TAHAPAN PERBANYAKAN JAMUR Trichoderma harzianum DENGAN MEDIA DEDAK DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp.)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

CARA MEMBUAT MEDIA TUMBUH DALAM PENGEMBANGAN MASSAL APH GOLONGAN JAMUR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

II. MATERI DAN METODE

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Agrobioteknologi dan di Lahan

TEKNOLOGI MEMBUAT MEDIA PDA Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

No Nama Alat Merk/Tipe Kegunaan Tempat 1. Beaker glass Pyrex Tempat membuat media PDA

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAB III METODE PENELITIAN

Teknik Pembenihan Acacia Spp. (Akasia) Bebas Penyakit

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KELOMPOK TANI DEWI SRI

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DO = Tanpa pemberian dregs DI = 10 g dregs /kg gambut D2 = 20 g dregs /kg gambut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

I II. Lampiran 1. Bagan Penelitian. 20 cm 75 cm. 20 cm. 50 cm. Keterangan : = tanaman bawang merah di dalam polibag. = ulangan pertama = ulangan kedua

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

5. Perencanaan jenis bibit yang akan ditanam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

BAB II METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Bahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

Transkripsi:

Tahapan Perbanyakan Jamur Trichoderma harzianum dengan... C. Andriyani Prasetyawati dan A. Sri Rahmah Dania TAHAPAN PERBANYAKAN JAMUR Trichoderma harzianum DENGAN MEDIA DEDAK DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN MURBEI (Morus sp.) C. Andriyani Prasetyawati* dan A. Sri Rahmah Dania Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. P. Kemerdekaan Km 16 Makassar, Sulawesi Selatan, 90243 Telp. (0411) 554049, Fax (0411) 554058 *E-mail: andriyani_pras@yahoo.co.id ABSTRAK Murbei (Morus sp) sebagai pakan ulat sutera merupakan tanaman utama bagi petani sutera. Bibit murbei sering terserang jamur penyakit apabila kondisi lingkungan terlalu basah dan kurang mendapatkan cahaya matahari. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian pada murbei. Jamur Trichoderma harzianum merupakan jamur antagonis yang dapat menekan serangan jamur patogen pada tanaman. Perbanyakan jamur T. harzianum untuk aplikasi dalam jumlah banyak memerlukan media yang murah dan mudah didapatkan, salah satunya dengan media dedak. Ujicoba perbanyakan dengan media dedak berhasil menumbuhkan jamur T. harzianum pada hari ke-14 dengan kerapatan spora 8,4x10 8 /ml larutan yang berarti jamur sudah cukup untuk diaplikasikan pada tanaman. Hasil aplikasi jamur T. harzianum pada bibit murbei di persemaian yang diberi jamur penyakit Fusarium sp., menunjukkan pertambahan daun murbei rerata 2,13 helai sementara murbei yang tidak diberi T. harzianum menunjukkan berkurangnya daun rerata 3,35 helai atau (-3,35) selama 3 bulan. Bibit murbei dengan penyakit Fusarium sp., yang diberi jamur T. harzianum mempunyai pertumbuhan yang lebih sehat dan cepat, sementara murbei yang tidak diberi jamur T. harzianum menunjukkan pertumbuhan yang tidak sehat, lambat, daun kuning dan rontok. Kata Kunci: Murbei, jamur, Trichoderma harzianum, dedak I. PENDAHULUAN Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang terkenal produk kain suteranya, karena sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat dimana kain sutera digunakan sebagai baju adat (Harbi et al., 2015). Murbei (Morus sp.) merupakan tanaman utama bagi 1

