Jakarta, Oktober Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DRS. HELMIZAR NIP iii

dokumen-dokumen yang mirip
Jakarta, Oktober Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DRS. HELMIZAR NIP iii

Kata Sambutan Kepala Badan

Jakarta, Oktober 2017 Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DRS. HELMIZAR NIP

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAHAN RAPAT MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI V DPR-RI Jakarta, 11 Februari 2014

Kemudian dari 164 permasalahan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan senilai Rp2,25 triliun, terdapat 12 (7%) permasalahan

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

Jakarta, Oktober 2017 Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DRS. HELMIZAR NIP iii

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

I. UMUM. Saldo...

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme mengakibatkan kerugian negara dan tidak maksimalnya kinerja

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan

AKUNTABILITAS KEGIATAN BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENDESA PDTT DALAM MEWUJUDKAN OPINI WTP

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

RAPAT KOORDINASI NASIONAL BNPB-BPBD TAHUN 2014

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

sangat kami harapkan, agar dapat dihasilkan kajian atas telaahan yang lebih baik di masa depan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BALAI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERSEPATUAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2015 DAN PROBLEMATIKANYA

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

Mewujudkan Tata Kelola Penanggulangan Bencana Secara Tertib, Transparan Dan Akuntabel

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Kebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS PANITIA AKUNTABILITAS PUBLIK DPD RI PADA SIDANG PARIPURNA KE-17 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN KATA PENGANTAR. Pokok-Pokok Pemeriksaan BPK Selama Semester II Tahun

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013

SAMBUTAN BPK PADA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

3. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyampaikan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Kepala Auditorat V.A

Kata Sambutan Kepala Badan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

BAB I PENDAHULUAN. agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAN ASET HASIL PEMBANGUNAN UNTUK PENCAPAIAN OPINI YANG LEBIH BAIK

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Anggaran. Rehabilitasi. Rekonstruksi. Nanggroe Aceh Darussalam. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

SARAN DAN REKOMENDASI

Komitmen & Sinergitas dlm mencapai WTP LK 2013

melengkapi sudut pandang atas kualitas Opini BPK dan rekomendasi BPK terhadap kinerja sektor publik.

UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penyusunan dan penyajian buku Ringkasan dan Telaahan terhadap Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2017, yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara (PKAKN) Badan Keahlian DPR RI sebagai sistem pendukung dalam memberikan dukungan keahlian kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, ini dapat terselesaikan. Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2017 yang telah disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR RI Tanggal 3 Oktober 2017, memuat 687 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang terdiri atas 645 LHP keuangan (94%), 9 LHP kinerja (1%) dan 33 LHP dengan tujuan tertentu (DTT) (5%). Secara umum, hasil pemeriksaan BPK tersebut mengungkapkan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan memuat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap 469 (73%) dari 645 laporan keuangan, hasil pemeriksaan atas kinerja memuat kesimpulan kinerja yang cukup efektif, dan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) memuat kesimpulan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. BPK mengungkapkan 9.729 temuan yang memuat 14.997 permasalahan, meliputi 7.284 (49%) permasalahan kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan 7.549 (50%) permasalahan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan senilai Rp25,14 triliun, serta 164 (1%) permasalahan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan senilai Rp2,25 triliun. Dari permasalahan ketidakpatuhan tersebut, sebanyak 4.707 (62%) senilai Rp25,14 triliun merupakan permasalahan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian sebanyak 3.135 (67%) permasalahan senilai Rp1,81 triliun, potensi kerugian sebanyak 484 (10%) permasalahan senilai Rp4,89 triliun, dan kekurangan penerimaan sebanyak 1.088 (23%) permasalahan senilai Rp18,44 triliun, dan terdapat 2.842 (38%) permasalahan ketidakpatuhan yang mengakibatkan penyimpangan administrasi. i

