BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

The Balanced Scorecard. Amalia

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

Prepared by Yuli Kurniawati

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

Bab IV ANALISIS DAN HASIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Taryana Suryana. M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dan dunia usaha akhir ini yang disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosanpemborosan

Pengertian manajemen kinerja dan prinsip manajemen kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kinerja usahanya yang dapat bertahan dan menghasilkan keuntungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT EXTRUPACK DENGAN METODE HUMAN RESOURCE SCORECARD

THE DIRECTION PHASE. Titien S. Sukamto

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Untuk menghadapi tantangan persaingan tersebut, perusahaan harus mempunyai daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahan tersebut. (Helfert, 1996)

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

Efektifitas Kinerja. Materi 3

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah

BALANCED SCORECARD ROBERT S. KAPLAN DAVID P NORTON

BAB 1 PENDAHULUAN. ditunjukkan banyak sekolah swasta yang terakreditasi A. Para pelanggan (orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

ABSTRAK. Kata Kunci : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini pengukuran kinerja menjadi suatu komponen penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

ABSTRAK. : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk jangka panjang (Setiawan, 2011).

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN

Kata Kunci : Penilaian Kinerja dan Balanced Scorecard

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya.

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis telah mengalami pergeseran yang sangat ekstrim. Persaingan abad

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap

Manajemen Sumber Daya Manusia: Manajemen Kinerja

Sistem Manajemen Strategik Balanced Scorecard (BSC) : Memonitor dan Meningkatkan Kinerja Strategis Dan Keberhasilan Reformasi Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Balanced Scorecard, Strategy, Strategic Management System

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin menunjukkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis studi kasus pada PT. XYZ, penelitian ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

Transkripsi:

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah proses yang terus berkelanjutan dimulai dari mengidentifikasi, mengukur, dan mengembangkan kinerja dari masingmasing perorangan, tim dan menyetarakan kinerja tersebut dengan tujuan strategi dari perusahaan (Aguinis, 2009). Selanjutnya dikatakan ada 2 bagian yang perlu diperhatikan, yaitu proses yang terus berkelanjutan dan menyetarakan kinerja dengan tujuan strategi perusahaan. Proses yang terus berkelanjutan dapat diartikan bahwa manajemen kinerja haruslah sebuah proses yang tidak akan pernah berhenti dari menentukan tujuan, melakukan pengamatan dari kinerja masing-masing, dan memberi dan menerima pelatihan serta kritik dan saran. Manajemen kinerja juga memerlukan manajer yang dapat memastikan bahwa aktifitas dan hasil kerja karyawan sesuai dengan tujuan perusahaan, dan dapat secara konsekuen, sehingga dapat

membantu perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing. Manajemen kinerja memiliki 3 tahapan menurut Costello(1994), perencanaan kinerja dan pengembangan, pelatihan sementara dan evaluasi pelatihan, penilaian kinerja dan evaluasi untuk pengembangan. Aguinis (2009) mengatakan penilaian kinerja bukanlah manajemen kinerja, melainkan hanya salah satu bagian dari manajemen kinerja. Sebuah sistem yang dimiliki oleh perusahaan untuk menilai kinerja karyawan dalam periode tertentu tanpa adanya sebuah perbaikan yang terus lanjut berjalan dan tidak adanya pelatihan yang dapat membuat kinerja meningkat bukanlah manajemen kinerja, melainkan adalah sistem penilaian kinerja. 2.1.1 Manfaat Manajemen Kinerja Manajemen kinerja memiliki banyak manfaat yang dapat diperoleh dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, baik dari manajer, karyawan, maupun perusahaan. Menurut Aguinis (2009) & Bacal (1999), manfaat manajemen kinerja adalah : Manfaat bagi manajer (1) Mengurangi perlunya ikut terlibat dalam semua hal

(2) Menghemat waktu dengan membantu para karyawan untuk mengambil keputusan sendiri, dengan memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan serta pemahaman yang diperlukan untuk mengambil keputusan dengan benar. (3) Mengurangi kesalahpahaman yang menghabiskan waktu di antara para staff tentang siapa yang bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. (4) Mengurangi frekuensi situasi di mana kita tidak memiliki informasi pada saat kita membutuhkannya. (5) Mengurangi kesalahan dengan membantu identifikasi sebab-sebab terjadinya kesalahan. Manfaat bagi karyawan (1) Menyediakan forum-forum terjadwal untuk mendiskusikan kemajuan kerja (2) Membantu karyawan untuk mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan dan mengapa harus dikerjakan.