Info Teknis EBONI Vol. 14 No. 1, Juli 2017: 1 9 para petani ulat sutera, dimana daun murbei digunakan sebagai pakan ulat sutera. Murbei merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan. Perbanyakan tanaman murbei biasanya melalui stek batang. Bibit murbei hasil stek terkadang mempunyai pertumbuhan yang kurang bagus akibat kondisi lingkungan kurang memenuhi syarat untuk pertumbuhannya. Murbei memerlukan sinar matahari penuh dari pagi hingga sore hari dengan curah hujan berkisar antara 2.500-3.000 mm/tahun, temperatur 23 o C-30 o C dan kelembaban udara 65%-90% (Nunuh dan Andikarya, 2006). Kondisi lingkungan yang terlalu lembab, curah hujan tinggi dan kurang mendapat cahaya matahari bisa menyebabkan bibit murbei busuk dan terserang jamur sehingga kondisi tersebut bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan baik. Hasil pengamatan tahun 2015, sekitar 50% bibit murbei di persemaian busuk dan mati karena serangan jamur Fusarium sp. Penggunaan fungisida untuk membasmi serangan jamur pada murbei bisa membahayakan ulat sutera, mengingat daun murbei merupakan pakan bagi ulat sutera yang dibudidayakan oleh petani. Pengendalian jamur patogen secara hayati merupakan cara terbaik agar tanaman murbei aman digunakan sebagai pakan ulat sutera. Jamur Trichoderma harzianum sebagai salah satu jamur antagonis dapat diaplikasikan pada murbei untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan menekan serangan jamur patogen terutama yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. T. harzianum merupakan salah satu jenis jamur yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan merupakan jamur antagonistik terhadap jamur patogen yang menyerang tanaman (Wijaya et al., 2012). T. harzianum mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama dalam meningkatkan produksi perakaran sehat dan kemampuan akar menembus tanah yang lebih dalam (Nasahi, 2010). Pemanfaatan jamur T. harzianum sudah banyak dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman pertanian. Penelitian tentang T. harzianum pada tanaman pertanian yang terserang Fusarium sp di antaranya adalah kedelai, bawang merah, stroberi dan pisang. Hasil uji antagonis T. harzianum dengan Fusarium sp menunjukkan adanya pembelitan hifa dan intervensi hifa oleh jamur T. harzianum sehingga dapat melakukan penetrasi terhadap hifa jamur patogen Fusarium sp. Akibat dari intervensi dan penetrasi ini, ukuran hifa jamur patogen menjadi lebih kecil dan 2

Tahapan Perbanyakan Jamur Trichoderma harzianum dengan... C. Andriyani Prasetyawati dan A. Sri Rahmah Dania partikel-partikel di dalam hifa menjadi berkurang (Dwiastuti et al., 2015). Pemanfaatan jamur T. harzianum pada tanaman kehutanan di antaranya adalah sebagai pengendali hayati jamur patogen Ganoderma sp yang biasa menyerang tanaman akasia, sengon, angsana, flamboyan dan cemara. Hasil uji antagonisme antara jamur T. harzianum dengan jamur patogen Ganoderma sp menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur Ganoderma sp terhambat oleh jamur T. harzianum. Jamur T. harzianum diduga mengeluarkan senyawa volatil yang bersifat fungistatik terhadap Ganoderma sp (Dendang, 2015). Oleh karena itu, jamur T. harzianum kemungkinan dapat diaplikasikan juga pada tanaman murbei untuk memacu pertumbuhannya. II. TAHAPAN INOKULASI DAN PERBANYAKAN T. harzianum DENGAN MEDIA DEDAK Jamur T. harzianum dalam bentuk berbagai media banyak dijual di pasaran maupun di dinas perkebunan dengan harga terjangkau. Namun untuk aplikasi pada tanaman dalam jumlah banyak, lebih hemat apabila kita sendiri yang melakukan perbanyakan T. harzianum. Perbanyakan jamur T. harzianum tergolong mudah dan sederhana, tahapannya terdiri atas inokulasi jamur dan perbanyakan jamur pada media aplikatif. A. Tahapan Inokulasi Jamur T. harzianum 1. Pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar) Medium PDA merupakan media untuk perbanyakan jamur secara in vitro, dengan bahan utama kentang, agar-agar bubuk, gula pasir dan aquades. Kentang yang telah disiapkan kemudian dikupas, dibersihkan, dipotong-potong, lalu ditimbang sebanyak 100 g. Kentang kemudian direbus dengan aquades sebanyak 500 ml. Air rebusan kentang yang telah mendidih kemudian disaring dan dimasukkan dalam Erlenmeyer 500 ml, dicampur dengan 10 g gula pasir dan 10 g agar, tambahkan aquades hingga 500 ml, lalu dipanaskan hingga homogen. Selanjutnya medium PDA ini disterilkan dengan menggunakan Autoclave pada suhu 121 o C dan tekanan 1 atm selama 15 menit (Atlas, 2010). Medium PDA yang telah steril, dituang pada cawan petri steril masing-masing sebanyak 10 ml, 3

