BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, karena tanah merupakan ruang bagi manusia untuk menjalani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai arti penting dan strategis bagi kehidupan. setiap orang dapat bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-haru,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah sebagai salah satu sumber kekayaan alam memiliki hubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tidak seimbang. Dari ketidakseimbangan antara jumlah luas tanah

Dari rumusan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konversi hak-hak atas tanah adalah penggantian/perubahan hakhak atas tanah dari status yang lama

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

MODEL PENATAAN YURIDIS TANAH TERLANTAR (STUDI KASUS TANAH-TANAH TERLANTAR DI KABUPATEN MALANG)

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Para anggota persekutuan hukum berhak untuk mengambil hasil tumbuhtumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah. Tanah sangat penting bagi manusia sebagi tempat

PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uraian Pendaftaran Tanah. pengertian Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan

Pertemuan ke-2 GARIS-GARIS BESAR PERKEMBANGAN HUKUM TANAH DI INDONESIA. Dosen : Dr. Suryanti T. Arief SH.,MBA.,MKn

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angki Aulia Muhammad, 2013

Skripsi. Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syaratsyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Oleh : Henny Suryani NIM :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

STATUS KEPEMILIKAN TANAH HASIL KONVERSI HAK BARAT BERDASARKAN UU NO. 5 TAHUN 1960

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Tanah sebagai salah satu sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB I P E N D A H U L U A N. aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu.

LAND REFORM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan hukum ataupun Pemerintah pasti melibatkan soal tanah, oleh

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan tanah memiliki ikatan yang erat dimana tanah

PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN (UUPA) adalah hukum agraria penjajahan yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

Pendaftaran Hak-Hak Atas Tanah Adat Menurut Ketentuan Konversi Dan PP No. 24/1997

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai. berikut :

Kata Kunci : Konversi, hak tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN NGAWI DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

HUKUM AGRARIA NASIONAL

KONVERSI HAK ATAS TANAH DI INDONESIA MENURUT UU NO.5 TAHUN Oleh. Delfina Gusman, SH, MH, Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH HUKUM AGRARIA HAK PAKAI

Ruang Lingkup Hukum Agraria

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan tanah tidak akan terlepas dari segala aspek kehidupan manusia itu sendiri, karena tanah merupakan ruang bagi manusia untuk menjalani kehidupan didunia. Oleh sebab itu, tanah dibutuhkan oleh setiap individu sehingga sering timbul konflik di antara sesama masyarakat, terutama yang menyangkut tanah. Maka dari itulah diperlukan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antara manusia dengan tanah. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia berhubungan dengan tanah. Dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya berhubungan dengan tanah. Setiap orang memerlukan tanah tidak hanya pada masa hidupnya tetapi pada saat meninggal pun manusia membutuhkan tanah guna tempat penguburannya. Hal ini memberikan pengertian bahwa pentingnya tanah bagi kehidupan di mana manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasai tanah. Di Indonesia tanah mempunyai arti penting dan strategis bagi kehidupan rakyatnya. Tanah yang memberikan kehidupan karena disinilah setiap orang bercocok tanam, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tempat mendirikan rumah untuk menyelenggarakan tata kehidupan berketurunan, beranak, bercucu yang akhirnya tanah pula tempat orang dikebumikan setelah orang meninggal