(3) Memberi kesempatan bagi para karyawan untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan baru. Manfaat bagi perusahaan (1) Perusahaan bekerja lebih efektif bila tujuan organisasi, unit kerja, dan tanggung jawab saling terhubungkan. (2) Memiliki catatan tentang kinerja masing-masing karyawan, baik catatan positif ataupun negatif dan dikomunikasikan dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan. 2.1.2 Tujuan dan Peran Manajemen Kinerja Manajemen kinerja memiliki enam tujuan untuk mengelola informasi yang sudah diperoleh. (1) Tujuan untuk Strategi Tujuan pertama oleh manajemen kinerja adalah untuk membantu pihak manajemen untuk mencapai tujuan strategi dalam bisnis mereka. Dengan menggabungkan antara kepentingan organisasi dengan kepentingan karyawan, manajemen kinerja dapat menambah konsistensi dalam

mencapai tujuan organisasi secara strategis. (2) Tujuan untuk Administrasi Manajemen kinerja dapat memberikan sebuah informasi yang tepat dan berguna untuk membuat sebuah keputusan administratif terhadap masing-masing karyawan. Keputusan administratif termasuk didalamnya untuk penggajian, promosi, penurunan jabatan, penghargaan terhadap kinerja karyawan yang baik, mengetahui kinerja karyawan yang kurang baik, peningkatan prestasi, atau PHK. (3) Tujuan untuk Informasi Manajemen kinerja berperan sebagai alat komunikasi. Pertama, hasil manajemen kinerja dapat memberikan informasi kepada karyawan tentang bagaimana mereka harus bekerja dan memberikan informasi bagaimana karyawan harus berkembang sesuai dengan yang dibutuhkan. Kedua, berhubungan dengan perannya dalam

tujuan strategis, manajemen kinerja memberikan informasi terkait ekspektasi organisasi dan supervisor dan cakupan pekerjaan yang supervisor anggap perlu diberikan prioritas. (4) Tujuan untuk Perkembangan Umpan balik atau yang lebih dikenal feedback merupakan salah satu komponen dari keseluruhan manajemen kinerja. Umpan balik ini akan menjadi patokan untuk perkembangan masing-masing karyawan. Manajer dapat menggunakan umpan balik ini untuk menjadikan materi untuk pelatihan karyawan dan memberikan mereka kesempatan untuk berkembang. Umpan balik dapat mengidentifikasi kekuatan dan kekurangan sebagai hasil dari kinerja mereka. Umpan balik berguna jika karyawan sendiri memiliki keinginan untuk berkembang, oleh karena itu perusahaan haruslah memiliki budaya

yang terus ingin berkembang. Dalam menjalankan perannya, manajemen kinerja sendiri dapat berperan jangka pendek atau jangka panjang dalam hal pengembangan karyawan. (5) Tujuan untuk Pemeliharaan Organisasi Manajemen kinerja juga memberikan informasi yang dapat digunakan untuk perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja berguna untuk membetuk sebuah sistem terhadap perusahaan untuk dapat mengantisipasi dan merespon untuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia. Saat sebuah divisi atau bagian dari perusahaan membutuhkan sumber daya manusia, maka perusahaan sudah siap untuk membuat keputusan siapa yang terbaik untuk ditempatkan. Peran lainnya adalah bagaimana potensi dari karyawan dapat disimpan dan harus dapat digabungkan. Manajemen kinerja juga harus dapat memberikan

