BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II LANDASAN TEORI

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II LANDASAN TEORI

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

KERANGKA PEMIKIRAN III.

Fungsi Konsumsi Keynes

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

KONSUMSI DAN TABUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

PENEMPATAN DANA BANK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Kata Kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau to belive atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan Bank maupun Non Bank kepada seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada debitur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur (Tjoekam,1999:1). Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. a) Unsur-unsur Kredit Dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Adapun unsur-unsur yang terkandung tersebut dalam pemberian suatu fasilitas kredit yaitu :

1. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. 2. Kesepakatan Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. 4. Resiko Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau yang disebut dengan kredit macet. Semakin panjang suatu kredit maka semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. 5. Balas Jasa Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit yang dikenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. b) Tujuan dan Fungsi Kredit

Adapun tujuan utama pemberian kredit antara lain : 1. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. 3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah : a. Penerimaan pajak b. Membuka kesempatan kerja dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur. c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, semakin besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

Terdapat beberapa fungsi kredit dalam hubungannya dengan siklus perekonomian dan perdagangan lalu lintas moneter. Menurut Muchadasyah Sinungan (1993:21), fungsi-fungsi itu dalam garis besarnya adalah sebagai berikut : a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi. e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional g. Kredit juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit Eksploitasi atau Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Contoh kredit modal kerja digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau bisa yang lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. c) Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka Bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit. Sebelum kredit tersebut disalurkan, penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya.

Untuk menghindari kerugian dan memperkecil resiko kredit di masa mendatang, investigasi kredit yang tegas, spesifikasi, dan akurat harus dilakukan. Tujuan dari investigasi kredit ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan objektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit. Menurut Reed dan Giil (1989), unsur-unsur yang harus tercakup dalam investigasi kredit adalah : a. Kapasitas untuk membayar b. Karakter dan itikad baik c. Kemampuan menghasilkan pendapatan d. Asset yang dimiliki e. Kondisi ekonomi f. Faktor-faktor penting dalam usaha Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat Bank dapat melakukan langkah-langkah berikut ini : 1. Wawancara dengan calon debitur, dan hasil wawancara diharapkan dapat diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan dan itikad baik calon debitur. 2. Memeriksa kembali catatan-catatan Bank tentang debitur yang bersangkutan. Hal ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah Bank. 3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar Bank bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain yang pernah kerja sama dengan calon debitur. 4. Pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur.

5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal. d) Kriteria Pemberian Kredit I. Prinsip 5C Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;193), untuk memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition dapat diterapkan dalam analisis kredit. Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut : 1. Character Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat pribadi atau umum. Hal ini dijadikan ukuran kemauan nasabah untuk membayar dan melunasi kredit. 2. Capacity Suatu analisa untuk melihat kemampuan nasabah untuk membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya yang di hubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak dilihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini dan persentase modal sendiri dengan modal pinjaman.

4. Condition Dalam menilai kredit hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. 5. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya nilainya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahannya serta kesempurnaannya. Masih menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004;194), selain prinsip 5C, konsep 7 P dan 3 R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. II. Konsep 7 P Tujuh unsur dalam konsep 7 P yaitu : 1) Personality (kepribadian) Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah. 2) Purpose (tujuan) Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan. 3) Prospect (prospek) Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 4) Payment (pembayaran)

Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut dan bagaimana tingkat kepastiannya. 5) Profitabillity (tingkat keuntungan) Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama semakin besar atau sebaliknya. 6) Protection (perlindungan) Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi. 7) Party Bertujuan bagaimana calon debitur berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas. Tujuan unsur dalam konsep 7P sebenarnya memiliki kesamaan dengan unsur dalam konsep 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kolateral dalam konsep 5C. III. Konsep 3R Tiga komponen dalam konsep 3R adalah : 1. Return ( tingkat pengembalian usaha) 2. Repayment ( kemampuan membayar kembali)

