HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KINERJA PEMBOBOTAN CIRI PADA TEMU KEMBALI CITRA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK DAN ALGORITME GENETIKA FACHRIZAL

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Bab II Konsep Algoritma Genetik

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tujuan Penelitian

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b

' L~~taCit:~ I~-- -- Basi;---J. 1. Pendahuluan. 1. Metode penelitian. Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra. Abstract

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

METODE HEURISTIK UNTUK PENCARIAN CITRA PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA FITRIA YUNINGSIH

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Berikut ini merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

BAB III PENJADWALAN KULIAH DI DEPARTEMEN MATEMATIKA DENGAN ALGORITMA MEMETIKA. Penjadwalan kuliah di departemen Matematika UI melibatkan

Crossover Probability = 0.5 Mutation Probability = 0.1 Stall Generation = 5

Meilinda Ayundyahrini Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendie A. K, MT Nurlita Gamayanti, ST., MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

Lingkup Metode Optimasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SISTEM SENSOR GAS. Muthmainnah

Penggunaan Algoritma Genetik dengan Pemodelan Dua Tingkat dalam Permasalahan Penjadwalan Perawat pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum XYZ Surabaya

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi.

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS. Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma

METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB ABSTRAK

OTOMASI PENJADWALAN KEGIATAN PRKULIAHAN DI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA ( STUDI KASUS STIKI )

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. diformulasikan digunakan dalam proses temu kembali selanjutnya.

PRESENTASI TUGAS AKHIR

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyelesaian Puzzle Sudoku menggunakan Algoritma Genetik

BAB III ALGORITMA MEMETIKA DALAM MEMPREDIKSI KURS VALUTA ASING. Untuk memberikan penjelasan mengenai prediksi valuta asing

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan diseleksi untuk mengetahui kromosom yang memiliki nilai fitness terbaik selanjutnya. Demikian seterusnya, kromosom-kromosom dalam populasi akan senantiasa berevolusi melalui iterasi berurutan hingga terpenuhinya kriteria penghentian GA. Kromosom yang dihasilkan suatu generasi diharapkan dapat lebih baik daripada generasi sebelumnya. Setelah melalui beberapa generasi, GA akan menuju kromosom terbaik. Kromosom terbaik inilah yang terdiri dari bobot optimal untuk masing-masing fitur. Bobot fitur citra ini selanjutnya akan diintegrasikan ke dalam fungsi kesamaan dalam temu kembali citra sehingga diharapkan menghasilkan temu kembali citra yang lebih baik. Evaluasi Hasil Temu Kembali Tahap evaluasi temu kembali dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan dalam proses temu kembali citra terhadap sejumlah koleksi pengujian. Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian kinerja sistem dengan melakukan pengukuran recall dan precision dari proses temu kembali berdasarkan penilaian relevansinya. Lingkup Pengembangan Sistem Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Windows XP profesional dan Matlab 7.0.1. Perangkat keras yang digunakan adalah sebuah komputer dengan prosesor AMD Athlon 64 3200+ 2.01 GHz, memori 2 GB dan hard disk 160 GB. Ekstraksi Citra Tahapan penelitian ini diawali dengan ekstraksi ciri citra. Ekstraksi ciri yang digunakan penelitian ini menggunakan hasil penelitian Pebuardi (2008) dengan judul Pengukuran Kemiripan Citra Berbasis Warna, Bentuk, dan Tekstur Menggunakan Bayesian Network. Algoritme Genetika Terdapat beberapa tahapan dalam GA. Tahapan GA dalam penelitian ini yaitu representasi kromosom dan populasi awal, fungsi evaluasi, elitisme, seleksi individu, pindah silang, mutasi, dan kriteria penghentian. Representasi Kromosom dan Populasi Awal Representasi kromosom atau individu merupakan suatu cara untuk mengkodekan dari sebuah solusi menjadi kromosom yang kemudian diproses menggunakan GA. Representasi kromosom dan populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebuah vektor yang didefinisikan sebagai berikut: C = (w 1, w 2, w 3 ), dengan C = kromosom, w 1 = bobot fitur warna, w 2 = bobot fitur bentuk, w 3 = bobot fitur tekstur, P = (C 1, C 2,..., C 30 ), Dengan P = populasi, C 1 = kromosom ke-1. Populasi awal yang digunakan terdiri dari 30 kromosom dengan panjang gen kromosom sebanyak tiga buah. Banyaknya gen menunjukkan banyaknya fitur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak tiga fitur. Populasi awal dibangun secara acak. Kromosom inilah yang kemudian akan menjadi solusi pemecahan dalam masalah pembobotan fitur automatis pada temu kembali citra. Fungsi Evaluasi Permasalahan optimasi yang ingin dicapai adalah mendapatkan bobot-bobot fitur optimal