Kemudian dari 164 permasalahan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan senilai Rp2,25 triliun, terdapat 12 (7%) permasalahan ketidakhematan senilai Rp11,96 miliar, 30 (18%) permasalahan ketidakefisienan senilai Rp574,31 miliar, dan 122 (75%) permasalahan ketidakefektifan senilai Rp1,67 triliun. Terhadap permasalahan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan penerimaan, pada saat pemeriksaan entitas yang diperiksa telah menindaklanjuti dengan menyerahkan aset atau menyetor ke kas negara/ daerah senilai Rp509,61 miliar (2%). Khususnya pada Kementerian/Lembaga/Badan mitra kerja Komisi VIII terdapat 4 entitas, 1 entitas yang memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yakni Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan 3 entitas Kementerian Agama, Kementerian Sosial, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Total Anggaran Belanja mitra Komisi VIII sebesar Rp74.477.014.961.000,00 dan Realisasi Belanja sebesar Rp68.92.359.644.687,00. Total Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Mitra kerja Komisi VIII Tahun 2016 sebesar Rp2.720.322.125.596,00. Sedangkan klasifikasi temuan BPK atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada mitra Komisi VIII terdapat indikasi kerugian negara sebesar Rp42.437.320.000,00 dan kekurangan penerimaan negara sebesar Rp11.919.350.000,00. Ringkasan dan Telaahan ini dapat digunakan oleh Komisi VIII untuk melakukan pendalaman atas kinerja mitra kerja dalam melaksanakan program-program prioritas pembangunan nasional mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan secara transparan dan akuntabel untuk dapat memberikan manfaat pada kesejahteraan rakyat, serta dapat melengkapi sudut pandang atas kualitas Opini BPK dan rekomendasi BPK terhadap kinerja sektor publik. ii

Semoga buku Ringkasan dan Telaahan ini dapat dimanfaatkan oleh Komisi VIII sebagai fungsi pengawasan dalam Rapat-Rapat Kerja, Rapat Dengar Pendapat dan pada saat kunjungan kerja komisi maupun kunjungan kerja perorangan dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya. Jakarta, Oktober 2017 Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara DRS. HELMIZAR NIP. 19640719 199103 1 003 iii

DAFTAR ISI 1. Kata Pengantar Kepala Pusat KAKN... i 2. Daftar Isi... iv 3. Telaahan Terhadap Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga/Badan 3.1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana 1 3.1.1. Gambaran Umum... 1 3.1.2. Daftar Temuan... 3 3.1.3. Telaahan atas Temuan Sistem Pengendalian Intern... 7 3.1.4. Telaahan atas Temuan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan... 13 3.2. Kementerian Agama 23 3.2.1. Gambaran Umum... 23 3.2.2. Daftar Temuan... 25 3.2.3. Telaahan atas Temuan Sistem Pengendalian 29 Intern... 3.2.4. Telaahan atas Temuan Kepatuhan Terhadap 37 Peraturan Perundang-Undangan... 3.3. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 43 3.3.1. Gambaran Umum... 43 3.3.2. Daftar Temuan... 45 3.3.3. Telaahan atas Temuan Sistem Pengendalian 47 Intern... 3.3.4. Telaahan atas Temuan Kepatuhan Terhadap 59 Peraturan Perundang-Undangan... 3.4. Kementerian Sosial 73 3.4.1. Gambaran Umum... 73 3.4.2. Daftar Temuan... 75 3.4.3. Telaahan atas Temuan Sistem Pengendalian 79 Intern... 3.4.4. Telaahan atas Temuan Kepatuhan Terhadap 91 Peraturan Perundang-Undangan... 3.5. PDTT Ditjen Dayasos Kementerian Sosial 105 3.5.1. Gambaran Umum... 105 3.5.2. Daftar Temuan... 107 3.5.3. Telaahan Atas Temuan PDTT... 109 iv

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA TAHUN 2016 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2016 bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran LK dengan memperhatikan: Kesesuaian LK BNBP dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam LK sesuai dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan SAP; Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaporan keuangan; dan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Laporan Realisasi Anggaran 2014 WTP 2015 WTP BPK memberikan opini TA 2016: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Pendapatan (PNBP) Rp42.792.273.557,00 Anggaran Belanja Rp3.453.901.084.000,00 Realisasi Belanja Rp2.861.085.209.001,00 (82,84%) NERACA Aset Rp2.433.486.721.921,00 Kewajiban Rp59.974.385.521,00 Ekuitas Rp2.373.512.336.400,00 Sistem Pengendalian Intern Kepatuhan Perundang-undangan 20 Temuan Kerugian Rp25.657,00 Juta Kekurangan Penerimaan Rp345,08 Juta 77% 23% 6 Temuan 1 www.puskajiakn.dpr.go.id

P E R M A S A L A H A N Sistem Pengendalian Intern Pelaksanaan Anggaran 5 Kelemahan Struktur 17% Kelemahan Struktur 1 Pelaksanaan Anggaran 83% Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan Kerugian Negara 25.657,00 Juta Kekurangan Penerimaan 3 Administrasi 3 Potensi Kerugian Negara 1 Potensi Kerugian Negara 1 Kerugian Negara 18 Kekurangan Penerimaan Administrasi 345,08 Juta 3 2

