Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM Yogyakarta 2

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

SKRIPSI PEMETAAN STATUS KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA DI BAGIAN TIMUR KABUPATEN NATUNA. Oleh : MUH KHOIRUL ANWAR H

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN MANGGA GEDONG GINCU DI KECAMATAN PANYINGKIRAN KABUPATEN MAJALENGKA

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA HIBRIDA DI PESISIR SELATAN DESA SIDOHARJO KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN

Kata kunci : Kesesuaian lahan, Padi gogo, Lahan kering.

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PADI SAWAH, PADI GOGO

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

Kata kunci: lahan kering, kedelai

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR JALUR SOLO- SELO-BOROBUDUR DI KECAMATAN CEPOGO DAN KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

Metode Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan adalah proses pendugaan tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai alternatif penggunaan,

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU SIMBELIN DAS ALAS KABUPATEN DAIRI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (19):

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

KESESUAIAN LAHAN TANAH MINERAL DAN TANAH HISTOSOL UNTUK TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN POLLUNG KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI OLEH :

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

SKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD)

Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

Kajian Potensi Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Hortikultura Di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SECARA FISIK UNTUK TANAMAN KEDELAI DI KELURAHAN PANDU KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL

PENDUGAAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN TANAMAN KOPI (Coffea Sp.) DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN DAIRI SKRIPSI. Oleh:

STUDI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN TOMAT DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK. Oleh :

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

ANALISIS SPASIAL UNTUK EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN APEL DI KOTA BATU - JAWA TIMUR

Geo Image 1 (10) (2012) Geo Image.

IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN TEBU DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN HELVETIA SKRIPSI DIAN NOVITA SARI SINAGA

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI KABUPATEN NIAS BARAT TESIS. Oleh TAUFIK OCTAVIAN GULO /PWD

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK WMODPTAS PAD1 BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG RUDIN HAMSYAH

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK WMODPTAS PAD1 BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG RUDIN HAMSYAH

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

Transkripsi:

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI WILAYAH PERBATASAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Studi Kasus di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua) Muh. Aris Marfai 1 dan Ahmad Cahyadi 2 1 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM Yogyakarta 2 Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai Fakultas Geografi UGM Yogyakarta Email: 1arismarfai@gadjahmada.edu, 2ahya.edelweiss@gmail.com Abstract This research aims to analyze the land suitability in the national border on Olikobel District, Merauke District, Sota District, and Naukenjarai District which are located in the eastern national border of Indonesia. Land suitability analysis conducted in this research is focused for the rice farming and rubber planting. Using the land unit as the basic of the analysis and the required characteristics of the area for growing the plants, comparison study has been done to match the land condition and its requirement to grow. The result of this research has shown various land suitability for growing the plants. For rubber plant, the best location for growing is located in the Sota and Olikobel District, which area extends of 140,942.5 hectares. Due to the drainage and flooding, several parts of the research area are considered has low suitability to grow the rubber plants. As the results, various classes of land suitability for rubber plants consist of S1, S2b, S2se, S3wf, Nwf dan Nwft are found in the research area. For rice farming, Marauke District is considered has the most suitable area to grow the rice, in which the area extends for 9,948.52 hectares. Drainage and flooding also becomes the limitation factor of the land suitability, causing various classes of land suitability for rice farming, namely: S1, S3w, S3wt, S3ws, S3wse, S3wtse, Nt, Nws dan Nwt. Therefore, proposed method in drainage management area is required. With the improvement in the soil drainage is predicted to increase the extents of most suitable area (S1) to be 147,883.28 hectares. Keywords: National Border; Merauke; Land Suitability; Rice Farming; Rubber Planting 1. Pendahuluan Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki wilayah perbatasan laut dengan 10 negara dan wilayah perbatasan darat dengan 3 negara. Luasnya perbatasan laut dan darat membutuhkan dukungan sistem manajemen perbatasan yangg terorganisir dan professional (Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, 2011). Hal ini karena wilayah perbatasan adalah beranda depan bangsa yang menjadi manivestasi kedaulatan negara, cermin nyata sistem pertahanan dan keamanan suatu negara serta merupakan simbol ketertiban, penegakan hukum, dan keamanan suatu negara (Hadi, 2011; Batubara, 2011; dan Marlissa, 2011). Hal inilah yang menjadikan pembangunan wilayah perbatasan menjadi bagian dari rencana strategis pembangunan jangka menengah kabinet Indonesia Bersatu yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2005 dan Perpres Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Provinsi Papua memiliki luas wilayah ± 317.000 km2. Provinsi ini sejak Tahun 2009 terbagi ke dalam 28 wilayah administrasi pemerintah kabupaten dan 1 (satu) kota dengan 250 bahasa daerah (Marlissa, 2011). Provinsi ini memiliki wilayah perbatasan darat dengan Negara Papua Nugini sepanjang ± 770 km. Salah satu wilayah perbatasan di Provinsi Papua adalah Kabupaten Merauke. Kabupaten ini memiliki empat kecamatan (distrik) di wilayah perbatasan, yakni Kecamatan Olikobel, Kecamatan Merauke, Kecamatan Sota dan Kecamatan Naukenjerai (Badan 260

