BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki peran penting terhadap suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Setiap aktivitas yang dilakukan manusia sangat berpengaruh terhadap DAS, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil dari kegiatan manusia dapat menyebabkan kerusakan pada DAS salah satunya terjadi erosi. Erosi salah satu masalah utama yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) dalam Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKDA-BM) (2013) menunjukkan bahwa luas lahan kritis di Indonesia mencapai 52,5 juta hektar, dengan rincian untuk pulau Jawa dan Bali seluas 13,52%, pulau Sumatera sekitar 9,14%, Kalimantan sekitar 14,09%, Sulawesi sekitar 9,71%, Maluku dan Nusa Tenggara sekitar 11,81%, serta Papua sekitar 22,48%. Permasalahan lahan kritis akan menyebabkan terjadinya erosi dan pendangkalan aliran sungai. Erosi akan berpengaruh terhadap daerah di bagian hilir sungai seperti waduk atau danau. Erosi yang masuk dan mengendap di waduk akan menjadi sedimentasi. Semakin banyak sedimentasi yang terjadi di dasar waduk maka menyebabkan pendangkalan yang dapat mempengaruhi umur dan fungsi waduk. Salah satu daerah yang mengalami peristiwa ini yaitu di wilayah sub-das Ngrancah yang hilirnya terdapat Waduk Sermo, Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dampak dari kejadian erosi tidak hanya sedimentasi tetapi juga menurunkan kualitas tanah dan memperluas terjadinya lahan kritis. Suharno dalam Kusumandari (1999) menyebutkan lahan kritis yang terjadi di sub-das Ngrancah sudah dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Ditandai dengan keadaan kualitas lahan yang buruk sebesar 85,17% dari luas sub-das Ngrancah termasuk dalam kategori kualitas buruk sampai sangat buruk. Keadaan ini disebabkan 1

2 2 karena tingkat bahaya erosi terjadi sebesar 77% dari luas sub-das yang termasuk dalam golongan berat sampai sangat berat. Aktivitas masyarakat rata-rata di daerah hulu sub-das Ngrancah adalah bercocok tanam dengan didominasi kebun campur dan tegalan. Selain itu, kondisi topografinya yang memiliki kemiringan lereng lumayan curam membuat kondisi tanah di sub-das menjadi lebih mudah untuk tererosi ketika terjadinya hujan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan teknik konservasi tanah akan berpengaruh pada bagian hilir dari Daerah Aliran Dasar (DAS) yaitu menghasilkan erosi dan sedimentasi sehingga akan berpengaruh terhadap umur dan fungsi dari Waduk Sermo. Beberapa penelitian yang dilakukan di sub-das Ngrancah maupun Waduk Sermo diantaranya Kusumandari (2012) menyebutkan bahwa kondisi sub-das Ngrancah saat ini sudah mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena pemilihan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kapasitas dan daya dukung lahan. Legono dan Fathani (2004) dalam Setiawan (2010) menyebutkan dari tahun , terjadi sedimentasi sebesar 750,65 m 3 /tahun diakibatkan karena proses pembangunan di DTH Waduk Sermo, sedangkan data echosounding dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) menunjukkan bahwa dari tahun , volume sedimen yang masuk ke waduk sebesar m 3 /tahun. Tandung (2004) memaparkan bahwa sub-das Ngrancah mempunyai kemiringan lereng yang cukup curam dan jenis tanahnya Latosol Coklat Kemerahan termasuk jenis tanah yang mudah tererosi dan menyebabkan sedimentasi di waduk semakin besar. Tidak semua tanah yang tererosi, terbawa menjadi sedimen, karena ada sebagian dari sedimen tersebut yang dapat terendapkan di tempat lain yang lebih rendah di permukaan tanah. Untuk itu perlu perbandingan antara jumlah sedimen yang sungguh-sungguh terbawa oleh aliran sungai yang masuk ke waduk terhadap jumlah tanah yang tererosi pada suatu daerah aliran sungai disebut dengan Sediment Delivery Ratio (SDR) (Kironoto dan Yulistiyanto, 2000). William dan Brendt (1972) menjelaskan bahwa besarnya Sediment Delivery Ratio sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, juga