Berikut ini merupakan hasil temuan yang diungkap oleh BPK RI atas pemeriksaan LK BNPB Tahun 2016: NO TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN 1.1 Sistem Pengendalian Belanja Kesalahan Penganggaran Belanja Modal pada BNPB senilai Rp1,19 Miliar 1.2 Sistem Pengendalian Aset Penggunaan ruang di Graha BNPB oleh Pihak Ketiga belum 1.2.1 didukung perjanjian sewa dan pemanfaatannya belum memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan Rekening sebanyak 84 yang Dikelola oleh BNPB Belum Mendapat 1.2.2 Persetujuan Tertulis dari Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) Pemanfaatan BMN di lingkungan BNPB tidak didukung 1.2.3 administrasi yang memadai Pencatatan dan Pengamanan BMN hasil pengadaan Belanja Modal 1.2.4 di lingkungan BNPB belum memadai Aset Lain-Lain di lingkungan BNPB senilai Rp10,58 Miliar belum 1.2.5 dapat ditelusuri keberadaannya KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN 1.1 Belanja Barang Ketidakhematan sebesar Rp9,69 Miliar dan kelebihan pembayaran 1.1.1 sebesar Rp1,45 Miliar atas Pekerjaan Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Keterlambatan dalam Pengadaan Mobil Rescue pada Direktorat 1.1.2 Peralatan BNPB Tahun 2016 belum dikenakan Sanksi Denda Keterlambatan sebesar Rp141,63 Juta Realisasi Belanja Perjalanan Dinas pada BNPB tidak sesuai 1.1.3 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) sebesar Rp146,43 Juta Kegiatan Pemeriksaan Kas (Cash Opname) Bendahara Pengeluaran 1.1.4 dan Bendahara Pengeluaran Pembantu pada Biro Keuangan tidak sesuai PMK Nomor 162 Tahun 2013 Pembayaran Honorarium di Lingkungan BNPB melebihi Standar 1.1.5 Biaya Masukan Tahun 2016 sebesar Rp17,92 Juta 3

1.2 Belanja Modal Pemahalan Belanja Modal sebesar Rp61,62 Juta pada Biro Umum BNPB 1.3 Belanja Bantuan Sosial Pengadaan Velbed dan selimut Tahun 2016 pada BNPB tidak sesuai 1.3.1 kontrak sebesar Rp532,77 Juta dan belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp179,27 Juta Biaya Operasional dibebankan pada Dana Siap Pakai BNPB Tahun 1.3.2 2016 Pengadaan Sewa Water Bombing di Provinsi Riau tidak efisien 1.3.3 serta kelebihan pembayaran atas Parking Fee dan Grounding Fee sebesar Rp7,01 Miliar Kekurangan volume sebesar Rp153,79 Juta atas Pekerjaan 1.3.4 Perbaikan Saluran dan Bronjong yang dibiayai DSP BNPB Tahun 2016 pada BPBD Kabupaten Bima Kekurangan volume sebesar Rp 103,85 Juta atas pekerjaan yang 1.3.5 dibiayai DSP BNPB Tahun 2016 pada BPBD Kabupaten Lombok Barat Kekurangan volume sebesar Rp251,38 Juta atas pekerjaan yang 1.3.6 dibiayai DSP BNPB Tahun 2016 pada BPBD Kabupaten Lombok Timur Kekurangan volume sebesar Rp307,93 Juta atas pekerjaan yang 1.3.7 dibiayai DSP BNPB Tahun 2016 pada BPBD Kabupaten Pidie. Kekurangan volume sebesar Rp441,05 Juta atas pelaksanaan 1.3.8 pekerjaan DSP BNPB Tahun 2016 yang disalurkan ke BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat Kekurangan volume sebesar Rp58,15 Juta atas pelaksanaan 1.3.9 pekerjaan DSP BNPB Tahun 2016 yang disalurkan ke BPBD Kabupaten Aceh Besar Kekurangan volume sebesar Rp99,82 Juta atas pelaksanaan 1.3.10 pekerjaan DSP BNPB Tahun 2016 yang disalurkan ke BPBD Kabupaten Pidie Jaya Kekurangan volume sebesar Rp298,13 Juta atas pelaksanaan 1.3.11 pekerjaan DSP BNPB Tahun 2016 yang disalurkan ke BPBD Kabupaten Aceh Utara 4

