Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan RENCANA STRATEGIS TAHUN (REVISI)

dokumen-dokumen yang mirip
Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

REVISI Rencana Strategis (RENSTRA) Latar Belakang

BAB I : INFORMASI UMUM... 1 BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN BAB III : STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB V : KOMITMEN PENCAPAIAN KINERJA...

Suplemen Rencana Strategis

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1.2 Potensi dan Permasalahan

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

Rencana Strategis Tahun

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB III OBJEK PENELITIAN

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00%

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

Independensi Integritas Profesionalisme

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014

Lampiran Keputusan Nomor KEP-5987/PW20/1/2012

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

PERWAKILAN BPKP PROVINSI PAPUA RENCANA STRATEGIS TAHUN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

RENCANA STRATEGIS PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun Kata Pengantar

PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar

Product Diffrences. Market Diffrences

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN RENCANA KINERJA BPKP PERWAKILAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. LAKIP sebagai media pertanggungjawaban, berisikan informasi tentang Rencana Strategis (Renstra) dan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013.

No Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi. Persentase IPP yang Mendapat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

Revisi Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat Tahun Maret 2013

Independensi Integritas Profesionalisme

8 April Nomor : LKIN-1044/PW21/1/2014 Lampiran : Satu Berkas H a l : Laporan Kinerja Triwulan I Tahun 2014

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

Katalog dan Kalender Konsultansi 2017/2018

PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

DAFTAR ISI. Ringkasan Eksekutif...

SUPLEMEN RENSTRA TAHUN

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA


PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BPKP. Rencana strategis. Perubahan

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

P.T. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Panijo

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

Transkripsi:

Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 (REVISI) Nomor: S-3655/PW 16/1/2012 Tanggal : 31 Mei 2012

DAFTAR ISI Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan DAFTAR ISI... ii KATA PENGANTAR... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 KONDISI UMUM... 3 1.3 PERMASALAHAN DAN POTENSI... 9 BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN... 18 2.1 VISI... 20 2.2 MISI... 25 2.3 TUJUAN... 29 2.4 SASARAN STRATEGIS... 33 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI... 36 3.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN... 36 3.2 PROGRAM DAN KEGIATAN... 37 3.3 INDIKATOR KINERJA... 40 3.4 PENANGGUNG JAWAB PROGRAM DAN KEGIATAN... 42 BAB IV... 44 PENUTUP... 44 LAMPIRAN ii

KATA PENGANTAR Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Dengan memanjatkan puji syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya Revisi Rencana Strategis (Renstra) Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014, dengan visi Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Kalimantan Selatan berhasil disusun. Revisi Rencana Strategis ini disusun sebagai bagian dari upaya mengantisipasi dan mengakomodasi perubahan-perubahan lingkungan strategis yang terjadi dimana pada tahun 2011 terjadi pemisahan wilayah kerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan dengan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Tengah. Penyusunan Revisi Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010-2014 disusun dengan mengacu Rencana Strategis BPKP Tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-34/K/SU/2010 tentang Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan Tahun 2010-2014. Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan berisi visi, misi, tujuan strategis BPKP sesuai mandat baru BPKP seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008. Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 tersebut, cakupan penugasan BPKP menjadi semakin luas meliputi pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP merupakan salah satu kegiatan prioritas bidang hukum dan aparatur dalam RPJMN 2010-2014 yang diamanatkan kepada BPKP sebagai penanggung jawab keberhasilannya. iii

Rencana Strategis merupakan salah satu alat ukur yang akan digunakan dalam pencapaian kinerja organisasi. Oleh karena itu target-target yang telah ditetapkan menjadi bahan dalam evaluasi atas capaian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan. Kami yakin bahwa dengan kerjasama semua pihak, renstra yang telah kami tetapkan dapat terlaksana dengan baik. Semoga upaya yang mulia ini mendapat ridha Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin. Banjarbaru, 31 Mei 2012 Kepala Perwakilan Hamonangan Simarmata NIP 19551204 198510 1 001 iv

BAB I PENDAHULUAN Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan 1.1 LATAR BELAKANG Renstra BPKP periode 2010-2014 mengalami perubahan yang signifikan diselaraskan dengan restrukturisasi program yang dilakukan oleh Bappenas dan adanya mandat baru BPKP seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008. Mandat baru yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. Perubahan Renstra BPKP tentunya mempengaruhi Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001 tanggal 30 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, menurut pasal 2 Perwakilan BPKP mempunyai tugas melaksanakan pengawasan keuangan dan pembanguan serta penyelenggaraan akuntabilitas di daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan menurut pasal 3 dalam melaksanakan tugas dimaksud pasal 2 yaitu menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan; b. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/kekayaan Negara atas permintaan negara; c. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan pengurusan barang milik/kekayaan daerah atas permintaan daerah; 1

d. Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintah yang bersifat strategis dan/atau lintas departemen/lembaga/wilayah; e. Pemberian asistensi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan daerah; f. Evaluasi atas laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan daerah; g. Pemeriksaan terhadap badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerjasama, badan-badan lain yang didalamnya, terdapat kepentingan pemerintah, pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; h. Evaluasi terhadap pelaksanaan good corporate governance dan laporan akuntabilitas kinerja pada badan usaha milik Negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerjasama, badan-badan lain yang didalamnya, terdapat kepentingan pemerintah, pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; i. Investigasi terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan Negara, badan usaha milik Negara, dan badan-badan lain yang didalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran pembangunan, dan pemberian bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah lainnya; j. Pelaksanaan analisis dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta pengendalian mutu pengawasan; k. Pelaksanaan administrasi Perwakilan BPKP; Dalam pelaksanaannya, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan, tidak melaksanakan sebagian fungsi tersebut, misalnya 2