6 sehingga dapat meningkatkan hasil temu kembali citra. Pada tahap ini setiap kromosom akan dihitung nilai evaluasinya. Fungsi evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah total count atau TC(w). TC(w) didefinisikan sebagai banyaknya citra yang relevan dari basis data yang dibangkitkan oleh persamaan fungsi integrasi dari suatu kromosom (Chan & King 1999). Semakin besar nilai total count dari suatu kromosom maka akan semakin baik kualitas kromosom tersebut. Formulasi untuk pengukuran tingkat kemiripan antara citra kueri dan basis data adalah fungsi integrasi, sebagai berikut: Dengan w adalah bobot vektor fitur, Df adalah nilai kesamaan cosine, dan n adalah banyaknya vektor fitur (Chan & King 1999). Elitisme Kromosom akan diurutkan sesuai dengan nilai evaluasinya. Kromosom yang memiliki nilai evaluasi terbaik akan disimpan agar tidak rusak oleh proses genetika. Jumlah kromosom yang disimpan dalam penelitian ini adalah sebanyak dua nilai terbaik. Seleksi Individu Tahapan selanjutnya dari proses GA adalah proses seleksi. Teknik yang digunakan dalam menyeleksi kromosom dalam suatu populasi adalah teknik Roullete Wheele. Seleksi dilakukan dengan cara mengambil nilai acak. Jika nilai tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas kumulatif maka kromosom tersebut akan terpilih untuk tetap bertahan ke generasi selanjutnya. Kromosom yang memiliki nilai evaluasi lebih besar akan memiliki peluang lebih besar pula untuk terpilih. Kromosom yang terpilih akan bertahan pada generasi selanjutnya. Pindah Silang Teknik pindah silang yang digunakan pada penelitian ini adalah one point crossover. Proses pindah silang diawali dengan pemilihan kromosom yang akan dijadikan induk. Proses pemilihan induk dilakukan dengan cara mengambil nilai acak yang bernilai lebih kecil dari peluang pindah silang Pc. Peluang pindah silang yang digunakan sebesar 0.8. Gen-gen yang dimiliki oleh induk kemudian dipotong melalui titik potongnya. Kemudian setelah dua induk dipindahsilangkan, terbentuk dua buah kromosom baru. Mutasi Proses mutasi merupakan proses pengubahan nilai gen pada kromosom yang telah dipilih sebelumnya. Pemilihan gen yang akan dimutasi dilakukan dengan cara mengambil nilai acak yang menyatakan posisi gen-gen yang akan dimutasi. Kemudian setelah diketahui posisi gen yang akan dimutasi, lalu gen tersebut akan dimutasi dengan cara mengganti gen tersebut dengan nilai acak. Banyaknya gen yang dimutasi berdasarkan peluang mutasi Pm yang ditentukan dalam GA. Peluang Pm yang digunakan sebesar 0.10. Populasi baru setelah hasil mutasi akan dievaluasi kembali untuk mengetahui kualitas kromosom yang terbentuk. Kemudian populasi tersebut akan terus dilanjutkan ke generasi selanjutnya. Kriteria Penghentian Algoritme genetika berhenti jika kriteria penghentian telah tercapai. Pada penelitian ini, kriteria penghentian menggunakan batasan maksimum iterasi yaitu sebanyak 30 iterasi. Jika iterasi telah mencapai maksimum, maka proses genetik akan selesai dan menghasilkan populasi yang lebih baik dari sebelumnya. Kromosom dari populasi tersebut yang memiliki TC(w) tertinggi merupakan bobot-bobot fitur optimal yang selanjutnya digunakan dalam proses temu kembali citra. Hasil Temu Kembali Hasil temu kembali citra merupakan tahapan akhir setelah memperoleh bobot-bobot fitur yang optimal dari proses GA. Contoh hasil temu kembali citra menggunakan pembobotan GA dapat dilihat pada Gambar 8. Pada beberapa citra, misalnya citra pada kelas pemandangan, hasil temu kembali citra dengan menggunakan pembobotan GA didapat kurang optimal. Hal tersebut disebabkan citra pada kelas pemandangan memilki warna, bentuk, dan tekstur yang bervariasi. Contoh hasil temu kembali citra yang kurang relevan dapat dilihat pada Gambar 9.

