BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PERMASALAHAN KAWASAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

Universitas Sumatera Utara


BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB II HAL TIDAK TERDUGA. akses menuju ke site yaitu dari jalan sukamulia, jalan imam bonjol dan jalan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Bab V Konsep Perancangan

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kata Kunci : Kebijaksanaan, Permukiman Ramah Lingkungan, Permukiman Berdikari

6.1 Peruntukkan Kawasan

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB III: DATA DAN ANALISA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB 2 ANALISA KAWASAN Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dari kawasan tersebut. Data kawasan yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis berdasarkan pada masalah dan potensi yang ada pada kawasan tersebut untuk menyaring informasi yang dibutuhkan dalam proses perancangan dan memperoleh informasi mengenai permasalahan serta potensi kawasan. Pemrograman atau analisa pada kasus proyek ini berisi tentang empat pokok bahasan yaitu mengenai analisa faktor manusia, fungsi dan pengolahan lahan, fungsi dan pengolahan bangunan, serta faktor eksternal. Dari keempat pokok bahasan di atas juga dibagi dalam beberapa item setiap bahasannya. Mulai dari faktor manusia yang terdiri dari organisasi stakeholder, perilaku dan interaksi, faktor sosial/politik/kultural, dan faktor keamanan, keselamatan, dan privasi. Fungsi dan pengolahan lahan yang terdiri dari lingkungan tapak lokasi, tata guna lahan, ruang terbuka dan tata hijau, rekayasa teknis dan perlengkapan tapak, aksesibilitas manusia, akses kendaraan, parkir, dan sistem pembuangan dan sanitasi. Fungsi dan pengolahan bangunan terdiri dari program ruang: tipe, ukuran, hubungan antar fungsi, kulit bangunan, sistem struktur dan konstruksi, sistem mekanikal dan elektrikal, kenyamanan termal/penerang/akustik, aspek keberlanjutan yg harus dipenuhi, serta metoda & strategi konstruksi. Dan yang terakhir yaitu faktor eksternal terdiri dari pasokan energi, seperti: air, listrik, telkom, kepatuhan hukum & peraturan, serta anggaran dan biaya & analisis investasi. 21

22 2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kegiatan ekonomi banyak terjadi di kawasan Kampung Hamdan. Selain adanya warung nasi dan toko-toko jajanan, di kampung ini juga terdapat beberapa industri rumah tangga seperti membuat bakso serta depot air bersih. Gambar 2.1. Gambar beberapa kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar kawasan Sumber. Penulis (2014) Kondisi ekonomi warga yang kebanyakan bekerja dalam bidang usaha kecil menengah menjadikan kawasan Kampung Hamdan ini berpotensi sebagai daerah komersial bagi wilayah sekitarnya, dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kondisi ini juga menyebabkan fungsi hunian menyatu dengan fungsi usaha sehingga tingkat privasi hanya sebatas ruang pada hunian. Kegiatan sosial yang berlangsung di kawasan ini juga cukup beragam antara lain: sistem keamanan lingkungan, pengajian bergilir, gotong royong, dan doa bersama. Gambar 2.2. Gambar kegiatan sosial yang terjadi di sekitar kawasan Sumber. Penulis (2014)

23 Warga Kampung Hamdan selalu berinteraksi antar sesama di segala kesempatan. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas warga yang sering dilakukan seperti pada saat berbelanja di warung dan bercengkerama di warung-warung makan, dapat dilihat pada Gambar 2.2. Selain melakukan kegiatan tersebut, masyarakat kampung ini juga banyak melakukan aktivitas di pinggiran sungai. Pada pinggiran sungai ini mereka biasanya melakukan kegiatan seperti bermain air, buang air, mencuci, memancing, dan lain-lain. Merancang area komersial pada kawasan Kampung Hamdan, merancang model hunian yang sesuai dengan kebutuhan usaha, menyediakan sarana parkir bagi pengunjung kawasan, merencanakan ruang-ruang aktivitas publik, seperti: lapangan olahraga, taman, plasa, merupakan salah satu pemecahan dari masalah yang membahas tentang faktor manusia dari pemrograman ini. 2.2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang berbeda-beda menyebabkan masyarakat mampu beradaptasi dengan berbagai macam orang sehingga mereka mudah terbuka dengan pendatang lain. Ditinjau dari segi sosial budaya masyarakatnya, mayoritas suku yang ada di kawasan ini yaitu terdapat suku Minang dan Jawa, selebihnya yaitu suku Batak, Tiongkok, Melayu, dan India. Mayoritas dari agama masyarakat Kampung Hamdan adalah Agama Islam. Walaupun di sini juga terdapat beberapa warga yang menganut agama lain, seperti Kristen, Hindu, dan Konghucu. 2.3. Fungsi dan Pengolahan Lahan Adanya bangunan pada sempadan sungai yang menyebabkan kurangnya lahan yang berfungsi sebagai daya serap air sehingga memicu permasalahan lingkungan seperti pencemaran sungai karena limbah dan sampah.