1.3.12 1.3.13 1.3.14 Pemahalan harga sebesar Rp877,81 Juta dan kekurangan volume sebesar Rp32,79 Juta atas pelaksanaan pekerjaan DSP BNPB Tahun 2016 yang disalurkan ke BPBD Kabupaten Bireuen Kelebihan pembayaran sebesar Rp4,01 Miliar dan denda keterlambatan pekerjaan perbaikan sebesar Rp24,17 Juta belum dikenakan pada pekerjaan yang dibiayai DSP BNPB Tahun 2016 di lingkungan BPBD Provinsi Sulawesi Utara Kelebihan pembayaran sebesar Rp644,82 Juta pada pekerjaan yang dibiayai DSP BNPB Tahun 2016 di lingkungan BPBD Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan daftar temuan diatas, temuan yang akan kami bahas lebih lanjut adalah temuan yang menurut BPK memuat pokok-pokok kelemahan BNPB yang material baik dalam SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundangundangan, untuk SPI adalah No. 1.1, 1.2.1, dan 1.2.3 sedangkan untuk Kepatuhan terhadap Undang-undang adalah 1.1.2, 1.3.2, 1.3.12, dan 1.3.13. 5

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2016 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK) Kementerian Agama Tahun 2016 bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran LK dengan memperhatikan: Kesesuaian LK Kemenag dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam LK sesuai dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan SAP; Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaporan keuangan; dan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Laporan Realisasi Anggaran 2014 WTP-DPP 2015 WDP BPK memberikan opini TA 2016: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Pendapatan (PNBP) Rp 2.355.473.077.982,00 Anggaran Belanja Rp 56.815.475.045.000,00 Realisasi Belanja Rp 53.108.455.908.487,00 (93,87%) NERACA Aset Rp 41.926.066.030.741,00 Kewajiban Rp4.673.169.470.676,00 Ekuitas Rp37.252.896.560.065,00 Sistem Pengendalian Intern Kepatuhan Perundang-undangan 8 Temuan Kerugian Rp9.670,49 Juta Kekurangan Penerimaan Rp11.065,69 Juta 31% 69% 18 Temuan 1 www.puskajiakn.dpr.go.id

P E R M A S A L A H A N Sistem Pengendalian Intern Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan Anggaran Kelemahan Struktur 8 8 2 Kelemahan Struktur 11% Pelaksanaan Anggaran 44% Akuntansi dan Pelaporan 45% Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan Kerugian Negara 9.670,49 Juta Administrasi 7 Kerugian Negara 9 Potensi Kerugian Negara 1 Kekurangan Penerimaan 11.065,69 Juta Kekurangan Penerimaan 5 Potensi Kerugian Negara 1 Administrasi 7 2

Berikut ini merupakan hasil temuan yang diungkap oleh BPK RI atas pemeriksaan LK Kemenag Tahun 2016: NO TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN 1.1 Sistem Pengendalian Pendapatan 1.1.1 Penggunaan langsung Pendapatan Satker Non BLU Sebesar Rp20.720.364.554,23 1.1.2 Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Satker Kementerian Agama belum tertib 1.1.3 Penerimaan atas Jasa Giro dan Bunga Rekening Pemerintah dikenakan potongan PPh sebesar Rp712.397.223,45 1.2 Sistem Pengendalian Belanja 1.2.1 Realisasi Belanja tidak didukung bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan belanja bantuan sosial belum memadai 1.2.2 Pengklasifikasian Anggaran Belanja senilai Rp12.229.597.989,00 tidak sesuai dengan substansi kegiatan yang dilaksanakan 1.3 Sistem Pengendalian Aset 1.3.1 Pengendalian dan Penatausahaan Kas oleh Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran pada Sembilan Satker Kemenag kurang memadai 1.3.2 Penatausahaan Piutang pada Satker Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) belum memadai 1.3.3 Pengelolaan Barang Persediaan belum tertib 1.3.4 Pengelolaan Aset Tetap belum tertib 1.3.5 Pemanfaatan Aset oleh Pihak Ketiga belum didukung dengan Surat Perjanjian Sewa/Kerjasama 1.3.6 Aset Tetap Tanah sebesar Rp92.028.344.982,00 masih dikuasai oleh pihak lain dan/atau dalam sengketa 1.3.7 Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) senilai Rp682.643.612.885,00 belum ada keberlanjutannya 1.3.8 Perbedaan Nilai Saldo Aset Tetap dan Aset Lainnya dengan SIMAK BMN sebesar Rp48.965.476.623,00 belum dapat dijelaskan 1.3.9 Penatausahaan dan Pengungkapan Tanah Wakaf yang dimanfaatkan untuk operasional Kantor Kementerian Agama belum memadai 25