pemeriksaan terhadap badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerjasama, badanbadan lain yang didalamnya, terdapat kepentingan pemerintah, pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat. Kegiatan pemeriksaan ini pada umumnya dilakukan oleh unit kerja BPKP di tingkat pusat. Dalam perkembangannya, berdasarkan PP 60 Tahun 2008, BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan ditugaskan untuk melaksanakan tugas-tugas baru yang belum tercakup dalam Keputusan Kepala BPKP nomor : Kep.06.00.00-080/K/2001 diatas antara lain, tugas pembinaan SPIP di lingkungan instansi pemerintah (PP 60/2008, Pasal 59 (2)). Pelaksanaan tugas dan fungsi ini diemban dengan dukungan dari 132 orang pegawai, diantaranya sebanyak 91 orang pegawai merupakan Pejabat Fungsional Auditor (PFA). Perumusan visi, misi, program dan kegiatan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan periode 2010-2014 disusun dengan mengacu kepada Renstra BPKP 2010 2014, melihat capaian kinerja selama periode Renstra sebelumnya, serta mengidentifikasi harapan dan kebutuhan stakeholders Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu perumusan tersebut disertai dengan analisis permasalahan, potensi, kelemahan, peluang dan tantangan dalam periode lima tahun mendatang. 1.2 KONDISI UMUM a. Capaian Renstra 2005-2009 Selama periode renstra sebelumnya, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan telah menunjukkan kinerja yang baik di bidang peningkatan kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah untuk mendukung program peningkatan tatakelola pemerintahan dan 3

menciptakan iklim pencegahan KKN sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Stratejik BPKP Tahun 2005-2009 sebagai berikut : 1) Pengawasan intern atas kegiatan yang bersifat lintas sektoral. 2) Pengawasan intern atas kegiatan kebendaharaan umum negara (BUN). 3) Pengawasan intern atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. 4) Melakukan audit investigatif atas kasus-kasus yang berindikasi terjadinya kerugian keuangan negara dan memberikan bantuan perhitungan kerugian keuangan negara kepada instansi penyidik. 5) Melakukan sosialisasi, asistensi dan bimbingan teknis dalam rangka pembenahan manajemen pemerintah dan BUMN/D. 6) Melakukan kajian-kajian terkait dengan isu-isu aktual yang bersifat strategis, berdampak luas dan menjadi sorotan publik dalam rangka memberi masukan untuk pengambilan kebijakan pemerintah. Pengawasan lintas sektoral yang dilakukan antara lain Audit Kinerja Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Audit kinerja Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan/GERHAN, Optimalisasi Penerimaan Negara dari Pajak dan PNBP, Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Supervisi dan Monitoring Pengadaan Benih Bantuan Petani, Program yang dibiayai dari Dana Dekonsentrasi pada Departemen Sosial dan Perpustakaan Nasional. Pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara meliputi audit atas proyek yang dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri, monitoring atas realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK), dan audit kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pengawasan kegiatan lain berdasarkan penugasan Presiden dilakukan terhadap beberapa permasalahan yang menjadi atensi Presiden. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain audit/evaluasi kinerja Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) 4

Jumlah keseluruhan temuan hasil pengawasan periode tahun 2005-2009 (Desember 2009) yang berasal dari audit keuangan, audit operasional, audit kinerja dan audit investigasi non tindak pidana korupsi (non TPK) adalah sebanyak 3.075 kejadian senilai Rp284,440 milyar dan telah ditindaklanjuti sebanyak 2.323 kejadian senilai Rp.257,653 milyar. Terkait dengan upaya meningkatkan tata kelola pemerintahan, BPKP telah melakukan kegiatan sosialisasi, asistensi/bimbingan teknis pengelolaan keuangan bagi pemerintah daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Sedangkan bagi badan usaha milik daerah yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan asistensi/bimbingan teknis Good Corporate Governance (GCG) dan Key Performance Indicators (KPI). Hasil yang dicapai antara lain semakin meningkatnya instansi pemerintah yang mampu menyusun laporan keuangan sesuai SAP dan BUMN/BUMD yang menerapkan GCG. BPKP juga mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Sampai tahun 2009 telah diimplementasikan pada beberapa pemerintah daerah di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Selanjutnya, dalam rangka pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan berupaya meningkatkan kepedulian pentingnya SPIP dan penerapannya dengan melakukan sosialisasi, diklat dan bimbingan teknis. Pelaksanaannya dilakukan oleh Tim SATGAS SPIP yang dibentuk dengan SK Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan yang terdiri atas Satgas Pembinaan SPIP dan Satgas Penyelenggaraan SPIP. 5