24 Gambar 2.3. Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir sungai Sumber. Penulis (2014) Bangunan yang berada di tepi sungai harusnya memiliki garis sempadan sebagai area resapan air sungai. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Jadi kawasan tersebut tidak akan mengalami banjir yang cukup tinggi akibat dari luapan air sungai. Terdapat beberapa fasilitas yang bisa mendukung beberapa kegiatan di dalam kawasan, dan bisa menjadi potensi untuk mendukung beberapa fasilitas yang akan dibuat di kawasan Kampung Hamdan. Karena tugas perancangan ini akan mengangkat tema desain waterfront atau muka sungai, dan bangunan yang berada sekarang lebih banyak berorientasi ke jalan, maka desain ataupun bentuk bangunan yang akan dibuat nanti akan berorientasi pada dua arah, yaitu ke jalan dan juga sungai. Namun karena tapak yang terletak di sudut jalan, maka bentuk bangunan dapat diolah semaksimal mungkin agar tampilan luar bangunan dapat terlihat dari berbagai arah. Pada bangunan rumah susun ini akan dibangun beberapa fasilitas pendukung seperti tempat makan, pasar, toko, dan restoran pusat jajanan kuliner, mengingat di sekitar lokasi terdapat beberapa toko kuliner. Ini juga dikarenakan untuk memfasilitasi mata pencarian warga dahulu, sehingga banyak pengunjung yang tertarik mengunjungi rumah susun tersebut.

25 Ruang terbuka di area sungai akan dikembangkan, sehingga masyarakat sekitar ataupun masyarakat kota Medan dapat menikmati pemandangan ataupun tempat rekreasi di kawasan tersebut. Mengenai sirkulasi kendaraan, akan dibuat jalur sirkulasi kendaraan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat, agar setiap sudut tapak bisa terintegrasi. Kebanyakan bangunan yang berada di sekitar kawasan tidak memperhatikan KDB, KLB, dan GSS. Koefisien Dasar Hijau (KDB) di sekitar kawasan tidak telihat karena lahan kosong yang ada di sekitar kawasan yang seharusnya digunakan sebagai ruang terbuka hijau, tidak dimanfaatkan oleh warga sekitar. Tata guna lahannya yaitu berfungsi sebagai lahan pemukiman, perekonomian, pemerintahan, pendidikan, peribadatan, dan kesehatan. 2.4. Akses Kendaraan dan Parkir Mengenai akses sirkulasi di Kampung Hamdan ini memiliki sistem jalur pejalan kaki dan kendaraan yang tidak terpisah. Lanjut usia dan difabel juga sulit untuk melakukan aktivitas di kawasan ini karena tidak adanya sarana pendukung aksesibilitas bagi mereka. Penyediaan halte angkutan umum di sekitar kawasan, penyediaan jalur pedestrian bagi pejalan kaki, penyediaan fasilitas pendukung lansia dan difabel seperti : ramp, rambu-rambu, toilet khusus, tempat duduk di beberapa tempat, merupakan konsep desain yang ingin disediakan. Pada kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak jalan-jalan kecil yang hanya bisa dilewati pejalan kaki, sepeda motor dan becak karena padatnya perumahan penduduk. Jalan primer pada kawasan ini terletak pada jalan sekitar tapak yaitu, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan gang-

