Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Hayati PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIKA SECARA MIKROBIOLOGI. Oleh : Dr. Harmita

ANALISIS POTENSI ANTIBIOTIKA SECARA HAYATI

Standar Mikrobiologi dan Uji Mikrobiologi untuk Bahan dan Produk Farmasi. Marlia Singgih Wibowo

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

UJI EFEKTIVITAS PENGAWET ANTIMIKROBA. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

LAMPIRAN A SKEMA KERJA PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

Penetapan kadar/potensi antibiotik dengan cara mikrobiologi. Slamet Ibrahim Marlia Singgih School of Pharmacy ITB

II. METODELOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

BAB III METODELOGI PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

25 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat.

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB 4 METODE PE ELITIA

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB IV METODE PENELITIAN

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan : Cara Kerja :

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

II. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

Mengapa antibiotik perlu ditentukan kadar atau potensinya? Efek penggunaan antimikroba yang meningkat, sehingga meningkatkan pula efek resistensi berbagai mikroba patogen Mikroba patogen dan virus baru : HIV, Avian Flu Virus Efektivitas daya hambat atau daya bunuh antimikroba sangat tergantung pada jumlah dan kekuatan zat aktif nya

Pengertian kadar vs potensi Kadar jumlah per satuan berat/volume Potensi ukuran kekuatan /daya hambat atau daya bunuh zat aktif terhadap mikroorganisme tertentu

Mengapa harus dengan cara mikrobiologi? Respons mikroba terhadap antibiotik berbeda-beda Spesifik Sensitif

Spektrum beberapa antibiotika

Skema analisis patogen dan metode analisis yang digunakan ELISA untuk analisis antigen spesifik pada mikroba patogen Uji senyawa antibiotik untuk penentuan KHM antibiotik terhadap mikroba suspect

Prinsip uji potensi antibiotik berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV 1995 Estimasi dari potensi antibiotik melalui perbandingan langsung antara sampel (antibiotik uji) dengan antibiotik standar yang telah disahkan penggunaannya, terkalibrasi dengan baik, dan umum digunakan sebagai rujukan.

Tujuan uji Sebagai standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas (potensi) antibiotik terhadap efek daya hambatnya pada mikroba.

Metode Umum 1. Lempeng (silinder / kertas cakram) 2. Turbidimetri (tabung)

Metode Lempeng Silinder Difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada jumlah tertentu Mikroba dihambat pertumbuhannya

Metode Turbidimetri Hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik Metode turbidimetri digunakan pada sampel yang sulit larut dalam air, contoh: Gramisidin

Persiapan uji Mikroorganisme Bahan Alat

Peralatan Cuci bersih sebelum dan sesudah digunakan Sterilkan dengan pemanasan kering atau uap air

Pengendalian Termostatik Selama inkubasi dalam penetapan pada lempeng dan tabung Metode lempeng ± 0,5 C Metode turbidimetri ± 0,1 C suhu dapat diperoleh dengan sirkulasi udara dan air.

Wadah (1) Metode Lempeng Silinder: 1. Cawan petri kaca atau plastik ukuran 20 x 100 mm 2. Silinder dari besi tahan karat atau porselen diameter luar 8 mm, diameter dalam 6 mm, tinggi 10 mm 3. Bersihkan dengan asam nitrat 2 N bila perlu

Wadah (2) Metode Turbidimetri: 1. Tabung reaksi kaca/plastik ukuran dan ketebalan seragam 2. Tabung Spektrofotometer harus steril dan sesuai 3. Semua residu dihilangkan serta selalu sterilisasi sebelum dan sesudah

Media dan Larutan Dapar Media Media 1 ph 6,6 Media 2 ph 6,6 Media 3 ph 7,0 Media 5 ph 7,9 Media 8 ph 5,9 Media 9 ph 7,2 Media 10 ph 7,2 Media 11 ph 8,3 Media 13 ph 5,6 Media 19 ph 6,1 Media 32 ph 6,6 Media 34 ph 7,0 Media 35 ph 7,0 Media 36 ph 7,3 Media 39 ph 7,9 Larutan Dapar Dapar nomor 1 ph 6,0 Dapar nomor 3 ph 8,0 Dapar nomor 4 ph 4,5 Dapar nomor 10 ph 10,5 Dapar nomor 16 ph 7,0 Cat: untuk pelarut lain Air murni Formaldehide encer Injeksi larutan NaCl

Unit dan Baku Pembanding Potensi Antibiotik

Definisi Adalah antibiotik dimana potensinya yang dinyatakan dalam unit atau µg aktivitas antibiotik per mg zat kering telah ditetapkan secara nasional (BPFI). µg aktivitas dianggap terdiri dari bahan kimia tunggal unit merupakan baku pembanding apabila terdapat lebih dari satu bahan aktif antibiotik dalam suatu obat antibiotik.