b. Capaian Renstra 2010-2014 Sampai Dengan Tahun 2011 Selama periode berjalan renstra 2010-2014, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan telah melaksanakan kegiatan yang telah diamanatkan dalam visi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan dalam dokumen Renstra 2010-2014 yaitu mewujudkan Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan yang terpercaya dan interaktif. Berdasarkan program kegiatan yang telah dilaksanakan, Perwakilan BPKP telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut : 1. Laporan hasil pengawasan lintas sektor berupa Audit Kinerja Ketahanan Pangan, Interim Audit Operasional Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), Inventarisasi BMN Dana TP Ditjen Bina Pelayanan Medik, Audit Operasional Dana Dekonsentrasi, Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan, Audit Kinerja atas Program Jamkesmas dan Audit Kinerja dan Keuangan BOS, Analisis dan Evaluasi atas Hubungan Program/Kegiatan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat pada Pemerintah Daerah 2. Laporan hasil pengawasan atas permintaan stakeholder berupa Inventarisasi BMN pada Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian, Audit Kinerja BOK, Reviu dan Evaluasi atas Rencana Pembangunan Gedung Negara, Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kajian Current Issues E-KTP pada Pemda 3. Laporan hasil pengawasan atas Proyek PHLN berupa audit keuangan atas proyek-proyek berbantuan luar negeri. 4. Laporan hasil pengawasan BUN berupa Evaluasi Penyerapan Anggaran Triwulan III Tahun 2011, Verifikasi Advance Payment Dana Alokasi Khusus, Audit/Monitoring DAK dan DPDF & PPD 5. Laporan hasil pengawasan atas permintaan presiden berupa Monitoring UKP4 semester I Tahun 2011, Audit Operasional Program Raskin dan Monitoring Kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru 6

6. Laporan hasil bimbingan teknis/ asistensi penyusunan LKKL/LKPD berupa Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan, Pendampingan Reviu Laporan Keuangan, Evaluasi Penyusunan APBD, Kajian Permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa oleh APIP, dan Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 7. Laporan hasil pengawasan atas penerimaan negara berupa Audit Operasional atas PNBP 8. Laporan pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan SPIP berupa Bimbingan Teknis (Bimtek) SPIP, asistensi/pendampingan/ sosialisasi mengenai SAKIP, Pengelolaan Keuangan Daerah, Pengelolaan Barang Milik Daerah, Audit Kinerja dan Bimkon hasil Diagnostic Assesment, Monitoring perbaikan SPI, Sosialisasi Perpres 54/2010, Sosialisasi Permenpan 29/2010, Sosialisasi Audit PBJ, dan Sosialisasi Juklak Evaluasi LAKIP 9. Laporan hasil pengawasan atas kinerja pelayanan publik berupa Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah dan Percepatan Penyelesaian Laporan Hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) 10. Laporan hasil bimtek/asistensi GCG/KPI sektor korporat berupa Implementasi Penatausahaan Keuangan BLUD, Asistensi Penyusunan Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa, Pendampingan Penyusunan Dokumen Persyaratan Administrasi Pola Pengelolaan Keuangan BLUD dan Penyusunan profil BUMD/BLUD se Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 11. Laporan hasil pengawasan atas kinerja BUMD berupa Audit Kinerja BUMD, Pendampingan penyusunan Corporate Plan dan Pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas Kebenaran Penyajian Laba setelah pajak 12. Laporan hasil bimtek/asistensi penyusunan LK BUMD berupa Audit Keuangan BUMD dan pendampingan aplikasi SIA PDAM 13. Laporan hasil sosialisasi masalah korupsi berupa sosialisasi anti korupsi 7

14. Laporan hasil bimtek/asistensi implementasi FCP berupa sosialisasi dan bimtek FCP 15. Laporan hasil kajian pengawasan berupa pemantauan atas hasil pengawasan bidang Investigasi 16. Laporan hasil audit investigasi, perhitungan kerugian keuangan negara dan pemberian keterangan ahli atas permintaan instansi penyidik 17. Laporan hasil audit investigasi atas permintaan instansi lainnya 18. Jumlah sosialisasi dan bimtek penerapan JFA APIP Daerah berupa sosialisasi. b. Analisis Kebutuhan Stakeholders Harapan para pengguna terhadap hasil pelaksanaan kinerja serta kontribusi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Ekspektasi Stakeholders dan Kontribusi BPKP Ekspektasi Stakeholders 1. Gubernur/Walikota/Bupati Terbina dan terawasinya perusahaan daerah dan badan pengelola dana masyarakat yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Daerah Penguatan akuntabilitas Pemda Terbangunnya kapasitas manajemen keuangan daerah Kontribusi BPKP Pelaksanaan pengawasan (audit, reviu, evaluasi) Pemberian masukan dan saran kepada gubernur selaku regulator Pelaksanaan fungsi quality assurance dan pendampingan revieu ke APIP lain dalam rangka meningkatkan kualitas LKPD Mempromosikan sinerji APIP dalam rangka built in APIP dan terintegrasinya kegiatan pengawasan APIP 2. Auditee/Pengguna (Instansi Pemerintah, BUMN/D) : Terwujudnya nilai tambah Terkelolanya BUMN yang mengacu pada praktik-praktik terbaik penerapan GCG Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik Pelaksanaan pengawasan (audit, reviu, evaluasi) Pembinaan dan pendampingan (asistensi dan konsultasi) 8

