BAB I PENDAHULUAN. ke 17 yaitu didirikannya Oost Ind. Compagnie yang mengangkat. Melchior Kelchen seorang sekertaris College van Schenpenen sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri. Terpenuhinya unsur-unsur dari rumusan Pasal 264 ayat (1) ke-1 KUHP sebagai. dakwaan Primair, yaitu :

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN AKTA OTENTIK YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XIII/2015 Tindak Pidana Kejahatan Yang Menggunakan Kekerasan Secara Bersama-Sama Terhadap Barang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 126/PUU-XIII/2015 Yurisprudensi Mahkamah Agung Mengenai Bilyet Giro Kosong

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2

FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA PENINJAUAN KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA 1 Oleh: Eunike Lumi 2

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB II PROSEDUR PEMBUATAN AKTA KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM

BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis alat bukti seperti yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan


BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dr. AGUNG IRIANTORO,SH.,MH. Edisi Revisi, Jakarta:Pradnya Paramita, 1996.

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, Jakarta, 1978, Hlm Rudhi Prasetya, Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan hukum dan penegakkan hukum yang sah. pembuatan aturan atau ketentuan dalam bentuk perundang-undangan.

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

PUTUSAN No. 962 K/Pid/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012. Dinny Fauzan, Yunanto, Triyono. Perdata Agraria ABSTRAK

A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017. surat yang dimaksud adalah akte-akte autentik. Kata kunci: Tindak Pidana, Pemalsuan, Akta Autentik.

AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. serorang professional bekerja karena integritas moral, intelektual, dan profesional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Masalah Sejarah Notaris di Indonesia dimulai pada zaman permulaan abad ke 17 yaitu didirikannya Oost Ind. Compagnie yang mengangkat Melchior Kelchen seorang sekertaris College van Schenpenen sebagai notaris pertama di Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1620. Kemudian pada tanggal 16 Juni 1625 dibuat sebuah peraturan yang menetapkan bahwa seorang notaris wajib merahasiakan semua informasi yang diberikan kliennya serta dilarang menyerahkan salinan akta-akta milik kliennya. Peraturan ini disebut Instruksi untuk Para Notaris yang terdiri atas 10 Pasal. 1 Praktik kenotariatan di Indonesia tidak lepas dari pengaruh Belanda sebagai negara penjajah, dimana sebagai negara yang menganut sistem hukum civil law Belanda telah banyak menanamkan doktrindoktrin mengenai sistem hukum ini. Sehingga meskipun telah lama merdeka Indonesia tetap menggunakan sistem hukum civil law danterus berlaku hingga saat ini. Praktik kenotariatan di Indonesia semakin diakui dengan dikeluarkannya Peraturan Tentang Jabatan Notaris (PJN) yang mengacu pada notariswet yang ada di Belanda pada 26 Januari 1860. Selanjutnya 1 Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Ke Notaris, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009, h 27.

PJN dijadikan dasar pedoman bagi praktik kenotariatan yang berlaku di Indonesia hingga disahkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. 2 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), Notaris adalah pejabat umummewakilipemerintah yang bertindak untuk dan atas nama Negara dalam hal menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang dibutuhkan pelaku hukum terhadap sebuah alat bukti tertulis yang bersifat otentik. Didalam membuat alat bukti yang bersifat otentik terhadap sesuatu objek hukum,notaris wajib membuatkan alat bukti yang isinya berdasarkan atas permintaan pihak berkepentingan. Alat bukti tersebut disebut biasanya dikenal dengan sebutan Akta Notaris (Akta Otentik). Akta otentiksendiri memiliki peranan penting dalam pembuktian Gugatan Perdata. Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) terdapat 2 macam jenis Akta, yaitu Akta Otentik serta Akta di Bawah Tangan.Dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Akta Otentik, yaitu merupakan sebuah dokumen yang dibuat dihadapan Notaris, yang secara sah dan dapat menjadi alat bukti yang sempurna. Sempurna sendiri berarti hakim menganggap semua yang tertera dalam akta merupakan hal yang benar, kecuali ada akta lain yang dapat membuktikan isi akta pertama tersebut salah. 3 2 Ibid, h 28. 3 Ibid, h 83 Ada beberapa alasan yang menunjang kekuatan hukum dari sebuah akta otentik, yaitu akta otentik dibuat dihadapan seorang pejabat umum negara sehingga legalitasnya dapat dipastikan, ditambah lagi bahwaseorang pejabat umum negara

