UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PENGADAAN ALAT KESEHATAN DAN SPONSORSHIP

dokumen-dokumen yang mirip
SPONSORSHIP BAGI TENAGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN 58 TAHUN 2016 TENTANG SPONSORSHIP

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SPONSORSHIP BAGI TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

GRATIFIKASI VS SPONSORSHIP PKB DAENG MOHAMMAD FAQIH

KEBIJAKAN DITJEN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENDUKUNG DAN MENJAMIN AKSES SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

E-Health. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

DUKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS TRI DHARMA DI POLTEKKES KEMENKES. Jakarta, 23 Maret 2017

KERJA NYATA SEHATKAN INDONESIA

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar.

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan

RAKONAS PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TH ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

- 2 - Mengingat ketentuan:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit

DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

HASIL SIDANG KOMISI III

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

KEBIJAKAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

SOP Pelaporan Gratifikasi dan Aplikasi Pelaporan Gratifikasi Secara Online

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

GRATIFIKASI DALAM INTERAKSI INDUSTRI FARMASI DENGAN DOKTER

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL TIMUR

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI WILAYAH DTPK

KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

Pengertian SKN. Maksud dan Kegunaan SKN 28/03/2016. BAB 9 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

HASIL SIDANG KOMISI III Paradigma Sehat : Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Promotif Preventif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN MELAYANI

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Ketersediaan Obat di Era JKN: e-catalogue Obat. Engko Sosialine M. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Rencana Aksi Kegiatan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

IIS RUKMAWATI S.Si., MM.Kes., Apt.

KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI SPGDT DI INDONESIA

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

2 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Timur Makassar, 9 12 Maret 2015

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

MATRIK TARGET KINERJA RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI KEMENTERIAN KESEHATAN

Disampaikan pada : PRA RAKERKESNAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Hotel Luwansa, Palangkaraya, 17 Februari 2016

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

Oleh : drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Bali, 4 Mei 2018

PERAN APOTEKER DI DALAM PENGELOLAAN OBAT DAN ALKES DI INSTALASI FARMASI PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA. Hardiah Djuliani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

Pembinaan. 7 Provinsi, KESEHATAN. 120 Preventif: Perencanaan. Anggaran Daerah. Kab/Kota "Gerakan. pelayanan masyarakat Masyarakat

MENJAMIN AKSESIBILITAS OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/399/2017 TENTANG

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

KEBIJAKAN BERWAWASAN KESEHATAN (PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) RPJMN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

PENERAPAN PPK-BLUD DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI

KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DIREKT0RAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

MORE PROTECTION LESS ANTIMICROBIAL NILA F.MOELOEK

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

PROGRAM PEMBENTUKAN INSTITUSI PENGUJI ALAT KESEHATAN (IPAK) DI DINAS KABUPATEN/KOTA. Wahyudi Ifani, ST, M.Si Kepala BPFK Surabaya

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN

CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PROGRAM PENGUATAN PENGAWASAN

TATA KELOLA OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN TERPADU. Engko Sosialine M

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

KEBIJAKAN PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT)

Transkripsi:

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PENGADAAN ALAT KESEHATAN DAN SPONSORSHIP Nila Farid Moeloek

PEMBANGUNAN 124 PUSKESMAS PERBATASAN MELALUI DAK AFIRMASI BIDANG KESEHATAN T.A. 2017 Puskesmas Silawan, Kab. Belu - NTT Puskesmas Tanjung Samak, Kab. Kep. Meranti - Riau Merupakan bentuk keberpihakan (afirmasi) Kementerian Kesehatan utk pemerataan pembangunan Puskesmas di titik terluar/ terdepan Perbatasan Negara Design sesuai standard pelayanan, layak, modern & manusiawi Utk pelayanan kesehatan yg optimal diperlukan dukungan : Peralatan, SDM Kesehatan, Obat-obatan, Vaksin, Sistem Informasi, dll.

PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRATAMA MELALUI DAK BIDANG KESEHATAN RS Pratama Komodo, Kab. Manggarai Barat NTT (DAK 2015) RS Pratama di Bungi, Kab. Pinrang Sulsel (DAK 2016) RS Kelas D Pratama yg dibangun utk pemerataan akses pelayanan rujukan pada daerah terpencil/ DTPK, atau yg mengalami kesulitan akibat kondisi geografis Design sesuai standard pelayanan Kelas D RS & dibutuhkan peralatan kesehatan sesuai standard

RPJMN 2015-2019 PROGRAM PENGARUSUTAMAAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN, PENGUATAN UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. 3 PILAR INDONESIA SEHAT KELUARGA SEHAT PILAR 1 PARADIGMA SEHAT PILAR 2 PENGUATAN YANKES PILAR 3 JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PROGRAM PENINGKATAN AKSES YANKES TERUTAMA PADA FKTP OPTIMALISASI SISTEM RUJUKAN PENINGKATAN MUTU DENGAN PENDEKATAN CONTINUUM OF CARE DAN INTERVENSI BERBASIS RESIKO KESEHATAN (HEALTH RISK) PROGRAM PERLUASAN SASARAN DAN MANFAAT (BENEFIT) SISTEM PEMBIAYAAN: ASURANSI AZAS GOTONG ROYONG KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA SASARAN: PBI & NON PBI TANDA KEPESERTAAN KIS

PENDEKATAN KELUARGA

1. TATA KELOLA PENGADAAN ALAT KESEHATAN

STRATEGI- DALAM MENCAPAI KESEHATAN MASYARAKAT 1. PENGUATAN KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT 2. ADANYA SARANA FISIK YANG BAIK DAN BERSIH 3. ADANYA PRASARANA YANG MEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT (ALAT KESEHATAN SEBAGAI PENUNJANG DAN OBAT-OBATAN YANG MEMADAI) 4. TERPENUHI SUMBER DAYA MANUSIA DI FASILITAS KESEHATAN

ALAT KESEHATAN & Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Yang dapat mendaftarkan Alat Kesehatan & PKRT : Produsen SERTIFIKAT PRODUKSI ALAT KESEHATAN CARA PEMBUATAN ALKES YANG BAIK (CPAKB) Sole Agent/Sole Distributor IZIN PENYALUR ALAT KESEHATAN CARA DISTRIBUSI ALKESYANG BAIK (CDAKB) UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 36 TAHUN 2009 Pasal 106 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izinedar Pasal 98 Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau Persyaratan diatur melalui : Permenkes 1189 Tahun 2010 tentang Produksi Alkes & PKRT Permenkes 1190 Tahun 2010 tentang Izin Edar Alkes & PKRT Permenkes 11919 Tahun 2010 tentang Distribusi Alkes & PKRT

TUJUAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PENGADAAN ALAT KESEHATAN 1. Mempercepat akses ketersediaan alkes di peredaran yang aman, bermutu, dan bermanfaat. 2. Meningkatkan kemudahan investasi alkes 3. Menerapkan perizinan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Kelas 1 : 45 hari Kelas 2 : 90 hari Kelas 3 : 120 hari www.themegallery.com UPAYA 1. Menerapkan Sistem perizinan online dengan kemudahan Track and Trace. 2. Percepatan perizinan produk Alkes dalam negeri untuk mendukung Inpres No. 6 Th 2016. 3. Pelayanan satu pintu melalui Unit Layanan Terpadu (ULT). Perubahan Service Level Agreement (SLA) ALKES PRODUK LUAR NEGERI PRODUK DALAM NEGERI Kelas A : 25 hari Kelas B : 40 hari Kelas C : 40 hari Kelas D : 55 hari Kelas A : 20 hari Kelas B : 30 hari Kelas C : 30 hari Kelas D : 40 hari

TANTANGAN PENGADAAN ALAT KESEHATAN Spesifikasi Umum Dan Terbuka Memberikan Peluang Besar Bagi Peralatan Dengan Mutu Kurang Baik, Relatif Alkes Produk Negara Tertentu Yang Mendominasi Harga Barang Berkualitas Cenderung Mahal, Faktor Yang Mempengaruhi Di antaranya Pajak-pajak, Asuransi dan Biaya Pengiriman Barang

Upaya Perbaikan Tata Kelola Pengadaan Alat Kesehatan Diberlakukan sistem Layanan Pengadaan barang dan jasa Secara Elektronik (LPSE) Sejak tahun 2010 Dibentuk Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada setiap Unit Utama mulai tahun 2012 Dikembangkan pengadaan dengan sistem katalog elektronik (e catalogue) Dikembangkan E- Sistem Perijinan Dan Pengawasan Alkes Dan PKRT yang meliputi e-infoalkes, e-watch alkes dan PKRT, serta e- report alkes dan PKRT. Sarana Pengaduan Masyarakat melalui Hot Line Service dan Email (Pusat Tanggap dan Respon Cepat). Peningkatan kualitas perencanaan melalui e-planning dan e- rengar.

