BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sagital, vertikal dan transversal. Dimensi vertikal biasanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MORFOLOGI MANDIBULA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SUB-RAS DEUTRO MELAYU USIA TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI SEFALOMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

PREDIKSI PANJANG MANDIBULA DEWASA DENGAN MENGGUNAKAN USIA SKELETAL VERTEBRA SERVIKALIS PADA ANAK PEREMPUAN USIA 9-14 TAHUN DI MEDAN

MATERI KULIAH ORTODONSIA I. Oleh Drg. Wayan Ardhana, MS, Sp Ort (K) Bagian Ortodonsia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SEFALOMETRI. Wayan Ardhana Bagian Ortodonsia FKG UGM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 DIAGNOSA DAN PERAWATAN BINDER SYNDROME. Sindrom binder merupakan salah satu sindrom yang melibatkan pertengahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL ANTARA TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DAN POLA WAJAH PADA OKLUSI NORMAL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Maloklusi adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada berbagai pedoman, norma dan standar yang telah diajukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

EMBRIOLOGI MUSKULOSKELETAL

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. RPE adalah suatu alat yang digunakan di klinik, bertujuan untuk mengoreksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post. Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN SEFALOMETRI RADIOGRAFIK

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Fenomena yang sering ditemukan di Kedokteran Gigi Anak (KGA) pada anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sella tursika merupakan cekungan berbentuk sadel pada tulang sphenoid yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi gen pada

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh 200 rontgen panoramik pasien di RSGM UMY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI... Hal HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN..

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniofasial Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Meskipun bervariasi antar individu, tetapi kecepatan pertumbuhannya mengikuti suatu pola. Pertumbuhan tulang fasial (maksila dan mandibula) pada bayi, berlangsung dengan kecepatan yang cukup tinggi, melambat secara progresif selama kanak-kanak, dan mencapai kecepatan minimal pada periode prapubertas. Laju pertumbuhan kemudian meningkat kembali selama pubertas dan menjadi lambat setelah maturitas. Penting untuk dapat membedakan standar variasi pertumbuhan normal dengan pertumbuhan ekstrem diluar batas pola normal yang disebut deviasi (abnormal). Waktu pertumbuhan setiap organ/ekstremitas fisik dari tubuh yang tidak selalu sama pada satuan waktu, hal ini dapat dipengaruhi genetik dan faktor lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain nutrisi, penyakit sistemik/non sistemik, sosial ekonomi, kebiasaan buruk, trauma, dan kelenjar/endokrin/hormon. Tulang kraniofasial dapat dibagi menjadi neokranium (cranial vault dan basis kranium) dan viserokranium (maksila dan mandibula). Hubungan ukuran antara wajah dan kranium jelas terlihat berbeda pada saat lahir dan dewasa. Kranium (neurokranium) bertumbuh dengan cepat pada periode prenatal untuk tempat otak yang juga berkembang dengan cepat. Wajah (viserokranium) berkembang lebih lambat ke arah ukuran dewasa dibandingkan kranium, sehingga sewaktu lahir wajah akan terlihat lebih kecil pada dimensi vertikal dalam hubungannya dengan ukuran total dari kepala, bila dibandingkan dengan proporsi pada orang dewasa (Gambar 1). 14

6 Gambar 1. Ukuran relatif dari wajah dan kranium sewaktu bayi dan pada dewasa 14 Proses pertumbuhan atau pembentukan tulang terbagi atas osifikasi intramembranus dan osifikasi endokondral 15, yaitu: 1. Osifikasi endokondral adalah pembentukan tulang yang terjadi saat sel-sel kartilago berproliferasi dan hipertropi, sehingga mengakibatkan matriks kartilago disekitarnya terkalsifikasi. Sel tulang terus berdegenerasi dan tulang terosifikasi. Kartilago yang tidak terosifikasi akan menjadi jembatan antara beberapa tulang yang disebut sikondrosis. 2. Osifikasi intramembranus adalah pembentukan tulang yang terjadi secara langsung dalam jaringan mesenkim. Jaringan mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas, lalu osteoblas mensekresi matriks organik membentuk osteoid dan terkalsifikasi. Osteoid membentuk tulang spongeus dan berkondensasi menjadi periosteum. Proses ini banyak terjadi pada tulang pipih tengkorak. Kraniofasial dibagi menjadi empat daerah pertumbuhan karena cara pertumbuhan masing-masing daerah tersebut berbeda antara satu dengan lainnya. Keempat daerah tersebut adalah ruang kranium (cranial vault), basis kranium, maksila dan mandibula. 16