tidak memiliki keberpihakan dalam pembuatan akta. Hal lain yang membuat akta otentik memiliki kekuatan hukum yaitu karena akta otentik memiliki minuta akta yang disimpan oleh negara melalui Notaris, sehingga akan sanggat kecil kemungkinan akta tersebut hilang. Selain itu jika seseorang melakukan penyangkalan atas akta tersebut maka kebenarannya dapat segera dibuktikan. 4 2. Akta di Bawah Tangan, yaitu akta yang dibuat bukan dihadapan notaris. Biasanya akta ini dibuat karena para pembuat perjanjian tidak mau repot dan saling memiliki kepercayaan satu sama lain. Pada akta dibawah tangan notaris tidak ikut bertanggung jawab terhadap isi kesepakatan atau perjanjian yang ada didalamnya. Notaris hanya bertugas melakukan legalisasi dan pencatatan dari akta bawah tangan yang dibawa ke hadapan notaris. 5 Sedangkan dalam praktik Kenotariatan, Akta Notaris dibagi menjadi dua yaitu, sebagai berikut : 1. Akta Partij (Partij Acte) atau Akta Pihak, akta yang berisi suatu keterangan dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan notaris, artinya diterangkan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang di hadapan notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu di hadapan notaris, agar keterangan atau perbuatan itu dikonstatir oleh notaris di dalam suatu akta otentik. Akta yang seperti itu dinamakan akta yang dibuat dihadapan notaris. Contohnya : perjanjian hibah, wasiat, kuasa, dan lain sebagainya. 2. Akta Relaas (Ambtelijke Acte) atau Akta Pejabat, Akta yang dibuat oleh notaris dapat merupakan suatu akta yang memuat relaas atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni notaris sendiri, didalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Dengan kata lain, akta yang dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat oleh notaris. Contohnya : berita acara rapat para pemegang saham dalam perseroan terbatas. 6 Ibid, h 85 5 Ibid, h 86 Tobing, G.H.S, Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, 1992, h. 46

Pada akta partij selalu terdapat kekuatan bukti materiil sehingga dianggap merupakan alat bukti sempurna, hal ini di sebabkan dalam akta partij kebenaran dari isi akta tersebut ditentukan dan diakui oleh pihakpihak dan pejabat yang menerangkan seperti apa yang dilihat, diketahuinya dari para pihak itu. Sebaliknya dalam akta relaas tidak selalu terdapat kekuatan bukti materiil artinya setiap orang dapat menyangkal kebenaran isi akta otentik itu asal dapat membuktikannya, sebab apa yang dilihat dan dilakukan oleh pejabat itu hanya berdasarkan pada apa yang dikehendaki oleh yang berkepentingan. 7 Dari dua jenis akta tersebut pula, dapat pula dilihat bahwa baik akta partij maupun akta relaas memiliki persamaan bahwa dalam pembuatannya tidak menujukan bahwa notaris ikut serta dalam melakukan perbuatan hukumsebab terlihat bahwa isi dari kedua jenis akta tersebut merupakan apa yang diinginkan oleh para pihak yang terkait. Dengan demikian,secara teori Notaris dalam pembuatan akta otentik hanya memiliki peran sebagai pihak yang menjamin bahwa isi dari akta tersebut merupakan hal yang disampaikan pihak yang terkait kepadanya. Berdasarkan penjelasan sebelumya, apabila notaris dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa pembuatan akta otentik telah berlaku sesuai dengan aturan hukum yang adamaka notaris tidak dapat dikatakan sebagai pihak yang dianggap turut serta melakukan atau membantu para pihak dalam kualifikasi hukum Pidana ataupun sebagai Tergugat atau turut Tergugat dalam perkara Perdata.Namun meski Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992, h. 136.