Aset Tetap Kementerian Agama tidak diketahui keberadaannya, dan 1.3.10 Penatausahaan Aset yang hilang, dibongkar dan yang telah diserahkan kepada pihak ketiga belum tertib Amortisasi atas Aset Tak Berwujud Lainnya pada Neraca UIN 1.3.11 Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar Rp3.059.324.931,00 belum dilakukan 1.3.12 Penerimaan Hibah sebesar Rp114.317.826.310,00 belum diajukan pengesahannya ke Kementerian Keuangan 1.4 Sistem Pengendalian Penyajian Laporan Keuangan Penyajian dan Pengungkapan Laporan Operasional sebesar 1.4.1 Rp25.609.984.402,95 dan Laporan Perubahan Ekuitas sebesar Rp4.313.884.649,00 Per 31 Desember 2016 Belum sepenuhnya memadai KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN 1.1 Belanja Pegawai Kelebihan pembayaran tunjangan kinerja, tunjangan fungsional dan 1.1.1 profesi dosen, tunjangan profesi guru dan uang makan sebesar Rp857.686.436,50 1.2 Belanja Barang Kelebihan pembayaran honorarium, uang saku, uang harian dan 1.2.1 uang transport pada pelaksanaan kegiatan sebesar Rp2.293.604.911,67 1.2.2 Kelebihan pembayaran perjalanan dinas sebesar Rp1.228.719.021,96 Kelebihan pembayaran atas pengadaan barang/jasa pada sembilan 1.2.3 satuan kerja sebesar Rp1.363.295.733,97 dan kekurangan pembayaran THR petugas pengamanan dan kebersihan oleh penyedia jasa sebesar Rp248.371.000,00 Denda keterlambatan atas realisasi belanja barang sebesar 1.2.4 Rp394.146.650,00, belanja barang tidak sesuai atau melebihi ketentuan sebesar Rp1.116.354.366,00, dan sisa dana belanja barang belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp2.110.483.604,60 1.2.5 Pembayaran uang saku kegiatan rapat paket meeting belum dipungut PPh pasal 21 sebesar Rp276.084.995,00 26

1.3 Belanja Modal Kelebihan pembayaran atas kekurangan volume pekerjaan pada 29 1.3.1 Satker sebesar Rp2.810.851.642,16 Keterlambatan penyelesaian pekerjaan belum dikenakan denda sebesar Rp3.690.333.891,37 dan jaminan pelaksanaan atas paket 1.3.2 pekerjaan pada Kanwil Kemenag Provinsi Jambi belum dicairkan sebesar Rp4.594.649.670,00 Berdasarkan daftar temuan diatas, temuan yang akan kami bahas lebih lanjut adalah temuan yang menurut BPK memuat pokok-pokok kelemahan Kemenag yang material baik dalam SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, untuk SPI adalah No. 1.1.1, 1.2.2, dan 1.3.6 dan untuk Kepatuhan terhadap Undang-undang adalah 1.2.1, 1.3.1, dan 1.3.2. 27

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2016 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2016 bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran LK dengan memperhatikan: Kesesuaian LK Kemen. PPPA dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam LK sesuai dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan SAP; Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaporan keuangan; dan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Laporan Realisasi Anggaran 2014 WTP 2015 WDP BPK memberikan opini TA 2016: Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Pendapatan (PNBP) Rp1.696.724.333,00 Anggaran Belanja Rp708.851.452.000,00 Realisasi Belanja Rp650.976.687.607,00 (91,84%) NERACA Aset Rp194.984.690.466,00 Kewajiban Rp4.489.115.306,00 Ekuitas Rp190.495.575.160,00 Sistem Pengendalian Intern Kepatuhan Perundang-undangan 9 Temuan Kerugian Rp921,40 Juta Kekurangan Penerimaan Rp2.918,28 Juta 75% 25% 3 Temuan 1 www.puskajiakn.dpr.go.id

P E R M A S A L A H A N Sistem Pengendalian Intern Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan Anggaran Kelemahan Struktur 2 2 3 Kelemahan Struktur 43% Akuntansi dan Pelaporan 28% Pelaksanaan Anggaran 29% Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan Kerugian Negara 921,40,00 Juta Administrasi 3 Kekurangan Penerimaan 3 Kerugian Negara 18 Kekurangan Penerimaan 2.918,28 Juta Administrasi 3 2