Info Teknis EBONI Vol. 14 No. 1, Juli 2017: 1 9 didinginkan hingga memadat, lalu siap digunakan untuk inokulasi jamur. 2. Inokulasi yang berasal dari starter Inokulasi merupakan pemindahan suatu mikroorganisme ke dalam organisme lain atau dalam suatu substrat (Risyanto, 2014). Starter merupakan jamur T. harzianum yang akan diperbanyak (bisa dibeli di pasaran). Inokulasi dilakukan dengan menimbang starter jamur T. harzianum sebanyak 1 g dan diletakkan secara tersebar dalam satu cawan petri berisi medium PDA padat. Masa inkubasi (pertumbuhan) dari inokulan ini adalah 7 hari. Setelah jamur T. harzianum tumbuh, biakan dimurnikan dengan cara memotong miselium T. harzianum kira-kira 5 mm dan ditumbuhkan kembali pada medium PDA padat dalam cawan petri steril yang lain selama 7 hari. 3. Tahapan perbanyakan jamur Trichoderma menggunakan dedak Dedak merupakan salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai media perbanyakan jamur T. harzianum. Dedak adalah lapisan luar dari butiran padi yang merupakan limbah dari proses penggilingan padi. Dedak menjadi salah satu alternatif pilihan media jamur apabila akan diaplikasikan ke tanaman dalam jumlah banyak, karena murah dan mudah diperoleh. Dedak dicampur dengan air sebanyak 10% dari berat dedak dan diaduk hingga merata. Dedak kemudian ditimbang masingmasing sebanyak 500 g dan dimasukkan ke dalam kantong plastik bening yang tahan panas dan ditutup. Dedak disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 o C dan tekanan 1 atm selama 60 menit. Selain autoclave, sterilisasi dedak juga bisa dilakukan dengan mengukusnya dalam dandang. Setelah proses sterilisasi selesai, kantong plastik yang berisi dedak dikeluarkan dan didinginkan. Bila media terlalu basah, kantong plastik dilubangi agar air bisa keluar dan mengurangi kadar air pada media. Media yang terlalu basah akan menghambat pertumbuhan jamur. Inokulum yang telah diinkubasi selama 7 hari pada medium PDA, dipotong menjadi 20 bagian dari cawan petri ukuran diameter 9 cm. Setiap 1 potongan inokulum jamur T. harzianum dimasukkan ke dalam 1 kantong plastik berisi 500 g dedak menggunakan ujung spatula. Media diaduk pelan-pelan supaya spora jamur merata. Masa inkubasi jamur pada media dedak adalah 14-21 hari sampai media 4

Tahapan Perbanyakan Jamur Trichoderma harzianum dengan... C. Andriyani Prasetyawati dan A. Sri Rahmah Dania dedak berwarna kehijauan. Selama masa inkubasi, kerapatan spora akan terus bertambah. Berdasarkan hasil pengamatan, setelah 14 hari masa inkubasi, kerapatan spora T. harzianum adalah 8,5 x 10 8 pada tiap 1 ml larutan, seperti yang tersaji pada Gambar 1. Kerapatan spora tersebut menunjukkan bahwa jamur T. harzianum pada media sudah cukup banyak apabila akan dipergunakan. Dedak yang sudah berwarna kehijauan merupakan indikasi bahwa jamur T. harzianum sudah mengalami perbanyakan dan sudah siap untuk diaplikasikan ke tanaman, ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 1. Dendrogram kerapatan Spora Trichoderma harzianum pada media dedak berdasarkan masa inkubasi a b Gambar 2. a). Perbanyakan jamur T. harzianum pada media dedak dan b). Jamur yang sudah siap diaplikasikan ke tanaman 5