7 2.2.1 Ruang Kranium Ruang kranium (cranial vault) adalah tulang yang menutup bagian atas atau permukaan luar otak. Ruang kranium merupakan tulang pipih yang dibentuk secara langsung melalui pembentukan tulang (osifikasi) secara intramembran, tanpa didahului pembentukan kartilago. Pertumbuhan tulang kranium sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, karena terjadinya tekanan pada sutura yang merangsang pembentukan tulang kranium melalui proses pertumbuhan sutura. Aposisi tulang baru pada sutura adalah mekanisme utama untuk pertumbuhan ruang kranium.1 3,16 Gambar 2. Sistem sutura dari kepala 18 2.2.2 Basis Kranium Basis kranium merupakan dasar tulang di bagian bawah otak yang juga sebagai garis pembatas antara kranium dan wajah. Basis kranium tidak hanya mendukung dan melindungi otak, akan tetapi juga berguna untuk menegakkan tubuh, melindungi persendian tengkorak, kolumna vertebra, mandibula dan sebagian maksila. 13 Berbeda dengan ruang kranium, basis kranium awalnya berbentuk kartilago, kemudian kartilago bertransformasi menjadi tulang melalui osifikasi endokondral. Sisi pertumbuhan yang paling penting pada basis kranium adalah sinkondrosis. Sinkondrosis terdiri atas sinkondrosis sphenoksipital, yaitu antara tulang spehenoidalis dan oksipitalis, sinkondrosis intersphenoid, yaitu antara kedua bagian

8 tulang sphenoid, dan sikondrosis sphenoethmoidal, yaitu antara tulang sphenoid dan ethmoidal 16 2.2.3 Maksila Pada maksila tidak terdapat kartilago, oleh karena itu seluruh pertumbuhannya terjadi dengan osifikasi intramembranus. Pertumbuhan maksila terjadi melalui dua cara yaitu aposisi sutura-sutura yang menghubungkan maksila dengan kranium dan remodeling di permukaan. Pada posterior dan superior maksila terdapat sutura-sutura yang memungkinkan pertumbuhan maksila kebawah dan depan. 13 (Gambar 3) Bjork dan Skieller (1977) melakukan penelitian menggunakan implan dan menyatakan bahwa pertumbuhan sutura sepanjang tulang-tulang zigomatik dan frontal dan pertumbuhan aposisi dari prosesus alveolar akan menambah tinggi maksila. Aposisi juga terdapat pada dasar orbita dengan resorbsi pada permukaan yang lebih rendah. Secara bersamaan, dasar hidung menurun oleh resoprsi sedangkan aposisi terjadi pada palatum durum. 13 2.2.4 Mandibula Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat penting karena terlibat dalam fungsi-fungsi vital, antara lain pengunyahan, pemeliharaan jalan udara, berbicara dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan osifikasi intramembranus. Pada saat dilahirkan, kedua ramus mandibula yang berasal dari processus mandibularis belum bersatu dan masih terpisah oleh symphisis yang terdiri dari jaringan fibrokartilago dan jaringan pengikat. Ramus mandibula ini pada waktu lahir sangat pendek dan kondilus sama sekali belum berkembang. Pada usia 4-12 bulan symphisis mengalami pengapuran dan menjadi tulang. Pada tahun pertama dari kelahiran terjadi pertumbuhan aposisi aktif pada tepi bawah dan permukaan lateral dari mandibula dan kondilus mandibula. Kondilus terdiri atas kartilago hyalin yang ditutupi jaringan pengikat fibrous yang tebal dan padat. Mandibula pada kondilus