arahan untuk pelatihan dalam jangka panjang, evaluasi terhadap pencapaian target kinerja, dan mengetahui efektifitas dari tenaga kerja yang dimiliki perusahaan. (6) Tujuan untuk Dokumentasi Manajemen kinerja memiliki berbagai macam informasi dan harus didokumentasikan. Manajemen kinerja memiliki dokumentasi untuk standar nilai kinerja. Jika ada karyawan yang sedang melakukan evaluasi kerja, hasil nilai dari karyawan tersebut akan dibandingkan dengan standar yang dimiliki oleh perusahaan. Kumpulan hasil evaluasi kerja karyawan akan menjadi sebuah umpan balik untuk perusahaan dan karyawan dalam melakukan perencanaan tahun berikutnya. 2.2 Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah proses dimana perusahaan harus dapat menentukan standar kerja, menilai hasil kerja, dan memberikan umpan balik

terhadap karyawan dengan tujuan untuk memberikan motivasi, pembetulan, dan dapat melanjutkan kinerja mereka (Dessler, 2008). Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengerti hasil dari kinerja masingmasing karyawan dalam jangka waktu tertentu. Moon (1993) mengatakan ada manfaat dalam melakukan penilaian kinerja. Manfaat Bagi yang Dinilai (1) Menerima kritik dan saran (2) Memberi kritik dan saran untuk atasan (3) Mengetahui jenis latihan yang diperlukan (4) Kesempatan untuk membicarakan tentang kenaikan karir atau promosi (5) Memperjelas lingkup tugas dan pekerjaan (6) Memberikan keuntungan jika gaji didasarkan oleh performa kinerja Manfaat Bagi Manajer (1) Memberikan kritik dan saran untuk yang dinilai (2) Menentukan lingkup tugas dan pekerjaan (3) Memberikan jenis latihan yang diperlukan (4) Mengetahui kekuatan dan kelemahan tim (5) Menerima kritik dan saran dalam cara memimpin (6) Mengurangi jumlah keluar masuk karyawan

Manfaat Bagi Perusahaan (1) Meningkatkan performa perusahaan dari komitmen karyawan (2) Memiliki standar baku dalam manajemen (3) Membangun jenis latihan (4) Kemampuan karyawan meningkat dan rencana untuk sukses 2.3 Manajemen Kinerja dan Penilaian Kinerja TUJUAN AKHIR ORGANISASI Tujuan organisasi bisa tercapai ataupun tidak tercapai AKIBAT MANAJEMEN KINERJA: 1. Perkembangan 2. Produktifitas 3. Peningkatan 4. Disiplin 5. Kenaikan Gaji 6. Pemecatan 7. Lain-lain STRATEGI ORGANISASI KINERJA KARYAWAN (PENILAIAN KINERJA) MANAJEMEN KINERJA: Manajemen kinerja adalah proses integrasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa dukungan dan kontribusi kinerja karyawan sesuai dengan tujuan organisasi - Pengarahan tentang sistem kerja - Klarifikasi peran masing-masing - Menyamakan tujuan akhir - Memahami tujuan pembelajaran - Kinerja yang selalu dikontrol secara berjangka - Umpan balik yang dilakukan rutin - Pelatihan dan dukungan untuk melakukan pelatihan - Memberikan penghargaan atau pendisiplinan berdasarkan kinerja Gambar 0-1 Hubungan Antara Manajemen Kinerja dan Penilaian Kinerja (Dessler, 2008) Menurut Dessler (2008) penilaian kinerja adalah proses dimana perusahaan harus dapat menentukan

standar kerja, menilai hasil kerja, dan memberikan umpan balik terhadap karyawan. Sedangkan manajemen kinerja adalah sebuah proses integrasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa proses kerja dan kontribusi karyawan sesuai dengan tujuan organisasi. Sebuah proses yang terus berkelanjutan dimulai dari mengidentifikasi, mengukur, dan mengembangkan kinerja dari masing-masing perorangan, tim dan menyetarakan kinerja tersebut dengan tujuan strategi dari perusahaan (Aguinis, 2009). Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan sebuah tujuan yang nantinya akan digunakan sebagai standar kerja. Dessler (2008) mengatakan ada tahapan dalam manajemen kinerja, yaitu empat tahapan yang akan membantu perusahaan dalam menentukan tujuan perusahaan. (1)Menentukan tujuan secara spesifik, (2)Menentukan cara mengukur tujuan perusahaan, (3)Memberikan tantangan tetapi secara realistis yang dapat dilakukan, (4)Memberikan dorongan untuk berpartisipasi. Setelah menentukan standar kerja, maka sebuah sistem dapat dibuat untuk masingmasing karyawan yang disebut S.O.P (Standard Operating Procedure). Pada saat penilaian, karyawan akan dinilai sesuai dengan S.O.P yang ditanggung