Berikut ini merupakan hasil temuan yang diungkap oleh BPK RI atas pemeriksaan LK Kemen. PPPA Tahun 2016 : NO TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN 1.1 Sistem Pengendalian Aset 1.1.1 Pengelolaan Dana LS Bendahara Pengeluaran pada Kemen. PPPA tidak memadai 1.1.2 Penatausahaan Persediaan pada Kemen. PPPA tidak memadai 1.1.3 Penatausahaan Aset Tetap pada Kemen. PPPA Tahun 2016 belum sepenuhnya memadai KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN 1.1 Belanja Belanja Barang Kegiatan Paket Meeting, Uang Harian dan 1.1.1 Transport pada Satker Dana Dekonsentrasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan tidak wajar sebesar Rp17 1,98 juta Pelaksanaan Pekerjaan pada Lima Paket Pekerjaan/Kegiatan 1.1.2 terlambat dan belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp1,85 miliar serta merugikan negara sebesar Rp26,25 juta Pertanggungjawaban Belanja Jasa Konsultansi Satker Deputi 1.1.3 Partisipasi Masyarakat belum memadai dan Surat Perintah Kerja Jasa Konsultansi memperhitungkan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp24,13 juta Kekurangan volume pekerjaan atas empat paket pekerjaan pada 1.1.4 Satker Sekretariat Kemen. PPPA mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp163,45 juta 1.1.5 Kelebihan pembayaran uang harian perjalanan dinas luar negeri sebesar Rp152,22 juta Terdapat pemborosan keuangan negara sebesar Rp59,95 juta pada 1.1.6 pengadaan motor perlindungan untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda Tahun 2016 Belanja Barang Persediaan pada Asdep Anak berhadapan dengan 1.1.7 hukum sebesar Rp483,66 juta tidak dapat diyakini kewajarannya dan merugikan negara sebesar Rp2 19,48 juta 45

1.1.8 1.1.9 Terdapat kelebihan pembayaran atas pengadaan Sewa Mesin Fotokopi pada tiga Satker Kemen. PPPA minimal sebesar Rp192,54 juta Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sarana Prasarana Sekolah Ramah Anak dan Ruang Kreativitas Anak Tahun 2016 pada Satker Deputi Tumbuh Kembang Anak belum memadai Berdasarkan daftar temuan diatas, temuan yang akan kami bahas lebih lanjut adalah temuan yang menurut BPK memuat pokok-pokok kelemahan Kemen. PPPA yang material baik dalam SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, untuk SPI adalah adalah No. 1.1.1, 1.1.2, dan 1.1.3 dan untuk Kepatuhan terhadap Undang-undang adalah 1.1.2, 1.1.4, 1.1.4, 1.1.7, dan 1.1.8. 46

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2016 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK) Kementerian Sosial Tahun 2016 bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran LK dengan memperhatikan: Kesesuaian LK Kemensos dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam LK sesuai dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan SAP; Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaporan keuangan; dan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Laporan Realisasi Anggaran 2014 WDP 2015 TMP BPK memberikan opini TA 2016: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Pendapatan (PNBP) 320.360.049.724,00 Anggaran Belanja Rp13.498.787.380.000,00 Realisasi Belanja Rp12.299.841.839.592,00 (91,%) NERACA Aset Rp41.926.066.030.741,00 Kewajiban Rp4.673.169.470.676,00 Ekuitas Rp37.252.896.560.065,00 Sistem Pengendalian Intern Kepatuhan Perundang-undangan 23 Temuan Kerugian Rp7.017,69 Juta Kekurangan Penerimaan Rp216,76 Juta 56% 44% 18 Temuan 1 www.puskajiakn.dpr.go.id

P E R M A S A L A H A N Akuntansi dan Pelaporan Pelaksanaan Anggaran Kelemahan Struktur Sistem Pengendalian Intern 5 12 1 Kelemahan Struktur 5% Pelaksanaan Anggaran 67% Akuntansi dan Pelaporan 28% Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan Kerugian Negara 15 Kerugian Negara Potensi Kerugian Negara 921,40,00 Juta 1 Administrasi 17 Potensi Kerugian Negara 1 Kekurangan Penerimaan 2.918,28 Juta Kekurangan Penerimaan 3 Administrasi 3 2

Berikut ini merupakan hasil temuan yang diungkap oleh BPK RI atas pemeriksaan LK Kemensos Tahun 2016 : NO TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN 1.1 Sistem Pengendalian Pendapatan dan Hibah Pengelolaan PNBP pada Biro Umum belum memadai dan masih terdapat PNBP yang belum diterima sebesar Rp3,47 Juta 1.2 Sistem Pengendalian Belanja 1.2.1 Kelemahan Sistem Pengendalian Barang Kesalahan penganggaran Belanja Barang TA 2016 pada Dua 1.2.1.1 Satuan Kerja sebesar Rp5,47 Miliar Pertanggungjawaban Belanja Perjalanan Dinas pada Program 1.2.1.2 Komunitas Adat Terpencil (KAT) sebesar Rp21,88 Juta tidak memadai Laporan pelaksanaan kegiatan Tenaga Kesejahteraan Sosial 1.2.1.3 Kecamatan (TKSK) Provinsi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya memadai 1.2.2 Kelemahan Sistem Pengendalian Belanja Bantuan Sosial Pengendalian Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2016 1.2.2.1 belum memadai dan sisa PKH sebesar Rp441,17 Miliar belum disalurkan kepada Keluarga Sangat Miskin Pengembalian (Retur) atas Belanja Bantuan Sosial (Bansos) yang 1.2.2.2 belum tersalurkan di Tahun 2016 pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial belum sesuai ketentuan sebesar Rp8,95 Miliar Proses penyaluran Bantuan Sosial pada Dinas Sosial Provinsi Aceh 1.2.2.3 belum didukung Perjanjian Kerjasama yang memadai Perjanjian Realiasasi Beban Bantuan Sosial pada Satker Dana 1.2.2.4 Tugas Pembantuan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016 tidak memadai 1.3 Sistem Pengendalian Aset Penatausahaan Persediaan Buffer Stock Tahun Anggaran 2016 1.3.1 belum memadai Pengendalian, Pengelolaan dan Pencatatan Persediaan Berupa 1.3.2 Hadiah Tidak Tertebak/HTDP pada Direktorat Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial belum memadai 75