dunia sebagai tempat peristirahatan terakhir, sehingga dalam masyarakat adat tanah memiliki sifat religius. Mengingat bahwa hubungan religius antara orang Indonesia dengan tanah masih ada, dan tidak hanya meliputi hubungan individual antara yang bersangkutan saja, tetapi menjelma juga sebagai peraturan-peraturan adat. Dilihat dari sisi hukum adat, masalah tanah mempunyai arti yang penting, disebutkan oleh Soerojo Wignjodipuro, adanya dua sebab tanah mempunyai kedudukan penting dalam hukum adat yaitu : a. Karena sifatnya : Tanah merupakan satu-satunya harta kekayaan yang meskipun mengalami keadaan yang bagaimanapun juga, masih bersifat tetap dalam keadaannya, bahkan kadang tanah malah lebih menguntungkan, contohnya :sebidang tanah yang dibakar, diatasnya dijatuhkan bom. Tanah tersebut tidak lenyap, sebidang tanah tersebut akan muncul kembali tetapi berwujud tanah seperti semula kalau dibawa banjir, misalnya malahan setelah air surut, muncul kembali sebidang tanah yang lebih subur dari semula. b. Karena fakta : Yaitu suatu kenyataan bahwa tanah itu : - Merupakan tempat tinggal persekutuan - Memberikan penghidupan kepada persekutuan, warga persekutuan yang meninggal dunia dikebumikan - Merupakan pola tempat tinggal dagang-dagang pelindung persekutuan dan roh para leluhur. 1 Menurut realitas warga desa digolongkan atas dasar hubungannya dengan tanah juga atas dasar ini warga desa turut ambil bagian dalam pemerintah desa, umpama hanya pemilik tanahlah yang dahulu kala boleh memilih anggota Pemerintah Desa dan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap desa dari pada yang bukan pemilik tanah. Sistem masyarakat hukum yang terendah. Demikian ini menunjukkan sifat agraris dari masyarakat kita. 2 Hukum mengenai tanah di Indonesia dipengaruhi oleh sistem hukum yang bersifat Kolonial sebagai akibat selama ratusan tahun dijajah oleh belanda, sehingga ada dua macam tanah yaitu tanah tanah dengan hak barat dan tanah- 1 Soerojo Wignjodipuro, 1982. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta. Hal. 197 2 Imam Sutiknyo, 1987. Proses Terjadinya UUPA, Penerbit Gajah Mada University Pres, Yogyakarta. Hal. 57

tanah dengan hak adat, yang tentu akan berbeda pula mengenai peralihannya, dalam hal jual beli juga cara perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pemilik tanah yang bersangkutan. Akibat zaman penjajahan terjadi perlakuan yang tidak wajar terutama pada hukum agraria terjadi dualisme, yaitu terhadap tanah-tanah hak barat yang pada umumnya dimiliki oleh golongan eropa atau yang dipersamakan, mendapat jaminan yang kuat dengan pendaftaran pada daftar umum sesuai dengan hak yang melekat padanya serta bukti hak atas tanah tersebut. 3 Terhadap tanah-tanah hak adat diatur menurut hukum adat dan tidak diberi jaminan dan kepastian hukum atas hak tersebut, karena tidak didaftarkan pada daftar umum dengan hak atas tanah yang tegas, melainkan hanya diberikan bukti pembayaran pajak saja dan bukan merupakan bukti hak. Salah satu sasaran tujuan pokok UUPA adalah tercapainya kesatuan dalam hukum pertanahan. Hal ini termasuk juga dengan kesatuan dalam hal pengaturan hak-hak atas tanah yaitu hak-hak atas tanah yang ada sebelum lahirnya UUPA harus disesuaikan dengan hak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA. Tanah merupakan tempat anggota masyarakat untuk menjalani kehidupannya. Selain tanah juga merupakan sumber daya alam yang memberi kehidupan bagi setiap makluk hidup. Selain itu, tanah sebagai tempat setiap makluk hidup bertempat tinggal, bahkan seorang meninggalpun akan dimakamkan dan menjadi tempat kediaman arwahnya. 4 Selain menjadi tempat tinggal tanah juga dapat dijadikan sebagai investasi. Banyaknya masyarakat yang memerlukan 3 Ibid. Hal.58 4Soetomo, 1981. Jual Beli Tanah (peralihan hak dan sertifikat),universitas Brawijaya, Malang. Hal.11