26 gang kecil yang terdapat di dalam tapak yang tidak dapat dilalui kendaraan beroda empat, dan diharapkan pada kawasan ini akses pejalan kaki dan kendaraan dapat dipisahkan, dan membuat akses jalan yang lebih lebar mudah untuk dilalui. Untuk area parkir mungkin akan disediakan pada beberapa titik yang tidak menimbulkan kemacetan di sepanjang jalan yang melewati kawasan ini. 2.5. Ruang Terbuka dan Tata Hijau Area hijau yang dimiliki Kampung Hamdan ini bisa dikatakan sangat minim. Pohon atau tanaman yang biasanya sengaja ditumbuhkembangkan di area pekarangan rumah, sebagian besar tidak tampak di kawasan ini. Ruang terbuka yang biasanya banyak ditanami oleh pohon-pohon rindang sebagai area yang digunakan untuk bermain anakanak ataupun area bercengkrama warga malah digunakan sebagai tempat untuk menumpuk barang-barang yang tidak terpakai lagi, bahkan sebagai tempat pembuangan sampah oleh warga. Selain itu, ada juga ruang terbuka yang berukuran cukup besar, namun sudah ditutup oleh perkerasan atau semen sehingga kurang indah dipandang karena tidak ditanami oleh pohon ataupun tanaman. Hal ini menyebabkan sirkulasi udara di sekitar tapak menjadi kurang nyaman dan terasa sangat panas ketika siang hari. Bukan hanya di pemukimannya saja, pinggiran sungai yang terdapat di kawasan ini yang seharusnya ditanami banyak pohon sebagai area resapan air yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau sehingga bisa digunakan sebagai area pendukung dari aktivitas sosial warga masyarakat sekitar, kebanyakan pada tapak ini justru dijadikan sebagai lahan pemukiman bagi warga dan menjadikan sungai sebagai area privasi bagi setiap keluarga yang tinggal di pinggiran sungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, bahkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir

27 (TPA) baik sampah maupun limbah. Di sekitar kawasan Kampung Hamdan ini tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang jelas. 2.6. Jalur Dreinase Masalah dreinase pada kawasan ini juga merupakan masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Kurangnya kesadaran warga akan pentinganya kesehatan menjadi sorotan utama pada kawasan ini. Dimulai dari kesadaran warga mengenai membuang sampah pada tempatnya. Malah kebanyakan warga meletakkan sampah begitu saja di samping rumah atau di tepi jalan pedestrian, di selokan-selokan yang berada di sekitar rumah warga. Gambar 2.4 Gambar keadaan saluran dreinase pada tapak Sumber. Penulis (2014) Selokan warga baik yang besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah rumah tangga maupun sampah-sampah organik dan non organik. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

28 Gambar 2.5 Gambar keadaan pinggiran sungai sebagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sumber. Penulis (2014) Pinggiran sungai juga dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga dan industri, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Kondisi ini membuat Sungai Deli di kawasan ini tercemar dan mengurangi kedalaman sungai karena sampah yang masuk ke dalam sungai, yang mengakibatkan sampah mengendap di dasar sungai. 2.7. Struktur Pemukiman Warga Mengenai masalah struktur bangunan di pemukiman, warga banyak menggunakan material seng, kayu, dan beton. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan dan kesehatan pada warga karena rumah yang menggunakan material seng untuk dinding dan atapnya akan terasa panas di siang hari dan akan terasa sangat dingin pada malam hari, serta akan cepat mengalami pelapukan bagi rumah yang bermaterialkan kayu karena terkena banjir. Seperti yang kita ketahui bahwa area ini adalah area yang cukup bersahabat dengan banjir apabila hujan turun. Ini terjadi karena kebanyakan warga Kampung Hamdan adalah warga yang berpenghasilan menengah dan cenderung rendah.

29 Jadi, kebanyakan warga hanya menggunakan material-material yang murah ataupun menggunakan material bekas yang tidak terpakai lagi. Gambaran kondisi pemukiman warga dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah pemukiman yang terletak di pinggiran jalan dan tengah tapak, serta pemukiman yang berada di pinggiran sungai. Pada pemukiman warga yang berada di daerah pinggiran jalan dan tengah tapak, rata-rata rumah warga sudah menggunakan bata sebagai material bangunannya, atap terbuat dari seng dan genteng, lantai sudah berupa keramik, dan menggunakan pondasi batu kali. Sedangkan rumah yang berada di daerah pinggiran sungai, kebanyakan rumah warga masih menggunakan kayu dan seng sebagai material dindingnya, atap terbuat dari seng, lantai masih berupa perkerasan atau semen, dan menggunakan pondasi batu kali, walaupun terdapat juga rumah dengan konstruksi rumah panggung karena berbatasan langsung dengan Sungai Deli. Selain itu, kebanyakan jenis rumah yang ada di Kampung Hamdan ini, yaitu tipe rumah deret, rumah couple, dan rumah tunggal. Tipe bangunan yang berada di tapak ini tidak sesuai dengan standart rumah yang baik, karena perbandingan jumlah anggota keluarga dengan luas rumah tidak sesuai dengan ketentuan rumah yang layak huni. Keadaan rumah yang berdempet menyebabkan kurangnya bukaan pada setiap rumah di kawasan ini yang berdampak pada kenyamanan termal/penerang menjadi kurang baik. Desain rumah susun harus memiliki bukaan yang mencukupi dan peletakan bukaan harus se-efektif mungkin. Bahan material yang digunakan harus bisa meredam kebisingan. 2.8. Aspek Keberlanjutan Bangunan Terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, dan masing-