3. Risk Bearing Ability ( kemampuan menanggung resiko) Unsur-unsur yang dibahas dalam konsep 3R sebenarnya juga telah dibahas dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit. Konsep 3R memberi penekanan kepada aspek finansial dan analisis kredit. e) Jenis-jenis Kredit Jenis-jenis kredit dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1) Berdasarkan Kegunaannya Berdasarkan kegunaannya, jenis kredit dibagi atas : a. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang diberikan bank kepada debitur untuk memenuhi kebutuhan modal kerja debitur. Biasanya kredit yang diterima oleh debitur akan digunakan untuk uang muka pembelian mesin-mesin, pembayaran gaji karyawan dan lain-lain. b. Kredit Investasi, yaitu kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk pembelian barang-barang modal debitur yang tidak akan habis digunakan dalam satu periode. 2) Berdasarkan Tujuan Kredit Berdasarkan tujuan kredit, kredit dibagi atas : a. Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan konsumsi pribadi, dimana dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang digunakan secara pribadi.

c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan usaha perdagangan. Biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier, agen-agen perdagangan yang akan membeli dalam jumlah besar. 3) Berdasarkan Jangka Waktu Berdasarkan jangka waktu, kredit dibagi atas : a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari atau paling lama satu tahun biasanya untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya 1-3 tahun dan biasanya untuk investasi. c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktu untuk pengembaliannya 3-5 tahun. biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang. 4) Berdasarkan Jaminan Berdasarkan jaminannya, kredit terbagi atas : a. Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan berbentuk barang berwujud atau barang tidak berwujud. Artinya kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminannya. b. Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang tertentu atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan

melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini. 5) Berdasarkan Sektor Usaha Berdasarkan sektor usahanya, kredit terbagi atas : a. Kredit untuk pertanian b. Kredit untuk pertambangan c. Kredit untuk perindustrian d. Kredit untuk listrik, gas dan air e. Kredit untuk konstruksi f. Kredit untuk perdagangan g. Kredit untuk angkutan h. Kredit untuk jasa-jasa f) Manfaat Kredit Secara Umum Manfaat kredit secara umum yaitu: Manfaat bagi debitur Manfaat bagi debitur antara lain : a. Relatif mudah diperoleh bila usahanya memang feasible. b. Telah ada lembaga yang kuat dimasyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit). c. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pegusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa yang akan datang. Manfaat bagi kreditur

Manfaat bagi kreditur antara lain : a. Memperoleh bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit yang dibebankan kepada debitur dengan dikurangi oleh biaya dana yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana dan dikurangi lagi dengan biaya-biaya overhead dalam mengolah kredit tersebut. b. Untuk menjaga solvabilitas dan profitabilitas usahanya. c. Sarana untuk memasarkan produk dan jasa bank lainnya. d. Untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. e. Untuk merebut pasar ( market share) dalam industri perbankan. Manfaat bagi pemerintah Manfaat bagi pemerintah antara lain : a. Sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi b. Sebagai alat pengendali moneter c. Sebagai alat menciptakan lapangan kerja d. Sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat e. Sebagai sumber pendapatan negara f. Sebagai alat untuk menciptakan pasar Manfaat bagi masyarakat Manfaat bagi masyarakat antara lain : a. Dengan adanya kelancaran proses perkreditan diharapkan akan diperolehnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dapat membuka lapangan kerja yang baru sehingga menimbulkan

kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan dimasyarakat. b. Bermanfaat bagi masyarakat yang berprofesi sebagai akuntan publik, notaris dan lain-lain. c. Para pemilik dana yang disimpan di bank diharapkan agar dana yang disimpannya tetap aman karena bank mampu mengelolanya dengan baik. d. Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai suplier bahan-bahan baku atau barang jadi untuk relasi usahanya akan merasa lebih terjamin pembayaran utang relasi usahanya tersebut. e. Dengan pemberian kredit bank membantu mendirikan usahausaha lain yang dapat mendukung usaha yang baru berdiri yang dibiayai oleh bank. 2.1.2 Konsep dan definisi konsumsi Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan huruf C, inisial dari kata consumption. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang di belanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi

terhadap pendapatan disebut hasrat marginal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume :MPC). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil. Artinya jika memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar tambahan pendapatan tersebut akan teralokasi atau digunakan untuk menyempurnakan konsumsinya. Hal ini sebaliknya berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif lebih mapan. Menurut Rahardja (2001), pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (goverment consumption) dan konsumsi masyarakat atau rumah tangga (household consumption). Alasan yang mendasarinya antara lain: 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki posisi terbesar dalam total pengeluaran agregat. 2. Konsumsi rumah tangga bersifat endogenous dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan dengan faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun model dan teori ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal dengan teori model konsumsi yang telah terbukti bermanfaat bagi pengelola perekonomian makro. 3. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat mengakibatkan perilakuperilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang memuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan.

Sedangkan menurut BPS, pengeluaran konsumsi adalah semua pengeluaran antara lain pengeluaran untuk makan, minum, pakaian, pesta/upacara, barang-barang tahan lama dan lain-lain yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga, baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Besar kecilnya jumlah pengeluaran untuk konsumsi individu atau rumah tangga merupakan faktor yang turut menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Meningkatnya pengeluaran individu atau rumah tangga akan mendorong peningkatan produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut. Rencana konsumsi sebuah rumah tangga atau individu tergantung pada: a) Selera-selera, maksudnya sikap psikologis terhadap benda-benda yang berbeda. b) Jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk tujuan konsumsi. c) Harga benda-benda yang diduga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pembelian barang dan jasa oleh rumah tangga yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode tertentu dikurangi netto penjualan barang bekas. Konsep kecondongan mengkonsumsi perlu dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata-rata. Definisi dan arti setiap konsep ini adalah: 1. Kecondongan mengkonsumsi marginal atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai MPC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara pertambahan konsumsi ( C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposible

( Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula MPC= C/ Yd. 2. Kecondongan mengkonsumsi rata-rata, atau secara ringkas selalu dinyatakan sebagai APC dapat didefinisikan sebagai perbandingan diantara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposible (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula APC = C / Yd. a) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Masyarakat golongan penerima pendapatan yang rendah akan menghabiskan seluruh pendapatannya untuk konsumsi, yaitu memenuhi kebutuhan pokoknya. Sehingga peningkatan pendapatan golongan masyarakat ini akan digunakan untuk memperbaiki kualitas konsumsinya sehari-hari. Sedangkan masyarakat penerima pendapatan tinggi, walaupun terjadi peningkatan pendapatan tidak akan mempengaruhi tingkat konsumsi, karena konsumsi masyarakat golongan ini sudah terencana dengan baik dan hampir sempurna. Sehingga peningkatan pendapatan ini dapat digunakan untuk memperbaiki tabungan mereka. Menurut Mulia Nasution (1997:97) bahwa tingkat konsumsi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh : 1. Distribusi Pendapatan Karena terjadi perbedaan marginal propensity to consume (MPC) antar masyarakat berpenghasilan tinggi dengan masyarakat berpenghasilan rendah, maka akan terjadi perubahan konsumsi apabila terjadi pemerataan pendapatan yang lebih merata. Karena masyarakat berpenghasilan rendah MPC-nya lebih tinggi di bandingkan masyarakat berpenghasilan tinggi, sehingga bila terjadi

distribusi pendapatan yang lebih merata akan menciptakan peningkatan konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah ini. 2. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang atau masyarakat, karena semakin tinggi pendapatan masyarakat maka tingkat konsumsi sudah semakin terencana, sehingga peningkatan-peningkatan pendapatan bagi masyarakat berpenghasilan tinggi tidak akan mempengaruhi konsumsi. Akan tetapi, pada masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan menengah akan meningkatkan konsumsinya yang belum sempurna apabila terjadi kenaikan pendapatan. 3. Tingkat Pajak Besarnya pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Bila masyarakat dikenakan pajak yang sama rata misalnya 10%, ini akan mempengaruhi pendapatan yang siap untuk dikonsumsikan. Semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap pendapatan, maka akan memperkecil konsumsi yang terjadi. 4. Tingkat Pendapatan yang Pernah Dicapai Bila seseorang pernah mendapatkan pendapatan yang tinggi dalam jangka pendek tingkat konsumsi tidak akan berubah sebesar penurunan pendapatan yang terjadi. Sehingga tingkat pendapatan seperti ini akan memperbesar tingkat konsumsi masyarakat (hipotesis pendapatan relatif). Jadi dengan demikian tingkat pendapatan yang tertinggi dicapai seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang terjadi. 5. Banyaknya Barang Tahan Lama dalam Masyarakat