tanah mengakibatkan tingginya harga tanah sehingga hal ini dapat menguntungkan para investor dalam jangka panjang. Menurut Mr. B. Ter Haar Ban, mengenai hubungan masyarakat dengan tanah, membagi dalam hubungan antara masyarakat dengan tanah baik ke luar maupun ke dalam, dan hubungan perseorangan dengan tanah. Berdasarkan atas berlakunya ke luar maka masyarakat sebagai kesatuan, berkuasa memungut hasil dari tanah, dan menolak lain-lain orang luar masyarakat tersebut berbuat sedemikian itu sebagai kesatuan juga bertanggungjawab terhadap orang luaran masyarakat atas perbuatan dan pelanggaran di bumi masyarakat itu. Hak masyarakat atas tanah disebut Hak Yasan Komunaal dan oleh Van Vollenhoven diberi nama beschikgrecht (hak pertuanan). 5 Tanah telah memegang peran vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, serta pendukung suatu negara, lebih-lebih yang corak agrarisnya berdominasi. Sifat yang khusus dari hak pertuanan atau persekutuan terletak pada daya timbal-balik dari pada hak itu terhadap hak-hak yang melekat pada orang perorangan atau individu. Semakin kuat hubungan individu dengan tanah, makin memperdalam hubungannya dengan hukum perseorangan (terhadap tanah itu), dan makin kecillah hak yang dimiliki masyarakat terhadap sebidang tanah itu. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA), di Indonesia terdapat dualisme sistim hukum tanah yang belaku yakni Sistem Hukum Tanah Barat yang mana peraturan pokoknya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya KUHPerdata) dan hukum tanah barat itu bersifat kapital 5 Mr. B. Ter Haar Bzn,1999. Beginselon en stelsel van het adat recht (terjemahan K, Ng. Soebekti Poespnoto), Jakarta: Negara Pradnya HIR Walter, Hal. 66-67

individualis, serta sistem hukum tanah adat yang berdasarkan kepada prinsipprinsip hukum penduduk asli bangsa Indonesia dimana sistem ini mempunyai ciri khusus yang bersifat kemasyarakataan. Keadaan dualisme ini sangat merugikan bangsa Indonesia dikarenakan Belanda tidak mengakui hak-hak adat, sehingga status tanah adat tidak menjadi jelas. 6 Selain itu menurut pendapat A.P Parlindungan, filisofi dan teori hukum agraria penjajah tidak sesuai dengan cita-cita bangsa dan lebih banyak memberi kesengsaraan kepada bangsa Indonesia dan tidak menjamin kepastian hukum. 7 Menghapus dualisme hukum tersebut harus dibentuk suatu hukum agraria yang unifikasi bagi seluruh tumpah dara Indonesia. Hal tersebut tercapai dengan diundangkannya UUPA pada tanggal 24 September 1960 dalam Lembaran Negara Nomor 104 Tahun 1960. Dengan lahirnya UUPA maka berlaku status quo hakhak tanah terdahulu dimaksudkan bahwa berlakunya UUPA tidak dibenarkan lagi menerbitkan hak-hak atas tanah baik berdasarkan hukum adat apalagi hukum perdata barat. 8 Guna mewujudkannya kesatuan dalam hal pengaturan hak-hak atas tanah yang ada sebelum lahirnya UUPA maka pada bagian kedua dari UUPA diatur mengenai ketentuan konversi dari hak-hak atas tanah. Pengaturan tersebut dimaksudkan agar hak-hak atas tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA dapat masuk dalam sistem UUPA. 6 Zaidar, 1998. Filosofi Hukum Agraria Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan. Hal. 14 7 A.P Parlindungan,1998. Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung.Hal 25 8 Tampil Ansari Siregar, 2004. Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, Cetakan Ketiga Studi Hukum dan Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, Medan. Hal 287.

Dualisme dalam hukum pertanahan juga mengakibatkan dualisme dalam penyelenggaraan dan prosedur peralihan hak atas tanah. Oleh sebab itu, pada tanggal 24 September 1960 lahir UUPA disebutkan bahwa Hukum Agraria yang berlaku atas bumi air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak yang bertentangan dengan kepentingan nasional negara. 9 Hukum tanah di Indonesia dari zaman penjajahan terkenal bersifat dualisme, yang dapat diartikan bahwa status hukum atas tanah ada yang dikuasai oleh hukum Eropa di satu pihak, dan yang dikuasai oleh hukum adat, di pihak lain. Terkait dengan hal itu, di wilayah Sumatera Utara yang dulu disebut dengan Sumatera Timur memiliki karakteristik tersendiri sebagai akibat pembukaan konsesi perkebunan di wilayah ini. Penduduk yang bermukim di wilayah kesultanan seperti Golongan Eropa dan Timur Asing pada waktu tertentu tunduk pada peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernem, sedangkan daerah Swaparaja mempunyai pemerintahan sendiri. Sesuai prinsip hukum antar golongan tanah mempunyai status tersendiri yang terpisah dari status personal yang menguasai tanah tersebut. 10 Di Sumatera Timur khususnya bekas daerah-daerah keswaparajaan seperti Kerajaan Deli, Serdang, Asahan, Kualuh, Bilah, Langkat dan lain-lain memiliki status tanah yang tunduk kepada kesultanan. Wilayah-wilayah tersebut saat ini adalah Kotamadya Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kotamadya Binjai, Kotamadya Tebing Tinggi, Kabupaten Asahan, Kabupaten 9 Ibid Hal. 290 10 Badan Pertanahana Nasional Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Grant Sultan dan Permasalahannya di Sumatera Utara (Bahan Diskusi Pada Kunjungan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimanta Timur di Medan Tanggal 31 Agustus 1999), Hal. 1

