TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

dokumen-dokumen yang mirip
Tugas Akhir ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI

PROFIL SEDIMENTASI PADA SUNGAI MODEL SHAZY SHABAYEK SEDIMENTATION PROFILE ON THE RIVER SHAZY SHABAYEK MODEL

PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL

ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI. Oleh : Kamiran Danang Bagiono

PROFIL KONTUR SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL. Oleh : Febriyan Eka Priangga

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PROFIL SEDIMENTASI PADA SUNGAI MODEL SHAZY SHABAYEK

Aplikasi Metode Meshless Local Petrov- Galerkin (MLPG) Pada Permasalahan Sedimentasi Model Sungai Shazy Shabayek BY SOFWAN HADI

Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan

APLIKASI METODE MESHLESS LOCAL PETROV-GALERKIN (MLPG) PADA PERMASALAHAN MODEL SEDIMENTASI SUNGAI SHAZY SHABAYEK ABSTRAK

PROFIL KONTUR SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL

Penerapan Metode Meshless Local Petrov Galerkin untuk Simulasi Profil Aliran Limbah di Sungai

Oleh : Annisa Dwi Sulistyaningtyas NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc

ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT. Arif Fatahillah 9

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa Penyempitan Arteri Dan Dengan Penyempitan Arteri

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRINSIP DASAR HIDROLIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

(2) Dimana : = berat jenis ( N/m 3 ) g = percepatan gravitasi (m/dt 2 ) Rapat relatif (s) adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat ( ) dan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH SKRIPSI ABNIDAR HARUN POHAN

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

BAB II LANDASAN TEORI

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

BAB IV METODE PENELITIAN

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS SALURAN PRIMER JETU TIMUR TERHADAP GERUSAN DASAR DAN SEDIMENTASI PADA SISTEM DAERAH IRIGASI DELINGAN.

Kata Kunci :konveksi alir bebas; viskos-elastis; bola berpori 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

Mekanika Fluida II. Hidrolika saluran terbuka & Fluida terkompresi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Saluran T-Junction 90 0 : PLTA Tulungagung

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

Analisis Tegangan Geser pada Sudetan Wonosari Sungai Bengawan Solo

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

POLA EROSI DAN SEDIMENTASI SUNGAI PROGO SETELAH LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 Studi Kasus Jembatan Bantar Kulon Progo

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

MODEL ALIRAN KONVEKSI CAMPURAN YANG MELEWATI PERMUKAAN SEBUAH BOLA

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

BAB III LANDASAN TEORI

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

07. Bentangalam Fluvial

Created by : Firman Dwi Setiawan Approved by : Ir. Suntoyo, M.Eng., Ph.D Ir. Sujantoko, M.T.

Model Perahu Trimaran pada Aliran Laminar. Abstrak

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Analisis Komputasi Pengaruh Geometri Muka dan Kontrol Aktif Suction Terhadap Koefisien Tekanan Pada Model Kendaraan

Analisis Perbandingan Velocity Dan Shear Stress Perkembangan Boundary Layer Flat Plate Menggunakan Turbulent Model k ε (Standard, Realizable, RNG)

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu contoh saluran terbuka yang sering dijumpai adalah sungai. Sungai

NUR EFENDI NIM: PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU/2016

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

Bab IV Analisis dan Diskusi

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI WAMPU. Arta Olihen Boangmanalu 1, Ivan Indrawan 2

BAB-4. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MENGGUNAKAN METODE MESHLESS LOCAL PETROV- GALERKIN DAN SIMULASI FLUENT OLEH : Mochamad Sholikin (1207 100 056) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc. JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