dalammenjalankan tugas kewenangan dan tanggungjawabnya berlaku ketentuan yang demikian, tetapi masih saja dapat ditemukan kejadian bahwa notaris dihadapkan dalam sebuah permasalahan hukum dimana menyebabkannotaris yang bersangkutan dilaporkan telah melakukan tindak Pidana. Adjie berpendapat adapun tindak pidana yang dapat dikaitkan dengan profesi Notaris adalah terkait prosedur pembuatan Akta otentik apabila memenuhi unsur sebagai berikut : 1. Membuat surat palsu/yang dipalsukan dan menggunakan surat palsu/yang dipalsukan (Pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP) 2. Melakukan pemalsuan terhadap akta otentik (Pasal 264 KUHP) 3. Menyuruh mencantumkan keterangan palsu dalam akta otentik (Pasal 266 KUHP) 4. Melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan (Pasal 55 jo Pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP atau Pasal 264 atau Pasal 266 KUHP) 5. Membantu membuat surat palsu/atau yang dipalsukan dan atau menggunakan surat palsu/yang dipalsukan (Pasal 56 ayat (1) dan (2) jo Pasal 263 ayat (1) dan (2) atau Pasal 266 KUHP. 8 Menurut Chazawi, terdapat perbedaan prinsip antara membuat surat palsu dengan memalsukan surat, yaitu : 9 1. Membuat Surat Palsu Sebelum perbuatan dilakukan maka belum ada suatu surat. Kemudian dibuat surat yang isinya sebagian atau seluruhnya tidak benar atau bertentangan dengan kebenaran. 2. Memalsukan Surat Sebelum perbuatan ini dilakukan, sudah terdapat sepucuk surat yang disebut surat asli. Kemudian pada surat asli, terhadap isinya (termasuk tanda tangan dan nama si pembuat asli) dilakukan perbuatan memalsukandan akibatnya surat yang semula benar menjadi surat yang sebagian atau seluruh isinya tidak benar atau bertentangan dengan kebenaran. Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsiran Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), PT.Refika Aditama, 2008, h 76 Adami Chazawi, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal 99

Dengan demikian pemidanaan terhadap Notaris dapat terjadi apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : 10 1. Adanya tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek-aspek formal akta yang dengan sengaja dan penuh kesadaran serta keinsyafan dan direncanakan bahwa akta yang dibuat dihadapan dan oleh Notaris bersama-sama dengan penghadap (sepakat) untuk dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana; 2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta dihadapan atau oleh Notaris yang dapat diukur berdasarkan UUJN dirasakan tidak sesuai; dan 3. Tindakan Notaris tersebut tidak sesuai menurut instansi yang berwenang (untuk menilai tindakan Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris). Jadi apabila hendak mempidanakan notaris namun tanpa melakukan pembuktian yang sangat mendalam hingga menemukan unsur kesalahan atau kesengajaan yang dapat dikaitkan dengan notaris, itu merupakan suatu tindakan tanpa dasar hukum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. 11 Sebagai contoh sebuah tindak pidana memalsukan akta otentik yang menyebutkanbahwa Notaris bersangkutan sebagai pelaku Pemalsuan Surat (Akta Otentik),Penulis mengkaji permasalahan hukum yangterjadi di Surakarta dengan hasil Putusan PengadilanPerkara Tindak Pidana Nomor Perkara : 141/Pid.B/2009/PN.Ska jo No.167/Pid/2010/PT.Smg jo 1860 K/PID/2010. Habib Adjie, Op.Cit, h 30 11 Herlien Budiono,Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan Undang-Undang No.30 Tahun 2004(Dilema Notaris Diantara Negar, Masyarakat, Pasar) Renvoi, No.4.28.III.3 September 2005, h 37

Mulanya perkara ini merupakan sebuahgugatan dengan Pengugat bernama Agus Sutanto dengan Nomor Perkara No.10/Pdt.G/2006/PN.Ska jo No.35/Pdt/2007/PT.Smg jo No.617 K/Pdt/2008, dimana Tjondro Santoso, S.H (selaku Notaris pembuat akta yang menimbulkan sengketa) sebagai salah satu Tergugatnya yang menghasilkan putusan berupamenolak Gugatan atas nama Penggugat Agus Sutanto. Putusan ini telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Kemudian oleh Pengugat diajukan kembali sebagai Perkara Pidana,dimana setelah melalui tiga tahap persidangan menghasilkan Putusan berbeda.pada Tingkat Pengadilan Negeri dinyatakan bersalah dengan Pidana Penjara selama 2 (dua) tahun, pada Tingkat Pengadilan Tinggi dengan putusan yang sama yaitu bersalah dengan hukuman Pidana Penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan namun pada Tingkat Kasasi Pengadilan memberikanputusan Akhir adalah membebaskan Terdakawa Tjondro Santoso, S.H dari segala tuntutan hukum. Pada kasus ini dijelaskan secara singkat, kejadian bermulaatas laporan dari seorang bernama Agus Sutanto (Pelapor) kepada pihak kepolisian POLDA Jawa Tengah No.Pol : LP/98/VII/2006 tertanggal 19 Juli 2006, tentang dugaan adanya persekongkolan dalam pemalsuan sebuah akta dan kemudian berdasarkan laporan tersebut Penyidik POLDA Jawa Tengah menetapkan3 orang Tersangka, yaitu : Anne Patricia Sutanto, Yunita Koeswoyo dan Notaris Tjondro Santoso, S.H.. Dengan kronologi kejadian sebagai berikut, pada tanggal 6 Januari 2006 Notaris Tjondro Santoso, S.H bertempat dikantor Notaris Jl.Mr.Muh Yamin No.114

