BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI SUHU DAN ph MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFILIK

TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk organik P ditemukan dalam bahan organik dan humus. Fosfor dalam

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan-perubahan yaitu pada sifat fisik, kimia, ataupun biologinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor umumnya terdapat dalam bentuk senyawa fosfat di alam, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

TINJAUAN PUSTAKA. Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi kepentingan manusia (Purnobasuki, 2005).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

FOSFOR. Kesuburan Tanah Ratih Kurniasih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

TINJAUAN PUSTAKA. yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisols tersebar luas di indonesia yaitu sekitar 40,8 juta ha. Menurut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

BAB I PENDAHULUAN. ternak, dan untuk keperluan industri (Harmida, 2010). produksi kedelai pada lahan masam di luar Jawa (Sumarno, 2005).

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MK. Biofertilisasi (Program Studi Agroteknologi) Sem. Genap Betty Natalie Fitriatin Lab.Biologi dan Bioteknologi Tanah

I. PENDAHULUAN. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

I. PENDAHULUAN. yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

KEMAMPUAN TUMBUH BAKTERI TERMOFILIK PASCA ERUPSI MERAPI PADA MEDIA FOSFAT ORGANIK DAN ANORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Ultisol. merupakan tanah yang terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk

KESJMPULAN DAN SARAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Fospor (P) merupakan salah satu unsur hara esensial makro selain N dan K yang

TINJAUAN PUSTAKA. ( ha) dan Nusa Tenggara ( ha). yang rendah. Biasanya terdapat aluminium yang dapat dipertukarkan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut meliputi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA A. Aspergillus niger Aspergillus niger banyak ditemukan sebagai cendawan tanah dan pada umumnya bersifat saprofit.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Ultisol dan Masalahnya. Menurut Harjowigeno (1993) bahwa tanah Ultisol biasanya di temukan di

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus.

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Latosol 2.2. Asam Humat Definisi Asam Humat

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. tertangani dengan baik. Pemanfaatan tanah Ultisol akan dihadapkan pada berbagai

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

TINJAUAN PUSTAKA. Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman yang berperan penting dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme tanaman. Unsur hara fosfat diperlukan dalam merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan akar, ikut dalam pembelahan sel, dan membantu penyemaian biji. Cadangan fosfor (P) di dalam tanah dijumpai dalam bentuk fosfat anorganik yang berasal dari mineral-mineral yang mengandung fosfat dan fosfat organik yang berasal dari humus atau dari bahan organik lainnya. Tanaman menyerap fosfat dalam bentuk ion orthofosfat seperti H 2 PO - 4, HPO 2- - 4, dan PO 4 (Hanafiah, 2007: 292), tetapi sebagian besar bentuk fosfat tersebut terikat oleh koloid tanah sehingga keberadaan P dalam tanah pada umumnya rendah dan tidak dapat diserap tanaman. Pengikatan fosfat misalnya pada tanah-tanah masam, fosfat akan bersenyawa dalam bentuk-bentuk Alfosfat, Fe-fosfat, dan occluded-p, sedangkan pada tanah-tanah alkali, fosfat akan bersenyawa dengan kalsium (Ca) sebagai Ca-P membentuk senyawa kompleks yang sukar larut (Santosa, 2007: 142). Keberadaan P dalam tanah yang rendah menyebabkan perlunya penambahan fosfat dalam bentuk pupuk mengandung fosfat. Namun, pemberian pupuk fosfat dalam bentuk pupuk kimiawi ke dalam tanah mengalami pengikatan (immobilisasi) yang sangat cepat sehingga hanya 15-20% yang dapat diserap oleh tanaman dan sisanya terjerap menjadi residu 1

dalam tanah (Buckman dan Brady, 1956; Jones, 1982 dalam Santosa, 2007: 142). Fosfat dalam bentuk terikat dan tidak bisa diserap tanaman harus diubah menjadi bentuk tersedia bagi tanaman. Misalnya pada perubahan P organik menjadi P anorganik. Kandungan P organik cukup tinggi di dalam tanah tetapi tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman sehingga harus diubah menjadi bentuk tersedia terlebih dahulu menjadi bentuk P anorganik (H 2 PO - 2=) 4, HPO 4 (Sylvia et al., 2005 dalam Setiawati, 2014: 31). Perubahan P terikat menjadi bentuk tersedia dapat dilakukan dengan proses pelarutan dan mineralisasi yang dipengaruhi oleh kelompok mikroorganisme dalam tanah. Salah satu mikroorganisme tanah yang memiliki kemampuan untuk melarutkan fosfat adalah bakteri pelarut fosfat. Bakteri yang berperan sebagai pelarut fosfat pada tanah telah banyak ditemukan, diantaranya genera Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus, Azotobacter, Microbacterium dan Flavobacterium (Elfiati, 2005: 4). Mekanisme pelarutan fosfat oleh Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dilakukan dengan mengeksresikan sejumlah asam organik yang bereaksi dengan FePO 4 membentuk khelat (kompleks stabil) dan menghasilkan enzim fosfatase serta enzim fitase yang dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik (Santosa, 2007: 144-145). Masing-masing mikroorganisme memiliki sifat khusus dan kondisi lingkungan optimal yang berbeda-beda mempengaruhi efektivitasnya melarutkan fosfat. Aktivitas bakteri pelarut fosfat (BPF) sangat tergantung pada ph tanah dan suhu lingkungan. Nilai ph menentukan ketersediaan fosfor 2