URAIAN SINGKAT Proses sedimentasi yang terjadi di sungai dapat menyebabkan pendangkalan sungai yang berakibat pada meluapnya air ke permukaan. Sedimentasi ini banyak terjadi di pertemuan dua sungai. Pemodelan matematika dengan menggunakan metode Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG) merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk permasalahan ini karena tidak memerlukan pias (mesh/grid) dalam menyelesaikannya, sehingga sangat bermanfaat pada permasalahan yang bergerak seperti sedimentasi. Simulasi fluent sebagai software aplikasi visual dalam fluida digunakan untuk mevisualisasikan proses sedimentasi yang terjadi di pertemuan dua sungai Dari hasil simulasi numerik dengan matlab, untuk aliran menikung, terjadi penurunan ketinggian sedimen, terjadi kenaikan kecepatan sekitar 0.000848 saat kecepatan awal =0.1. Ketika kecepatan awal diperbesar maka juga akan terjadi kenaikan dan penurunan yang semakin besar, bisa dilihat pada saat =0.9, terjadi penurunan kedalaman sungai sekitar 0.015832, dan kenaikan kecepatannya, serta ketinggian sedimennya turun sekitar 0.166470. Besarnya kecepatan dan kedalaman mempengaruhi ketinggian sedimen pada dasar sungai. Demikian juga untuk aliran lurus terjadi kenaikan ketinggian sedimen, dan penurunan kecepatan, kedalaman sungai juga turun sekitar 2.792678, pada debit sungai satu dan debit dua. Ketika debit sungai satu dan sungai dua berbeda dengan debit sungai satu 0.3 sedangkan debit sungai dua 0.9, ketinggian sedimen tetap naik, dan kecepatan naik, serta kedalamannya mengalami kenaikan sekitar 0.278835. Sedangkan simulasi fluent memperlihatkan bahwa kecepatan sungai akan mengalami peningkatan kecepatan pada bagian busur sungai yang dapat memungkinkan pengerusan pada bagian busur sungai. Pada pertemuan sungai, vektor kecepatan akan meningkat dan membentuk pusaran akibat dari bertemunya dua vektor sungai yang berlainan arah. Jadi, besar-kecilnya kecepatan aliran lateral memiliki pengaruh yang besar pada kedalaman sungai, kecepatan aliran maupun ketinggian sedimentasi pada sungai utama. Kata kunci : sedimentasi, pertemuan dua sungai, Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG), fluent.

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG sungai manfaat Air minum Transportasi Penampungan air dll sedimentasi dampak Banjir model matematika manfaat Pecegahan dan Penanggulangan dini

RUMUSAN MASALAH Bagaimana pengembangan model sedimentasi pada pertemuan dua sungai. Bagaimana simulasi kecepatan sedimentasi pada pertemuan dua sungai yang dibangun dengan software fluent. Bagaimana pola distribusi model sedimentasi pada pertemuan dua sungai.

BATASAN MASALAH Model sedimentasi yang dibangun adalah model 2 dimensi. Proses sedimentasi yang diteliti hanya pada pertemuan dari percabangan 2 sungai. Morfologi sungai yang dikaji adalah bentuk numeca busur seperempat lingkaran. Metode penyelesaian yang digunakan untuk model yang dibangun adalah Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG). Simulasi numerik menggunakan matlab. Simulasi visual kecepatan sedimen menggunakan fluent.

ASUMASI Aliran sungai yang digunakan adalah seragam (uniform) dan tidak mampu mampat (incompressible). Permukaan sungai adalah horizontal dan dinding sungai berkarakteristik halus (smooth). Sudut elevasi (kemiringan) dasar sungai ditentukan. Pengangkutan sungai adalah bed-load. Butiran sedimen adalah seragam, dengan diameter 0.0625 mm, yaitu pasir halus. Gaya gesek hanya terjadi di dasar sungai. Viskositas aliran diabaikan karena sangat kecil. Pengaruh angin sangat kecil sehingga friksi dipermukaan diasumsikan nol.

TUJUAN 1. Mengembangkan model sedimentasi pada pertemuan dua sungai 2. Menganalisis pola distribusi sedimentasi yang terjadi pada pertemuan dua sungai. MANFAAT Sebagai bahan acuan untuk mencegah dan menanggulangi banjir akibat sedimentasi. Metode MLPG dapat digunakan sebagai alternatif dalam menyelesaikan permasalahan dinamika fluida.

