BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan, hukum adalah perlindungan kepentingan manusia. 1 Hukum mengatur segala hubungan antar individu atau perorangan dan individu dengan kelompok atau masyarakat maupun individu dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Berbicara hukum seketika akan mengingat sesuatu perkara dalam pengadilan. Hukum sebagai kekuasaan yang hidup, yaitu sebagai kekuasaan yang mengatur dan memaksa, akan tetapi juga sebagai kekuasaan yang senantiasa berkembang, bergerak, karena dalam pengadilan dapat membentuk peraturanperaturan baru. Orang awam mendengar perkataan hukum, maka akan terkait dengan pengadilan, hakim, pengacara, jaksa, polisi dan notaris. Lembaga notariat telah dikenal sejak Indonesia dijajah Belanda, semula lembaga ini diperuntukkan bagi golongan Eropa terutama dalam bidang hukum perdata, ialah Burgelijk Wetboek (B.W). Meskipun diperuntukkan bagi golongan Eropa, masyarakat Indonesia juga dapat membuat suatu perjanjian yang dilakukan dihadapan notaris, hal ini sebagai akibat pergeseran nilai nilai budaya lisan menuju budaya tulisan. Dari pergeseran nilai-nilai budaya inilah, maka lembaga notariat semakin dibutuhkan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang telah dinyatakan pasal 131 Indische 1 Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm.21. 1
2 Staatsregeling ayat (2.b dan 4). Terdapat penyimpangan dalam penerapan hukum notariat, terutama bagi golongan Bumiputera dan Timur Asing khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pembuktian yang dianggap sah. Pembuatan akta otentik memerlukan jasa seorang pegawai umum sebagaimana telah diamanatkan dalam perundang-undangan. Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur pengertian akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya. Akta otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut. 2 Akta otentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh hakim, yaitu akta tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Sebaliknya, akta di bawah tangan dapat menjadi alat pembuktian yang sempurna terhadap orang yang menandatangani serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapatkan hak darinya hanya apabila tanda tangan dalam akta di bawah tangan tersebut diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai. Akta notaris adalah akta otentik yang merupakan alat bukti tertulis dengan kekuatan pembuktian sempurna. Akta notaris dapat diterima dalam sidang di pengadilan sebagai alat bukti yang mutlak mengenai isinya, walaupun terhadap akta itu masih dapat diadakan penyangkalan dengan bukti sebaliknya oleh para saksi, apabila mereka yang membuktikan tersebut dapat membuktikan bahwa apa 2 Pasal 165 HIR, Pasal 285 RBg dan Pasal 1870 KUHPerdata
3 yang diterangkan dalam akta itu adalah tidak benar telah terjadi, tetapi lebih ditujukan untuk kepentingan kekuatan pembuktiannya, sehingga diharapkan dapat memberikan kepastian hukum di kemudian hari. Dengan pesatnya lalu lintas hukum dan tuntutan masyarakat akan pentingnya kekuatan pembuktian suatu akta, sehingga menuntut peranan notaris sebagai pejabat umum harus dapat selalu mengikuti perkembangan hukum dalam memberikan jasanya kepada masyarakat yang memerlukan dan menjaga akta-akta yang di buatnya untuk selalu dapat memberikan kepastian hukum. Dengan demikian diharapkan bahwa keberadaan akta notaris akan memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh. Kepastian hukum tercermin dari kemampuan norma hukum untuk menciptakan keteraturan antara subjek hukum. Norma yang akhir-akhir ini sering dibicarakan oleh profesi notaris maupun mahasiswa Magister Kenotariatan adalah Undang Undang No. 2 Tahun 2014 yang telah merevisi Undang- Undang No.30 Tahun 2004. Undang-Undang No.2 Tahun 2014 disetujui Dewan Perwakilan Rakyat bersama sama dengan Presiden dan telah diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014. Menteri Hukum dan HAM RI Dr. Amir Syamsudin, S.H. dalam pidato pendapat akhir mewakili Presiden menyatakan bahwa notaris selaku pejabat umum perlu mendapat perlindungan hukum dalam pelaksanaan tugasnya. Selama ini melalui Undang-Undang No.30 Tahun 2004 yang melindungi pelaksananaan tugas notaris, beberapa ketentuannya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat. ketentuan ini perlu diadakan perubahan, termasuk untuk menegaskan dan memantapkan fungsi, tugas dan