9 tumbuh dengan 2 cara, pertama kartilago mengadakan pertumbuhan interostium dan diganti tulang selanjutnya pertumbuhan aposisi kartilago di bawah jaringan pengikat yang menutupinya, dari kartilago kemudian terjadi penulangan. Pertumbuhan mandibula pada kondilus dan aposisi tepi posterior ramus menyebabkan mandibula bertambah panjang, sedangkan pertumbuhan kondilus bersama dengan pertumbuhan alveolus menyebabkan mandibula bertambah tinggi. Aposisi pada permukaan menyebabkan mandibula bertambah tebal. Kemudian mandibula akan terdorong ke depan dan ke bawah karena terfiksir dari artikulasi mandibularis (Gambar 3). 17 Gambar 3. (A) Arah pertumbuhan maksila (B) Arah pertumbuhan mandibula 18 Pertumbuhan mandibula berlanjut pada tingkat yang relatif stabil sebelum masa pubertas. Laju pertumbuhan kemudian meningkat mencapai puncaknya pada masa pubertas, menurun lagi dan melambat sampai pertumbuhan selesai. Berdasarkan penelitian Riolo et al (1974) pada usia 7-16 tahun rata-rata pertambahan tinggi ramus sekitar 1-2 mm setiap tahunnya dan panjang mandibula bertambah sekitar 2-3 mm pertahun. Pada mandibula pertama sekali pertumbuhan lebar diselesaikan terlebih dahulu, kemudian pertumbuhan panjang, dan akhirnya pertumbuhan tinggi. Pada akhir tahapan itu pertumbuhan dikatakan lengkap. Rata-rata pertumbuhan mandibula

10 selesai pada usia 17 tahun pada perempuan dan 2 tahun lebih lambat pada anak lakilaki, tetapi proses tersebut bisa lebih lama. 16,19 2.3 Vertebra Servikalis Vertebra servikalis atau tulang leher adalah salah satu bagian dari tulang vertebra yang terkecil dalam tubuh. Tulang ini berfungsi untuk menopang dan memberi stabilitas pada kepala, pergerakan kepala, serta berfungsi untuk melindungi struktur yang melewati spina terutama medula spinalis, akar saraf, dan arteri vertebra. Tulang vertebra servikalis terdiri dari tujuh buah ruas tulang. Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua bagian, yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3-CV7). Vertebra servikalis 1,2 dan 7 memiliki struktur anatomi yang unik dan telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis dan CV7 disebut prominens vertebra. Sedangkan vertebra servikalis ke 3 6 memiliki bentuk yang mirip dan disebut vertebra servikalis tipikal. 20 2.3.1 Tahap Maturasi Tulang Vertebra Servikalis (CVMS) Maturasi skeletal telah lama dinilai dengan menggunakan bentuk dari vertebra servikalis dan hal ini dapat digunakan untuk memperkirakan usia skeletal. Ada berbagai pendapat mengenai penentuan tingkat maturasi dengan menggunakan radiografi vertebra servikalis (Lamparski, 1972; O Really et al, 1988; Hassel and Farman, 1995; Franchi et al, 2000; Bacceti et al, 2002 dan 2005). 21 Klasifikasi CVMS oleh Lamparski Pada tahun 1972, Lamparski menjelaskan metode untuk menilai usia skeletal menggunakan tahap maturasi dari tulang vertebra servikalis. Penelitian dilakukan pada anak perempuan dan laki-laki usia 10 sampai 15 tahun di University of Pittsburg School. Foto sefalometri disusun berdasarkan karakteristik perkembangan vertebra, kecekungan inferior dan bentuk dari corpus dari C3 sampai C6. Hasil analisis standar yang diperoleh untuk masing-masing umur dari usia 10-15 tahun, yaitu: 21

11 Tahap 1 (10 tahun): Tepi inferior semua corpus vertebra servikalis rata dan tepi superior meruncing dari posterior ke anterior. Tahap 2 (11 tahun): Tepi inferior vertebra servikalis kedua berubah menjadi cekung dan tinggi vertikal bagian anterior corpus vertebra bertambah. Tahap 3 (12 tahun): Semua corpus vertebra servikalis berbentuk persegi panjang, tepi inferior vertebra servikalis ketiga berubah menjadi cekung. Tahap 4 (13 tahun): Tepi inferior vertebra servikalis ketiga menjadi lebih cekung dari tahapan sebelumnya. Tahap 5 (14 tahun): Tepi inferior vertebra servikalis ketiga dan keempat cekung, dan tepi inferior vertebra servikalis kelima dan keenam mulai cekung. Semua corpus vertebra servikalis hampir berbentuk persegi, dan jarak antar corpus vertebra berkurang. Tahap 6 (15 tahun): Semua corpus vertebra servikalis lebih vertikal daripada horizontal, dan tepi inferior seluruhnya sangat cekung. Gambar 5. Tahap maturasi tulang vertebra servikalis menurut Lamparski (1972) 21 Klasifikasi CVMS oleh Bacceti Bacceti dkk (2002) pada penelitiannya melaporkan bahwa penilaian maturasi vertebra servikalis dengan 5 tahap maturasi (CVMS I-CVMS V) lebih konsisten dibandingkan dengan membaginya menjadi 6 tahap maturasi (Cvs1-Cvs6). Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa metode dengan 5 tahap maturasi lebih berguna ketika maturasi skeletal dinilai menggunakan sefalogram tunggal dan hanya vertebra