Upaya Perbaikan Tata Kelola Pengadaan Alat Kesehatan 1. Peningkatan keamanan pemanfaatan alat kesehatan melalui e-watch. 2. Penguatan tim teknis penyusunan spesifikasi dengan melibatkan para pakar/profesi terkait di bidang alat kesehatan 3. Peningkatan Kerjasama dengan badan standarisasi nasional melalui pembentukan pantia teknis perumusan standar nasional Indonesia bidang Alat Kesehatan 4. Bekerja sama dengan LKPP dalam proses pemilihan penyedia untuk katalog elektronik dan mendorong lebih banyak lagi peralatan kesehatan yang tersedia di Katalog Elektronik sehingga akan memudahkan pengguna untuk memilih dan penyedia juga lebih kompetitif. 5. Pendampingan dan Pengawasan oleh Inspektorat Jenderal melalui Tim Konsultasi Pengadaan Barang dan Jasa Kementerian Kesehatan 6. Pendampingan oleh Inspektorat Jenderal secara langsung pada saat persiapan pengadaan barang dan jasa

RENCANA AKSI Berkoordinasi dengan LKPP untuk memasukkan lebih banyak produk alat kesehatan dalam negeri ke dalam e-catalogue Memperkuat seluruh petugas ULP di lingkungan Kemenkes untuk melaksanakan kegiatan pengadaan berpedoman pada peraturan yang berlaku dan meningkatkan kompetensi. Memperketat perencanaan kebutuhan alat kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan manfaat yang diperoleh sehingga dapat digunakan secara optimal dan efektif Bersama-sama pihak swasta, LKPP dan GAKESLAB membentuk forum advokasi yang secara berkala mengadakan pertemuan mencari solusi dan evaluasi tentang pembangunan kesehatan

16 Des 2010 Komitmen Tata Kelola Pemerintah an yang Baik 21 Feb 2011 & 7 Maret 2011 18 Juli 2012 Komitmen Menkes dg Pimpinan UPT/Kadinkes/ Dir RSUD se Indonesia Pencanan gan ZI menuju WBK 12 Maret 2014 Komitmen Pengendalian Gratifikasi dg Stake Holder 27 Maret 2014 & 24 Sept 2014 30 April 2015 Permenkes 14/2014 ttg Pengendalian Gratifikasi & Kepmenkes 306/2014 ttg Juknisnya MoU Kemenkes dg PPATK 28 Sept 2015 MoU Kemenkes dg LPSK 25 Juli 2016 MoU Kemenkes dg KPK Ttg Program Kesehatan Yang Bebas Dari Korupsi 07 Oktober 2016 MoU Kemenkes dg BPKP

2. SPONSORSHIP

ISSUE GRATIFIKASI Profesi Kesehatan ( Sponsorship )

Kode Etik Kedokteran Indonesia KODEKI Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yg mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. CAKUPAN PASAL: setiap dokter dilarang membuat ikatan atau menerima imbalan berasal dari perusahaan famasi/obat/vaksin/makanan/suplemen/alkes/aldok/bahan/produk atau jasa kesehatan/terkait kesehatan dan/atau berasal dari faskes apapun dan dari manapun dan/atauberasal dari pengusaha, perorangan atau badan lain yg akan menghilangkan kepercayaan publik/masy thd dan menurunkan martabat profesi kedokteran dalam kehadirannya dalam pertemuan ilmiah, setiap dokter dilarang mengikatkan diri untuk mempromosikan/meresepkan barang/produk dan jasa tertentu, apapun bentuk bantuan sponsorshipnya pemberian sponsor kepada seorang dokter haruslah dibatasi pada kewajaran dan dinyatakan dengan jelas tujuan, jenis, waktu dan tempat kegiatan ilmiah tsb serta kejelasan peruntukan pemberian tsb dan secara berkala dilaporkan ke pimpinan organisasi setempat untuk diteruskan ke Pimpinan Nasional IDI 18

Tanggal 23 November 2015; Pertemuan Kemenkes dengan GP Farmasi dan IDI Tanggal 7 Desember 2015; Pertemuan Kemenkes dengan GP Farmasi, IDI dan MKEK. Tanggal 20 Januari 2016; Pertemuan Deputi Pencegahan KPK dengan Inspektur Jenderal Kemenkes. Tanggal 27 Januari 2016; Pertemuan Kemenkes dengan GP Farmasi, IDI, KKI, Rumah Sakit (RSCM, RS Fatmawati, RS Dharmais). Tanggal 2 Februari 2016; Kegiatan FGD difasilitasi KPK dilanjutkan penandatanganan Pernyataan Bersama Mencegah Gratifikasi Pada Profesi Kedokteran (dokter/dokter gigi).