karena pada tanah ber-ph rendah, fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium membentuk Fe-fosfat dan Al-fosfat, sedangkan pada tanah ber ph tinggi, fosfat akan bersenyawa dengan kalsium (Ca) membentuk ion kalsium fosfat sukar larut. Suhu lingkungan juga berperan dalam meningkatkan atau menurunkan ketersediaan fosfor. Temperatur yang relatif hangat, ketersediaan fosfor akan meningkat karena proses perombakan bahan organik juga meningkat. Ketersediaan fosfor menipis di daerah yang bersuhu rendah. Keadaan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) yang bergantung pada ph dan suhu menyebabkan keberadaan BPF ada yang hidup pada kondisi asam dan ada pula yang hidup pada kondisi netral serta basa, ada yang hipofilik, mesofilik, dan termofilik dan beberapa sifat lain yang bervariasi. Bakteri pelarut fosfat termofilik memiliki ketahanan terhadap suhu panas dalam rentang tertentu, sehingga enzim serta asam-asam organik yang dihasilkan bakteri untuk melarutkan fosfat tidak mudah rusak saat digunakan untuk bekerja dalam lingkungan industri yang membutuhkan suhu tinggi. Lingkungan industri yang membutuhkan suhu tinggi misalnya pada pembuatan pupuk yang terdapat proses fermentasi sehingga diperlukan bakteri yang tahan terhadap suhu yang tinggi. Bakteri pelarut fosfat termofilik biasa ditemukan pada daerah yang memiliki aktivitas geotermal, seperti daerah pegunungan, gunung berapi, sumber air panas, dan tempat cadangan minyak bumi atau batu bara. Daerah yang memiliki aktivitas geotermal terdapat di daerah vulkanik yang ditemukan 3

pasca erupsi Merapi pada tahun 2010 di Sungai Gendol yang dialiri oleh material-material panas hasil letusan dari Gunung Merapi. Keadaan tersebut berpotensi untuk ditemukannya bakteri pelarut fosfat termofilik karena adanya peningkatan temperatur pasca erupsi Merapi. Berdasarkan hal tersebut maka eksplorasi bakteri termofilik masih berpotensi untuk dikembangkan agar dapat diterapkan ke masyarakat, sehingga pada penelitian ini akan dilakukan penelitian mengenai bakteri pelarut fosfat. Tiga isolat terpilih bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik pasca erupsi Merapi 2010 di uji kemampuannya dalam melarutkan fosfat yang dilakukan pada variasi suhu dan ph. Perlakuan variasi suhu dan ph sangat penting karena merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi keberadaan fosfat. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apa pengaruh suhu dan ph terhadap proses pelarutan fosfat dan pada suhu dan ph optimum berapakah yang dapat menghasilkan fosfat terlarut tertinggi pada tiga isolat terpilih bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik pasca erupsi Merapi 2010. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 1. Pengaruh variasi suhu saat inkubasi terhadap pertumbuhan bakteri serta aktivitas pelarutan fosfat bakteri termofilik hasil isolasi dari Sungai Gendol Pasca Erupsi Merapi belum banyak diperoleh, maka perlu dilakukan 4