Ekspektasi Stakeholders 3. Pemberi pinjaman/hibah/lender Informasi mengenai efisiensi dan efektivitas kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan dana pinjaman/hibah dalam dan luar negeri. 4. Aparat Penegak Hukum (Polri, Jaksa, KPK) Adanya masukan bagi upaya pemberantasan KKN 5. APIP lainnya Adanya pembinaan atas SDM dan sistem/metodologi pengawasan Tenaga pengawas yang kompeten, profesional dan bersertifikat. 6. BPK Dapat dimanfaatkannya hasil pengawasan BPKP/APIP lainnya sebagai dasar pelaksanaan pemeriksaan BPK Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang dapat membantu kelancaran pemeriksaan BPK Ditindaklanjutinya temuan BPK 7. DPR/D, LSM, masyarakat Adanya informasi mengenai kinerja/akuntabilitas pemerintah. Informasi efisiensi dan efektivitas anggaran dan pelaksanaan program pemerintah Diperhatikan dan ditindaklanjutinya isu-isu yang menjadi concern bersama. Kontribusi BPKP Audit keuangan Audit kinerja Evaluasi kebijakan Membantu pengungkapan kasus indikasi TPK (data awal, saksi ahli, perhitungan kerugian negara, fraud examiner, forensic auditor, investigator Membantu pengembangan intrumen pencegahan KKN, peningkatan kesadaran anti-kkn, diseminasi langkah-langkah anti KKN Pengembangan standar/pedoman pengawasan dan audit. Pembinaan dan sertifikasi jabatan fungsional auditor; Peran sebagai komite audit pemerintah Fasilitasi pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara; Memberi masukan bagi optimalisasi fungsi DPR/D di bidang pengawasan, penyusunan anggaran, dan pembuatan undangundang Memberi fokus pada hal-hal yang menjadi perhatian DPR/D dan masyarakat dalam kegiatan pengawasannya. Memberikan informasi hasil pengawasan berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku. 1.3 PERMASALAHAN DAN POTENSI 9

a. Permasalahan Sejumlah langkah pembenahan telah dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan dan beberapa hasil signifikan juga telah diperoleh. Namun, mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam manajemen pemerintahan, ternyata masih terdapat permasalahan dalam akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, tata kelola pemerintahan dan pemberantasan KKN, antara lain: 1. Masih diperolehnya opini Tidak Wajar dari BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 2. Masih banyaknya laporan keuangan instansi pemerintah pusat dan daerah yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). 3. Masih lemahnya penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance) di instansi pemerintah. 4. Belum semua Pemerintah Daerah membuat dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM). 5. Kelemahan dalam pengelolaan dana perimbangan khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK). 6. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas BUMN/BUMD dalam melakukan kerja sama dengan pihak swasta nasional maupun asing, yang berpotensi merugikan bagi negara. 7. Masih banyaknya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian negara yang ditimbulkan. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan: 1. Masih lemahnya pemahaman dan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) pada Pemerintah Daerah, termasuk masih lemahnya sistem pengelolaan dan pencatatan asset negara. 2. Belum memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan khususnya di bidang akuntansi. 3. Belum tertatanya sistem pengawasan nasional dan mekanisme check & balance antara pengawasan internal pemerintah 10

dengan pengawasan eksternal pemerintah 4. Belum terbangunnya sistem akuntabilitas Presiden yang komprehensif, sebagai akuntabilitas tunggal yang mengintegrasikan informasi seluruh capaian kementerian/ lembaga termasuk pemerintah daerah. Kelemahan-kelemahan tersebut akan menjadi fokus prioritas Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan untuk dibenahi/diatasi dalam masa lima tahun mendatang. b. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pencapaian misi disadari akan sangat bergantung pada keberadaan faktor-faktor kunci keberhasilan. Faktor-faktor ini dirumuskan dari hasil analisis lingkungan eksternal dan internal baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi BPKP. Analisis lingkungan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities), dan ancaman (threats) BPKP adalah sebagaimana tertuang dalam tabel 1.2 berikut. 11

Tabel 1.2 ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN Kekuatan (Strengths - S) 1. SDM pengawasan yang kompeten, berpengalaman, berintegritas, inovatif, adaptif, dan terpercaya 2. Core competency unggulan di bidang pengawasan. 3. Memiliki mandat: lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategik, pembinaan penyelenggaraan SPIP penyedia laporan pengawasan yang berskala nasional ke Presiden pembinaan penyelenggaraan JFA 4. Dukungan dan komitmen yang cukup kuat dari top executive BPKP 5. Peran BPKP yang bertanggungjawab langsung ke Presiden 6. Memiliki produk-produk unggulan yang dibutuhkan stakeholder (GCG, KPI, PE, FCP, SAKD, MR) 7. Memiliki sistem informasi dan infrastruktur TIK yang cukup mumpuni Peluang (Opportunities O) 1. Adanya dukungan yang jelas dari Presiden, termasuk beberapa stakeholders 2. Tingginya komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan negara yang bersih, tertib, dan bertanggung jawab (clean government and good governance). 3. Meningkatnya permintaan jasa pengawasan (assurance) dan asistensi (consulting) dari instansi pemerintah 4. Adanya kepercayaan atas profesionalisme BPKP 5. Banyaknya satker yang belum menerapkan tata kelola yang Kelemahan(Weaknesses - W) 1. Rekruitmen dan proses regenerasi SDM belum berjalan dengan baik 2. Auditor belum terspesialisasi menurut kebutuhan kinerja pengawasan. 3. Perencanaan pengawasan belum berbasis risiko 4. Strategi pengawasan belum memadai 5. Implementasi sistem reward belum optimal 6. Sistem promosi dan karier belum cukup mendorong motivasi kerja pegawai BPKP Ancaman (Threats T) 1. Masih adanya sebagian kelompok birokrasi yang belum memahami dan belum dapat menerima pentingnya peran BPKP yang baru sesuai PP No. 60 Tahun 2008 2. Masih munculnya dissinkronisasi peraturanperaturan yang kurang mendukung peran BPKP 3. Tingginya minat dan permintaan tenaga BPKP yang potensial dari instansi pemerintah di luar BPKP 4. Munculnya alternatif penyedia jasa dari konsultan 12