12 servikalis kedua sampai keempat yang terlihat. Pada tahun 2005 penulis memperkenalkan perbaikan yang lebih lanjut dengan metode yang menggunakan enam tahapan untuk menilai maturasi vertebra servikalis. Metode ini langsung menilai hubungan antara maturasi vertebra servikalis dengan maturasi skeletal dari mandibula. 22.23 Tahap 1 (CS1): Tepi inferior dari C2,C3 dan C4 adalah datar. Corpus C3 dan C4 berbentuk trapesium. Puncak pertumbuhan mandibula rata-rata akan terjadi 2 tahun setelah tahap ini. Tahap 2 (CS2): Kecekungan mulai terlihat pada tepi inferior dari C2. Corpus C3 dan C4 masi berbentuk trapesium. Puncak pertumbuhan mandibula ratarata akan terjadi 1 tahun setelah tahap ini. Tahap 3 (CS3): Kecekungan pada tepi inferior C2 dan C3 sudah terlihat. Bentuk corpus dari dari C3 dan C4 adalah antara trapesium dan persegi panjang. Puncak pertumbuhan mandibula akan terjadi selama setahun setelah tahap ini. Tahap 4 (CS4): Kecekungan pada tepi inferior C2, C3 dan C4 sudah terlihat. Corpus C3 dan C4 berbentuk persegi panjang horizontal. Puncak pertumbuhan mandibula telah terjadi antara 1 atau 2 tahun sebelum tahap ini. Tahap 5 (CS5): Kecekungan pada tepi inferior C2-C4 masih tampak. Bentuk corpus dari salah satu C3 dan C4 sudah berbentuk persegi. Puncak pertumbuhan mandibula telah berakhir paling kurang 1 tahun sebelum tahap ini. Tahap 6 (CS6): Kecekungan pada tepi inferior C2-C4 masih jelas. Bentuk corpus dari salah satu C3 dan C4 adalah persegi panjang vertikal dan yang lain berbentuk persegi. Puncak pertumbuhan mandibula telah berakhir paling kurang 2 tahun sebelum tahap ini.

13 Gambar 6. Tahap maturasi tulang vertebra servikalis menurut Bacceti (2005) 23 2.3.2 Usia Skeletal Vertebra Servikalis Jika sebelumnya maturasi skeletal dianalisis berdasarkan bentuk anatomi dari vertebra servikalis, Mito dkk (2003) pada penelitiannya melaporkan bahwa usia skeletal vertebra servikalis dapat dihitung dari gambaran radiografi sefalometri. Penelitian tersebut melakukan pengukuran pada tulang vertebra servikalis ketiga dan keempat (CV3 dan CV4) sehingga hasilnya akan lebih objektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia skeletal vertebra servikalis dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut: CVA (years) = -0.20 + 6.20 x AH 3 /AP 3 + 5.90 x AH 4 /AP 4 + 4.74 x AH 4 /PH 4 Rumus matematika di atas dapat dijabarkan bahwa CVA adalah cervical vertebral bone age atau usia skeletal vertebra servikalis. AH 3 adalah tinggi anterior dari CV3, AP 3 adalah jarak anteroposterior dari CV3, AH 4 adalah tinggi anterior dari CV4, AP 4 adalah jarak anteroposterior dari CV4, dan PH 4 adalah tinggi posterior dari C4 (Gambar 7). 9