Penatausahaan Aset Makam di Taman Makam Pahlawan Nasional 1.3.3 tidak memadai Aset Tetap Kendaraan Dinas Linjamsos dikuasai oleh Pejabat yang 1.3.4 tidak berhak sebesar Rp845,75 Juta Aset Tetap Hasil Pengadaan Barang dan Jasa pada Direktorat 1.3.5 Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam sebesar Rp19.31 Miliar belum didistribusikan dan dimanfaatkan Status Pemanfaatan Aset Tetap Kendaraan dan Kapal Kementerian 1.3.6 Sosial di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp8.48 Miliar belum jelas Pengelolaan Barang Milik Negara Kendaraan Bermotor pada Dinas 1.3.7 Sosial Provinsi Sulawesi Tengah tidak memadai Aset Tetap Tanah Panti Sosial Bina Grahita Nipotowe Palu 1.3.8 sebagian dikuasai oleh masyarakat 1.3.9 Pencatatan Aset Tak Berwujud (ATB) belum sepenuhnya memadai 1.3.10 Terdapat Software yang tidak termanfaatkan senilai Rp1,00 Miliar KEPATUHAN TERHADAP UNDANG-UNDANG 1.1 Belanja Barang Realisasi Belanja Barang untuk Kegiatan rapat di dalam kantor 1.1.1 tidak sesuai dengan ketentuan sebesar Rp369,30 Juta Jaminan Uang Pelaksanaan atas wanprestasi tidak dicairkan sebesar 1.1.2 Rp34,37 Juta dan denda belum dikenakan sebesar Rp22,55 Juta pada pekerjaan Pengadaan Barang Rompi Tagana Kelebihan pembayaran atas imbal Jasa Penyaluran Bantuan Sosial 1.1.3 Program Keluarga Harapan (PKH) melalui PT PI Tahun 2016 sebesar Rp1,76 Miliar Kekurangan Pemotongan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai 1.1.4 atas Belanja Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp31,35 Juta Pengelolaan Tambahan Uang Persediaan TA 2016 pada Dua 1.1.5 Satuan Kerja senilai Rp217,37 Juta belum sesuai ketentuan Pemahalan Harga pada Pengadaan Lauk Pauk pada Direktorat 1.1.6 Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp1,05 Miliar Pengelolaan Kegiatan Sewa Jaringan Komunikasi Data Daerah di 1.1.7 Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos) tidak sesuai dengan ketentuan yang menimbulkan pemahalan harga 76

sebesar Rp622,29 Juta dan pemborosan keuangan negara sebesar Rp2,55 Miliar Pengadaan Barang Family Kit pada Direktorat Perlindungan Sosial 1.1.8 Korban Bencana Alam TA 2016 sebesar Rp1,23 Miliar belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan Pengeloaan Kegiatan Sewa Jaringan Komunikasi Data Daerah di 1.1.9 Jamsoskel tidak sesuai dengan ketentuan berakibat kerugian negara Rp818,03 Juta Pengadaan tenda, selimut, dan matras pada Direktorat Perlindungan 1.1.10 Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) TA 2016 senilai Rp31,54 Miliar tidak sesuai ketentuan Proses pengadaan Barang Perlengkapan Bermain Anak tidak sesuai 1.1.11 dengan ketentuan dan spesifikasi kontrak berakibat kerugian negara sebesar Rp105,38 Juta Pengelolaan Belanja Barang TA 2016 oleh Bendahara Pengeluaran 1.1.12 pada Empat Satuan Kerja belum sepenuhnya mematuhi ketentuan perpajakan yang berlaku Realisasi bantuan Operasional Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum (LPKS- 1.1.13 ABH) Songulara Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah TA 2016 terindikasi fiktif sebesar minimal Rp48,83 Juta Pengadaan Barang Perlengkapan Kantor Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) untuk Penanganan Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) Kabupaten Parigi 1.1.14 Moutong tidak sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak senilai Rp61,35 Juta dan terdapat kelebihan pembayaran senilai Rp3,50 Juta Pertanggungjawaban Belanja Kegiatan Lembaga Konseling 1.1.15 Kesejahteraan Keluarga (LK3) belum sepenuhnya tertib berakibat kerugian negara sebesar Rp15,3 Juta 1.2 Belanja Modal Kekurangan volume pekerjaan atas Belanja Modal pada Dua Paket 1.2.1 Pekerjaan di Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Tahun 2016 sebesar Rp169,90 Juta Pengadaan server tidak sesuai dengan spesifikasi kontrak senilai 1.2.2 Rp14,40 Juta dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang belum dikenakan denda sebesar Rp13,11 Juta pada Biro Umum 77