Tanjung Balai dan Kabupaten Labuhan Batu. Di daerah-daerah tersebut dikenal adanya Grant Sultan yakni kurnia raja atas sebidang tanah kepada kawulanya untuk diusahai. 11 Bentuk Grant Sultan yang diberikan bermacam-macam seperti Seorat Penentoean Milik yang berarti mengaruniakan sebidang tanah untuk menjadi miliknya. Geran Menentoekan Haq Kebon yakni memberikan perizinan untuk mempunyai hak satu kebun atau Soerat Penjerahan Hak Memperoesahai Tanah yakni menyerahkan hak menguasai sebidang tanah. 12 Semula keterangan yang menjadi jaminan bagi penentuan hak tanah diberikan oleh Kepala Oeroeng dengan pemberitahuan secara tertulis bahwa kepala urung mengetahui yang bersangkutan mendapatkan konsesi atas sebidang tanah di daerahnya. Dokumen-dokumen ini yang diberi stempel Kepala Oeroeng dengan Soerat Kampoeng atau juga disebut Geran Datoek. 13 Grant-grant sultan ini diberikan terutama di dataran-dataran rendah, sedangkan untuk daerah perbukitan Grant ini hanya diberikan untuk daerahdaerah yang penting saja. Pada bagian-bagian yang dihuni orang Melayu yang berada di bawah empat oeroeng tersebut di atas, maka grant-grant itu dikeluarkan oleh Kepala Oeroeng dengan tanda tangan dan materai; grant kemudian dikirimkan kepada Sultan yang juga menandatangani dan memberikan materainya. 14 Pada mulanya penguasaan sebidang tanah oleh penduduk tidak didukung dengan bukti tertulis pada masa itu yang dikarenakan tanah yang tersedia masih 11 Ibid 12 Ibid 13 Ibid 14 Ibid Hal. 1-2

luas. Kemudian setelah datangnya perusahaan-perusahaan perkebunan yang memerlukan tanah dan kepastian tentang batas-batas tanah maka timbul keinginan dari penduduk agar penguasaannya atas tanah mendapat penetapan dari penguasa. Sehingga oleh sultan diberika tanda bukti yang disebut dengan grant sultan. 15 Pada saat sekarang, grant sultan menjadi permasalahan ketika UUPA di sahkan. Banyak para pemilik tanah grant sultan sangat sulit untuk diberikan bukti kepemilikannya, padahal masyarakat tersebut benar-benar memiliki grant sultan tersebut. Namun untuk mempermudah hal tersebut, pemerintah memberlakukan konversi sebagai bentuk untuk menentukan kepemilikan grant sultan itu. Adapun mengenai hak-hak atas tanah yang didasarkan kepada hukum barat ketentuan konversinya telah diatur hanya berlaku sampai dengan tanggal 24 Septembar 1980 sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen. Agraria No. BTU 8/356/8/79 dan juga dalam Keputusan Presiden 32 Tahun 1979.Dan untuk hak-hak tanah yang tunduk kepada hukum adat telah diadakan ketentuan khusus yaitu dengan SK 26/DDA/1970, bahwa konversi dari hak-hak tanah adat yang tidak ada batas waktu konversi karena pertimbangan khusus, biaya, prosedur dan ketidak pedulian dari rakyat untuk mensertifikasi tanahnya. 16 Dan oleh karena itu mengenai pendaftaran konversi hak-hak tanah adat masih dibuka sampai sekarang. Hal yang penting dalam pendaftaran konversi ini adalah terletak dalam proses pembuktian haknya, karena sebagaimana yang diuraikan oleh A.P Pelindungan, dalam bukunya Komentar Atas UUPA, bahwa hak-hak atas tanah tidak mempunyai bukti tertulis atau hanya berdasarkan keadaan tertentu di akui Hal. 19 15 Ibid Hal. 2 16 A.P Parlindungan,1994. Konversi Hak-Hak Atas Tanah, Mandar Maju, Bandung.