Bila masyarakat telah mengkonsumsi barang tahan lama tahun x, maka pada periode berikutnya konsumsi untuk barang jenis ini tidak akan dilakukan lagi (barang tidak mengalami kerusakan dan masih dapat digunakan), sehingga konsumsi barang tahan lama tahun Y tidak akan dilakukan lagi. Juga barang tahan lama harganya relatif tinggi, sehingga masyarakat untuk membelinya tentu diperlukan menabung terlebih dahulu (tabungan ini akan mempengaruhi konsumsi masyarakat). 6. Banyak Alat Pembayar yang Likuid dalam Masyarakat Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak alat pembayaran yang likuid yang dimiliki masyarakat. Semakin banyak alat pembayaran yang likuid (dengan pendapatan yang sama) akan lebih besar jumlah pengeluaran untuk konsumsi, dibandingkan dengan alat pembayaran likuid sedikit yang ada dalam masyarakat. 7. Adanya Perkiraan Terjadinya Perubahan Harga Perubahan harga pada masa yang akan datang kalau dapat diperkirakan masyarakat sebelumnya maka akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat sekarang ini. Perkiraan masyarakat akan adanya devaluasi khususnya masyarakat kota besar, hal ini akan menyebabkan kenaikan hargaharga. Oleh karena itu, konsumsi masyarakat yang dapat diperkirakan kenaikan harga ini akan meningkatkan konsumsinya sekarang untuk menghindari terjadinya kerugian akibat selisih harga. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga masyarakat yaitu : Penyebab Faktor Ekonomi

1) Pendapatan Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh: seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan pendapatan atau gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking dan beralih ke nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi tiga kali ketika mendapat tunjangan tambahan dari pabrik atau perusahaan tempatnya bekerja. 2) Kekayaan Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya. 3) Tingkat Bunga Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di Bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang. 4) Perkiraan Masa Depan Orang yang was-was tentang nasibnya dimasa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau

pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya. Penyebab Faktor Demografi 1. Komposisi Penduduk Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya juga akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebutmenjadi tinggi. 2. Jumlah Penduduk Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya juga akan banyak pula. Penyebab Faktor Lain a) Kebiasaan adat sosial budaya Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat astiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar. b) Gaya hidup seseorang Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang

mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit. Sumber : www.bps.go.id b) Cara Menghitung Konsumsi Rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga didapat dengan membagi jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-lainnya dengan jumlah rumah tangga keseluruhan. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per-jenis pengeluaran dapat dihitung dengan membagi seluruh pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dengan jumlah seluruh rumah tangga. Persentase pengeluaran untuk jenis pengeluaran tertentu dibanding dengan pengeluaran rumah tangga total dihitung dari jumlah pengeluaran jenis tertentu (misal makanan) dengan jumlah total pengeluaran rumah tangga dikali seratus. Rumus yang digunakan untuk mengestimasi konsumsi rumah tangga sebagai berikut yaitu : Keterangan: Xi,k = X1,k IBi,k / IBi,k Xi,k Ibi,k = Konsumsi perkapita triwulan i pada tahun k = IHK triwulan pada tahun k X1, k = Konsumsi perkapita dari data susenas tahun k