Tahun 2016 1.2.3 Proses pengadaan atas Pekerjaan Jasa Konsultansi Empat Pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan 1.3 Belanja Bantuan Sosial Penyaluran Belanja Bantuan Sosial (Bansos) untuk Kompensasi 1.3.1 WNI Eks Timor Timur pada Direktorat Perlindungan Sosial (PSKBS) belum sesuai dengan ketentuan dan masih belum dimanfaatkan penerima Bantuan Sosial sebesar Rp56,03 Miliar Pengelolaan Bantuan Biaya Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2016 pada Empat IPWL di 1.3.2 Provinsi Kalimantan Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Tengah tidak sesuai ketentuan berakibat kerugian negara sebesar Rp85,03 Juta 1.3.3 Realisasi Belanja Dana Hibah/UKS pada Direktorat Pemberdayaan Sosial sebesar Rp14,92 Miliar belum dipertanggungjawabkan Realisasi Belanja Bnatuan Sosial Direktorat Jenderal Penanganan 1.3.4 Fakir Miskin (PFM) Tahun 2016 pada Rekening Penerima Bantuan Sosial belum dimanfaatkan sebesar Rp10,36 Miliar Pelaksanaan Bantuan Sosial melalui Dana Dekonsentrasi Bidang Rehabilitasi Sosial Tahun 2016 pada Provinsi Sulawesi Tengah 1.4.1 berupa Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Anak Yatim NAOZA senilai Rp85,00 Juta dan Lanjut Usia senilai Rp4,25 Juta belum memenuhi ketentuan Berdasarkan daftar temuan diatas, temuan yang akan kami bahas lebih lanjut adalah temuan yang menurut BPK memuat pokok-pokok kelemahan Kemensos yang material baik dalam SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, untuk SPI adalah No. 1.2.1.1, 1.2.2.1, 1.3.1, dan 1.3.9 sedangkan untuk Kepatuhan terhadap Undang-undang adalah 1.1.3, 1.1.9, 1.1.10, dan 1.3.1. 78

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kesesuaian penganggaran dan pelaksanaan belanja subsidi dengan ketentuan perundang-undangan dan tujuan penggunaan subsidi tersebut dan pertanggungjawaban pengelolaan belanja sesuai dengan ketentuan dan standar yang telah ditetapkan. Lingkup pemeriksaan ini adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam kerangka pemeriksaan atas BA 999.07 khususnya untuk subsidi pangan. Kesimpulan: Belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku Anggaran Penerimaan Penerimaan Dirjen Dayasos Rp697.429.489.289,00 NERACA Anggaran Belanja Dirjen Dayasos Rp23.047.408.992.240,00 Realisasi Belanja Dirjen Dayasos Rp22.076.514.749.456,00 (95,78%) TEMUAN: 1. Kelemahan dalam proses perencanaan Subsidi Beras masyarakat berpenghasilan rendah/beras sejahtera TA 2016 2. Pelaksanaan Subsidi Beras untuk masyarakat berpendapatan rendah (Rastra) ta 2016 kurang mematuhi ketentuan yang berlaku 3. Kelemahan dalam Pelaporan Keuangan Subsidi Beras masyarakat berpenghasilan rendah TA 2016 1 www.puskajiakn.dpr.go.id

Pokok-pokok permasalahan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban BA 999.07 TA 2016 pada Ditjen Dayasos Kementerian Sosial antara lain sebagai berikut: NO 1 2 3 TEMUAN Kelemahan dalam proses perencanaan Subsidi Beras masyarakat berpenghasilan rendah/beras sejahtera TA 2016 Pelaksanaan Subsidi Beras untuk masyarakat berpendapatan rendah (Rastra) TA 2016 kurang mematuhi ketentuan yang berlaku Kelemahan dalam Pelaporan Keuangan Subsidi Beras masyarakat berpenghasilan rendah TA 2016 107