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR ALIRAN SALURAN TERBUKA Aliran pada saluran terbuka merupakan aliran yang mempunyai permukaan bebas. Permukaan bebas ini merupakan pertemuan dua fluida yaitu udara dan air, dimana kerapatan udara jauh lebih kecil dari pada kerapatan air sehingga pengaruh udara dapat diabaikan. Bilangan Froude : dengan : u = kecepatan aliran sungai h = kedalaman sungai g = percepatan gravitasi Kriteria aliran : Fr = 1, aliran kritis Fr < 1, aliran subkritis Fr > 1, aliran superkritis Jenis-jenis Aliran sungai Aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow) Aliran Seragam (uniform flow) dan Aliran Tak Seragam (non-uniform flow)

SEDIMENTASI Trasportasi sedimen Bed load Suspended load Wash load Banyaknya sedimen pada transportasi sedimen tipe bed-load, dihitung dengan rumus Meyer-peter & Muller (Liu,2001) : dengan : dimana : dengan : = massa jenis air = tegangan geser = banyaknya sedimen bed-load s = rasio massa jenis sedimen dengan massa jenis air = rata-rata diameter sedimen = 0.047 = 8.0 = 1.0

SEDIMENTASI (2) Menghitung perubahan dasar sungai dengan Persamaan Kekekalan Gelombang Pasir (Yang, 1996) : dengan : = ketinggian dasar sungai p = porositas = banyaknya sedimen bed-load

MODEL PERTEMUAN DUA SUNGAI Model bentuk pertemuan dua sungai bentuk numeca busur :.Gambar numeca busur seperempat lingakaran

METODE VOLUME HINGGA Banyak permasalahan di bidang mekanika fluida yang harus dianalisis dengan mengamati suatu daerah berhingga (volume hingga) dari satu domain yang besar. Dasar-dasar yang digunakan oleh metode ini untuk dapat diterapkan adalah hukum-hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan massa, hukum kekekalan momentum a. Hukum kekekalan massa untuk suatu volume kendali (Apsley, 2005) : a. Hukum kekekalan momentum (Apsley, 2005) : dengan : u A = massa jenis = volume = kecepatan = luas permukaan

METODE MESHLESS LOCAL PETROV-GALERKIN (MLPG) MLPG not use Mesh (pias/grid) Seperti metode numerik pada umumnya, metode MLPG dalam melakukan interpolasi membutuhkan metode pembaganan dan pendiskritan yang dapat diselesaikan secara numerik. Moving Least Square (MLS) merupakan salah satu metode interpolasi yang mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi (Atlury dan Lin, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

GOVERNING EQUATION ALIRAN MENIKUNG HUKUK KEKEKALAN MASSA HUKUK KEKEKALAN MOMENTUM

GOVERNING EQUATION ALIRAN MENIKUNG HUKUK KEKEKALAN MASSA SEDIMEN

GOVERNING EQUATION ALIRAN LURUS HUKUK KEKEKALAN MASSA HUKUK KEKEKALAN MOMENTUM

GOVERNING EQUATION ALIRAN LURUS HUKUK KEKEKALAN MASSA SEDIMEN

PENERAPAN MLPG ALIRAN MENIKUNG ALIRAN LURUS

SIMULASI Simulasi I Kedalaman h, =0.3 Kecepatan awal v, =0.1 Ketinggian awal sedimen, =0.3 Waktu T, =20 Delta t, = 4 Simulasi II Kedalaman awal h, =0.3 Kecepatan awal v, =0.9 Ketinggian awal sedimen, =0.3 Waktu T, = 20 Delta t, = 4 Simulasi III Kedalaman awal h, =0.3 Kecepatan, = 0.2 Ketinggian awal sedimen, =0.3 Waktu T, =5 Delta t, = 1 Sudut sungai, = 30 Sudut sungai, = 30 Debit sungai satu, =0.5 Debit sungai dua, =0.5 Simulasi IV Kedalaman awal h, =0.3 Kecepatan v, = 0.2 Ketinggian awal sedimen, =0.1 Waktu T, =5 Delta t, = 1 Sudut sungai, = 30 Sudut sungai, = 30 Debit sungai satu, =0.3 Debit sungai dua, =0.9

SIMULASI I Gambar 1 Plot Kedalaman sungai pada simulasi I Pada simulasi I, terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal kedalaman =0.3 dan kecepatannya =0.1 setelah waktu terjadi penurunan yaitu kedalamannya turun sekitar 0.002. Gambar 2 Plot Kecepatan aliran pada simulasi I Pada Gambar 2 telihat bahwa aliran sungai dengan kondisi awal kecepatan =0.1 mengalami kenaikan kecepatan di setiap waktu yaitu sekitar 0.000848. Gambar 3 Plot Ketinggian sedimen pada simulasi I Pada Gambar 3 terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal ketinggian sedimen =0.3 terjadi kenaikan pada saat posisi (x)< 4, dan kemudian secara keseluruhan pada semua posisi (x) setelah waktu terjadi perubahan yaitu ketinggian sedimen turun sekitar 0.00004.