14 Gambar 7. Pengukuran dimensi tulang vertebra servikalis C3 dan C4 11 2.4 Metode Menilai Pertumbuhan Kraniofasial Menilai pertumbuhan kraniofasial dapat dilakukan dengan pendekatan melalui metode pengukuran dan eksperimental. Metode pengukuran dapat dilakukan dengan studi kraniometri, antropometri, dan radiografi sefalometri. 16 2.4.1 Kraniometri Kraniometri merupakan tehnik pengukuran yang pertama kali dilakukan untuk mempelajari pertumbuhan, berdasarkan pengukuran dari tengkorak pada manusia. Kraniometri awalnya digunakan untuk mempelajari tengkorak manusia purba yang ditemukan di gua-gua Eropa paba abad ke 18-19 M. Dari pengukuran terhadap tengkorak tersebut, memungkinkan untuk mengumpulkan banyak informasi tentang populasi yang telah punah dan mendapatkan beberapa gagasan tentang pola pertumbuhannya dengan membandingkan satu tengkorak dengan yang lainnya. Kraniometri memiliki kelebihan yaitu dapat dilakukan pada tengkorak kering. Namun kekurangan untuk ilmu pertumbuhannya adalah hanya dapat diteliti dengan metode cross-sectional. Cross-sectional berarti individu hanya bisa diukur pada satu titik waktu, meskipun terdapat usia tengkorak yang berbeda dalam suatu populasi.

15 2.4.2 Antropometri Dimensi tulang tengkorang juga dapat diukur pada makhluk hidup. Dengan metode yang disebut antropometri, berbagai titik yang digunakan pada pengukuran tengkorak kering dapat juga diukur pada individu yang masih hidup dengan menggunakan titik-titik (landmark) yang diperoleh dari studi tengkorak kering pada jaringan lunak di atasnya. Misalnya, panjang tempurung kepala dapat diukur dari titik di batang hidung ke titik yang tercembung di belakang tengkorak. Walaupun terdapat kelemahan pengukuran akibat variasi ketebalan jaringan lunak yang melapisi tulang, tetapi tehnik antropometri memungkinkan untuk mengevaluasi pertumbuhan pada individu secara langsung, dengan cara membuat pengukuran yang sama berulangulang pada waktu yang berbeda. Ini akan menghasilkan data longitudinal, yaitu data dari individu yang sama dalam kurun waktu yang berbeda. Beberapa tahun terakhir ini, Farkas telah mempelajari bahwa melalui tehnik antropometri dapat dihitung proporsi wajah manusia dan perkembanganya. 2.4.3 Radiografi Sefalometri Tehnik pengukuran yang ketiga adalah foto radiologi sefalometri. Foto rontgen sefalometri sangat penting, tidak hanya dalam ilmu pertumbuhan, tetapi juga dalam perawatan ortodontik. Tehnik ini dapat menggabungkan keunggulan dari kraniometri dan antropometri. Memungkinkan pengukuran langsung dari dimensi tulang tengkorak, dan tidak hanya dapat melihat tulang dan jaringan lunak yang tercakup dalam foto radiograf, tetapi juga memungkinkan mengukur pertumbuhan tulang tengkorak pada satu individu yang sama secara berulang. 16 2.5 Pengukuran Panjang Mandibula Pada peniliaian sefalometri, beberapa titik tertentu ditandai dengan hati-hati pada radiograf, dan dilakukan pengukuran linear serta angulasi pada titik-titik ini. Hasil pengukuran ini dalam berbagai cara akan menghasilkan analisis ukuran skeletal dan bentuknya. Titik sefalometri pada mandibula 24 (Gambar 8) :

16 Co : Condyle ( Titik paling superior pada kondilus mandibula) Ar : Articulare ( Titik perpotongan antara batas dorsal kondilar dan batas inferior dari basis kranial posterior) Go : Gonion ( Titik tengah pada sudut mandibula) M : Menton (Titik paling inferior pada simfisis mandibula) Gn : Gnathion ( Titik paling anteroinferior pada simfisis mandibula) P(Pog) : Pogonion (Titik paling anterior pada simfisis mandibula) B : Supramentale (Titik paling dalam pada alveolus mandibula) Id : Infradentale (Titik paling anterosuperior pada alveolus mandibula) Gambar 8. Titik titik sefalometri untuk pengukuran Mandibula 24 Pada gambaran sefalometri, mandibula dapat diukur dalam arah sagital secara linier maupun anguler. Pengukuran linier meliputi panjang ramus, panjang korpus dan panjang mandibula. Panjang ramus mandibula diukur dari titik Condyle ke titik Gonion. Panjang korpus mandibula diukur dari titik Gonion ke titik Menton. Panjang mandibula diukur dari titik Condyle ke titik Gnathion. Sedangkan pengukuran anguler pada mandibula ditentukan dari sudut yang terbentuk oleh perpotongan panjang korpus, yang disebut dengan sudut Gonial. 25

