Dinamika Vol. 3, No. 1, Juli 2012 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PENGERTIAN ORGANISASI MELALUI METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS V SD Negeri Karanganyar 01 Kec. Kedungbanteng Kab. Tegal Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa proses kegiatan belajar mengajar di kelas yakni siswa merasa malas belajar, bosan, siswa tidak aktif, dan suka bermain bersama temannya serta hasil belajar PKn yang masih rendah. Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar, aktivitas belajar siswa dan kemampuan mengajar guru menggunakan pembelajaran student facilitator and explaining. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Karanganyar 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal yang berjumlah 37 siswa tahun 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 s i k l u s. T i a p s i k l u s n y a t e r d i r i d a r i t a h a p p e r e n c a n a a n, p e l a k s a n a a n, p e n g a m a t a n, d a n r e e k s i. H a s i l penelitian menunjukkan setelah dilakukan dengan menggunakan metode student facilitator and explaining, hasil belajar siswa meningkat dimana pada akhir siklus II nilai rata-rata mencapai 81,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 87%. Selain itu juga aktivitas belajar 82% baik, dan kemampuan guru dalam mengajar dalam kategori baik juga. Kata Kunci: student facilitator and explaining, pengertian organisasi 2012 Dinamika PENDAHULUAN Salah satu kelemahan mendasar yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar terletak pada interaksi antara guru dan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam rangka ini, guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran dan memilih metode yang tepat sesuai dengan tujuan kompetensi, tingkat kecerdasan serta lingkungan dan kondisi setempat. Metode sebagai komponen pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa supaya sebuah mata pelajaran dapat ditransfer pada saat berlangsungnya pembelajaran. Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seringkali dianggap mudah oleh sebagian siswa ataupun guru karena secara umum materinya dapat dipelajari dengan membaca. Namun demikian, kenyataan menunjukan hal sebaliknya dimana hasil belajar siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh sebuah sekolah. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 01 Kabupaten Tegal memperlihatkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar di kelas yakni siswa merasa malas belajar, bosan, siswa tidak aktif, dan suka bermain bersama temannya. Student Facilitator and Explaning termasuk dalam kategori metode Pembelajaran Aktif. Kata Aktif dalam pembelajaran Aktif berarti pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar adalah proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Adapun kelebihan metode Student Facilitator and Explaning yaitu siswa lebih mudah memahami materi
karena dijelaskan oleh temanya sendiri dan proses kegiatan belajar mengajar lebih aktif Metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan bahwa belajar berpusat pada siswa. Metode ini memanfaatkan potensi siswa untuk dapat menjelaskan materi yang telah diajarkan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah-masalah terserbut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah pembelajaran Metode Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kemampuan mendiskripsikan pengertian organisasi pada pelajaran PKn?; 2) Apakah pembelajaran Metode Student Facilitator and Explaining dapat mendorong siswa untuk belajar tentang mendiskripsikan pengertian organisasi menjadi lebih bersemangat?; 3) Apakah Metode Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru? Pembelajaran adalah proses atau cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Poerwadarminta, 2002: 17). Dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan p e s e r t a d i d i k s e b a g a i s u b y e k n y a d i t u n t u t a d a n y a p r o l k u a l i k a s i t e r t e n t u d a l a m h a l p e n g e t a h u a k e m a m p u a n, s i k a p d a n t a t a n i l a i a g a r p r o s e s i t u d a p a t b e r l a n g s u n g d e n g a n e f e k t i f d a n e s i e n. Metode pembelajaran Student Facilitator and Explaning merupakan salah satu metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau disebut PAIKEM. Menurut (Suprijono, 2009: 1) PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik untuk membangun keterkaitan anatara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Selanjutnya, peserta didik diajarkan bagaimana mereka mempelajarai konsepdan bagaiaman konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerjasama secara kooperatif. Student Facilitator and Explaning termasuk