baik 6. Munculnya peran-peran baru sehubungan dengan terbitnya PP No. 60 Tahun 2008 7. Besarnya kepercayaan instansi penyidik kepada BPKP untuk melakukan audit investigasi atas kasus TPK independen atau pihak lain yang produknya sejenis dengan produk BPKP 5. Adanya potensi perubahan kebijakan nasional yang terkait dengan RPJMN 2010-2014 yang perlu diantisipasi Berdasarkan hasil analisis SWOT dan perhitungan nilai urgensi, nilai dukungan (ND), dan nilai keterkaitan, posisi BPKP berada pada Kuadran I atau posisi SO (strength-opportunity) yang berarti bahwa potensi/kekuatan BPKP lebih besar dibanding dengan kelemahannya, dan peluangnya lebih besar dibanding dengan ancamannya. Oleh karena itu, BPKP harus menerapkan strategi mengoptimalkan kekuatan untuk meraih peluang sebaik-baiknya. Berbekal mandat yang dimiliki, kompetensi dan pengalaman SDM dalam memberikan jasa assurance dan consulting, dukungan sistem informasi yang memadai, dan kepercayaan stakeholders, BPKP diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pemerintah sehingga diharapkan dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih serta akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. 2. Nilai Luhur BPKP Dalam menjalankan mandatnya, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan senantiasa bertumpu pada nilai-nilai luhur yang telah disepakati dan ditetapkan dalam rumusan nilai luhur BPKP. Nilai luhur adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan diyakini sebagai sesuatu yang bersifat mulia yang peranannya sangat penting dalam merealisasikan misi-misi BPKP. Nilai-nilai BPKP ini dipilih dari berbagai nilai terpenting, yang urutan huruf awalnya dapat menjadi suatu kata kunci yang mengilhami seluruh staf BPKP yaitu PIONIR yang berarti pemrakarsa. Hal ini merupakan perwujudan dari keinginan untuk selalu 13

berinovasi guna menghasilkan produk-produk yang berbeda dari produk para pengawas intern lainnya tetapi yang diyakini diterima karena dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan. Selengkapnya, nilai PIONIR itu adalah bentukan dari enam nilai di bawah ini: P rofesional I ntegritas O rientasi pada Pengguna N urani dan Akal Sehat I ndependen R esponsibel Masing-masing makna dari keenam nilai tersebut adalah: 1) Profesional Profesionalitas menjadi kunci utama bagi keberhasilan pelaksanaan tugas BPKP, karena profesionalitas menjadi dasar bagi pengembangan citra BPKP untuk menjadi auditor atau aparat pengawas yang dapat dipercaya. BPKP sebagai suatu lembaga pemerintah, selain bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah dan standar-standar yang dibangun oleh komunitas profesi, juga bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah birokrasi. Kedua hal tersebut harus diakomodasikan secara seimbang, sehingga terdapat kesesuaian antara identitas anggota organisasi dengan identitas organisasi dan menjadi profesional birokrat. Profesionalitas melekat pada kegiatan pengawas intern pemerintah yang memahami ilmu pengawasan dan memiliki persyaratan kompetensi dan pengalaman untuk menerapkan ilmu tersebut dengan metodologi yang sistematis dan sikap kerja yang berintegritas, serta senantiasa berorientasi kepada penciptaan nilai tambah dalam pencapaian tujuan organisasi. Profesionalitas juga menuntut auditor untuk terus memburu teknologi audit terbaik yang senantiasa ditingkatkan 14

keunggulannya, agar dapat mengimbangi dinamika perkembangan kebutuhan stakeholders yang beraneka ragam dan tuntutan kualitas yang standarnya meningkat dari waktu ke waktu. Dalam kaitan ini kebutuhan mendesak yang perlu dikembangkan adalah kapasitas untuk melakukan assessment terhadap penerapan good governance, evaluasi kebijakan publik, manajemen risiko, audit sosial, forensic auditing, dan untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman stakeholders atas berbagai hal yang menjadi audit issues, serta kapasitas untuk memberikan saran dan masukan bagi keperluan perumusan perundang-undangan dan kebijakan berskala nasional. 2) Integritas Integritas adalah nilai yang mengandung makna gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian, konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan, selain bergantung pada kompetensi pengawas, juga sangat dipengaruhi oleh integritas. Pengawas yang kompeten akan dapat menyalahgunakan ilmunya ketika tidak disertai dengan integritas. Integritas adalah kombinasi dari keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip dan etika profesionalisme, konsistensi dalam menjaga dedikasinya pada pelaksanaan tugas, dan kemampuan untuk memberikan pertanggungjawaban yang dilandasi dengan kejujuran, yang mencakup masalah etika dan spiritual, di samping mengedepankan nilai keteladanan dan nilai kejujuran. Oleh karena itu, integritas merupakan hal yang paling fundamental dan akan mempengaruhi keseluruhan perilaku individu dan kelompok dalam melaksanakan setiap kewajiban dan memberikan tanggungjawab atas tugas-tugas yang diembankan kepadanya. 15