masing-masing. Setelah proses penilaian berakhir, masing-masing karyawan akan menerima umpan balik yang akan menjadi patokan hasil kerja mereka dalam jangka waktu tertentu. Proses penilaian kinerja berhenti sampai disini, karena karyawan sudah menerima nilai mereka dalam jangka waktu tertentu. Dilanjutkan dengan proses manajemen kinerja dimana perusahaan harus mengelola hasil kinerja karyawan mereka disesuaikan dengan tujuan organisasi dan bagaimana perusahaan dapat menentukan langkah strategis untuk jangka panjang berikutnya. Manajemen kinerja haruslah bekerja berputar secara terus menerus. Setelah hasil kinerja karyawan dimiliki oleh perusahaan, maka harus ada pengamatan, umpan balik, dan pelatihan. Dengan adanya manajemen kinerja, karyawan dapat menerima pengembangan terhadap kekurangan dan promosi atau bonus dari hasil prestasinya. Perusahaan juga dapat mengetahui apakah tujuan akhir sudah tercapai atau tidak. Proses tersebut nantinya akan terus berulang.

2.4 Balanced scorecard Dalam Penilaian Kinerja Gambar 0-2 Contoh Balanced scorecard (Norton, 2002) Balance scorecard diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992 dan pertama kali di publikasikan oleh Harvard Business Review dalam artikelnya Balance Scorecard Measures that Drive Performance. Kemudian lebih mendalam sesuai dengan perkembangan yang ada pada tahun 1992, 1993, 1996. Pada tahun 1993 Kaplan dan Norton menjelaskan pentingnya memilih standar perusahaan berdasarkan keberhasilan strategis dalam artikelnya

Putting the Balance Scorecard to Work. Jika perusahaan tidak dapat mengukur dan menilai sebuah kinerja dari perusahaan tersebut, maka kinerja tersebut tidak akan dapat dikelola dengan baik. Pada tahun 1996 Norton dan Kaplan melanjutkan artikelnya di Harvard Business Review dengan judul Using Balanced scorecard as a Strategic Management System. Dalam artikel tersebut balanced scorecard dikatakan bahwa dapat digunakan sebagai sistem manajemen strategis. Kaplan dan Norton menekankan pentingnya keseimbangan dalam aspek perencanaan dan pengukuran kinerja perusahaan. Empat perspektif yang harus diperhatikan adalah : (1) perspektif finansial (financial perspective), (2) perspektif pelanggan (customer perspective), (3) perspektif proses bisnis internal (internal business process perspective), dan (4) perspektif pembelajaran dan perkembangan inovasi (innovation and learning perspective). 2.4.1 Tolok Ukur Balanced scorecard Menurut Kaplan dan Norton (2005), Balanced scorecard memiliki empat perspektif yang menjadi tolok ukur.

Gambar 0-3 Hubungan Antar Perspektif di Balanced scorecard (Norton, 2005) (1) perspektif finansial (financial perspective) Bagaimana perusahaan dilihat oleh para pemegang saham? Tujuan dari finansial adalah untuk terus bertahan, untuk sukses, dan untuk menjadi makmur. Supaya dapat terus bertahan perusahaan diukur oleh kelancaran arus kas, untuk sukses diukur dari penjualan dan pemasukan dari masing-masing divisi, dan