dalam kategori metode Pembelajaran Aktif. Kata Aktif dalam pembelajaran Aktif berarti pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar adalah proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan (Suprijono, 2009: 3). Lebih jauh Suprijono mengemukakan bahwa pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Metode pembelajaran aktif memiliki banyak jenis seperti group resume, team quiz, modeling the way, student facilitator and explaining, dan lain sebagainya. Riyanto (2009: 283) menjabarkan langkah langkah dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi; 3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep; 4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa; 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; 6) Penutup. Berdasarkan alasan-alasan dan rumusan diatas maka dapat di kemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut : 1) Pembelajaran Metode Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kemampuan mendiskripsikan pengertian organisasi pada pelajaran PKn; 2) Pembelajaran Metode Student Facilitator and Explaining dapat mendorong siswa lebih bersemangat dalam aktivitas belajar; 3) Pembelajaran Metode Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru. METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2011/2012 semester 2 sebanyak 37 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, dimana siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 12 April 2012, siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PENGERTIAN ORGANISASI MELALUI METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS V 75
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus yang diteliti disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Sebagai penjajakan awal maka terlebih dahulu diadakan tes diagnosa yang berfungsi sebagai evaluasi awal. Sedangkan observasi awal adalah untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami kompetensi dasar memahami pengertian organisasi. Dalam kaitanya dengan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining, maka dari empat tahapan tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam tahapan sebagaimana dijelaskan berikut ini: 1) Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi membuat skenario pembelajaran, membuat lembaran observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika pembelajaran Student Facilitator and Explaining diterapkan, mendesain alat evaluasi untuk melihat bagaimana kemampuan siswa dalam kompetensi dasar memahami pengertian organisasi; 2) Memilih alternatif pemecahan atas masalah berdasarkan observasi awal; 3) Pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat; 4) Observasi dan evaluasi dengan memonitoring kegiatan selama pembelajaran; 5) Melakukan analisis data dengan analisis persentase berdasarkan evaluasi hasil pembelajaran; 6 ) g u r u m e n g a d a k a n r e e k s i d i r i d e n g a n m e l i h a t d a t a o b s e r v a s i, a p a k a h k e g i a t a n y a n g t e l a h dilakukan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pengertian organisasi. Pelaksanaan Siklus I, langkah-langkahnya terdiri dari 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi; 3) Memberikan kesempatan kepada 1 siswa yang telah dipilih untuk menjelaskan kepada siswa lainnya melalui bagan/peta konsep tentang pengertian organisasi yang ada di buku pelajaran; 4) Guru menyimpulkan ide/ pendapat dari siswa; 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; 6) Penutup. Pelaksanaan Siklus II, langkah-langkahnya terdiri dari 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi; 3) Memberikan kesempatan kepada 3 siswa yang telah dipilih secara bergantian untuk menjelaskan kepada siswa lainnya melalui bagan/peta konsep dengan menampilkan struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 01.; 4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa; 5) Guru menerangkan kembali semua materi yang disajikan saat itu diselingi tanya jawab; 6) Penutup. Secara garis besar, maka alat evaluasi yang dapat digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu : tes dan non tes. Tes ini biasa menggunakan tes berbentuk pilihan ganda. Tes objektif dapat mencakup banyak materi, penskoranya objektif dan dapat dikoreksi oleh komputer maupun ornag lain yang bukan bidangnya. Non tes terdiri dari observasi dan dokumentasi. Observasi ini digunakan untuk membuktikan peningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan metode Student Facilitator and Explaining kompetensi dasar mendiskripsikan pengertian organisasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Dalam Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di siklus I sebanyak dua kali tiga puluh lima menit yang terbagi dalam sepuluh menit awal guru membuka pelajaran dengan membaca doa terlebih dahulu. Langkah berikutnya guru memberikan materi pelajaran sesuai langkah langkah yang ada pada model pembelajaran Student Facilitator and explaining, dengan menggunakan bagan/peta konsep tentang pengertian organisasi yang ada di buku pelajaran dan memberikan kesempatan kepada 1 siswa yang telah dipilih untuk menjelaskan, dan guru memberi motivasi serta sekaligus guru mengamati aktivitas siswa lain. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa, dan menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. Mengakhiri kegiatan, berikutnya guru melaksanakan kegiatan post test sejumlah 15 soal pilihan ganda untuk mengukur sejauhmana keberhasilan siswa dalam menerima materi yang baru saja dilakukannya. Setelah kegiatan post test berakhir, guru langsung meminta hasil jawaban siswa. Hasil observasi dapat dilihat dari hasil 76 Dinamika Vol. 3. No. 1. (2012)
analisa data tes lembar observasi. Hasil belajar siswa diambil dari post test, kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Dari hasil belajar siswa selama siklus I dapat dilihat tabel 1: Tabel 1. Rekap Hasil Post Test Siklus I Interval Nilai Frekuensi Prosentase 90-100 4 11% 70-89 22 59% 60-69 8 22% 30-59 3 8% Jumlah 37 100% Nilai Rata-rata 74,89 Prosentase Ketuntasan 70 % Berdasarkan tabel di atas, yang memperoleh nilai antara 90 100 ada 4 siswa (11%), dimana ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 100. Sedangkan yang mendapatkan interval nilai 70 89 ada 22 siswa atau 59%. Yang mendapatkan interval nilai 60 69 ada 8 siswa atau 22 %. Dan yang mendapatkan nilai antara 30 59 ada 3 siswa atau 8%. Nilai tertinggi mencapai 100, dan nilai terendah mencapai 53. Dari nilai yang diperoleh terhitung nilai rata-ratanya mencapai 74,89. Sedangkan ketuntasan atau daya serap klasikalnya dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) siswa yang tuntas atau memperoleh skor 70 ke atas sebanyak 26 siswa dari 37 siswa dalam satu kelas. Sehingga dapat menunjukkan daya serap klasikal sebanyak 70%. (2) Yang tergolong siswa tidak tuntas atau memperoleh skor 70 ke bawah sebanyak 11 siswa dari 37 siswa dalam satu kelas atau 30%. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar yang diperoleh belum menuhi target atau indikator keberhasilan yang diharapkan. Ketuntasan belajar hanya mencapai 70%, padahal indikator keberhasilannya ditetapkan 80%. Maka dari itu, untuk siklus I belum dapat dikatakan berhasil, sehingga perlu ada perbaikan pada siklus berikutnya. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran student facilitator and explaining pada siklus I dapat dilihat dari hasil pengamatan observer. Menurut hasil pengamatan dimasih peroleh kemampuan guru dalam siklus I masih dalam kategori cukup (67,86%). Berdasarkan pengamatan, selama siklus I guru masih terdapat keurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Dalam memotivasi siswa guru masih belum maksimal, guru belum bisa memberikan apersepsi kepada siswa sehinga siswa masih kurang respon terhadap materi yang akan diajarkan. Selain itu juga, kemampuan guru dalam membimbing siswa selama pembelajaran masih kurang, karena guru hanya membimbing siswa yang kelihatannya aktif saja, tetapi siswa yang cenderung tidak aktif tidak dihampiri untuk diberikan bimbingan. Akan tetapi secara keseluruhan guru sudah melakukan pembelajaran sesuai yang direncanakan sebelumnya. Siklus II Dalam Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di siklus II sebanyak dua kali tiga puluh lima menit yang terbagi dalam sepuluh menit awal guru membuka pelajaran dengan membaca doa terlebih dahulu. Langkah berikutnya guru memberikan materi pelajaran sesuai langkah langkah yang ada pada model pembelajaran student facilitator and explaining, dengan menggunakan PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PENGERTIAN ORGANISASI MELALUI METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS V 77
melalui bagan/peta konsep dengan menampilkan struktur organisasi Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 01. Guru memberikan kesempatan pada 3 siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, dan guru memberi motivasi serta sekaligus guru mengamati aktivitas siswa lain. Mengakhiri kegiatan, berikutnya guru melaksanakan kegiatan post test sejumlah 15 soal pilihan gnda untuk mengukur sejauhmana keberhasilan siswa dalam menerima materi yang baru saja dilakukannya. Setelah kegiatan post test berakhir, guru langsung meminta hasil jawaban siswa. Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data tes lembar observasi. Hasil belajar siswa diambil dari data hasil post test, kemudian dianalisis untuk mengetahhui tingkat keberhasilan siswa. Dari hasil belajar siswa selama siklus I dapat dilihat tabel dan gambar di bawah ini: Tabel 2. Rekap Nilai Rata-rata Post Test Siklus II Interval Nilai Frekuensi Prosentase 90-100 8 22% 70-89 24 65% 60-69 5 13% 30-59 0 0% Jumlah 37 100% Nilai Rata-rata 81,05 Prosentase Ketuntasan 87 % Berdasarkan tabel di atas, yang memperoleh nilai antara 90 100 ada 8 siswa (22%), dimana ada 4 siswa yang mendapatkan nilai 100. Sedangkan yang mendapatkan interval nilai 70 89 ada 24 siswa atau 65%. Yang mendapatkan interval nilai 60 69 ada 5 siswa atau 13 %. Dan tidak ada yang mendapatkan nilai antara 30 59 Nilai tertinggi mencapai 100, dan nilai terendah mencapai 67. Dari nilai yang diperoleh terhitung nilai rata-ratanya mencapai 81,05. Sedangkan ketuntasan atau daya serap klasikalnya dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) siswa yang tuntas atau memperoleh skor 70 ke atas sebanyak 26 siswa dari 37 siswa dalam satu kelas. Sehingga dapat menunjukkan daya serap klasikal sebanyak 87%; (2) Yang tergolong siswa tidak tuntas atau memperoleh skor 70 ke bawah sebanyak 11 siswa dari 37 siswa dalam satu kelas atau 13%. Pada hakikatnya kegiatan pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa. Namun seringkali terjadi penafsiran yang salah dimana guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan guru. Sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menghindari hal tersebut, perlu adanya suatu metode pembelajaran yang dapat menarik kreativitas dan keaktifan siswa. Salah satu diantaranya yaitu dengan pembelajaran student facilitator and explaining. Metode pembelajaran Student Facilitator and Explaning merupakan salah satu metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau disebut PAIKEM. Menurut (Suprijono, 2009: 1) PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik untuk membangun keterkaitan anatara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Selanjutnya, peserta didik diajarkan bagaimana mereka mempelajarai konsepdan bagaiaman konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerjasama secara kooperatif. Salah satu kelemahan mendasar yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar terletak pada 78 Dinamika Vol. 3. No. 1. (2012)
interaksi antara guru dan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam rangka ini, guru harus menguasai berbagai metode pembelajaran dan memilih metode yang tepat sesuai dengan tujuan kompetensi, tingkat kecerdasan serta lingkungan dan kondisi setempat. Metode sebagai komponen pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa supaya sebuah mata pelajaran dapat ditransfer pada saat berlangsungnya pembelajaran. Di sisi lain, kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa menunjukkan hasil yang bagus atau di atas rata-rata ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa. Hasil belajar siswa dalam hal ini yaitu tingkat pencapaian hasil belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, seorang guru harus pandai menciptakan situasi belajar yang menarik bagi siswa agar siswa tidak bosan, jenuh atau mengantuk, dan cerita dengan teman sebangku. Penggunaan metode Student Facilitator and Explaining dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa tetapi juga dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian organisasi. PENUTUP Simpulan, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Student Facilitator and Explaining terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian organisasi yaitu pada nilai rata-rata kelas 59,70, siklus I 74,89 dengan ketuntasan belajar 70%, pada siklus II meningkat menjadi 81,05 dengan ketuntasan belajar 87%. Selain itu juga penggunaan metode Student Facilitator and Explaining terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan mengajar guru. Pada akhir siklus II ternyata aktivitas belajar siswa 82% sudah dalam kategori yang baik dan kemampuan guru dalam mengajar sudah dalam kategori yang baik dengan perolehan prosentase sebesar 89,28%. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, 1997, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Remadja Rosda Karya. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Slameto, 1995, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Suprijono, Agus, 2009, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Cetakan I. Hidayat, Syamsul. 2012. Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Pengertian Organisasi Melalui Metode Student Facilitator And Explaining Pada Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2011/2012. Laporan PTK SD N Karanganyar 01. Tegal PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PENGERTIAN ORGANISASI MELALUI METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA SISWA KELAS V 79