3) Orientasi pada Pengguna Nilai ini sangat konsisten dengan arus besar perubahan manajemen pemerintahan saat ini. Dengan dipraktikkannya manajemen pemerintahan berbasis kinerja, nilai ini adalah nilai yang paling jelas menunjukkan bahwa BPKP berani menangkap dan mengembangkan spirit kewirausahaan. BPKP memiliki misi untuk dapat memberi manfaat/nilai tambah kepada stakeholders, auditan dan pengguna jasa. Oleh karena itu, orientasi kepada pengguna merupakan faktor kunci untuk menentukan dan merancang kegiatan pengawasan BPKP yang memang diperlukan dan memberikan nilai tambah/manfaat kepada stakeholder. 4) Nurani dan Akal Sehat Nilai yang dikekalkan dari nurani dan akal sehat adalah nilai untuk bertindak proporsional, menghindari diri dari praktik pengawasan yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor ditantang untuk menerapkan etika pengawasan pada tahapnya yang tertinggi, bukan hanya sekedar sebuah kekakuan sikap untuk menaati peraturan dan sikap mengukuhi kebenaran bagi orang banyak sebagai kebenaran tertinggi, yang pada struktur sosial yang timpang akan mengekalkan tirani mayoritas. Auditor yang berintegritas mestinya mampu mengandalkan suara nurani dan akal sehat. Nurani merupakan sumber pertimbangan kebaikan etika dalam tahapnya yang tertinggi. Dengan platform etika seperti ini, jika memang pengawas intern konsisten dan konsekuen hendak mentransformasikan manajemen pemerintahan ke arah manajemen yang disemangati oleh kewirausahaan, maka pengawas harus berani mengutamakan esensi kinerja daripada kepatuhan hukum, jika ternyata justru hukum tersebutlah yang tidak sejalan dengan pencapaian kinerja yang optimal. 16

5) Independen Independensi tetap diperlukan bagi aparat pengawas intern. Sebagai contoh praktik di Amerika Serikat, karena berada dalam lingkungan pemerintahan yang sarat dengan peraturan dan persaingan politis, mekanisme cek dan cek ulang antara parlemen dan eksekutif memang mengharuskan nilai independensi tetap dianut oleh internal auditor (Inspectorate General). Inspectorate General (IG) harus menyajikan laporannya baik kepada Pimpinan Eksekutif maupun kepada Parlemen sekaligus. BPKP tampaknya mengambil sikap sesuai dengan perkembangan IG di atas. Selain memberikan laporannya langsung kepada para pemimpin lembaga eksekutif, BPKP pun tidak dapat mengelak dari kewajiban untuk memaparkan hasil pengawasannya kepada DPR manakala diminta, tentunya dengan memperhatikan kaitannya dengan aspek kode etik profesi. Dengan demikian jelas bahwa penyajian yang dua arah ini akan mengharuskan BPKP mengambil sikap independen. Terlepas dari arah pertanggungjawaban di atas, independensi mencakup independensi dalam sikap dan dalam penampilan. Mungkin secara organisatoris keberadaan BPKP di bawah Presiden tetap tak akan pernah menjadikannya independen terhadap Presiden. Namun, ketika BPKP dapat secara partisipatoris menentukan agenda pengawasan sesuai dengan kebutuhan Presiden, maka terhadap apapun yang diawasi oleh BPKP, sikap independensi secara faktual dapat dilaksanakan. 6) Responsibel Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui adanya tanggung jawab yang bermula pada dirinya (obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang dipercaya merupakan komponen dari proses good governance. Dengan adanya kejelasan tanggung jawab, seseorang akan dapat bekerja secara terarah sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya. Pada akhirnya, 17

responsibilitas akan membimbing seseorang untuk menuntaskan tanggung jawabnya tersebut lewat upaya akuntabilitas (obligation to answer). Sebagai pengawas internal, responsibilitas adalah nilai yang memungkinkan seluruh staf BPKP mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian tak terpisahkan dari manajemen pemerintahan, yaitu untuk bersama-sama dengan manajemen mengupayakan pencapaian tujuan manajemen. Tersirat di sini bahwa BPKP adalah mitra, yang turut memahami dan berniat menanggung responsibilitas manajemen pemerintahan, khususnya dalam menciptakan proses good governance, meningkatkan pelayanan publik dan menciptakan iklim manajemen yang terbebas dari praktik KKN 18

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Struktur Renstra BPKP Tahun 2010-2014 mengacu pada restrukturisasi program dan Pedoman Penyusunan Renstra Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) Tahun 2010-2014 seperti diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 yang diterbitkan tanggal 11 Agustus 2009. Struktur Renstra BPKP setelah restrukturisasi adalah sebagai berikut. Gambar 2.1 Struktur Renstra BPKP 2010-2014 Dengan mengacu kepada Renstra BPKP, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan menyusun Renstra 2010 2014. 19

2.1 VISI Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan Sebagai suatu instansi yang merupakan perpanjangan tangan dari BPKP Pusat, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai tugas mewujudkan Rencana Stratejik yang telah dirumuskan BPKP Pusat, sehingga rumusan pernyataan visi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan mengacu pada rumusan visi BPKP. Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Adanya perubahan tersebut sudah tentu berpengaruh terhadap keberadaan organisasi dilingkup BPKP, yang pada akhirnya berpengaruh juga terhadap Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan sebagai salah satu unit kerja dari BPKP. Yang terpenting dalam hal ini adalah sampai sejauh mana upaya menjawab tuntutan perubahan tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi keberadaan suatu organisasi, dalam arti apakah organisasi tersebut sesuai atau tidak dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menghadapi perubahan tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan harus mampu menciptakan dan/atau memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) melalui produk yang dihasilkannya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan sebagai berikut: VISI Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas di Provinsi Kalimantan Selatan 20