untuk makmur diukur dari pangsa pasar dan kelancaran pengembalian modal. Finansial perusahaan terhambat jika perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan operasional dengan kegiatan lainnya. Kualitas dan rotasi dari perkembangan yang baik dapat menjadikan kapasitas yang berlebihan. Manajer harus dapat siap mengerjakan kapasitas yang berlebih ini atau memberikan delegasi kepada karyawan yang dipandang sanggup untuk mengerjakannya. Kapasitas yang berlebih dapat menambah pendapatan atau dapat dikurangi jika perkembangan operasional terlalu berat sehingga memberikan hasil yang buruk. (2) perspektif pelanggan (customer perspective) Bagaimana perusahaan dilihat oleh pelanggan? Perusahaan kebanyakan memiliki misi Pelayanan nomor 1 untuk pelanggan mereka. Bagaimana perusahaan bekerja melihat dari sisi pelanggan menjadi prioritas pihak manajemen. Balance scorecard mengubah tujuan pelayanan terhadap

pelanggan secara umum menjadi sebuah ukuran secara standar yang benar-benar pelanggan butuhkan. Dalam aspek pelanggan perlu diperhatikan empat kategori ini : waktu, kualitas, kinerja dan pelayanan, dan harga. Waktu dapat diukur dari waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Untuk produk yang sudah ada, waktu dapat diukur dari kecepatan perusahaan menerima pesanan dan mengirimnya baik dalam barang atau jasa. Untuk produk baru dapat diukur dari waktu yang dubutuhkan sebuah produk untuk mencapai pasarnya, atau berapa lama yang dibutuhkan sebuah produk dari tahap perencanaan hingga pengiriman. Kualitas dapat diukur dari persentase produk cacat, juga dapat dilihat dari pengiriman yang tepat waktu, yaitu ketepatan sebuah organisasi untuk memperkirakan pengiriman. Kombinasi dari kinerja dan pelayanan dapat diukur dari bagaimana produk barang atau jasa sebuah perusahaan dapat memberikan sebuah nilai bagi pelanggannya.

Untuk menentukan sebuah tujuan yang spesifik seperti dalam produk baru misalnya, dapat diukur dari persentase penjualan untuk produk baru dan persentase penjualan untuk produk andalan. (3) perspektif proses bisnis internal (internal business process perspective) Apa yang dapat kita unggulkan? Ukuran dalam proses bisnis internal harus memiliki dampak yang dapat dihasilkan dengan tujuan kepuasan pelanggan, misalnya faktor yang mempengaruhi siklus waktu, kualitas, kemampuan karawan, dan produktifitas. Oleh karena itu manajer harus dapat memfokuskan dalam kinerja secara internal untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Perusahaan dapat mengukur tujuan utama mereka, termasuk teknologi yang dibutuhkan untuk memimpin di segmen pasar mereka. Perusahaan harus menentukan proses dan tujuan yang akan mereka unggulkan dan dapat diukur secara spesifik. Dikatakan lebih lanjut bahwa kemampuan teknologi perusahaan bisa menjadi

penting dalam persaingan pasar. Perusahaan juga harus dapat fokus dalam kualitas manufaktur, produktifitas desain, dan pengenalan produk baru. Untuk mencapai tujuan dalam siklus waktu, kualitas, produktifitas, dan harga, manajer harus dapat memberikan ukuran yang didasari oleh pekerjaan karyawan. Manajer harus dapat membuat sebuah rangkaian penilaian siklus waktu, kualitas, produktifitas, dan harga mulai dari pekerjaan karyawan dimulai dari posisi terbawah yang dapat mempengaruhi kebijakan manajemen dan tujuan perusahaan. Rangkaian ini akan memastikan karyawan dapat mencapai target pekerjaan mereka, keputusan, dan perkembangan dari masing-masing kegiatan yang akan memiliki kontribusi dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. Teknologi informasi memiliki peran dalam membantu manajer dalam merangkum hasil kerja mereka. Dalam Balanced scorecard manajer dapat melihat hasil kinerja karyawan baik dari perkembangan secara positif ataupun adanya penurunan. Dengan adanya teknologi