Surakarta, ditemui oleh dua orang wanita dalam kurun waktu berbeda namun memiliki keinginan sama yaitu meminta untuk dibuatkan Akta. Pukul 11.30 WIB, Yunita Koeswoyo (Pemohon) datang menemui Notaris Tjondro Santoso, S.H., meminta dibuatkan sebuah aktamengenai PernyataanKeputusanRapat (PKR) PT.Indo Veneer Utama penyesuaian Anggaran Dasardan Anggaran Rumah Tanggadengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun1995 tentang Peseroan Terbatas.Kemudian oleh Notaris dibuatkan Akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 tentang Perubahan Anggaran Dasar PT. Indo Veneer Utama penyesuaian terhadap Undang-Undang Nomor1 tahun1995 tentang Peseroan Terbatas. Kemudian padapukul 14.30 WIB datang Anne Patricia Sutanto (Pemohon) dari perusahaan yang sama dengan pemohon sebelumnyapt.indo Veneer Utama, menemui Notaris Tjondro Santoso, S.Hdan meminta untuk dibuatkan sebuah Akta tentang Hasil Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Indo Veneer Utama. Dengan alasan tersebut Notaris Tjondro Santoso, S.H., membuatkan Akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 tentang Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Indo Veneer Utama. Kemudian oleh Notaris Tjondro Santoso, S.H., salinan Akta No.3 tanggal 6 Januari 2006 diserahkan kepada Anne Patricia Sutanto pada tanggal 7 Januari 2006 namun karena ada perbaikan pada bagian promise (sebelum pokok akta) Akta No.3 tanggal 6 Januari 2006 ditarik kembali dan dikembalikan pada tanggal 13 Januari 2006. Dengan adanya salinan tersebut dipergunakan oleh penghadap dalam merubah speciment tanda tanggan di Bank Mandiri Cabang Jakarta, menguasai aset dan mengambil

alih jabatan Direktur PT. Indo Veneer Utama Surakarta. Dengan alasan tersebut Pelapor yang semula merupakan pemegang saham merangkap Komisaris PT. Indo Veneer Utama merasa dirugikan baik secara materiil maupun hak lainnya sebagai Komisaris PT.Indo Veneer Utama yang juga telah dirubah secara sepihak oleh Pengurus yang baru, dan melaporkan kepada yang berwajib guna pengusutan lebih lanjut. Dengan adanya laporan tersebut kemudian ketiga Tersangkadiproses sesuai hukum yang berlaku. Kepada Tersangka Anne Patricia Sutanto, setelah berkas perkaranya oleh Penyidik dilimpahkan pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dan oleh Jaksa pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah ditetapkan sebagai Terdakwa dengan Nomor Perkara No. 343/Pid.B/2007/PN.Ska. Yang dalam perkara tersebut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta memutuskan Terdakwa Tidak Bersalah dan dibebaskan dari segala dakwaan Jaksa Penuntut Umun yang dikuatkan dengan Putusan Mahkamah Agung R.I No. 914 K/Pid/2008. Dan dengan adanya putusan bebas atas nama Terdakwa Anne Patricia Sutanto dan mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) kemudian terhadap Tersangka Yunita Koeswoyo oleh POLDA Jawa Tengah berdasarkan Surat DIRESKRIM POLDA JATENG No. Pol : B/115 b/ XII/ 2008/RESKRIM tanggal 15 Desember 2008 menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP.3). Sementara disisi lain berkas perkara dengan Tersangka Notaris Tjondro Santoso, S.H yang oleh Penyidik dilimpahkan pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dan oleh Jaksa dinyatakan P.21 (berkas lengkap) dan menjadikan Notaris Tjondro