17 2.6 Prediksi Panjang Mandibula Menggunakan Usia Skeletal Vertebra Servikalis Mito dkk (2003) mengembangkan metode untuk memprediksi panjang mandibula dengan menggunakan usia skeletal vertebra servikalis. Salah satu cara yang digunakan dalam memprediksi panjang mandibula adalah dengan melakukan perhitungan menggunakan rumusan. Rumusan ini didapatkan melalui analisis regresi yang memilki komponen usia skeletal sebagai veriabel bebas (sumbu X) dan pertambahan panjang mandibula sebagai veriabel tergantung (sumbu Y). Setelah dilakukan analisis regresi, maka akan didapatkan rumusan persamaan linier y = ax + b. Potensi pertumbuhan mandibula dapat diprediksi melalui rumusan seperti pada penelitian Mito, yaitu: MGP (mm) = -2.76 x CVA + 38.68 MGP adalah mandibular growth potensial atau potensi pertumbuhan mandibula atau pertambahan panjang mandibula. CVA adalah cervical vertebra age atau usia skeletal vertebra servikalis. Hasil dari perhitungan tersebut dibandingkan dengan panjang mandibula sebenarnya pada kelompok yang telah selesai tahap tumbuh kembangnya atau dewasa. Kesederhanaan dan objektivitas dari usia tulang vertebra servikalis ini telah terbukti dapat diterapkan dan akurat dalam memprediksi pertumbuhan mandibula. 11 Chen F. dkk (2005) juga melakukan penelitian untuk memprediksi potensi pertumbuhan mandibula pada maloklusi klas III berdasarkan analisis tulang vertebra servikalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan pengukuran tulang vertebra servikalis dapat memprediksi panjang mandibula pada maloklusi klas III. 26

18 2.7 Landasan Teori Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Meskipun bervariasi antar individu, tetapi kecepatan pertumbuhannya mengikuti suatu pola. Pertumbuhan tulang fasial (maksila dan mandibula) pada bayi, berlangsung dengan kecepatan yang cukup tinggi, melambat secara progresif selama kanak-kanak, dan mencapai kecepatan minimal pada periode prapubertas. Laju pertumbuhan kemudian meningkat kembali selama pubertas dan menjadi lambat selama maturitas. Penting untuk dapat membedakan standar variasi pertumbuhan normal dengan pertumbuhan ekstrem diluar batas pola normal yang disebut deviasi (abnormal). Waktu pertumbuhan setiap organ/ekstremitas fisik dari tubuh yang tidak selalu sama pada satuan waktu, hal ini dapat dipengaruhi genetik dan faktor lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain nutrisi, penyakit sistemik/non sistemik, sosial ekonomi, kebiasaan buruk, trauma, dan kelenjar/endokrin/hormon. 14 Kraniofasial dibagi menjadi empat daerah pertumbuhan karena cara pertumbuhan masing-masing daerah tersebut berbeda antara satu dengan lainnya. Keempat daerah tersebut adalah ruang kranium (cranial vault), basis kranium, maksila dan mandibula. Ruang kranium terbentuk langsung melalui osifikasi intramembranus, tanpa didahului pembentukan kartilago. Berbeda dengan ruang kranium, basis kranium awalnya berbentuk kartilago, kemudian kartilago bertransformasi menjadi tulang melalui osifikasi endokondral. Pada maksila tidak terdapat kartilago, oleh karena itu seluruh pertumbuhannya terjadi dengan osifikasi intramembranus. Sedangkan pada mandibula mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan osifikasi intramembranus. 16 Menilai pertumbuhan dapat dilakukan dengan kraniometri, anthropometri, dan sefalometri. Pada peniliaian sefalometri, beberapa titik tertentu ditandai dengan hatihati pada radiograf, dan dilakukan pengukuran linear pada titik-titik ini. Hasil pengukuran ini akan menghasilkan analisis ukuran skeletal dan bentuknya. Pada gambaran sefalometri, mandibula dapat diukur dalam arah sagital secara linier maupun anguler. Pengukuran linier meliputi panjang ramus, panjang korpus dan