pengujian tentang pengaruh variasi suhu terhadap aktivitas pertumbuhan dan pelarutan fosfat isolat bakteri. 2. Pengaruh variasi ph pada media pertumbuhan terhadap pertumbuhan bakteri serta aktivitas pelarutan fosfat bakteri termofilik hasil isolasi dari Sungai Gendol Pasca Erupsi Merapi belum banyak diperoleh, maka perlu dilakukan pengujian tentang pengaruh variasi ph pada media pertumbuhan terhadap aktivitas pertumbuhan dan pelarutan fosfat isolat bakteri. 3. Pola pertumbuhan dari tiga isolat bakteri termofilik (D75, D92, dan D110a) yang diisolasi dari Sungai Gendol Pasca Erupsi Merapi belum banyak diketahui, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pola pertumbuhan dari tiga isolat bakteri pelarut fosfat termofilik. 4. Aktivitas pelarutan fosfat dari tiga isolat bakteri termofilik (D75, D92, dan D110a) yang diisolasi dari Sungai Gendol Pasca Erupsi Merapi belum banyak diketahui, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas pelarutan fosfat dari tiga isolat bakteri pelarut fosfat termofilik. C. Batasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan mengenai optimasi media pertumbuhan bakteri pelarut fosfat dari 3 isolat bakteri termofilik pasca erupsi Gunung Merapi 2010 menggunakan sumber fosfat anorganik yaitu Ca 3 (PO) 4 pada berbagai variasi suhu (45 o C, 55 o C, dan 65 o C) dan ph (5, 7, dan 9) untuk mendapatkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat paling optimal. 5

D. Rumusan Masalah 1. Apa pengaruh suhu dan ph terhadap aktivitas pelarutan fosfat oleh bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010? 2. Apa pengaruh suhu dan ph terhadap pertumbuhan bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010? 3. Berapa suhu dan ph optimum yang dibutuhkan bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010 untuk melarutkan fosfat? 4. Berapa suhu dan ph optimum pertumbuhan bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh suhu dan ph terhadap aktivitas pelarutan fosfat oleh bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010. 2. Untuk mengetahui pengaruh suhu dan ph terhadap pertumbuhan bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010. 3. Untuk mengetahui suhu dan ph optimum yang dibutuhkan bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010 untuk melarutkan fosfat. 4. Untuk mengetahui suhu dan ph optimum pertumbuhan bakteri pelarut fosfat dari isolat bakteri termofilik sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010. 6

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Dapat mengetahui peranan bakteri pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat dan mekanisme pelarutan Trikalsium Fosfat oleh bakteri pelarut fosfat. b. Memperoleh data dan informasi mengenai aktivitas pelarutan fosfat dan pertumbuhan bakteri pelarut fosfat pada suhu dan ph terbaik. c. Memberikan informasi tentang suhu dan ph optimum yang dapat menghasilkan aktivitas pelarutan fosfat dan pertumbuhan bakteri pelarut fosfat terbaik. d. Mengembangkan ilmu Mikrobiologi dan Ekologi Mikroba dalam menguji aktivitas pelarutan fosfat dan pertumbuhan bakteri fosfat pada media pertumbuhan dengan perlakuan variasi suhu inkubasi dan ph berbeda. 2. Bagi Masyarakat 1. Memberikan informasi awal terkait potensi bakteri pelarut fosfat yang berasal dari Sungai Gendol pasca erupsi Merapi 2010. 2. Memperkaya informasi sumber daya alam yang mempunyai potensi ditemukannya bakteri pelarut fosfat thermofilik. 3. Memberikan kontribusi bagi penelitian lebih lanjut dan pemanfaatan bakteri pelarut fosfat termofilik. 7

G. Batasan Operasional 1. Bakteri pelarut fosfat adalah bakteri yang dapat melarutkan fosfat dengan cara melarutkan unsur fosfat yang terikat pada unsur lain, sehingga unsur P tersebut menjadi tersedia bagi tanaman. 2. Bakteri pelarut fosfat termofilik adalah kelompok bakteri yang dapat melarutkan fosfat dan mampu hidup pada suhu tinggi. 3. Aktivitas pelarutan fosfat merupakan proses bakteri pelarut fosfat mengeluarkan asam-asam organik atau enzim fosfatase yang bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al 3+, Fe 3+, Ca membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat menjadi bentuk yang tersedia. 4. Pertumbuhan bakteri pelarut fosfat merupakan penambahan jumlah sel atau massa sel bakteri. 5. Sumber fosfat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Ca 3 (PO 4 ) 2 yang ditambahkan dalam media selektif Pikovskaya. 6. Uji pelarutan fosfat merupakan pengukuran aktivitas pelarutan fosfat yang dihitung dengan mengukur banyaknya fosfat terlarut menggunakan spektrofotometer. 7. Pengukuran pertumbuhan merupakan pengukuran terhadap densitas sel. Pengukuran menggunakan spektrofotometer untuk melihat tingkat kekeruhan (Optical Density) yang terbaca melalui nilai absorbansi yang dihasilkan. 8

8. Suhu inkubasi adalah suhu lingkungan suatu reaksi berlangsung. Pada penelitian ini suhu inkubasi yang digunakan adalah suhu 45 o C, 55 o C dan 65 o C. 9. ph dalam media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri pelarut fosfat antara lain ph 5, 7, dan 9. 9