SIMULASI II Gambar 4 Plot Kedalaman sungai padasimulasi II Simulasi II, terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal kedalaman =0.3 pada kecepatan=0.9 dan setelah waktu terjadi penurunan kedalaman sungai sekitar 0.015832. Gambar 5 Plot Kecepatan aliran pada simulasi II Pada Gambar 5 telihat bahwa aliran sungai dengan kondisi awal kecepatan =0.9 pada semua posisi (x) mengalami peningkatan sekitar 0.068586. Gambar 6 Plot Ketinggian sedimen pada simulasi II Pada Gambar 6 terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal ketinggian sedimen =0.3 pada semua posisi (x) dan setelah waktu terjadi perubahan yaitu ketinggian sedimen turun sekitar 0.166470.

SIMULASI III Gambar 7 Plot kedalaman sungai simulasi III Pada simulasi III, terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal kedalaman =0.3 dan setelah waktu terjadi kenaikan yaitu kedalamannya naik sekitar 2.792678. Gambar 8 Plot kecepatan aliran pada simulasi III Pada Gambar 8 telihat bahwa aliran sungai dengan kondisi awal debit sungai satu=debit sungai dua=0.5 dan setelah waktu terjadi perubahan yaitu kecepatannya turun 5.172373. Gambar 9 Plot ketinggian sedimen pada simulasi III Pada Gambar 9 terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal ketinggian sedimen =0.3 pada semua posisi (x) dan setelah waktu terjadi perubahan yaitu ketinggian sedimen turun sekitar 2.792678.

SIMULASI IV Gambar 10 Plot Ketinggian sedimen pada simulasi IV Pada simulasi IV, terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal kedalaman sungai =0.3 pada semua posisi (x) dan setelah waktu terjadi perubahan yaitu kedalaman sungai naik sampai sekitar 0.297025. Gambar 11 Plot kecepatan aliran pada simulasi IV Pada Gambar 11 telihat bahwa aliran sungai dengan kondisi awal debit sungai satu=0.3 dan debit sungai dua=0.9 pada semua posisi (x) setelah waktu T terjadi perubahan yaitu kecepatannya naik sekitar 1.651025. Gambar 12 Plot Ketinggian sedimen pada simulasi IV Pada Gambar 12 terlihat bahwa aliran dengan kondisi awal ketinggian sedimen =0.3 pada semua posisi (x) dan setelah waktu T terjadi perubahan yaitu ketinggian sedimen turun sekitar 0.278835.

SIMULASI FLUENT Simulasi I Kecepatan sungai satu, V1=0.2 Kecepatan sungai dua, V2=0.2 Kecepatan sungai satu, V1=0.2 Kecepatan sungai dua, V2=0.3

SIMULASI FLUENT Gambar 4.18 Kontur Besar Kecepatan pada Simulasi I Terlihat pada Gambar 4.18 bahwa besar kecepatan dari sungai satu dan sungai dua setimbang. Sedangkan pada pertemuan sungai, besar kecepatan sungai semakin besar diakibatkan adanya penambahan kecepatan dari gabungan besar kecepatan sungai satu dan sungai dua. Gambar 4.19 Vektor Kecepatan pada Simulasi I Dapat dilihat pada Gambar 4.19, bahwa kecepatan sungai sedikit berbelok arah dan meningkat pada bagian busur sungai bagian luar. Pada pertemuan sungai juga terjadi peningkatan kecepatan dan arah sungai membentuk pusaran akibat pertemuan vector kecepatan dari sungai satu dan sungai dua.

