under these conditions, the purpose of this study was to determine the relationship between noise with work stress on the crew who worked on the ship's engine room Manado-Sangihe. The study was an observational analytic cross sectional study approach. Research conducted in August-October 2015 in the ship's engine room Manado- Sangihe. The population in this study are all the crew who worked on the ship's engine room Manado-Sangihe is 50 people. The same sample population (total sampling) that is 50 people. Instruments in this study is the sound level meter, which is used to measure the noise level and the questioner of workers stress. Data analysis was done by Spearman test with α = 0.05 and 95% CI. Results of study showed that workers who are exposed to noise> 85 db as much as 37 (74%) of workers, and 85 db as many as 13 (26%) workers. The result of the assessment of work stress show that workers who experience high work stress 25 (50%), work stress medium are 21 (42%), and low work stress 4 (8%). Spearman test results show value of p = 0.04 (<0.05), which means that there is a significant correlation between noise with work stress on the crew who worked on the ship's engine room Manado-Sangihe. The obtained correlation coefficient value also of 0.29. Keywords: Noise, Stress Work
PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut. Pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja/mesin, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Marji,2013). Gangguan kesehatan dapat berupa gangguan pada fungsi pendengaran dan fungsi non pendengaran seperti gangguan pada komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas, perasaan tidak senang dan stres. Stres adalah tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa (Tarwaka, 2010). Munandar (2008) dalam penelitiannya, menggolongkan gangguan kebisingan dalam dua kategori, yaitu berupa gangguan auditory misalnya gangguan terhadap pendengaran, dan juga berupa gangguan non auditory seperti pada gangguan saat komunikasi dan menurunnya semangat kerja. Dalam pembangunan sekarang ini, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, namun penggunaan bahan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM (Tarwaka, 2010). Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja (Suma mur, 2014). Hasil penelitian labour force survey (Marji,2013) menemukan adanya 182.700 kasus stress akibat kerja di Inggris. Sumber penyebabnya adalah bukan hanya dari pekerjaan itu sendiri, tetapi dapat juga disebabkan adanya stressor fisik, emosional, dan mental. Stressor fisik di tempat kerja, contohnya seperti kebisingan. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Permenakertrans Nomor Per 13/MEN/X/2011). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai hubungan kebisingan dengan stress kerja pada anak buah kapal (ABK) yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian penelitian dengan metode analitik observasional dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September Oktober 2015 di kamar mesin kapal Manado-Sangihe. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe yaitu 50 orang. Sampel sama dengan populasi (total sampling) yaitu 50 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah sound level meter untuk mengukur tingkat kebisingan dan kuesioner stres kerja. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dianalisis data dengan analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji statistic yaitu uji spearman dengan α = 0,05 dan CI 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi frekuensi berdasarkan umur, paling banyak adalah kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 19 (38%) responden, umur 20-29 tahun sebanyak 16 (32%) responden, umur 40-49 tahun sebanyak 12 (%) responden dan diatas 50 tahun 3 (6%) responden. Responden dengan masa kerja <5 tahun sebanyak 6 (12%) responden, dan responden yang masa kerjanya 5 tahun sebanyak 44 (88%) responden. Distribusi responden berdasarkan nilai kebisingan menunjukan bahwa responden yang bekerja di tempat yang bising >85 db adalah sebanyak 37 (74%) responden dan responden yang bekerja di tempat yang tidak bising 85 db adalah 13 (26%) responden, secara lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1. Tabel 1.Distribusi Responden Berdasarkan Nilai Kebisingan Nilai Kebisingan n % Bising >85 db 37 74 Tidak Bising 85 db 13 26 Total 50 100 Distribusi stres kerja pada responden dengan kategori stres kerja tinggi sebanyak 25 (50%) responden. Tabel distribusi tingkat stres kerja dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2. Distribusi Tingkat Stres Kerja Pada Responden No. Stres Kerja n % 1 Rendah 4 8 2 Sedang 21 42 3 Tinggi 25 50 Total 50 100 Berdasarkan hasil uji Spearman terlihat nilai p sebesar 0,04 (<0,05) dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,29. Hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan stres kerja pada anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe. Tabel analisis mengenai dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Hubungan Antara Kebisingan dengan Stres Kerja pada Anak Buah Kapal yang Bekerja di Kamar Mesin Kapal Manado-Sangihe Stres Kerja Kebisingan Tinggi Sedang Rendah Total n % n % n % n % Bising >85 db 21 42 15 30 1 2 37 74 Tidak Bising 85 db 4 8 6 12 3 6 13 26 Total 25 50 21 42 4 8 50 100 P value r 0,04 0,29 Hasil uji Spearman untuk melihat hubungan antara kebisingan dengan stres kerja, diperoleh nilai p = 0,04 (<0,05), maka menunjukkan ada pada anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe. Hal ini sejalan dengan penelitian Pradana (2013) yang menyatakan ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja dengan nilai p= 0,000 (<0,05). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nadhiroh (2011) yang menyatakan ada hubungan antara paparan kebisingan dengan stres kerja pada tenaga kerja di bagian weaving PT. X Surakarta dengan nilai p= 0,000 (<0,01). Munandar (2008), menyatakan bahwa stres kerja yang dialami oleh seseorang karena adanya faktor lingkungan kerja misalnya kebisingan. KESIMPULAN 1. Intensitas kebisingan rata-rata di kamar mesin kapal Manado-Sangihe adalah 85 db dengan intensitas kebisingan tertinggi adalah 91 db dan intensitas kebisingan terendah adalah 79 db. 2. Tingkat stres kerja pada anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe adalah stres kerja tinggi dengan 25 responden, stres kerja sedang 21 responden, dan stres kerja rendah 4 responden. 3. Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal Manado-Sangihe dengan nilai p= 0,04 dan koefisien korelasi (r) = 0,29. SARAN 1. Melakukan monitoring lingkungan kerja (kebisingan) secara rutin. 2. Melakukan pengendalian bahaya pada mesin atau sumber bising dengan cara: perawatan mesin, memberikan peredam bunyi. 3. Waktu bekerja, pekerja wajib menggunakan alat pelindung telinga. 4. Lebih ditingkatkan lagi kesadaran anak buah kapal yang bekerja di kamar mesin kapal mengenai bahaya bising dan dalam penggunaan APD (ear plug, ear muff).
5. Memberikan pelatihan kepada pekerja dalam mengatasi kebisingan dan stres kerja di lingkungan kerja. DAFTAR PUSTAKA Marji. 2013. Dampak Kebisingan Terhadap Pekerja Pabrik Pada Berbagai Latar Belakang Tingkat Pendidikan. Malang. Penerbit : Gunung Samudera. Munandar, A, S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta. Penerbit : Universitas Indonesia. Nadhiroh, H, M. 2011. Hubungan Paparan Kebisingan Dengan Stress Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Weaving PT. Triangga Dewi Surakarta. Surakarta : Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. (Online). Diakses Senin, 31 September 2015. Waktu 20.20 Wita. (http://core.ac.uk/download/pdf/1650891 9). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. (Online). Diakses Senin, 31 September 2015. Waktu 21.00 Wita. Pradana, A. 2013. Hubungan Antara Kebisingan Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Bagian Gravity Pt. Dua Kelinci Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan. Semarang : Universitas Negeri Semarang. (Online). Diakses Senin, 31 September 2015. Waktu 20.10 Wita. (http://lib.unnes.ac.id/18361/1/64504080 13.pdf). Suma mur, 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. Penerbit : Sagung seto. Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi di tempat kerja. Surakarta. Penerbit: Harapan Press.