Muh. Aris Marfai, dkk. : Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Komoditas... Nasional Pengelolaan Perbatasan Republik Indonesia, 2011). Perpres Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Percapatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2011-2014 menjadikan Kabupaten Merauke menjadi pusat pengembangan pangan dan energi terpadu atau Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) serta sebagai pusat pengembangan minapolitan. Pengembangan ekonomi wilayah ini diharapkan dapat memunculkan sentra ekonomi yang nantinya akan mendukung pertumbuhan komoditas perbatasan. Dalam hal ini komoditas pertanian dan energi merupakan komoditas yang diunggulkan. Pembangunan ini nantinya akan membantu negara dalam sinergisme pelaksanaan pengamanan wilayah perbatasan (Hadi, 2011). Padi dan karet merupakan komoditas yang akan dikembangkan dalam rangka Merauke Integrated Food and Energy Estate. Padi merupakan komoditas pertanian dengan produksi paling banyak Tahun 2010 di empat kecamatan di perbatasan Kabupaten Merauke ini, sedangkan pada tahun yang sama karet merupakan komoditas perkebunan dengan produksi terbesar kedua setelah kelapa (Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan Republik Indonesia, 2011). Selain itu, pengembangan kedua komoditas ini merupakan 2 (dua) dari 22 kegiatan ekonomi utama yang akan dikembangkan dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025 (Perpres Nomor 32 Tahun 2011). Rencana ini perlu didukung dengan data dan informasi tentang kesesuaian lahan untuk tanaman padi dan karet agar hasilnya optimal dan dapat direncanakan luas lahan yang akan dikembangkan, lokasi pengembangan yang optimal serta pengolahan lahan yang akan dilakukan untuk mengatasi faktor pembatas yang ada di lokasi pengembangan. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu (Arsyad, 1989 dan Sitorus, 1985). Pemanfaatan lahan yang sesuai dengan syarat-syarat hidup tanaman tidak hanya akan memberikan hasil yang optimum namun juga dapat menjaga keberlanjutan pemanfaatan lahan di masa mendatang (Rayes, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan kesesuaian lahan kualitatif skala tinjau (1:250.000) untuk tanaman karet dan padi. Wilayah kajian terletak di wilayah perbatasan Kabupaten Merauke Provinsi Papua yang meliputi empat distrik yang meliputi Kecamatan Olikobel, Kecamatan Merauke, Kecamatan Sota dan Kecamatan Naukenjerai. 2. Metode Pemetaan kesesuaian lahan dilakukan dengan unit analisis satuan lahan. Peta satuan lahan disusun dengan melakukan tumpangsusun (overlay) peta bentuk lahan, peta tanah dan peta penggunaan lahan (Gambar 1) yang kesemuanya memiliki skala 1: 50.000. Overlay dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG). Gambar 1. Diagram Alir Metode Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan 261

Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 260-267 Tabel 1. Kelas Kesesuaian Lahan Berdasarkan Parameter Syarat Tumbuh Tanaman Karet No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N 1 Suhu (oc) 26-30 30-34 ; 34-36 22-24 >34 ; <22 2 Curah Hujan 2500-3000 2000-2500; 1500-2000; >4000; <1500 (mm/tahun) 3000-3500 3500-4000 3 Jumlah Bulan Kering 1-2 2-3 3-4 >4 5 Tekstur Tanah Halus, Agak Halus, - Agak Kasar kasar Sedang 6 Kedalaman >100 75-100 50-75 <50 Tanah (cm) 7 ph H2O 5.0-6.0 6.0-6.5 ; 4.5-5.0 >6.5 ; < 4.5 8 Lereng (%) < 8 8-16 16-30 >30 9 Tingkat Bahaya Erosi Sangat Rendah Rendah-Sedang Berat Sangat Berat 10 Banjir F0 - F1 >F1 11 Batuan Permukaan < 5 5-15 15-25 >25 12 Drainase baik agak cepat, terhambat, sangat sedang agak terhambat terhambat, cepat Sumber: Puslitanak, Departemen Pertanian Indonesia (1993) dengan modifikasi Tabel 2. Kelas Kesesuaian Lahan Berdasarkan Parameter Syarat Tumbuh Tanaman Padi No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N 1 Temperatur rerata ( C) 24-29 22-24 18-22 < 18 2 Kelembaban (%) 33-90 30-33 < 30; > 90 3 Drainase agak terhambat, terhambat, baik sangat terhambat, cepat sedang agak cepat 4 Tekstur halus, agak halus sedang agak kasar kasar 5 Kedalaman tanah (cm) > 50 40-50 25-40 < 25 6 ph H2O 5,5-8,2 4,5-5,5 ; 8,2-8,5 < 4,5 ; > 8,8 7 Lereng (%) < 3 3-5 5-8 > 8 8 Bahaya erosi sangat rendah rendah sedang berat 9 Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15-40 > 40 Sumber: Puslitanak, Departemen Pertanian Indonesia (1993) dengan modifikasi 262

Muh. Aris Marfai, dkk. : Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Komoditas... Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Karet 263

Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 260-267 Penentuan kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan dari masingmasing tanaman yang dianalisis. Masing-masing tanaman memiliki syarat kesesuaian tumbuh yang berbeda-beda. Penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan menggunakan dua ordo yakni Sesuai (S) dan Tidak Sesuai (N), sedangkan kelas kesesuaian lahan yang digunakan adalah empat kelas yakni Sangat Sesuai (S1), Sesuai (S2), Agak Sesuai (S3) dan Tidak Sesuai (N). Sub kelas kesesuaian lahan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penambahan faktor kendala atau penghalang pertumbuhan tanaman yang terdiri dari drainase (w), tekstur tanah (t), lereng (s), banjir (f), kerikil/batuan (b), salinitas (g), suhu (c), curah hujan (p), kedalaman tanah (k), ph (h), dan tingkat bahaya erosi (e). Tabel 1 dan 2 menunjukkan kriteria dan kelas kesesuaian lahan yang digunakan pada masing-masing tanaman yang dianalisis. Data tanah diambil dari data hasil survei lapangan. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada masing-masing satuan lahan yang dilaksanakan pada 30 Oktober 2011 sampai dengan 12 November 2011. Data meteorologi yang digunakan adalah data stasiun meteorologi Merauke Tahun 2002-2009. Stasiun yang digunakan hanya satu karena empat stasiun meteorologi lain di sekitar lokasi penelitian memiliki data dengan kualitas buruk (lebih dari separuh data kosong). Empat stasiun tersebut adalah stasiun meteorologi Agats, Kepi II, Mindiptana, dan Bade. Parameter yang digunakan untuk analisis kesesuaian lahan didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh Puslitanak (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat) Departemen Pertanian Tahun 1993. Tabel 1 dan 2 menunjukkan kriteria dan kelas kesesuaian lahan yang digunakan pada masingmasing tanaman yang dianalisis. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis terhadap peta kesesuaian lahan untuk tanaman karet menunjukkan bahwa wilayah penelitian terdiri dari enam sub kelas kesesuaian lahan, yakni S1, S2b, S2se, S3wf, Nwf dan Nwft. Luas lahan dengan kesesuaian Sangat sesuai (S1) adalah seluas 140.942,5 hektar yang tersebar di dua distrik, yaitu Kecamatan Olikobel dengan luas 28.478,20 hektar dan Kecamatan Sota dengan luas 28.478,20 hektar (Gambar 2). Tabel 3 menunjukkan bahwa pengembangan tanaman karet hanya dapat dilakukan di Kecamatan Sota dan Kecamatan Olikobel. Hal ini karena kesesuaian lahan di Kecamatan Merauke dan Kecamatan Naukenjerai hanya memiliki kesesuaian lahan agak sesuai (S3wf) dan selebihnya merupakan lahan yang tidak sesuai untuk tanaman karet. Hasil analisis Tabel 3 juga menunjukkan bahwa faktor yang menjadi kendala pengembangan tanaman karet di wilayah penelitian terdiri atas faktor drainase, banjir, tekstur tanah, dan bahaya erosi. Namun demikian, faktor yang paling banyak menyebabkan lahan tidak sesuai dengan syarat hidup dan perkembangan tanaman karet adalah drainase yang sangat terhambat dan kejadian banjir yang sering terjadi. Hal ini disebabkan lahan dengan faktor Tabel 3. Luas Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Karet di Masing-Masing Kecamatan Kecamatan Sub Kelas Kesesuaian Lahan Luas (Ha) Persen Luas Distrik (%) Merauke S3wf 9.948,52 6,97 Nwf 48.768,89 34,15 Nwft 84.077,55 58,88 Naukenjerai Nwf 44.761,00 49,25 Nwft 46.115,10 50,75 Olikobel S1 112.464,30 67,86 S2se 45.489,57 27,45 Nwf 7.770,15 4,69 Sota S1 28.478,20 10,13 S2b 41.321,07 14,70 Nwf 46.583,25 16,57 Nwft 164.730,60 58,60 264

Muh. Aris Marfai, dkk. : Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Komoditas... Gambar 3. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi 265

Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 260-267 kendala drainase (w) dan banjir (f) terletak pada lahan berawa. Hasil analisis terhadap peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi menunjukkan bahwa pada wilayah penelitian terdiri dari 9 sub kelas, yaitu S1, S3w, S3wt, S3ws, S3wse, S3wtse, Nt, Nws dan Nwt. Kesesuaian lahan dengan kelas sangat sesuai (S1) hanya terdapat di Kecamatan Merauke dengan luas lahan sebesar 9.948,52 hektar, sedangkan lahan yang lain hanya memiliki kesesuaian lahan agak sesuai (S3) dan tidak sesuai (N) (Gambar 3). Hal ini berarti bahwa jika tidak dilakukan usaha-usaha mengatasi faktorfaktor kendala, maka pengembangan padi di wilayah penelitian hanya dapat dilakukan di Kecamatan Merauke. Tabel 4. Luas Sub Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi di Masing-Masing Kecamatan Sub Kelas Luas (Ha) Persen Luas Kecamatan Kesesuaian Distrik (%) Lahan MeraukeS1 9.948,52 6,97 S3w 48.768,89 34,15 S3wt 4.399,37 3,08 S3wtse 71.621,55 50,16 Nt 2.509,77 1,76 Nwt 5.546,85 3,88 Naukenjerai S3w 44.761,00 49,25 S3wtse 17.621,14 19,39 Nt 28.493,95 31,35 Olikobel S3w 7.770,15 4,69 S3ws 112.464,33 67,86 Nws 45.489,57 27,45 Sota S3w 46.583,25 16,57 S3ws 28.478,20 10,13 S3wt 7.864,71 2,80 S3wse 41.321,07 14,70 S3wtse 156.865,84 55,80 Hasil analisis Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor yang menjadi kendala pengembangan tanaman padi di wilayah penelitian terdiri atas faktor drainase, tekstur tanah, bahaya erosi dan lereng. Faktor yang paling banyak menyebabkan lahan tidak sesuai dengan syarat hidup dan perkembangan tanaman padi adalah drainase yang sangat terhambat. Hal ini disebabkan lahan dengan faktor kendala drainase (w) terletak pada lahan berawa. Selain itu, faktor lain yang menjadi penghambat adalah lereng dan bahaya erosi yang terdapat pada lahan dengan kemiringan > 8%. Penanganan faktor penghambat berupa drainase dapat meningkatkan kesesuaian lahan di wilayah penelitian sampai pada kelas sangat sesuai (S1). Luas lahan tersebut adalah sebesar 147.883,28 hektar. 4. Simpulan Kesesuaian lahan untuk tanaman karet terdiri dari enam sub kelas kesesuaian lahan, yakni S1, S2b, S2se, S3wf, Nwf dan Nwft. Luas lahan dengan kesesuaian Sangat sesuai (S1) adalah seluas 140.942,50 hektar yang terdapat di Kecamatan Sota dan Kecamatan Olikobel. Faktor utama penghambat pengembangan tanaman karet di wilayah penelitian adalah drainase yang sangat terhambat dan banjir yang sering terjadi. Hal ini karena lahan-lahan dengan faktor kendala tersebut terletak pada lahan berawa. Kesesuaian lahan untuk tanaman padi di wilayah penelitian terdiri dari 9 sub kelas, yaitu S1, S3w, S3wt, S3ws, S3wse, S3wtse, Nt, Nws dan Nwt. Kesesuaian lahan dengan kelas sangat sesuai (S1) hanya terdapat di Kecamatan Merauke dengan luas lahan sebesar 9.948,52 hektar. Penanganan faktor penghambat drainase dapat meningkatkan luas lahan dengan kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) seluas 147.883,28 hektar. 5. Ucapan Terimakasih Sebagian data yang digunakan dalam makalah ini diperoleh dari kegiatan Kajian Potensi dan Model Pengembangan Ekonomi Lokal Kawasan Perbatasan Darat di Kabupaten Merauke Provinsi Papua yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) Republik Indonesia. 266

Muh. Aris Marfai, dkk. : Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Komoditas... Daftar Pustaka Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB. Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) Republik Indonesia. 2011. Kajian Potensi dan Model Pengembangan Ekonomi Lokal Kawasan Perbatasan Darat di Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Laporan Penelitian. Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) Republik Indonesia. Jakarta. Batubara, H. 2011. Membangun Sistem Pertahanan dan Rasa Aman oleh Masyarakat di Wilayah Perbatasan. Makalah Workshop Nasional Pertahanan Kawasan Perbatasan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1-2 November 2011. Hadi, S. 2011. Peranan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dalam Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Perbatasan. Makalah Workshop Nasional Pertahanan Kawasan Perbatasan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1-2 November 2011. Marlissa, E.R. 2011. Pembangunan dan Kebutuhan Penduduk di Seputar Wilayah Perbatasan Anatar Negara di Provinsi Papua. Makalah Workshop Nasional Pertahanan Kawasan Perbatasan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1-2 November 2011 Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. 2011. Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan. Makalah Workshop Nasional Pertahanan Kawasan Perbatasan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1-2 November 2011. Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Perpres Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Perpres Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Percapatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2011-2014. Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Puslitanak (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat) Departemen Pertanian. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Bogor: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Rahim, S.E. 2006. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara. Sitorus, S.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito. Suripin. 2007. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 267