I = 1,2,3,4 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku didapat dari rumus: Ci,k = Xi,k. Pi,k Dimana : Ci,k Xi,k Pi,k = Nilai konsumsi atas dasar harga berlaku triwulan i tahun k = Konsumsi perkapita triwulan i tahun k = Penduduk triwulan i tahun k Dan konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan : Cki,k = Pi,k. Co Dimana: Cki,k = Konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan Pi,k Co = Rata-rata penduduk triwulan = Konsumsi perkapita pada triwulan tahun dasar Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Jenis-jenis fungsi konsumsi (Dwi Eko Waluyo, 2003:44) dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Fungsi konsumsi menurut Keynes (Absolute income hypothesis) Fungsi konsumsi Keynes sering disebut hipotesis pendapatan absolut, dimana dalam bentuk konsumsi didasarkan pada asumsi, yaitu fungsi konsumsi Keynes menunjukkan bentuk hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan harga yang konstan,

pendapatan yang terjadi adalah pendapatan nasional yang sebenarnya bukan pendapatan yang lalu atau yang akan datang. Secara singkap dibawah ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes yaitu: 1. Variabel nyata Yang dimaksud ialah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Jadi bukannya hubungan antara pendapatan nasional nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal. Mengingat bahwa masalah ini sudah banyak dibahas didepan maka dapatlah dianggap tidak memerlukan tambahan penjelasan lebih lanjut. 2. Pendapatan yang terjadi Dalam literatur banyak disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah yang terjadi atau current national income. Penekanan ini sekedar untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud Keynes bukannya pendapatan yang terjadi dimasa datang atau konsepsi-konsepsi pendapatan nasional lainnya yang ternyata oleh para pemikir-pemikir sesudahnya dianggap bahkan ditemukan sangat besar peranannya terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat. 3. Pendapatan absolut Dalam literatur banyak pula disebut-sebut bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut yang dapat dilawankan pula misalnya dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya lagi.

Selanjutnya ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : 1. Fungsi konsumsi menurut Keynes tidak melalui titik silang sumbu 0, melainkan memotong sumbu vertikal pada nilai C0 yang positif. Ini membawa konsekuensi bahwa baik dalam hal fungsi berbentuk garis lurus ataupun berbentuk garis lengkung seperti diasumsikan oleh Keynes, meningkatnya pendapatan nasional mengakibatkan nilai APC menurun, dan berlaku pula MPC < APC. 2. Fungsi konsumsi berbentuk lengkung dengan nilai MPC yang menurun dengan meningkatnya pendapatan nasional. Dari analisis konsumsi yang dikemukakan oleh Keynes tersebut terdapat dua hal yang penting yaitu: I. MPC < APC dalam jangka pendek II. APC orang kaya lebih kecil dari APC orang miskin Dimana Keynes memberikan formulasi model fungsi konsumsi yaitu sebagai berikut ini: C = f(y), dimana bentuk fungsinya C = a + Cy Keterangan: C = Konsumsi masyarakat riil A = Besarnya konsumsi pada tingkat Y = 0 C Y = MPC = Hasrat konsumsi marginal C/ Y = Pendapatan nasional riil Dari model diatas, bila digambar dalam bentuk kurva maka kurvanya adalah sebagai berikut ini:

Gambar 2.1 Kurva fungsi konsumsi Keynes Bentuk kurva tersebut membawa konsekuensi bahwa meningkatnya pendapatan nasional akan meningkatkan hasrat konsumsi rata-rata (MPC) akan lebih kecil dari pada APC.Pengertian pendapatan yang dijelaskan oleh Keynes adalah pendapatan nasional yang berlaku (current national income) yang merupakan pendapatan absolut. Penekana disini untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud pendapatan menurut Keynes, bukanlah pendapatan yang terjadi sebelumnya atau pendapatan yang diharapkan akan terjadi pada saat yang akan datang. Disamping variabel pendapatan, analisis Keynes juga membagi variabel bukan pendapatan ( non-income) menjadi dua yaitu : 1. Faktor-faktor subyektif, misalnya : iklan, daya tarik barang 2. Faktor-faktor obyektif, misalnya: distribusi pendapatan,cara pembayaran yang digunakan, dan aktiva-aktiva yang semula berpengaruh terhadap konsumsi. 2. Fungsi Konsumsi Menurut Simon Kuznets Ada beberapa kesimpulan-kesimpulan penting yang dikemukakan yaitu:

a. Perlu dibedakan antara fungsi konsumsi jangka panjang atau long-run consumption function dan fungsi konsumsi jangka pendek atau short-run consumption function, oleh karena kedua macam fungsi konsumsi tersebut dari hasil studi empiriknya ternyata mengalami bentuk yang berbeda. b. Fungsi konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran ke atas. Kesimpulan ini, apabila diungkapkan dengan menggunakan bentuk standar persamaan fungsi konsumsi kita C = C0 + by, dapat kita katakan bahwa nilai C0 tendensinya meningkat dari waktu ke waktu. Gambar 2.2 Kurva Fungsi Konsumsi Kuznets

Dalam fungsi konsumsi jangka panjang Kuznets mengatakan, bahwa untuk APC tidak akan banyak berubah atau konstan sebagaimana digambarkan Keynes (Keynes tidak membedakan konsumsi jangka panjang dan pendek). Kurva konsumsi jangka panjang (LC) merupakan garis lurus yang melalui titik silang sumbu 0. Ini juga dapat diartikan bilamana APC tidak berubah dalam jangka panjang, maka MPC juga tidak akan berubah dari pendapatan yang lain. Dalam konsumsi jangka pendek ternyata mengalami pergeseran (digambarkan garis SC) keatas, kesimpulan ini dapat mengungkapkan kepada kita. Dengan menggunakan persamaan fungsi konsumsi C = co + MPC Y. 3. Fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif (relative income hypothesis) Fungsi konsumsi ini di kemukakan oleh James Dusenberry dimana dalam bukunya income, saving and the theory ofconsumer behavior mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi ini, mereka terpaksa mengurangi saving. Kalau pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah. Akan tetapi bertambahnya tidak begitu besar. Sedangkan mengenai saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan seperti ini akan terus kita jumpai sampai pada tingkat pendapatan tertinggi yang telah pernah dicapainya lagi. Sesudah puncak dari pendapatan

sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan dilain pihak, bertambahnya saving tidak begitu cepat. Didalam teorinya Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan untuk mengamati faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi seseorang yaitu : 1. Selera rumah tangga atas barang konsumsim adalah independent. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga diperoleh konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya. Jadi faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat wilayah masyarakat yang pengeluaran konsumsinya serba kecukupan dan mewah, secara otomatis ada ransangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi masyarakat sekitarnya (demonstration effect), begitu pula sebaliknya. 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible, artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat pola pengeluaran mengalami penurunan. Didalam pengertian disini dikatakan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang dalam jangka pendek dipengaruhi oleh besarnya pendapatan relatif. Pendapatan relatif disini adalah merupakan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai seseorang. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan secara otomatis konsumsi juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan seterusnya bila pendapatan mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.

Akan tetapi proporsi penurunannya lebih kecil dibandingkan proporsi akibat kenaikan pendapatan tadi. Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Duesenberry akibat dari adanya pendapatan relatif adalah sebagai berikut : C = f [ Y ] Yt Y* Dimana : Yt = Pendapatan pada tahun t Y* = Pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu Lebih lanjut bentuk fungsi tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva sebagai berikut : Gambar 2.3 Kurva Fungsi Konsumsi Dusenberry

CL menunjukan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila pendapatan sebesar Oyo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi adalah Byo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OYo menjadi OY1, maka pengeluaran konsumsi tidak akan turun ke titik E. Pada kurva pengeluaran jangka panjang (C) namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka pendek C1. Hal ini kurva pada saat terjadinya penurunan pendapatan pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara perlahan. Dari pengamatan yang dilakukan Duesenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan dan sebaliknya bila pendapatan turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi ( high consumption ). 4. Fungsi konsumsi dengan hipotesis siklus hidup (life cycle hyphotesis) Dikemukakan oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.Modigliani yang mencoba menerangkan pola pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Dalam modelnya tiga tokoh ini menggunakan asumsi bahwa konsumsi bersikap rasional. Ini berarti bahwa konsumen berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari aliran