Santoso, S.H sebagai Terdakwa pada tanggal 17 September 2008 yang dianggap sebagai Pelaku Tunggal oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan isi dakwaan Memalsukan Akta Otentik. Dengan pertimbangan : bahwa Notaris Tjondro Santoso, S.H dalam membuat kedua akta telah memasukan keterangan palsu atau keterangan yang tidak benar yang mana dalam akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 oleh Notaris Tjondro Santoso, S.H telah dicantumkan kalimat / katakata telah mendapatkan pengesahan dari pihak berwajib, padahal yang sebenarnya akta No.2 tanggal 6 Januari 2006 tersebut belum mendapat pengesahan dari pihak yang berwajib dan belum jadi, baru mendapat pengesahan pada tanggal 16 Maret 2006 12 Sementara yang sebenarnya Akta No.2 tanggal 06 Januari 2006 baru mendapatkan pengesahan pada tanggal 16 Maret 2006.Berdasarkan pertimbangan tersebut kemudian JPU mendakwa Tjondro Santoso sebagai pelaku tunggal dalam kasus ini. Dalam perkara inimajelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta menghasilkan Putusan dengan Nomor Perkara141/Pid.B/2009/PN.Ska, menyatakan bahwa Terdakwa yang bernama Tjondro Santoso memenuhi unsur pada Pasal 264 ayat (1) ke 1 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) sehingga dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana Memalsukan AktaOtentik dan menghukum Terdakwa dengan Pidana Penjara selama 2 (dua) tahun. Kemudian pendapat yang sama dinyatakan dalam Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Semarang dengan Nomor Perkara167/Pid/2010/PT.Smg dimana menyatakan bahwa Terdakwa yang bernama Tjondro Santoso, bersalah melakukan tindak pidana Memalsukan AktaOtentik dan menghukum Terdakwa dengan Pidana Penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan. Namun pendapat berbeda disampaikan dalam Putusan 12 Putusan No. 141/Pid.B/2009/PN.Ska, h 4

Majelis Hakim tingkat Kasasi dengan Nomor Perkara No.1860 K/Pid/2010 Terdakwa yang bernama Tjondro Santosodinyatakan Tidak Bersalah dan Dibebaskan dari seluruh dakwaan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 13 1. Bahwa sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Jabatan Notaris No.30 tahun 2004 dalam Pasal 15 ayat (1), maka akta yang dibuat oleh Notaris, adalah berdasarkan kemauan para penghadap, sehingga dalam pembuatan akta tersebut seorang Notaris sama sekali tidak mempunyai kepentingan apapun terhadap isi dari akta dibuatnya, oleh karena semua isi dan materi dari akta tersebut adalah menjadi tanggungjawab dari pada penghadap; 2. Bahwa terhadap kasus a quo dimana Terdakwa sebagai Notaris yang telah membuat akta No. 3 tanggal 6 Januari 2006 yang para pihaknya adalah Ny. Anne Patricia Sutanto dan Tuan Andi Sutanto telah membuat akta tentang Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Indo Veneer Utama, yang dalam ketentuan/syaratnya ditentukan secara tegas bahwa PT. Indo Veneer Utama yang berkedudukan di Surakarta yang Anggaran Dasarnya telah memperoleh pengesahan dari pihak yang berwajib (halaman 4 akta No. 2 tanggal 6 Januari 2006 dan Isi akta halaman 3 akta No.3). Jadi yang dicantumkan oleh Terdakwa sebagai Notaris yang telah mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwajib adalah Akta Pendirian yang merupakan Anggaran Dasar PT. Indo Veneer Utama yang dibuat oleh Notaris secara lengkap termuat dalam akta Notaris yang dibuat oleh Terdakwa, jadi bukan mengenai akta No.2 atau No. 3 yang telah mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwajib, seperti yang uraian dakwaan JPU; 3. Bahwa dengan demikian pada kasus a quo tidak terbukti bersalah adanya kesalahan dari Terdakwa, sebab yang terjadi adalah salah penafsiran tentang pengesahan dari akta itu sendiri yang terbit tanggal 16 Maret 2006 (akta No. 2), namun yang dimaksud dalam akta No. 3 adalah tentang Akta Pendirian yang merupakan Anggaran Dasar PT Indo Veneer Utama, karenanya Terdakwa tidak terdapat unsure kesalahannya, untuk itu harus dibebaskan (Glen Straff Zonder Schuld). C. Rumusan Masalah 13 Putusan Mahkamah Agung No. 1860 K/Pid/2010, H 50-51.