4 kewenangan notaris dalam pelayanan publik, dan juga untuk melakukan sinkronisasi dengan peraturan perundang-undangan lainnya. 3 Sebagai pejabat umum yang memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat secara profesional, maka diperlukan norma-norma yang mengatur, membatasi dan juga menuntun notaris dalam melaksanakan jabatannya serta berperilaku. Norma-norma tersebut bukan saja norma hukum positif namun juga ada aturan organisasi notaris yang menjaga keluhuran profesi dengan tujuan terjaganya kepercayaan masyarakat atas profesi tersebut. Aturan tersebut diantaranya adalah: 1. Peraturan Jabatan Notaris yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris jo. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (Selanjutnya disebut UUJN). UUJN ini adalah pengganti dari Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb. 1860:3) yang dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat. 2. Kode Etik Notaris yang dibuat oleh Ikatan Notaris Indonesia (untuk selanjutnya disebut INI ), sebagai suatu organisasi notaris yang dimaksud dalam UUJN (untuk selanjutnya disebut Kode Etik ). 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang juga dibuat oleh INI. Peraturan tersebutlah yang membuat profesi notaris berwibawa dan terhormat. Namun, peraturan tersebut hendaknya bukan hanya merupakan slogan, tetapi harus dilaksanakan oleh seluruh notaris. Selain peraturan yang telah disebutkan diatas, notaris juga harus mematuhi peraturan-peraturan 3 Akhirnya Perubahan UUJN disetujui http://medianotaris.com/akhirnya_ perubahan_uujn _disetujui _berita347.htm (diakses tanggal 24 Februari 2014)
5 perundangan yang berlaku dan kepatutan-kepatutan yang ada dalam masyarakat. Notaris merupakan profesi hukum dengan demikian profesi notaris adalah suatu profesi yang mulia (nobile officium). Disebut sebagai nobile officium dikarenakan profesi notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusian. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum atas status harta benda, hak dan kewajiban seseorang. Kekeliruan atas akta notaris dapat menyebabkan tercabutnya hak seseorang atas suatu kewajiban. 4 Apabila dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya notaris melakukan pelanggaran hukum, maka notaris akan dihadapkan dengan ketentuan hukum perdata, UUJN serta dapat ditarik ke ranah hukum pidana. 5 Putusan Makhamah Agung RI No.1642 K/Pdt/2005 Hakim Agung dalam putusannya untuk memohonkan pembatalan akta, notaris ditarik sebagai tergugat. Hakim Agung memutuskan untuk menyatakan gugatan tidak dapat diterima karena pihak yang digugat tidak lengkap. Putusan ini membentuk suatu hukum bahwa jika penggugat ingin menuntut hak dan berkaitan dengan akta notaris maka pengugat menarik notaris sebagai tergugat dalam sengketa perdata. Sengketa perdata dapat melibatkan notaris sebagai tergugat yang hanya tunduk terhadap putusan maupun berkedudukan sebagai tergugat yang dikenakan sanksi perdata yang berakibat pengenaan ganti rugi kepada notaris. Setiap sengketa perdata mempunyai akibat yang berbeda-beda dan tidak dapat dipersamakan setiap kasusnya, karena hakim akan melihat melalui bukti-bukti 4 Abdul Ghofur Ansori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia; Perspektif Hukum dan Etika,UII Press,Yogyakarta, hlm 25 5 Pasal 27 UUD 1945 mengatur bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya, dengan demikian dapat disimpulkan notaris dapat diajukan di muka pengadilan serta dapat dituntut apabila notaris melanggar hak orang lain maupun melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