Info Teknis EBONI Vol. 14 No. 1, Juli 2017: 1 9 III. APLIKASI JAMUR T. harzianum MURBEI PADA TANAMAN A. Aplikasi di Persemaian Bibit murbei yang sudah tumbuh, akar siap diinokulasi dengan jamur T. harzianum dengan cara membuat lubang pada media di sekitar tanaman dan kemudian memasukkan jamur tersebut. Bibit murbei di persemaian yang menggunakan polibag ukuran 12 cm x 17 cm, diberi jamur antara 10-30 gr /polibag, seperti pada Gambar 4. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi dosis pemberian T. harzianum, semakin bagus pertumbuhan dan daya tahan bibit murbei terhadap serangan jamur Fusarium sp. Aplikasi jamur T. harzianum 30 gr/polibag dengan ukuran 12 cm x 17 cm pada murbei yang juga diberi jamur penyakit Fusarium sp, menunjukkan pertambahan daun rerata 2,13 helai. Murbei yang tidak diberi jamur T. harzianum jumlah daun berkurang 3,35 helai (- 3,35) dari semula sebelum diberi patogen dan tidak mengalami pertambahan daun selama 3 bulan. Bibit murbei yang diaplikasi jamur T. harzianum menunjukkan pertumbuhan yang sehat, pertumbuhan daun cukup bagus meskipun diberi jamur patogen Fuzarium sp. Bibit murbei yang diberi patogen Fuzarium sp juga, tetapi tidak diberi jamur T. harzianum, terlihat tidak sehat, pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning dan banyak yang rontok, seperti pada Gambar 3. Aplikasi di persemaian untuk jenisjenis bibit yang sapihan juga dilakukan pada media yang dibuat dengan cara mencampur tanah, kompos dan jamur T. harzianum dengan perbandingan 2 : 1 : 1 (Pramudi, 2014). a b Gambar 3. a). Bibit murbei yang diberi jamur T. harzianum dan b). Bibit murbei yang tidak diberi jamur T. harzianum 6

Tahapan Perbanyakan Jamur Trichoderma harzianum dengan... C. Andriyani Prasetyawati dan A. Sri Rahmah Dania B. Aplikasi di Lapangan Jamur T. harzianum juga dapat diaplikasikan pada tanaman yang akan ditanam di lapangan, maupun yang sudah lama ditanam. Aplikasi jamur T. harzianum di lapangan akan lebih baik jika diberikan bersamaan pada saat penanaman. Dosis yang diberikan tergantung ukuran tanaman, semakin besar tanaman, semakin banyak pula dosisnya. Aplikasi jamur T. harzianum pada tanaman murbei dilakukan dengan dosis 50 gram/tanaman. Lubang tanam yang siap ditanami diberikan 50 gr jamur T. harzianum dengan media dedak, kemudian diberi tanaman murbei dan lubang tanam ditutup dengan tanah. Untuk tanaman perkebunan, dosis yang diberikan pada tanaman yang sudah cukup besar biasanya 150 gram. Aplikasi jamur ini bisa dicampurkan dengan pupuk kompos. Selain itu, T. harzianum juga berperan sebagai mikroorganisme pengurai dan membantu proses dekomposer dalam pembuatan pupuk bokhasi dan kompos. T. harzianum selain hidup di sekitar akar tanaman, juga mampu hidup di atas permukaan akar, serta dapat menembus masuk dan hidup di dalam akar (Donzelli dan Harman, 2001 dalam Novandini, 2007). Jamur T. harzianum dalam tanah akan berkembang biak dan melindungi tanaman dari serangan jamur patogen. Keberadaan jamur tersebut akan memberikan ruang rhizosfer yang lebih sehat bagi pertumbuhan tanaman. a b Gambar 4. a). Aplikasi jamur T. harzianum pada bibit murbei di persemaian dan b). Aplikasi pada saat penanaman murbei di lapangan 7