3 3 bervariasi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena SDR tidak hanya dipengaruhi oleh luas DAS saja tetapi juga dipengaruhi faktor-faktor lain seperti kerapatan drainase, panjang basin, relief basin, Indeks SCS Curve Number dan lainnya. Beberapa studi telah mengkaji persamaan empiris SDR untuk memprediksi sediment yield di suatu daerah berdasarkan laju erosi lahan. Hampir sebagian besar dari persamaan tersebut dikembangkan di Amerika Serikat yang memiliki topografi dan iklim yang berbeda dengan Indonesia. Persamaan SDR yang telah dikembangkan di Indonesia seperti penelitian Suripin untuk DAS Wonogiri di Solo dan Humairo untuk DAS Dodokan di Lombok, sedangkan untuk sub-das Ngrancah di Waduk Sermo belum ada yang meneliti. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji seberapa besar persamaan empiris SDR bisa digunakan dan sesuai terutama untuk Daerah Tangkapan Hujan Waduk Sermo, agar dapat memprediksi banyak sedimen yang masuk ke dalam waduk. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. menghitung perkiraan laju erosi lahan di Daerah Tangkapan Hujan (DTH) Waduk Sermo, 2. menghitung nilai Sediment Delivery Ratio (SDR) untuk DTH Waduk Sermo, 3. menganalisa persamaan SDR yang sesuai dengan parameter-parameter berdasarkan karakteristik Daerah Aliran Sungai untuk DTH di Waduk Sermo. 4. memilih persamaan SDR yang cocok untuk DTH Waduk Sermo. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. dapat membantu memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait dalam kepentingan konservasi tanah dan air, sehingga dapat mencegah dan mengurangi permasalahan erosi dan sedimen menjadi lebih baik dari sebelumnya,

4 4 2. menjadi bahan informasi bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian sejenis pada masa yang akan datang. 1.4 Batasan Penelitian Agar penelitian ini lebih terfokus dan keterbatasan waktu serta biaya, maka penelitian ini perlu dibatasi seperti berikut ini. 1. Lokasi Penelitian adalah Daerah Tangkapan Hujan (DTH) Waduk Sermo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Menggunakan data Curah Hujan Tahun Menggunakan tiga Stasiun Hujan yaitu Sermo, Borrow Area, Plaosan. 4. Menggunakan data Echosounding Tahun Keaslian Penelitian Penelitian tentang kajian sedimen waduk sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Setiawan (2010) dengan judul Kajian Sedimentasi Waduk Berdasarkan Kondisi Tata Guna Lahan: Studi Kasus Waduk Sermo Kabupaten Kulon Progo, dari hasil penelitiannya diketahui bahwa tataguna lahan tahun 2007 (citra ALOS) menghasilkan erosi permukaan lahan 3,6 mm/tahun dan nilai SDR 0,79. Kajian pengaruh erosi lahan terhadap sedimentasi yang terjadi di waduk Bili-Bili Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan oleh Fadiah (2006) menggunakan metode MUSLE. Dari hasil penelitiannya diperoleh laju erosi berdasarkan tata guna lahan (Peta Citra Landsat) tahun 2003 sebesar 4,25 mm/tahun atau setara dengan m 3 /tahun. Nilai SDR yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 0,423. Saidah (2007) telah melakukan penelitian dengan judul Modifikasi Model Sediment Delivery Ratio untuk Daerah Aliran Sungai Dodokan di Lombok, dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa laju erosi lahan di DAS Dodokan hulu mencapai ,76 ton/tahun, dan sedimentasi rerata yang terjadi sebesar ton/tahun, dengan angka SDR lapangan adalah 16,552%.

5 5 Hal ini menunjukkan bahwa penelitian mengenai erosi lahan dan sedimentasi yang masuk ke waduk dengan mengkaji persamaan SDR yang sesuai untuk DTH Waduk Sermo Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta berdasarkan karakteristik Daerah Aliran Sungai belum pernah dilakukan.