6 yang diajukan dipersidangan sejauh mana keterlibatan notaris sehingga dapat dikenakan sanksi perdata akibat akta yang dibuat dihadapannya. Kecermatan seorang notaris dalam pembuatan akta diperlukan dalam setiap menjalankan jabatannya agar dirinya dapat terhindar dari sanksi perdata. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN lama ) yang mengatur sanksi pada Pasal 84 yang berbunyi sebagai berikut : Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh notaris terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Pasal 84 UUJN lama telah dihapus dan pengaturan sanksi telah dimasukkan pada masing-masing pasal yang berkaitan dengan sanksi tersebut. Salah satu perbedaan pengaturan sanksi pada UUJN lama yaitu adanya sanksi akta menjadi batal demi hukum tanpa menyebutkan batasan pasal-pasal mana yang dapat dikenakan sanksi batal demi hukum dan pasal-pasal mana yang dapat dikenakan sanksi akta menjadi akta dibawah tangan. Namun perumus UUJN tetap konsisten mengatur tentang adanya pengenaan sanksi ganti rugi terhadap notaris. Sebagai jabatan yang membutuhkan kemampuan intelektual dibidang hukum perdata notaris diharapkan mampu meminimalisir maupun meniadakan potensi sengketa dikemudian hari. Putusan Makhamah Agung RI No.495 K/Pdt/2011 berdasarkan pertimbangan hakim agung, notaris harus mengganti rugi secara tanggung renteng dengan tergugat lainnya akibat adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan seorang notaris. Putusan ini sekaligus membuktikan dalam praktiknya
7 bisa saja seorang notaris melakukan kesalahan sehingga harus dikenakan ganti rugi. Akibat perbuatan melawan hukum adalah timbulnya kerugian bagi korban. Kerugian tersebut harus diganti oleh orang-orang yang dibebankan oleh hukum untuk mengganti kerugian tersebut. 6 Sebagai pejabat umum notaris yang merumuskan keinginan para pihak dalam suatu akta dapat mengakibatkan kerugian bagi para penghadap maupun pihak ketiga, tentunya harus ada kualifikasi perbuatan notaris yang dapat dikenakan ganti rugi serta perubahan kedudukan pada akta notaris tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut penulis mengambil rumusan masalah : 1. Apakah hubungan hukum antara notaris dan penghadap dalam pembuatan akta yang dibuat dihadapannya sebagai dasar pengenaan sanksi? 2. Bagaimana kualifikasi perbuatan notaris yang dapat dituntut ganti rugi akibat akta yang dibuat dihadapannya? 3. Bagaimana kedudukan akta notaris dalam hal terjadinya ganti rugi yang dikenakan terhadap notaris berkaitan akta yang dibuat dihadapannya? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian ini belum pernah diteliti oleh pihak lain sehingga dapat dipertanggung jawabkan keasliannya. 6 Munir Fuady, 2010, Perbuatan Melawan Hukum (pendekatan kontemporer), Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 133
8 Meskipun demikian, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yangberkaitan adapun hasil penelitian tersebut adalah : 1. Perlindungan hukum bagi notaris berkaitan akta yang dibuat dihadapannya, studi kasus putusan Makhamah Agung No.1860/K.pid/2010. ditulis oleh Aloysius Yossi Ariwibowo, tahun 2012, dengan rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah akibat hukum dari putusan hakim tersebut terhadap notaris dan akta perseroan yang dibuatnya? b. Bagaimanakah dasar pemikiran yang dibangun oleh hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap notaris yang melakukan tindak pidana berkaitan dengan akta perseroan? Berdasarkan rumusan masalah di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Pengadilan Negeri Surakarta dan Pengadilan Tinggi Semarang menimbang bahwa pertanggungjawaban atas isi akta PKR adalah tanggungjawab notaris, sedangkan pertimbangan Mahkamah Agung menyatakan bahwa isi akta PKR tersebut adalah menjadi tanggungjawab penghadap. b. Perlindungan hukum yang bisa ditempuh berkaitan dengan kasus ini adalah dapat mengajukan ganti rugi, rehabilitasi, dan melaporkan hakim ke Komisi Yudisial untuk diperiksa dan dikoreksi apakah mereka betulbetul sudah cakap dalam memutus perkara tersebut dan apabila dapat dibuktikan terjadinya suap terhadap penyidik, jaksa atau hakim dalam menangani perkara maka dapat pula dituntut secara pidana