pendapatan yang ia perkirakan berlaku untuknya dan juga mengasumsikan bahwa dalam memaksimumkan kepuasannya konsumen menghadapi batasan berupa samanya nilai sekarang dari pada saving yang terjadi pada umur B sampai umur P dengan hasil penjumlahan nilai sekarang daripada dissaving yang terjadi pada usia muda dan usia tua. Didalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang atau masyarakat sangat tergantung dari perjalanan usia (umur). Teori ini membagi pengeluaran konmsumsi menjadi tiga bagian atau tahapan yaitu berdasarkan perjalanan umur seseorang. Tahap pertama dimulai dari usia 0 tahun sampai usia kerja (usia tertentu/belum mandiri). Dalam tahap ini dakatakan oleh ketiga tokoh tersebut bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi dissaving, kenapa demikian karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain.. Tahap kedua dimulai dari usia kerja sampai dengan usia dimana orang tersebut sudah menjelang usia tua tahap ini dikatakan bahwa seseorang pada tahap ini pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain. Tahap ketiga dikatakn bahwa pada tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi dissaving, dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali tergantung pada orang lain. Dari pembagian tahapan diatas, kudian ketiga tokoh ini lebih memperjelas analisanya dengan menggunakan pendekatan kurva yang disebut dengan kurva hipotesa siklus hidup.

Gambar 2.4 Kurva Fungsi Konsumsi Hipotesa Siklus Hidup Gambar tersebut menjelaskan tentang tahapan-tahapan pengeluaran konsumsi seseorang yang tergantung pada usia, dimana dengan bertambahnya usia seseorang tingkat pengeluaran konsumsi semakin meningkat, akan tetapi kemampuan untuk memperoleh pendapatan semakin lama semakin menurun. Sumbu vertikal menunjukkan tingkat konsumsi seseorang dan sumbu horizontal menunjukkan waktu (usia/umur) orang tersebut. Pada tahap I, dijelaskan bahwa pada usia 0 tahun hingga t 0 tahun seseorang melakukan pengeluaran konsumsinya dalam kondisi dissaving (ada ketergantungan pada orang lain. Pada usia t 0 tahun hingga usia t 1 tahun digambarkan bahwa pada usia tersebut sebenarnya seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi kondisinya masih ada ketergantungan dengan orang lain. Tahap II, dimana dalam usia t 1 tahun hingga usia t 2 tahun menunjukkan orang berkonsumsi sepenuhnya dalam kondisi saving artinya pengeluaran

konsumsinya sudah tidak lagi bergantung pada orang lain. Pada tahap III ketika seseorang pada usia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi bekerja menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga seseorang tersebut dapat dikatakan bahwa orang berkonsumsi kembali dalam kondisi dissaving. 5. Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis) Dikemukakan oleh Milton Friedman yang mengungkapkan hasil pemikirannya mengenai penggunaan hipotesis pendapatan permanen untuk menerangkan variabel agregatif konsumsi dalam bukunya yang berjudul A Theory of Consumption Function. Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen bersifat rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperolehnya selama hayatnya diantara kurun-kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang kurang lebihnya merata dari waktu ke waktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi seorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya atau pendapatan mereka yang bersangkutan. Dalam bentuk matematik dapat diungkapkan : Cp = kyp Dimana : Cp = Konsumsi permanen Yp = Pendapatan permanen k = Angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi. Ini berarti 0 < k < 1.

Menurut Friedman tidak ada hubungan antara besarnya konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Juga tidak ada hubungan antara konsumsi permanen dengan konsumsi sementara. Demikian juga tidak ada hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara. Model formulasi kekayaan menurut Friedman adalah : W = Y p / i W Dimana : W = kekayaan Yp = pendapatan permanen i = tingkat bunga Formulasi pendapatan permanen seseorang (Yp) dapat diperoleh dari formulasi kekayaan (W), sehingga : Yp = i W Pendapatan yang terukur (measured income) seseorang merupakan penjumlahan dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara, sehingga secara matematis adalah sebagai berikut : Y = Yp + Yt Dimana : Y adalah pendapatan yang terukur Yp adalah pendapatan permanen Yt adalah pendapatan sementara Mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara, ada dua asumsi berikut :

Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan transitory, karena pendapatan sementara merupakan faktor kebetulan saja. Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi, artinya jika seseorang mendapatkan transitory income yang bernilai positif, maka semuanya ditabung, namun jika seseorang memperoleh penghasilan sementara negatif, maka ia akan mengurangi tabungan dan tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsinya. Y = Yp + Yt C = Cp + Ct 2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti perkembangan pendidikan, perkembangan kemahiran tenaga kerja, perbaikan teknologi dan kenaikkan dalam taraf kemakmuran masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya berlaku apabila pendapatan per kapita mengalami kenaikkan secara berkepanjangan. Tingkat pembangunan ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat yang dicapai biasanya diukur oleh data pendapatan per kapita nominal. Pada saat ini, untuk mengukur taraf kemakmuran masyarakat ditentukan juga per kapita PPP. Pendapatan per kapita nominal dihitung dengan formula PDB dibagi dengan

jumlah penduduk. Sedangkan pendapatan per kapita PPP disesuaikan dengan menggunakan tingkat harga berlaku. Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah: kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barangbarang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial dan sikap masyarakat. Beberapa teori telah dikemukakan yang menerangkan mengenai hubungan diantara berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Pandanganpandangan teori tersebut antara lain : 1. Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan

alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stasionary State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Berdasarkan kepada teori klasik ini, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan diantara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori perduduk optimum. Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.

Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum. 2. Teori Schumpeter Teori ini menekankan tentang peranan usahawan yang akan melakukan inovasi dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi effisiensi cara memproduksi dalam menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru. Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomiaan sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan

akan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakt akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat akan bertambah tinggi. Kenaikkan tersebut akan mendorong perusahaanperusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi dapat dibedakan kepada dua golongan: penanaman modal otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah penanaman modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk melakukan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat keadaan tidak berkembang atau Stationary State. Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pandangan ini berbeda dengan pandangan klasik. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat tersebut dicapai pada waktu perekonomian telah berada kembali pada tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat rendah. 3. Teori Harrod-Domar Teori ini menunjukkan peranan investasi sebagai faktor yang menimbulkan pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya

menekankan peranan segi permintaan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai suatu perekonomian yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod- Domar menggunakan pemisalan-pemisalan berikut: (i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii) rasio modal-produksi (capital output ratio) tetap nilainya, dan (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor. Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan bahwa, walaupun pada suatu tahun tertentu (misalnya tahun 2002) barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran gregat pada tahun 2002 yaitu AE=C+I, akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya (tahun 2003). Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku dalam tahun 2002 akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun 2003. Menyadari tentang pertambahan kapasitas barang modal tersebut, analisis Harrod-Domar mengemukakan persoalan berikut: apakah syarat yang perlu dipenuhi agar kapasitas barang modal yang bertambah itu akan sepenuhnya digunakan?. Artinya: apakah syaratnya agar pada tahun berikutnya (tahun 2003) barang-barang modal mencapai kapasitas penuh kembali. Analisis tersebut disimpulkan bahwa analisis Harrod-Domar merupakan pelengkap kepada analisis Keynesian. Dalam analisis

Keynesian yang diperhatikan adalah persoalan ekonomi jangka pendek. Manakala teori Harrod-Domar memperhatikan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa: (i) dalam jangka panjang pertambahan pengeluaran agregat yang berkepanjangan perlu dicapai untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, dan (ii) pertumbuhan ekonomi yang teguh hanya mungkin dicapai apabila I + G + (X-M) terus menerus bertambah dengan tingkat yang menggalakkan. 4. Teori Neo-Klasik Melalui kajian empirikal teori ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan kemahiran masyarakat merupakan faktor yang terpenting yang meweujudkan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan Neo-Klasik melihat dari sudut pandangan yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan: Y = f ( K, L, T) Dimana : Y = tingkat pertumbuhan ekonomi K = tingkat pertumbuhan modal L = tingkat pertumbuhan penduduk T = tingkat perkenbangan teknologi