7 Gambar 8 Contoh hasil temu kembali citra menggunakan pembobotan GA. Gambar 9 Contoh hasil temu kembali citra yang kurang relevan.

8 Evaluasi Hasil Temu Kembali Secara umum hasil temu kembali citra dengan pembobotan fitur menggunakan GA memiliki nilai recall dan precision yang baik. Untuk mendapatkan nilai precision dari suatu kelas, maka setiap citra yang ada di masingmasing kelas dijadikan sebagai citra kueri. Nilai precision untuk kelas tersebut diperoleh dengan merata-ratakan nilai precision dari setiap citra kueri. Metode penghitungan nilai precision menggunakan interpolasi dengan aturan (Baeza- Yates & Ribeiro-Neto 1999) sebagai berikut: dengan r j {0.0, 0.1,, 1.0}, r 0 = 0.0, r 1 = 0.1,, r 10 =1.0 Pada uraian di bawah ini akan dipaparkan nilai precision untuk beberapa kelas, yaitu mobil, matahari terbenam, dan gajah. Nilai precision yang disajikan merupakan perbandingan antara pembobotan fitur secara automatis menggunakan GA dengan nilai precision menggunakan Bayesian network. Nilai precision menggunakan Bayesian network diperoleh dari hasil penelitian Pebuardi (2008). Tabel 1 menunjukkan perbandingan nilai precision pada kelas mobil. Pada kelas ini, nilai rata-rata precision mengunakan pembobotan fitur dengan GA lebih tinggi dibanding dengan menggunakan model Bayesian network. Tabel 1 Perbandingan nilai recall precision pada kelas mobil 0.1 0.5004 0.6547 30.8273 0.2 0.4415 0.5357 21.3409 0.3 0.4005 0.4841 20.8664 0.4 0.3657 0.4428 21.0911 0.5 0.3415 0.4064 19.0161 0.6 0.3200 0.3694 15.4500 0.7 0.3016 0.3334 10.5537 0.8 0.2838 0.2969 4.6195 0.9 0.2536 0.2493-1.6798 1 0.1915 0.1832-4.3499 Rataan 0.4000 0.4505 12.5214 Pada Tabel 2 disajikan nilai rata-rata precision pada kelas matahari terbenam. Kelas ini terdiri atas 102 citra. Tabel 2 Perbandingan nilai recall precision pada kelas matahari terbenam kenaikan 0.1 0.5608 0.7657 36.5389 0.2 0.5095 0.5989 17.5388 0.3 0.4703 0.4985 5.9855 0.4 0.4296 0.4271-0.5819 0.5 0.3782 0.3711-1.8773 0.6 0.3285 0.3113-5.2237 0.7 0.2809 0.2606-7.2125 0.8 0.2291 0.2163-5.5958 0.9 0.1748 0.1663-4.8513 1 0.1128 0.1101-2.4025 Rataan 0.4068 0.4296 2.9380 Pada Tabel 3 disajikan nilai rata-rata precision pada kelas gajah. Kelas ini terdiri atas 175 citra. Tabel 3 Perbandingan nilai recall precision pada kelas gajah 0.1 0.4178 0.7226 72.9416 0.2 0.3404 0.4996 46.7656 0.3 0.3007 0.4286 42.5341 0.4 0.2665 0.3847 44.3415 0.5 0.2517 0.3513 39.5868 0.6 0.2298 0.3200 39.2689 0.7 0.2096 0.2862 36.5315 0.8 0.1914 0.2526 31.9906 0.9 0.1697 0.2101 23.7831 1 0.1287 0.1468 14.0559 Rataan 0.3187 0.4184 35.6181 Berdasarkan Tabel 1, 2, dan 3, umumnya terjadi kenaikan nilai rata-rata precision setelah menggunakan metode pembobotan fitur secara automatis menggunakan GA. Hal ini disebabkan temu kembali citra pada penelitian ini menggunakan bobot-bobot yang optimal.