Penyiapan Baku Larutan persediaan: larutkan sejumlah atau seluruh isi vial baku pembanding antibiotik seperti pada tabel 1 Simpan dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu yang ditentukan Pada hari penetapan, buat pengenceran dari larutan persediaan (5), umumnya dengan perbandingan 1 : 1,25 untuk lempeng silinder atau lebih kecil pada turbidimetri

Ketentuan Ampisilin : buat enceran larutan baku pembanding dan larutan uji secara bersamaan Zink Basitrasin : tiap enceran larutan baku harus mengandung asam klorida sejumlah sama dengan larutan uji. Secara umum pengeringan dilakukan pada oven hampa udara 5 mmhg, 60 C, selama 3 jam.

Penyiapan Contoh Buat larutan serta enceran larutan uji sesuai dengan antibiotik pembanding. Penetapan hanya membutuhkan 1 tingkat dosis uji yang sesuai dengan dosis tengah baku pembanding Dosis uji (U) = Dosis S 3

Mikroba Uji dan Inokula

Mikroba Uji Mikroba uji untuk masing-masing antibiotik tertera pada Tabel 2, pelihara pada agar miring dan inkubasikan sesuai dengan Tabel 3 Mikroba uji harus merupakan galur murni dan dipindahkan setiap minggu. Pada Klebsiella pneumoniae gunakan biakan tidak berkapsul

Penyiapan Inokula 1. Inokulasikan biakan segar ke 250 ml media agar dalam tabung Roux, sebarkan secara merata, inkubasikan pada suhu dan waktu tertentu. 2. Larutkan biakan permukaan ke dalam 50 ml larutan NaCl 0,9 % steril. 3. Atur perbandingan hingga inokula mempunyai transmitans 25 % terhadap blangko. 4. Untuk penetapan turbidimetri, optimalkan hubungan antara dosis dan respon. 5. Pada penetapan lempeng silinder, atur larutan suspensi hingga menghasilkan batas daerah hambatan yang memuaskan; yaitu 14 mm-16 mm

Cara Pengujian: 1. Desain penetapan 2. Metode lempeng silinder 3. Metode Turbidimetri 4. Cara perhitungan

Desain Penetapan (1) Pada penetapan lempeng silinder, perbandingan pokok dibatasi pada hubungan pengukuran diameter hambatan antar lempeng. Pada penetapan turbidimetri, perbandingan pokok dibatasi pada hubungan antara kekeruhan yang diamati pada tiap rak. Dianjurkan hanya menggunakan satu aras dosis dengan suatu kurva baku dan pengenceran larutan minimal 5 atau lebih

Desain Penetapan (2) Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi dipengaruhi oleh variabel intra dan antar penetapan. Awali dengan penyiapan larutan baku dan uji secara terpisah, dan ulangi pada hari yang berbeda. Jika hasil yang diperoleh berbeda signifikan, lakukan satu atau lebih penetapan tambahan

Metode Turbidimetri 1 ml larutan uji dan larutan baku tiap dosis pada 3 tabung reaksi; buat triplo dan letakkan acak Buat 2 tabung kontrol Tambahkan 9,0 ml inokula ke dalam tiap tabung Letakkan tabung dalam tangas air atau inkubator pada suhu (36-37,5) C; selama 2 jam Setelah inkubasi tambahkan 0,5 ml larutan formaldehide encer Ukur transmitans atau serapan pada 530 nm

Metode Turbidimetri (2) Pada desain penetapan 5 aras dosis: 1. Buat 20 sediaan uji yang sama dengan S 3 baku 2. Buat juga pengenceran S 3 lain sebagai rujukan uji pertumbuhan 3. Tambahkan 1 ml larutan uji ke dalam 3 tabung dan 1 ml pengencer bebas antibiotik ke dalam 6 tabung 4. Tambahkan 9,0 ml inokula 5. Inkubasi 6. Tambahkan 0,5 ml larutan formaldehide encer 7. Hitung transmitan atau serapan pada 530 nm

Metode Lempeng Silinder Pada cawan petri dibuat lapisan dasar yang licin Tambahkan 4,0 ml lapisan inokula Jatuhkan 6 buah silinder pada permukaan agar dalam radius 2,8 cm; pada ketinggian 12 mm Isi silinder selang seling dengan dosis tengah baku (S 3 ); buat triplo Inkubasikan pada suhu 32-35 C selama 16-18 jam Ukur diameter hambatan yang terbentuk pada agar

Desain pengujian Dipilih berdasarkan hasil akhir yang diinginkan, presisi tinggi atau tidak. Desain yang digunakan : 2+2 : yaitu satu baku pembanding dan satu sampel, masing-masing dengan dua tingkat dosis yang diperlakukan dalam satu lempeng (cawan) agar 3+3 : yaitu satu baku pembanding dan satu sampel, masing-masing dengan tiga tingkat dosis yang diperlakukan dalam satu lempeng (cawan) agar 5+1 : yaitusatubakupembandingdengan5 tingkat dosis dan satu sampel dengan satu tingkat dosis yang setara dengan dosis menengah (dosis acuan) baku pembanding.