Info Teknis EBONI Vol. 14 No. 1, Juli 2017: 1 9 IV. KESIMPULAN Jamur T. harzianum sebagai jamur antagonis terhadap jamur patogen yang menyerang tanaman, dapat diperbanyak melalui media dedak. Dedak dipilih sebagai media apabila akan diaplikasikan dalam jumlah banyak, karena mudah diperoleh. Perbanyakan jamur T. harzianum pada media dedak dapat diaplikasikan pada umur inkubasi 14 hari dengan kerapatan spora 8,4 x 10 8 /ml larutan. Bibit murbei di persemaian yang terserang jamur patogen dan diberi jamur T. harzianum mempunyai pertambahan daun rerata 2,13 helai, sementara bibit yang tidak diberi jamur T. harzianum daun berkurang 3,35 helai atau (-3,35) selama 3 bulan pengamatan. Aplikasi jamur T. harzianum pada bibit murbei yang terserang Fusarium sp, dapat meningkatkan daya tahan murbei dan pertumbuhan tanaman jauh lebih baik daripada bibit murbei yang tidak diberi jamur T. harzianum. Jamur ini dapat diaplikasikan di persemaian dan lapangan bersamaan pada waktu penanaman. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota yang terlibat dalam kegiatan penelitian ini, antara lain Bapak Abdul Qudus, Bapak Edi Kurniawan dan Bapak Mustafa yang banyak membantu di persemaian sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar yang telah memfasilitasi dan mendanai penelitian ini. 8

Tahapan Perbanyakan Jamur Trichoderma harzianum dengan... C. Andriyani Prasetyawati dan A. Sri Rahmah Dania DAFTAR PUSTAKA Atlas, R., M., 2010. Handbook of Microbiological Media Fourth Edition. CRC Press. London. Dendang, B., 2015. Uji antagonisme Trichoderma harzianum terhadap Ganoderma sp yang menyerang tanaman secara In-Vitro. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 4 (2): 147-156. Dwiastuti, M.E., Fajri, M. N., Yunimar, 2015. Potensi Trichoderma harzianum Sebagai Agens Pengendali Fusarium spp Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Stroberi (Fragaria x ananassa Dutch.). Jurnal Hortikultural, 25(4): 331-339. Harbi, J., D.R. Nurrochmat, C.M. Kusharto, 2015. Pengembangan Usaha Persuteraan Alam Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 2(2): 129-136. Nasahi, C., 2010. Peran Mikroba Dalam Pertanian Organik. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung. Novandini, A., 2007. Eksudat Akar Sebagai Nutrisi Trichoderma harzianum DT38 Serta Aplikasinya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat. Skripsi. Program Studi Biokimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nunuh, A. dan O. Andikarya, 2006. Budidaya Sutera Alam (Bombyx mori Lin). Politeknik VEDCA Joint Program Dengan Politeknik Negeri Jember. Cianjur Pramudi, 2014. Perbanyakan Trichoderma harzianum. www.indarhpt.blogspot.com diakses pada tanggal 5 Oktober 2015. Risyanto, S., 2014. Teknik Inokulasi Pada Budidaya Jamur Tiram Putih. Makalah Penyuluhan. Fakultas Biologi. Universitas Negeri Jenderal Sudirman. Purwokerto. Wijaya, I., Oktarina, M. Virdanuriza, 2012. Pembiakan Massal Jamur Trichoderma harzianum. Pada Beberapa Media Tumbuh Sebagai Agen Hayati Pengendali Penyakit Tanaman. Jurnal Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 10 (1): 87-91. 9

Info Teknis EBONI Vol. 14 No. 1, Juli 2017: 1 9 PERTUMBUHAN 10