9 Bobot-bobot optimal ini merupakan hasil pembobotan fitur citra secara automatis menggunakan GA pada setiap kueri. Berbeda halnya dengan model Bayesian network, yang menggunakan pembobotan tetap untuk setiap kueri dalam temu kembali citra. Perbandingan nilai rata-rata precision untuk kelas yang lain dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara umum, nilai precision pada kelaskelas tersebut memiliki kecenderungan yang hampir sama dengan kelas-kelas yang telah dibahas sebelumnya yaitu terjadi kenaikan nilai rata-rata precision pada pembobotan fitur menggunakan GA dibandingkan dengan Bayesian network. Selain itu pada recall 0.1 di hampir semua kelas citra terdapat peningkatan nilai precison yang cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak citracitra relevan yang ditemukembalikan berada pada peringkat awal. Persentase peningkatan nilai recall precision menggunakan model Bayesian network dan pembobotan fitur menggunakan GA disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Persentase peningkatan nilai recall precision menggunakan model Bayesian network dan pembobotan fitur menggunakan GA 0.1 0.4860 0.6685 37.5597 0.2 0.4221 0.5045 19.5191 0.3 0.3779 0.4235 12.0561 0.4 0.3396 0.3731 9.8557 0.5 0.3058 0.3289 7.5670 0.6 0.2714 0.2920 7.5829 0.7 0.2426 0.2581 6.4056 0.8 0.2134 0.2256 5.7123 0.9 0.1833 0.1907 4.0207 1 0.1401 0.1418 1.2134 Rataan 0.3620 0.4006 10.1357 Berdasarkan Tabel 4, nilai rata-rata precision cenderung terjadi kenaikan dengan menggunakan pembobotan fitur secara automatis dengan GA dibanding dengan Bayesian network. Sementara itu, grafik perbandingan recall precision menggunakan GA dan model Bayesian network dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Grafik recall precision menggunakan GA dan Bayesian network. Bayesian, GA. Berdasarkan Gambar 10, grafik recall precision menggunakan GA berada di atas dari grafik Bayesian network. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan nilai ratarata precision setelah melakukan pembobotan fitur menggunakan GA. Peningkatan nilai precision berarti tingkat relevansi citra-citra yang ditemukembalikan dengan citra kueri lebih tinggi. Temu kembali citra dengan menggunakan pembobotan fitur secara automatis dengan GA terbukti dapat meningkatkan nilai precision dalam temu kembali citra. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan algoritme genetika untuk mengoptimasi bobot fitur citra yaitu warna, bentuk, dan tekstur secara automatis pada temu kembali citra. Secara umum, pembobotan fitur citra menggunakan GA dapat meningkatkan nilai precision pada temu kembali citra. Oleh karena itu algoritme genetika baik digunakan untuk mengoptimasi bobot-bobot fitur citra dalam proses temu kembali citra.