BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puskesmas merupakan organisasi sektor publik yang berfungsi sebagai Badan Layanan Umum Daerah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang ada di kota besar maupun di kota kecil. Dalam kegiatan operasionalnya, puskesmas tidak bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga harus mengutamakan kualitas pelayanan yang diberikan. Tetapi puskesmas juga harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi anggaran karena sebagian pengeluaran puskesmas masih didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). (Mahardika dan Supadmi 2014) Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai dan cocok untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan berkembang. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah organisasi. Pengukuran tersebut antara lain dapat digunakan sebagai dasar menyusun sistem imbalan atau sebagai dasar penyusun strategi organisasi atau perusahaan (Cahyono, 2000). Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran 1
2 kinerja dibuat dengan menetapkan reward dan punishment system (Ulum, 2009). Sistem pengukuran kinerja tradisional merupakan salah satu cara yang umumnya digunakan oleh manajemen tradisional untuk mengukur kinerja. Pengukuran kinerja secara tradisional lebih menekankan kepada aspek keuangan, karena lebih mudah diterapkan sehingga tolok ukur kinerja personal diukur berkaitan dengan aspek keuangan saja. Sistem ini lazim dilakukan dan mempunyai beberapa kelebihan, akan tetapi karena hanya menitikberatkan pada aspek keuangan tentunya menimbulkan adanya kelemahan. Pengukuran kinerja berdasar aspek keuangan dianggap tidak mampu menginformasikan upaya-upaya apa yang harus diambil dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja organisasi, maka diperlukan suatu system berbasis kinerja. Kinerja yang baik harus mempunyai system pengukuran kinerja yang andal dan berkualitas, sehingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya mengandalkan aspek keuangan saja tetapi juga memperhatikan aspek-aspek non-keuangan. Untuk mengatasi masalah tentang kelemahan system pengukuran kinerja perusahaan berfokus pada aspek keuangan dan mengabaikan kinerja non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas karyawan, dan sebagainya, maka diciptakanlah sebuah model pengukuran kinerja yang tidak hanya mencakup keuangan saja melainkan non keuangan pula, yaitu metode Balanced Scorecard (BSC).
3 Balanced Scorecard menterjemahkan visi dan strategi organisasi kedalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis (Kaplan dan Norton 1996). Jika visi dan strategi dapat dinyatakan dalam bentuk tujuan strategis, ukuranukuran dan target yang jelas, yang kemudian dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, diharapkan setiap anggota organisasi dapat mengerti dan mengimplementasikannya agar visi dan strategi organisasi tercapai. Pada pertama kali dikenalkannya konsep balanced scorecard pada tahun 1990 oleh Robert S kaplan dan David P. Norton, balanced scorecard hanya digunakan sebagai alat pengukuran kinerja pada organisasi bisnis. Balanced scorecard sebagai suatu sistem pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai alat pengendalian, analisa dan merevisi strategi organisasi (Campbell et al. 2002). Menutut (Mahmudi, 2010) Pada awalnya balanced scorecard didesain untuk organisasi bisnis yang bergerak di sektor swasta, namun pada perkembangannya balanced scorecard dapat diterapkan pada organisasi sektor publik dan organisasi non profit lainnya. Perbedaan utama organisasi sektor publik dengan sektor swasta terutama adalah pada tujuannya (bottom line), dimana sektor publik lebih berorientasi pada pelayanan publik sedangkan pada sektor swasta berorientasi pada laba. Menurut Sari (2013) dalam Fitriyani (2014) meskipun pada awalnya ditunjukkan untuk pengukuran kinerja pada organisasi sektor swasta, namun Balanced Scorecard dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja pada organisasi sektor publik. Penerapan Balanced Scorecard pada pengukuran kinerja organisasi sektor publik
4 bertujuan untuk menyatakan adanya keseimbangan antara berbagai ukuran internal dan eksternal. Balanced scorecard dapat membantu organisasi publik dalam mengontrol keuangan dan mengukur kinerja organisasi (Modell 2004). Organisasi publik adalah organisasi yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan organisasi publik diukur keberhasilannya melalui efektivitas dan efisisensi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu organisasi publik harus menetapkan indikator-indikator dan target pengukuran kinerja yang berorientasi kepada masyarakat. Pengukuran kinerja pada organisasi publik dapat meningkatkan pertanggungjawaban dan memperbaiki proses pengambilan keputusan (Ittner dan Larcker 1998). Balanced Scorecard (BSC) adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan nonkeuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal (Lusa,2006). Balanced Scorecard ini saling berhubungan antara perspektif satu dengan yang lainnya sehingga akan tercapainya penerapan konsep Balanced Scorecard yang efektif. Aurora (2010) mengemukakan, penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan persaingan (competitiveness), sedangkan untuk sektor publik lebih menekankan pada nilai, misi dan pencapaian. Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis akan mengutamakan keuntungan, pertumbuhan dan pangsa pasar, sedangkan sektor publik dimaksudkan untuk pengukuran produktivitas dan tingkat efisiensi.
5 Mahmudi (2005: 21) mengatakan bahwa pada dasarnya pengembangan Balanced Scorecard baik pada sektor swasta maupun public dimaksudkan untuk memberikan kepuasan bagi para pelanggan. perbedaannya dapat dilihat dari tujuan maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi nirlaba karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Puskesmas merupakan salah satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang sektor publik dalam bidang jasa kesehatan. Kegiatan usaha puskesmas daerah bersifat sosial dan ekonomi yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Puskesmas sebagai salah satu instansi pemerintah harus mampu memberikan pertanggungjawaban baik secara keuangan maupun non-keuangan kepada pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna jasa. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang mencakup semua aspek. Balanced Scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan pengukuran kinerja baik dari aspek keuangan maupun non keuangan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui dan mendeskripsikan kinerja Puskesmas Pasawahan Kab.Kuningan menggunakan perspektif-perspektif yang ada didalam Balanced Scorecard untuk mengukur dan meningkatkan kinerja serta pelayanan Puskesmas. Oleh sebab itu penulis melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja Puskesmas Pasawahan Kab. Kuningan dengan Metode Balanced Scorecard
6 1.2. Perumusan Masalah Pengukuran kinerja perusahaan adalah salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu perusahaan, sehingga keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja, dengan mengetahui kinerja perusahaan akan diketahui apakah target perusahaan sudah tercapai atau belum, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan untuk masa yang mendatang. Pengukuran kinerja pada umumnya hanya berfokus pada aspek keuangan saja, sehingga diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang tidak hanya berfokus pada aspek keuangan saja tetapi juga memperhatikan aspek - aspek non-keuangan, untuk itu penggunaan Balanced Scorecard sebagai alternatif penilaian kinerja perusahaan layak untuk digunakan mengingat bahwa Balanced Scorecard tidak hanya melakukan penilaian kinerja dari aspek keuangan saja namun dari aspek non keuangan nya juga. Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Kinerja Puskesmas Pasawahan dengan menggunakan Metode Balanced Scorecard? 1.3. Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Puskesmas Pasawahan dengan menggunakan Metode Balanced Scorecard.
7 1.4. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai penilaian kinerja dengan metode Balanced Scorecard. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Puskesmas sebagai organisasi pelayanan kesehatan dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard yang mungkin dapat diterapkan di masa yang akan datang. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihakpihak yang mengadakan penelitian mengenai kinerja manajemen.