19 panjang mandibula. Panjang mandibula sering didefinisikan sebagai jarak linier antara Co (titik paling superior di kondilus) dan Gnathion (Gn). 16,24 Pertumbuhan mandibula menunjukkan hubungan yang erat dengan tahap pertumbuhan dan maturasi skeletal secara umum. Terdapat banyak metode uji coba untuk mengukur maturasi skeletal. Berbagai indikator biologis telah digunakan untuk mengevaluasi maturasi skeletal mandibula, yaitu peningkatan tinggi badan, maturasi tulang di tangan dan pergelangan tangan, dan maturasi tulang vertebra servikalis. 2,3,4 Penilaian maturasi skeletal dengan menggunakan cervical vertebrae maturation stage (CVMS) dapat dilihat melalui radiografi sefalometri telah banyak mendapat perhatian. CVMS adalah penilaian tingkat maturasi vertebra servikalis berdasarkan bentuk dan ukuran dari tulang vertebra servikalis. 3,6 Vertebra servikalis atau tulang leher adalah salah satu bagian dari tulang vertebra yang terkecil dalam tubuh. Tulang ini berfungsi untuk menopang dan memberi stabilitas pada kepala, pergerakan kepala, serta berfungsi untuk melindungi struktur yang melewati spina terutama medula spinalis, akar saraf dan arteri vertebra. 20 Ada berbagai pendapat mengenai penentuan tingkat maturasi dengan menggunakan radiografi vertebra servikalis (Lamparski, 1972; O Really et al, 1988; Hassel and Farman, 1995; Franchi et al, 2000; Bacceti et al, 2002 dan 2005) dan Mito dkk (2002). 21 Jika sebelumnya maturasi skeletal dianalisis berdasarkan bentuk anatomi dari vertebra servikalis, Mito dkk (2003) pada penelitiannya melaporkan bahwa usia skeletal vertebra servikalis dapat dihitung dari gambaran radiografi sefalometri. Selanjutnya Mito dkk mengembangkan suatu metode untuk memprediksi panjang mandibula dengan menggunakan usia skeletal vertebra servikalis. Salah satu cara yang digunakan dalam memprediksi panjang mandibula adalah dengan melakukan perhitungan menggunakan rumusan. Rumusan ini didapatkan melalui analisis regresi yang memilki komponen usia skeletal sebagai (sumbu X) dan pertambahan panjang mandibula sebagai sumbu Y. Setelah dilakukan analisis regresi, maka akan didapatkan rumusan persamaan linier y = ax + b. Kesederhanaan dan objektivitas dari usia tulang vertebra servikalis ini telah terbukti dapat diterapkan dan akurat dalam memprediksi pertumbuhan mandibula. 9,11

20 Kerangka Teori Tumbuh Kembang Kraniofasial Kranium Wajah Ruang Kranium Basis Kranium Maksila Mandibula Metode Penilaian Kraniometri Anthropometri Radiografi sefalometri si skeletal Vertebra servikalis Pertumbuhan mandibula Peningkatan tinggi badan Maturasi tulang di tangan Maturasi tulang vertebra servikalis. Hubungan antara tahap maturasi tulang vertebra servikalis dengan pertumbuhan mandibula Prediksi Panjang Mandibula Menggunakan Usia Skeletal Vertebra Servikalis

21 2.8 Kerangka Konsep Pertumbuhan Mandibula Faktor internal Usia Ras Jenis Kelamin Genetik Faktor Eksternal Gaya Hidup Lingkungan Panjang Ramus Panjang Mandibula Panjang Korpus DataDitinjau dari Radiografi Sefalometri Panjang Mandibula Anak (9-14 thn) Usia Skeletal Vertebra Servikalis Berapakah prediksi panjang mandibula dewasa menggunakan usia skeletal vertebra servikalis?