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka rumasan masalah yang akan dikaji dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : Apakah notaris dapat dipertanggungjawabkan secara pidana dalam menjalankan tugas tanggungjawab dan kewenangan profesi? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada tujuan penelitian yang ingin diungkapkan adalah sebagai berikut : Ingin mengetahui kemungkinan dalam menjalankan tugasnya Notaris dapat dipertanggungjawaban menurut hukum Pidana. E. Manfaat Penelitian Penulisan skripsi ini diharapkan dapat berguna dalam hal-hal sebagai berikut, yaitu : 1. Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum serta sebagai tambahan referensi dalam penelitian lain yang sejenis dengandasar permasalahan yang sama,sehingga berguna bagi perkembangan Ilmu Hukum dikemudian hari khususnya yang berkaitan profesi hukum bidang Kenotariatan. 2. Praktis

Diharapkan dengan adanya skipsi ini dapat menjadi dasar acuan atau pedoman atau pertimbangan atau masukan yang berguna bagi : a. Mahasiswa, yang hendak melakukan penelitian terhadap topik mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap Notaris. b. Penegak Hukum, dalam proses penyelesaian perkara hukum terhadap Notaris terkait pertanggungjawaban pidana atas akta yang dibuatnya. c. Pemerintah serta pembuat Undang-Undang, dalam menetapkan dasar aturan serta sanksi terkait pertanggungjawaban pidana yang dilakukan oleh Notaris. F. Metode Penelitian Metodelogi penelitian merupakan proses-proses yang menjadi syarat utama bagi kegiatan penulisan ilmiah sebagai bentuk upaya untuk menghasilkan jawaban yang tepat atas rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian. 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini Penulis menggunakan pendekatan Yuridis Normatif yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Putusan-

Putusan Pengadilan serta norma-norma hukum yang berlaku didalam lingkungan masyarakat. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang menggunakan Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan Teori- Teori Hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya didalam lingkup masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian. 3. Sumber Data Dalam penelitian ini Penulis menggunakan Data Sekunder dengan maksud yaitu data yang diperoleh dari dokumendokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang penulis gunakan dibagi dua, yaitu : a. Bahan Hukum Primer Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini, bahan hukum primer yang Penulis gunakan adalah : 1) UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris 2) Kitab UndangUndang Hukum Pidana

3) Kitab UndangUndang Hukum Perdata 4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Peseroan Terbatas. 5) Putusan Pengadilan Negeri SurakartaNomor Perkara 141/Pid.B/2009/PN.Ska. 6) Putusan Pengadilan Tinggi SemarangNomor Perkara 161/Pid/2010/PT.Smg. 7) Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor Perkara 1860K/Pid/2010. b. Bahan Sekunder Merupakan bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. : 1) Bukubuku Hukum 2) Kamuskamus Hukum 3) Copyan Akte Notaris No.2 tanggal 6 Januari 2006 4) Copyan Akte Notaris No.3 tanggal 6 Januari 2006 4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari Peraturan Perundangan, buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.

G. Unit Amatan dan Analisa 1. Unit Amatan Yang menjadi unit amatan pada penelitian ini adalah : a. Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor Perkara 141/Pid.B/2009/PN.Ska b. Putusan Pengadilan Tinggi SemarangNomor Perkara 161/Pid/2010/PT.Smg. c. Putusan Mahkamah Agung R.I Nomor Perkara 1860 K/Pid/2010. d. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. e. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 2. Unit Analisa Yang menjadi unit analisa pada penelitian ini adalah pertimbangan Hakim berkaitan dengan pertanggungjawaban Pidana Notaris didalam Putusan Perkara No.141/Pid.B/2009/PN.Ska jo No.167/Pid/2010/PT.Smg jo No.1860 K/Pid/2010.