Dalam pernyataan visi tersebut di atas, terdapat beberapa kata kunci, yaitu: 1. Auditor Presiden 2. Responsif 3. Interaktif 4. Terpercaya 5. Akuntabilitas Keuangan Negara 6. Berkualitas Pemahaman atas makna kata-kata kunci tersebut akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang visi. Makna ringkas dari masingmasing kata kunci tersebut adalah sebagai berikut: 111. 1. Auditor Presiden Frasa Auditor Presiden dipilih untuk menunjukkan artikulasi dan kesan yang kuat bahwa BPKP merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan memiliki kompetensi yang mumpuni dan dipercaya oleh Presiden untuk membantu dalam menjalankan fungsi pengawasan. Sebagai Auditor Presiden, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan merupakan mata dan telinga Presiden di Wilayah Kalimantan Selatan yang melihat dan mendengar secara langsung fakta, data maupun informasi dan segera merespon melalui suatu sistem peringatan dini yang memberikan manfaat kepada Presiden. Oleh karena itu, lingkup pengawasan yang menjadi perhatian BPKP adalah hal-hal yang bersifat strategis, makro, lintas sektoral dan berskala nasional. Kegiatan pengawasan difokuskan kepada pengawasan keuangan negara yang menyentuh rakyat banyak, terutama yang pro growth, pro job dan pro poor. Visi BPKP sebagai Auditor Presiden merupakan visi yang strategis dalam rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu kementerian, lembaga dan pemerintah daerah. Dengan demikian diharapkan informasi yang dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh Auditor Presiden 21

bersifat obyektif, tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip independensi. 2. Responsif Responsif berarti cepat memberikan respon (tanggapan), tidak masa bodoh, dan bereaksi secara tepat dan simpatik kepada seseorang atau suatu peristiwa. Auditor Presiden yang responsif mengandung makna bahwa dalam menjalankan perannya, Auditor BPKP tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi pemerintah dan segera memberikan respon/masukan kepada pengambil kebijakan. 3. Interaktif Sifat interaktif memiliki makna saling aktif atau komunikasi dua arah. Interaktif merupakan perkembangan lebih lanjut dari tahapan sebelumnya yang bersifat reaktif dan proaktif. Dari reaktif yang berarti bereaksi setelah adanya suatu kejadian, kemudian berkembang menjadi proaktif yang mengedepankan inisiatif untuk bertindak namun masih melihat dari sisi BPKP (satu sisi), dan kini bersifat interaktif yang mengandung nuansa bahwa BPKP memperhatikan/mendengarkan kepentingan/kebutuhan stakeholders. Dengan pengertian tersebut maka komunikasi antara BPKP dengan stakeholders ataupun pelanggan haruslah selalu terjalin dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, BPKP harus membuka saluran-saluran komunikasi yang efektif, menjalin kemitraan dengan stakeholders dan APIP lain dalam menjalankan perannya. 4. Terpercaya Terpercaya berarti dapat diandalkan, bertanggung jawab+, dan dapat melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan mandat yang diberikan. BPKP telah menyatakan dalam visinya sebagai Auditor Presiden yang terpercaya, yang berarti BPKP memiliki integritas yang tinggi yang didukung profesionalisme yang tinggi sehingga dapat diandalkan untuk memberikan 22

hasil kerja yang berkualitas dan bermanfaat stakeholders. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan bagi shareholders dan Kepercayaan terhadap kinerja BPKP telah tumbuh yang terbukti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai SPIP yang memberikan mandat kepada BPKP untuk melakukan pengawasan intern dibidang keuangan negara dan membina SPIP. Kepercayaan stakeholders kepada BPKP juga ditunjukkan dengan banyaknya permintaan stakeholders kepada BPKP untuk membenahi sistem dan tata kelola pemerintahan. 5. Akuntabilitas Keuangan Negara Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban, yang dilaksanakan secara periodik. Sedangkan keuangan negara seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, berarti semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara ini meliputi: Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; Penerimaan Negara; Pengeluaran Negara; Penerimaan Daerah; Pengeluaran Daerah; Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang barang, serta hak-hak lain yang 23

dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah; Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Dengan demikian, akuntabilitas keuangan negara memiliki lingkup yang luas, yaitu pertanggungjawaban atas semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, yang dimiliki negara dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara dalam rangka penyelenggaraaan pemerintahan negara. Akuntabilitas keuangan negara tidak sekedar pertanggungjawaban penggunaan dana dan proses pengelolaannya, namun yang terpenting adalah pertanggungjawaban kinerja/hasil (outcome) atas pengelolaan keuangan negara. Prinsip akuntabilitas keuangan negara menghendaki bahwa proses pengambilan keputusan atau kinerja keuangan negara dapat dimonitor, dinilai, dan dikritisi. Selain itu, pertanggungjawaban keuangan negara tersebut harus dapat ditelusuri sampai ke bukti dasarnya (traceableness) dan dapat diterima secara logis (reasonableness). 6. Berkualitas Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas ditunjukkan dengan tiga ciri yaitu akuntabel, transparan dan partisipatif. Hal ini berarti bahwa pertanggungjawaban keuangan negara harus dapat diandalkan, mengungkapkan secara terbuka informasi yang material dan relevan serta berasal dari suatu proses yang melibatkan berbagai pihak terkait. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas mendukung akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara. 24