1. Setiap profesi kedokteran memiliki kesempatan sama untuk mengikuti pengembangan pendidikan kedokteran berkelanjutan, oleh karenanya sponsorship harus terbuka dan tidak ada konflik kepentingan. 2. Dibutuhkan mekanisme pengaturan sponsorship yang terbuka dan akuntabel. 3. Pemberian sponsorship tidak boleh mempengaruhi independensi dokter dan tidak dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan penulisan resep. 4. Semua pihak mendorong dan terlibat mewujudkan pemenuhan tanggung jawab negara terhadap jaminan pelayanan kesehatan yang layak. 5. Semua pihak mendorong tata kelola yang baik antara perusahaan obat dan alat kesehatan serta meninjau peraturan-peraturan yang ada agar sejalan dengan prinsip-prinsip pencegahan korupsi terutama merevisi Juknis, SOP, dan kesepakatan bersama etika promosi obat 6. Menempatkan ketentuan ttg pemberian sponsorship sebagai bagian penting reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik di sektor kesehatan 7. Pemerintah wajib menyediakan anggaran yang cukup untuk menunjang pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan sesegara mungkin 8. Mengundang pihak-pihak yang belum terlibat dalam pembahasan ini untuk bersepakat dan menindaklanjutinya

PERMENKES 58 TAHUN 2016 TENTANG SPONSORSHIP BAGI TENAGA KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO 58 TAHUN 2016 TENTANG SPONSORSHIP BAGI TENAGA KESEHATAN SPONSORSHIP ADALAH PEMBERIAN DUKUNGAN DALAM SEGALA BENTUK BANTUAN DAN/ATAU KEGIATAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENGETAHUAN YANG DILAKUKAN, DIORGANISIR ATAU DISPONSORI OLEH PERUSAHAAN/INDUSTRI YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN SECARA TRANSPARAN DAN AKUNTABEL TUJUAN : UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN/ATAU KETERAMPILAN SERTA PENGEMBANGAN PROFESI SASARAN SPONSORSHIP: 1. TENAGA KESEHATAN SEBAGAI PESERTA DAN MODERATOR 2.INSTITUSI, ORGANISASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN, ORGANISASI PROFESI SEBAGAI PENYELENGGARA

PRINSIP PEMBERIAN SPONSORSHIP 1. tidak mempengaruhi independensi dalam pelayanan kesehatan 2. tidak dalam bentuk uang atau setara uang 3. tidak diberikan secara langsung kepada individu 4. sesuai dengan bidang keahlian 5. diberikan secara terbuka 6. dikelola secara akuntabel dan transparan Dikecualikan : Sponsorship dapat diberikan berupa uang atau setara uang untuk honor bagi Pembicara atau Moderator

BENTUK PENERIMAAN SPONSORSHIP TENAGA KESEHATAN PESERTA NARASUMBER/MODERATOR a) Registrasi/Pendaftaran b) Tiket Perjalanan c) Akomodasi a) Registrasi/Pendaftaran b) Tiket Perjalanan c) Akomodasi d) Honor Pembicara/Moderator

MEKANISME PEMBERIAN SPONSORSHIP (PEGAWAI ASN DAN NON ASN/SWASTA) PERUSAHAAN INSTITUSI institusi bukan sebagai penyelenggara dalam pengelolaan sponsorship dapat membentuk UPG untuk mengelola laporan sponsorship TENAGA KESEHATAN ASN DAN PEGAWAI SWASTA/NON ASN

200 200 180 160 152 140 120 100 127 123 80 60 50 40 20 22 22 21 31 0 Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov

Penerima yang Lapor No. Bulan Penerima Institusi Penerima Perorangan (praktek Mandiri) 1 Maret 22 0 2 April 20 2 3 Mei 126 1 4 Juni 198 2 5 Juli 17 4 6 Agustus 148 4 7 Sept 123 0 8 Okt 47 3 9 Nov 31 0 2% 98% Penerima Institusi Penerima Perorangan (praktek Mandiri) 27

PROGRAM INDONESIA SEHAT GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PARADIGMA SEHAT PENGUATAN YANKES TERIMA KASIH Jaminan Kesehatan Nasional