SIMULASI FLUENT Gambar 4.21 Kontur Kecepatan pada Simulasi II Terlihat pada Gambar 4.18 bahwa besar kecepatan dari sungai dua lebih besar daripada kecepatan pada sungai dua. Sedangkan pada pertemuan sungai, besar kecepatan sungai semakin besar diakibatkan adanya penambahan kecepatan dari gabungan besar kecepatan sungai satu dan sungai dua. Gambar 4.22 Vektor Kecepatan pada Simulasi II Dapat dilihat pada Gambar 4.19, bahwa kecepatan sungai sedikit berbelok arah dan meningkat pada bagian busur sungai bagian luar. Pada pertemuan sungai juga terjadi peningkatan kecepatan dan arah sungai membentuk pusaran akibat pertemuan vector kecepatan dari sungai satu dan sungai dua dimana vector kecepatan sungai dua lebih mendominasi arah dari aliran sungai tersebut.

KESIMPULAN 1. Pola distribusi sedimen di sepanjang aliran dipengaruhi oleh bentuk morfologinya. Aliran sungai yang menikung berbentuk busur maupun aliran sungai yang lurus mengalami perbedaan perubahan disetiap posisi titik, baik perubahan kedalaman, kecepatan, serta perubahan ketinggian sedimen setelah selang waktu tertentu. 2. Untuk aliran menikung, terjadi kenaikan atau penurunan ketinggian sedimen, terjadi kenaikan kecepatan sekitar 0.000848 saat kecepatan awal =0.1. Ketika kecepatan awal diperbesar maka juga akan terjadi kenaikan dan penurunan yang semakin besar, bisa dilihat pada saat =0.9, terjadi penurunan kedalaman sungai sekitar 0.015832, dan kenaikan kecepatannya, serta ketinggian sedimennya turun sekitar 0.166470. Besarnya kecepatan dan kedalaman mempengaruhi ketinggian sedimen pada dasar sungai. Demikian juga untuk aliran lurus terjadi kenaikan ketinggian sedimen, dan penurunan kecepatan, kedalaman sungai juga turun sekitar 2.792678, pada debit sungai satu dan debit dua. Ketika debit sungai satu dan sungai dua berbeda dengan debit sungai satu 0.3 sedangkan debit sungai dua 0.9, ketinggian sedimen tetap naik, dan kecepatan naik, serta kedalamannya mengalami kenaikan sekitar 0.278835. 3. Kecepatan sungai akan mengalami peningkatan kecepatan pada bagian busur sungai yang dapat memungkinkan pengerusan pada bagian busur sungai. Pada pertemuan sungai, vector kecepatan akan meningkat dan membentu pusaran akibat dari bertemunya dua vector sungai yang berlainan arah.

SARAN 1. Pada Tugas Akhir ini aliran sungai diasumsikan seragam, akan lebih baik apabila model yang dibangun dengan mengasumsikan aliran tak seragam agar mendekati sesuai dengan kondisi aliran sungai yang sebenarnya. 2. Dikembangkan penelitian untuk jenis sedimen wash load dan suspended load. Dikembangkan penelitian sedimentasi untuk morfologi sungai yang lebih kompleks. 3. Adanya studi kasus untuk meneliti sedimentasi sungai tertentu.

DAFTAR PUSTAKA Apsley, D. 2005. Computional Fluid Dynamic. Springer. New York. Atlury dan Lin. 2001. The Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG) method for solving incompressible Navier-Stokes Equations. CMES.Vol. 2, No. 2, pp.117-142. Atlury dan Shen. 2002. The Meshless Lokal Petrov-Galerkin Method. CMES vol.3.no.1,pp.11-51. Liu, Z. 2001. Sediment Transport. Laboratoriet for Hydraulik og Havnebygning Instituttet for Vand Manual. Jord og Miljotenik Aalborg Universitet. Munson. 2003. Mekanika Fluida, Jakarta : Erlangga. Sosrodarsono dan Tominaga. 1984. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta : Pradnya Paramita. Widodo, Basuki. 2009. Penerapan Metode MLPG Pada Model Sedimentasi di Pertemuan Dua Sungai, Hibah Penelitian, Surabaya : FMIPA Matematika ITS Yang, C. T. 1996. Sediment Transport, Theory and Practice.Me Graw Hill. New York.

TERIMA KASIH