sebagai hak-hak seseorang berdasarkan kepada hak-hak dasar adat dan diakui oleh yang empunya sepadan tanah tersebut. Penjelasan singkat di atas merupakan bagian gambaran singkat terhadap keberadaan grant sultan saat ini yang masih banyak dipermasalahkan terkait dengan pembuktian atas kepemilikannya. Tanah grant sultan yang saat ini kembali disengketakan dianggap menjadi asset yang cukup besar untuk dimiliki bahkan sangat disayangkan apabila dibiarkan begitu saja, bahkan upaya untuk memalsukan bukti tertulis pun dilakukan agar mendapatkan tanah grant sultan tersebut. Berdasarkan permasalahan inilah diangkat skripsi yang berjudul Pembuktian Kebenaran Dasar Penguasaan Tanah Dalam Pendaftaran Konversi Hak Atas Tanah Pada Kantor Pertanahan Kota Medan. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bentuk Pembuktian Hak Atas Tanah Bebas Dari Masalah Pemegang Hak. 2. Hambatan yang dihadapi dalam pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan. 3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan. 4. Prosedur dan pelaksanaan pendaftaran konversi hak atas tanah. 5. Alat bukti yang dapat diajukan dalam proses pendaftaran konversi hak atas tanah.

1.3 Pembatasan Masalah Ini dibatasi hanya meneliti dan menganalisis beberapa contoh bukti tertulis berupa surat yaitu grand sultan yang merupakan bukti penguasaan hak atas tanah. Dengan dibatasi dengan membahas Bentuk Pembuktian Hak Atas Tanah Bebas Dari Masalah Pemegang Hak, Hambatan yang dihadapi dalam pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan. Peneliti juga akan melakukan wawancara dengan saah satu bagian yaitu Sub Seksi pendaftaran tanah mengenai pendaftaran konversi hak atas tanah yang mana dengan menggunakan alat bukti tertulis berupa grand sultan. 1.4 Perumusan Masalah Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Bentuk Pembuktian Hak Atas Tanah Bebas Dari Masalah Pemegang Hak? 2. Bagaimana kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan? 3. Bagaimana Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Bentuk Pembuktian Hak Atas Tanah Bebas Dari Masalah Pemegang Hak. 2. Untuk mengetahui kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan. 3. Untuk mengetahui Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala pembuktian penguasaan hak atas tanah dalam pendaftaran konversi hak atas tanah pada kantor pertanahan kota medan. 1.5.2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang peneliti lakukan ini antara lain : 1. Secara teoritis Untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang inherent di dalam proses pembaharuan atas sesuatu bidang yang dikaji, seperti dalam bidang hukum. Sehingga dapat membuat gambaran mengenai keadaan hukum yang sesungguhnya hidup dalam masyarakat atau akan menunjukkan kearah mana sebaiknya hukum dibina dengan perubahan-perubahan masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada gilirannya akan memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum perdata khususnya mengenai pembuktian hak atas tanah dan pendaftaran konversi hak atas tanah. 2. Secara praktis Bahan-bahan yang diperoleh dari studi dan penelitian akan sangat berharga sekali bagi perumusan politik hukum yang tepat dan serasi atau dalam bidang hukum yang terkait yaitu sebagai berikut: a. Sebagai pedoman dan masukan bagi semua pihak terutama masyarakat agar lebih berhati-hati menjaga bukti kepemilikan hak atas tanah dan segera mendaftarkan ke kantor pertanahan. b. Sebagai masukan juga kepada masyarakat agar lebih cepat mendaftarkan tanah untuk mendapatkan bukti kepemilikan hak atas tanah yang dimiliki berupa mendapatkan sertipikat. c. Sebagai bahan informasi semua pihak yang berkaitan dan kalangan akademis untuk menambah wawasan dalam bidang hukum keperdataan dalam hal ini dikaitkan dengan pembutian hak atas tanah dan pendaftaran konversi hak atas tanah.