Desain Pengujian 3+3 Larutan baku pembanding : sejumlah tertentu baku pembanding dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sedemikian sehingga diperoleh larutanindukygsetaradgn1000 IU/mL. Pengenceran dibuat sehingga diperoleh larutan baku dosis rendah, dosis menengah dan dosis tinggi dengan pebandingan yang relatif sama, misalnya 1:2, 2:3 atau 3:4

Larutan uji : ditimbang sejumlah tertentu sampel, dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sehingga diperoleh larutan sampel induk yg setara dengan 1000 IU/mL. Pengencerandilakukandengandosis yang kira-kira sama dengan larutan baku pembanding.

Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam selinder atau serapkan pada kertas cakram sebanyak 100 μl di atas media agar yang telah diinokulasikan mikroba uji. Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada 35-37 ºC selama 18-24 jam. Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang terbentuk diukur garis tengahnya.

Dosis baku Dosis sampel

Desain pengujian 5+1 Larutan baku pembanding yang dibuat sama dengan desain 3+3, hanya dibuat pengenceran S1, S2, S3, S4 dan S5 dengan tingkat perbandingan 1,25. Dosis tengah ditetapkan dulu, misalnya 10 IU/mL, maka: S2=8,0 IU/mL, S1=6,4 IU/mL, S4=12,5 IU/mL dan S5=15,6 IU/mL

Larutan uji/sampel dibuat larutan induk dan pengenceran yang sama dengan larutan baku pembanding. Larutan S3 (pembanding dosis tengah) selanjutnya selalu ditempatkan pada setiap media agar yg digunakan, dan ke dalam selinder pencadang atau kertas cakram yg digunakan dimasukkan 100 μl larutan pembanding lainnya (S1, S2, S4, S5) dan larutan uji (U), masing-masing triplo.

Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam selinder atau serapkan pada kertas cakram sebanyak 100 μl di atas media agar yang telah diinokulasikan mikroba uji. Pre-inkubasi selama 1 jam, lalu inkubasi pada 35-37 ºC selama 18-24 jam. Setelah masa inkubasi, daerah hambat yang terbentuk diukur garis tengahnya.

Pola letak uji pada desain (5+1) S1 S3 S2 S3 S4 S3 Dosis S3 Dosis lainnya S3 S3 S5 U

Cara Perhitungan

Desain pengujian (3+3) Cara perhitungan dengan desain 3+3 terdapat pada Farmakope Indonesia edisi III, tahun 1979 Analisis meliputi : analisis variansi, perhitungan potensi dan batas keyakinan potensi hasil penetapan

Desain pengujian (5+1) Sebelum menghitung potensi, dilakukan terlebih dahulu koreksi garis tengah rata-rata diameter daerah hambat dosis larutan baku S1, S2, S4 dan S5 Cara :

Hitung diameter rata-rata S3 di semua cawan (Y 3T ) Hitung diameter rata-rata S3 pada masing-masing cawan larutan baku S1,2,4 dan 5 (Y 31, Y 32, Y 34 dan Y 35 ) Hitung diameter S1,2,4 dan 5 (Y 1, Y 2, Y 4 dan Y 5 )

Maka diameter koreksi masing-masing larutan baku adalah : S1 (a) = Y 1 + (Y 3T Y 31 ) S2 (b) = Y 2 + (Y 3T Y 32 ) S3 (c) = Y 3T S4 (d) = Y 4 + (Y 3T Y 34 ) S5 (e) = Y 5 + (Y 3T Y 35 )

Untuk kurva baku, dihitung diameter dosis terendah dan tertinggi yaitu : YR = YT = (3a + 2b + c e ) 5 (3e + 2d + c a ) 5 YR = diameter hambat dosis terendah YT = diameter hambat dosis tertinggi

Selanjutnya dibuat kurva baku pada kertas semilog : Sumbu X : log dosis Sumbu Y : diameter hambat Hubungkan titik-titik untuk S1 (YR) sampai S5 (YT)

Cara Perhitungan potensi sampel Sebelum Perhitungan potensi sediaan uji, dilakukan koreksi diameter larutan sampel U: Y U koreksi = Y S + (Y U Y 3U ) Y 3U = diameter rata-rata S 3 pada pengujian larutan U Y U = diameter rata-rata U pada cawan larutan U Y S = Hasil interpolasi S 3 pada kurva baku

Perhitungan Potensi sampel Potensi sediaan uji ditentukan dengan menginterpolasi Y U pada sumbu Y ke garis kurva baku dan tarik garis ke sumbu X (diperoleh X U ) Dosis U = X U /S3 x dosis S3 Potensi U = dosis U x faktor pengenceran

Cara Perhitungan (1) Potensi antibiotik dihitung dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linearitas. Apabila dilakukan lebih dari satu penetapan potensi dari bahan uji yang sama; maka dapat dirata-ratakan.

Diameter daerah hambat

Pencadang