9 2. Tesis yang berjudul Analisa Yuridis Pembatalan Akta Notaris yang ditulis oleh Andi Auliya Jusman, tahun 2009 dengan rumusan masalah sebagai berikut : a. Faktor- Faktor apa yang dapat membatalkan akta notaris b. Tanggung jawab notaris terhadap pembatalan akta Berdasarkan rumusan masalah di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a. Faktor-faktor yang menyebabkan pembatalan akta notaris sebagai berikut 1) Tidak terpenuhinya syarat formil Syarat formil dalam pembuatan akta yang dimaksud adalah syaratsyarat yang ditegaskan dalam UUJN yang meliputi : a) Mengenai bentuk akta. b) Mengenai cap/stempel yang memuat lambang Negara Republik Indonesia. c) Mengenai pembacaan akta. d) Mengenai kecapakapn bertindak para penghadap dan mengenai saksi-saksi dalam akta. e) Mengenai tanda tangan dalam akta, yakni tanda tangan para penghadap, saksi-saksi dan notaris itu sendiri. f) Mengenai perubahan terhadap isi akta dan g) Mengenai larangan notaris dalam membuat akta 2) Tidak terpenuhinya syarat materiil Kepastian tentang materi/isi suatu akta, bahwa apa yang termuat dalam akta merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak
10 yang membuat akta, keterangan atau pernyataan yang dituangkan/dimuat dalam akta pejabat (berita acara), atau keterangan para pihak diberikan/disampaikan di hadapan notaris harus dinilai benar. Tidak terpenuhinya syarat materril adalah kesalahan yang berkaitan dengan isi akta, jadi apa yang diterangkan dalam akta tidak berdasarkan kebenaran, hal ini dikatakan sebagai akta yang cacat hukum secara materiil, ini dapat terjadi misalnya adanya 1.kekhilafan 2.paksaan 3.penipuan b. Tanggung jawab notaris terhadap pembatalan akta yang dibuatnya yaitu: 1) Bertanggungjawab secara pidana apabila notaris mengetahui atau sengaja dan bahkan membantu salah satu pihak memasukkan keterangan palsu dalam akta otentik. 2) Bertanggung jawab secara perdata apabila notaris melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi para pihak dalam pembuatan akta otentik. 3) Bertanggung jawab secara administrasi apabila notaris tidak melaksanakan kewajibannya dalam pembuatan akta otentik sebagaimana dijelaskan dalam pasal 85 UUJN. Menurut penulis, kedua tesis tersebut diatas dapat dilihat adanya kesamaan mengenai tema yang diteliti, yaitu berkenaan dengan adanya adanya kesalahan ataupun kelalaian pada notaris dan akibat-akibat hukumnya. Perbedaan
11 penelitian ini terletak pada pembahasan sanksi ganti rugi yang harus dikenakan kepada notaris terhadap akta yang dibuat dihadapannya. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dapat dianggap asli dan layak untuk dilakukan, namun jika masih terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan. b. Salah satu usaha untuk memperbanyak wawasan dan pengalaman serta menambah pengetahuan tentang Hukum Kenotariatan c. Dapat bermanfaat dalam mengadakan penelitian yang sejenis berikutnya di samping itu dapat digunakan sebagai pedoman penelitian yang lain. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat umum sebagai informasi untuk mengetahui adanya ketentuan yuridis yang mengatur sanksi ganti rugi terhadap notaris. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa, dosen, notaris, dan pembaca lain yang tertarik maupun berkepentingan dalam pelaksanaan pembangunan hukum kenotariatan. E. Tujuan Penelitian Dari dua permasalahan yang diuraikan di atas, memiliki tujuan yang hendak disampaikan penelitian ini yakni :
12 1. Untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana hubungan hukum antara notaris dan penghadap atau para penghadap dalam pembuatan akta yang dibuat dihadapannya sebagai dasar pengenaan sanksi ganti rugi. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana kualifikasi notaris yang dapat dituntut ganti rugi terhadap akta yang dibuat dihadapannya. 3. Untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana kedudukan akta notaris dalam hal terjadinya sanksi ganti rugi terhadap akta yang dibuat dihadapannya