Sejalan dengan visi BPKP, Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercaya, untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan berkomitmen untuk mendukung terwujudnya akuntabilitas keuangan negara, melalui dua peran yang utama yaitu aktivitas assurance dan consulting. Peran utama tersebut diharapkan memberikan umpan balik (feedback) kepada Pemerintah Daerah dimana Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan berada, yang pada akhirnya untuk tercapainya efektivitas kinerja pemerintah dan pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan berupaya terus menerus mengembangkan diri menjadi tenaga profesional di bidang pengawasan melalui peningkatan kapabilitas dan kemampuan SDM. 2.2 MISI Misi merupakan menjabarkan lebih lanjut visi dan berisi pernyataan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Perumusan misi mengacu kepada tugas dan kewenangan yang telah diberikan kepada BPKP. Tugas dan kewenangan BPKP semula diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, kemudian diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selanjutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan berperan penting dalam mendukung akuntabilitas, terutama dalam lingkup penyelenggaraan keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Empat misi Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut: 25

MISI 1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di Kalimantan Selatan. 2. Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di Kalimantan Selatan. 3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di Kalimantan Selatan. 4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah di Kalimantan Selatan. Penjelasan masing-masing misi adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern Terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara yang Mendukung Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bebas KKN di Kalimantan Selatan Misi ini berkaitan dengan aktualisasi peran Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara di Wilayah Kalimantan Selatan. Inti misi ini terkait dengan kegiatan pengawasan intern pemerintah yang pada hakekatnya bertujuan memberikan nilai tambah (value added) melalui dua peran utama yaitu aktivitas assurance dan consulting. Dengan peran tersebut, fungsi utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan adalah memberikan umpan balik (feedback), memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), serta membantu pemerintah baik pusat maupun daerah dalam mencapai tujuannya. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan, baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem. 26

2. Membina Secara Efektif Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Kalimantan Selatan Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP seperti diatur dalam PP tersebut. Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari BPKP, Itjen Kementerian, Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPI. Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP sesuai dengan pasal 59PP Nomor 60 Tahun 2008. Peran BPKP dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis BPKP yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden. Akuntabilitas kinerja Presiden merupakan suatu kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai Kementerian/Lembaga dan juga Pemerintah Daerah, sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan dalam mengemban misi ini adalah dengan kegiatan pembinaan SPIP yang mencakup: 27

a. Sosialisasi SPIP b. Pendidikan dan pelatihan SPIP c. Pembimbingan dan konsultansi SPIP d. Peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir d merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat menerapkan SPIP. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi kedua ini. Sedangkan butir e lebih spesifik terkait peningkatan kemampuan/kompetensi auditor APIP yang menjadi bagian dari misi ketiga yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Pada prinsipnya misi kedua lebih menekankan kepada pembinaan SPIP kepada instansi pemerintah, sedangkan misi ketiga terkait dengan pembinaan terhadap auditor (APIP). 3. Mengembangkan Kapasitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten di Kalimantan Selatan Misi ketiga adalah misi pengimbang yang disusun dalam kesadaran bahwa kinerja yang berorientasi ke luar tak mungkin terwujud tanpa adanya proses kerja internal yang baik maupun proses kerja sesama APIP yang sinergis. Dengan adanya proses kerja sesama APIP yang sinergis diharapkan akan menghasilkan kinerja APIP yang maksimal. Hal ini merupakan jawaban atas arahan Presiden akan perwujudan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, dan berorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun, efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Peran Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan dalam mengembangkan kapasitas APIP (termasuk BPKP) baik dari sisi SDM, organisasi maupun sistem dan prosedur mencakup: 28

Pembinaan kompetensi APIP dengan pendidikan dan pelatihan auditor di Wilayah Kalimantan Selatan (pasal 59 ayat 1 e PP Nomor 60 Tahun 2008) Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan sertifikasi auditor di Wilayah Kalimantan Selatan (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP Nomor 60 Tahun 2008) Pengembangan Kapasitas Internal BPKP Pemeriksaan/pengawasan internal BPKP Pendukung/fasilitasi pengawasan Sinergi dengan APIP lain. 4. Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan yang Andal bagi Presiden/Pemerintah Misi ini merupakan aktualisasi peran BPKP sebagai Auditor Presiden dalam rangka membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah yang efektif melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. PASs adalah alat kendali (control) bagi Presiden terhadap implementasi akuntabilitas Presiden dalam pengelolaan keuangan negara, yang berbasis web, on-line, dengan data yang sedapat mungkin real-time, yang menampilkan informasi secara utuh (integrated) tentang implementasi akuntabilitas Presiden. Dengan sistem seperti ini Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat jika terdapat perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu. Dalam rangka mengembangkan pelaporan akuntabilitas di Indonesia, masingmasing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dituntut untuk membuat indikator capaian kinerja yang terukur sehingga dapat membantu Presiden untuk menyampaikan akuntabilitasnya kepada rakyat sesuai dengan amanah UUD. 2.3 TUJUAN Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan, dan berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan 29