30 masing aspek tersebut mempunyai persyaratan agar pembangunan suatu wilayah atau suatu sektor dapat berlangsung secara berkelanjutan. Antara aspek tersebut sebaiknya terintegrasi sehingga pembangunan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dari aspek ekologi yaitu mengenai keharmonisan ruang diperlukan dalam kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan, tingkat pemanfaatan sumberdaya dapat pulih tidak boleh melebihi kemampuan pulih dari sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu, eksploitasi sumberdaya tidak pulih harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan agar tidak mematikan kelayakan usaha sektor pembangunan lainnya, pembuangan limbah yang memenuhi kapasitas asimilasi lingkungan, dan pembangunan kawasan harus sesuai dengan kaidah alam yang tidak merusak secara ekologis. Dari aspek sosial yaitu memandang pentingnya penekanan demokratisasi, pemberdayaan, peran serta, transparansi, dan keutuhan budaya sebagai kunci untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Proses pemberdayaan, peran serta dan transparansi saat ini masih menggunakan pola konvensional yang belum dilaksanakan dengan seutuhnya. Intervensi pemerintah dan keengganan mitra kerja dalam membangun sistem yang proporsional dan sistematis merupakan penghambat dalam pembangunan yang berkelanjutan. Keterbukaan dan memberikan ruang bagi pihak-pihak yang berperan serta sangat diperlukan dalam pembangunan yang berkelanjutan, sehingga setiap komponen saling mengenali dan berperan aktif. Dari aspek ekonomi yaitu perlunya memfokuskan perhatian pada upaya peningkatan kemakmuran semaksimal mungkin dalam batasan ketersediaan modal dan kemampuan teknologi. Sumber daya alam merupakan modal yang akan menjadi langka

31 dan menjadi kendala bagi upaya kemakmuran, sedangkan sumber daya manusia dengan kemampuan teknologinya akan menjadi tumpuan harapan untuk melonggarkan batas dan mengubah kendala yang ada sehingga perkembangan kemakmuran terus berlanjut. 2.9. Pasokan Energi Warga Susunan tiang listrik dan tiang telefon yang tidak beraturan, banyaknya praktek pencurian listrik, sumber air yang tidak layak digunakan menjadi salah satu pasokan energi yang digunakan warga yang harusnya tidak layak digunakan merupakan masalahmasalah yang terjadi di kawasan Kampung Hamdan mengenai pasokan energi dari bahasan faktor eksternal kawasan. Jadi diharapkan agar susunan tiang listrik dan telefon yang tidak rapi akan diberikan jarak yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah sehingga tidak terjadi pencurian listrik oleh warga. Selain itu akan dibangun sistem saluran pengolahan air yang baik agar dapat dimanfaatkan oleh warga, dan tidak terjadi pencemaran air yang menimbulkan gangguan kesehatan. 2.10. Kepatuhan Hukum dan Peraturan Dari data di atas, terlihat bahwa tidak adanya kepatuhan hukum dan peraturan yang ada di sekitar kelurahan Kampung Hamdan seperti ruang sungai yang berupa garis sempadan sungai dan perlindungan pada sungai. Ini terlihat dari keadaan bangunan di tepi sungai dan keadaan sungai yang terdapat banyak tumpukan sampah, menyebabkan air sungai meluap. Untuk perlindungan dasar sungai bisa menggunakan batu-batu lepas. Hal ini dilakukan pada daerah sungai yang tererosi secara intensif. Cara penanganannnya yaitu dengan menyusun batu pada dasar sungai dengan konstruksi menyerupai ripple dan pool.

32 2.11. Analisis Investasi Sebagian besar warga kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke bawah dengan pendapatan sekitar 1,2 juta - 1,5 juta rupiah per orang. Harga lahan di kampung Hamdan adalah sekitar 2,5 juta 13 juta rupiah per m 2. Permasalahannya adalah dengan pendapatan tersebut, warga tidak mampu untuk membeli satu unit di rumah susun. Rumah Susun dengan material yang mahal dan berlebihan akan membuat biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan bangunan menjadi tinggi sehingga warga tidak mampu menanganinya. Rumah susun akan didesain semurah mungkin yaitu dengan menggunakan material bangunan yang terjangkau dan ada dijual di sekitar tapak. Serta menggunakan sistem sewa bagi yang tidak mampu membelinya.