informasi, manajer dapat mencari penyebab hal tersebut dan memberikan tindakan lebih cepat. (4) perspektif pembelajaran dan perkembangan inovasi (innovation and learning perspective). Dapatkah perusahaan terus berlanjut untuk berkembang dan menciptakan nilai baru? Perspektif dari pelanggan dan proses internal bisnis membuat perusahaan mengerti bagaimana sebuah perusahaan bertindak dalam mencapai sukses. Meski sudah mengerti proses internal perusahaan dan mengerti perspektif dari pelanggan, target untuk mencapai sukses dapat terus berubah. Persaingan dunia membutuhkan lebih dari dua pandangan tersebut. Perusahaan harus dapat berkembang sehingga dapat mempertahankan produk mereka, dan memiliki kemampuan untuk memunculkan produk baru dengan kemampuan yang terus terasah untuk berkembang. Kemampuan perusahaan untuk dapat berinovasi, melakukan perbaikan, dan belajar terletak kepada nilai yang dimiliki perusahaan

tersebut. Dengan adanya kemampuan untuk memunculkan produk baru, memberikan nilainilai yang lebih bagi pelanggan, dan terus memperbaiki kegiatan perusahaan sehingga tercipta efisiensi, akan membuat perusahaan dapat menembus pasar baru dan meningkatkan pendapatan serta keuntungan. Inovasi diukur dengan kemampuan perusahaan untuk dapat membuat dan menetapkan sebuah standar produk dengan tepat, mulai dari perencanaan hingga akan dimunculkan sebagai produk baru dan menjualnya. 2.4.2 Keunggulan Balanced scorecard Dengan perubahan tuntutan dimana manajemen kinerja menjadi sebuah proses strategi, Norton (2001a) mengakatakan bahwa balanced scorecard berkembang menjadi sebuah konsep untuk dapat menjadi alat dalam membantu menciptakan sebuah strategi dengan menggunakan lima aspek yang dapat diukur. Strategi organisasi didasari oleh lima aspek sebagai berikut : (1) menerjemahkan tujuan strategi tersebut ke sebuah prosedur

kerja, (2) mengatur prosedur kerja organisasi untuk ikut dalam tujuan strategi, (3) membagi prosedur kerja ke masing-masing karyawan, (4) membuat tujuan strategi sebagai proses yang berlanjut, (5) pemimpin yang siap dalam perubahan. Perusahaan yang sudah menerapkan balanced scorecard, maka akan ada perubahan mendasar dalam asumsi dasar tentang mengukur kinerja. Dalam sistem tradisional, sistem akan dirancang dan diawasi oleh para ahli keuangan. Berbeda dengan balanced scorecard. Jika balanced scorecard sudah menjadi sebuah gambaran lengkap dari visi dan tujuan perusahaan, manajer bisa saja sudah mengetahui hasil akhir. Tetapi mereka tidak boleh mengatakan kepada karyawannya bagaimana untuk mencapai hasil akhir tersebut, dikarenakan kondisi masing-masing karyawan dapat selalu berubah. Balanced scorecard selalu menginginkan perusahaan untuk terus melihat kedepan bukan kebelakang.

2.4.3 Penerapan Balanced scorecard Gambar 0-4 Sembilan Langkah Dalam Penerapan Balanced scorecard (Rohm, 2002) Rohm (2002), mengatakan ada 9 langkah untuk mencapai sukses dalam implementasi balanced scorecard. Makakane (2007) menyatakan bahwa langkah ini dinilai paling praktis dan yang paling sesuai dalam menerapkan balanced scorecard.

(1) Assessment Perusahaan harus mengumpulkan detail dari masing-masing divisi bagaimana rencana mereka dalam membuat penilaian kinerja dan pelatihan apa saja yang ingin dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditentukan (biasanya satu tahun). Kemudian dari pengumpulan detail tersebut, haruslah diarahkan penyesuaian terhadap visi dan misi perusahaan, SWOT, dan nilai-nilai dari perusahaan. Perusahaan harus siap untuk menghadapi kemungkinan adanya perubahan rencana manajemen supaya dapat terus berkembang. (2) Strategy Menentukan hasil, tema, pandangan secara strategis tentang apa yang akan diangkat dalam sebuah penilaian kinerja. Biasanya hal ini didasari oleh kebutuhan pelanggan dan nilai dari kebutuhan pelanggan tersebut. Sebuah poin yang harus diperhatikan dialam menentukan strategi ini adalah bagaimana perusahaan dapat menyatukan antara kebutuhan pelanggan dilihat dari fungsi, hubungan, dan image dari perusahaan itu

sendiri dalam menciptakan nilai untuk mereka. (3) Objective Setelah membuat strategi, maka perusahaan harus dapat menentukan langkah-langkah yang nantinya akan diambil sesuai dengan tujuan strategi mereka. (4) Strategic Map Sebuah peta yang menggambarkan hubungan antara langkah-langkah yang diambil pada tahap sebelumnya. Peta tersebut akan dapat menggambarkan hubungan sebab-akibat antara satu tujuan yang harus dicapai atau dipengaruhi oleh tujuan yang lainnya. (5) Performance Measures Langkah berikutnya yang harus diambil adalah mengukur masing-masing kinerja yang ada dalam strategi sebelumnya. Perusahaan harus dapat membedakan kebutuhan masa depan dan apa saja yang sudah menghambat kinerja masa lalu. Pada tahap ini juga perusahaan harus siap dalam membuat desain target kerja. Terkadang tahapan ini digambarkan yang paling

membingungkan dan tidak mudah untuk dikerjakan. Memberikan waktu lebih banyak saat ini sangat diperlukan untuk mencapai sebuah pengukuran kinerja yang baik. (6) Initiative Pada Langkah Enam, perusahaan harus memiliki inisiatif yang dikembangkan yang mendukung tujuan strategis. Di sinilah proyek yang harus dilakukan untuk memastikan keberhasilan organisasi (sejauh mana organisasi memenuhi fungsi atau visi) yang disusun dan ditetapkan. Untuk membangun akuntabilitas di seluruh organisasi, pemilik atau pihak yang bertanggung jawab harus dapat membuat pengukuran kinerja dan inisiatif strategis didokumentasikan. (7) Automation Selanjutnya, perangkat lunak diperlukan dengan tepat supaya dapat mempermudah perusahaan. Perusahaan dapat memiliki sebuah perangkat lunak yang didalamnya sudah termasuk untuk analisa dan menentukan perangkat lunak apa yang terbaik untuk perusahaannya. Membuat

menjadi komputerisasi akan membantu perusahaan untuk mengubah data perusahaan menjadi informasi dan pengetahuain serta mempermudah untuk mencarinya. (8) Cascade Gambar 0-5 Proses Cascade Balanced scorecard (bsi.org, 2002) Jika semua langkah sebelumnya sudah terpenuhi, maka perusahaan dapat membuat penilaian kinerja yang akan dibagikan kepada masing-masing divisi. Sebuah scorecard untuk tim dan individu dibuat sesuai dengan pekerjaan sehari-hari dengan tujuan divisinya masing-masing dan tujuan perusahaan. Langkah berikut harus digunakan untuk mencapai proses cascade

yang efektif. (1) Menyatukan tujuan strategi utama dari perusahaan menjadi sebuah visi, misi, dan strategi yang spesifik. (2) Menyatukan tujuan karyawan dan pekerjaan sehari-hari menjadi cara kerja perusahaan. (3) Fokus dalam hasil kinerja individu. (9) Evaluation Sebuah pertanyaan yang muncul dalam evaluasi adalah Apakah hasil yang diinginkan sudah tercapai?. Evaluasi sendiri harus diikuti oleh adanya perubahan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan evaluasi dan perubahan. (1) Memastikan bahwa program yang dilakukan oleh perusahaan sudah sesuai dengan rencana awal. (2) Membuat penyesuaian program yang berjalan dengan segala macam dampak yang ada. (3) Menambahkan program baru jika memang ada yang lebih efektif. (4) Membuang program yang dianggap tidak efektif dan tidak mencapai kebutuhan pelanggan. (5) Menentukan pembiayaan yang didasari oleh perencanaan.