BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang dilakukan pada seseorang dapat menciptakan kepribadian

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 DONDO KABUPATEN TOLI-TOLI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Prestasi Belajar

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ARTIKEL/JURNAL OLEH ROBIATUL AINI RRA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Abstract. Keywords: Keterampilan Mengajar Guru, Fasilitas Belajar, Prestasi Belajar. p-issn : e-issn : JURNAL NIAGAWAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

Kontribusi Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Gambar Dasar Teknik Bangunan Siswa Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Padang

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MINAT DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS JURNAL. Oleh DEVIYANTI PANGESTU SULTAN DJASMI ERNI MUSTAKIM

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 1 PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional dengan pendekatan ex post facto dan survey. Metode asosiatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. 1. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII di MTs.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Status Sosial Orang Tua (X2), dan variabel Prestasi Belajar (Y).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) e-issn X Volume 2 Nomor 1 Januari 2018

Denny Ramadhany Effendy Samsul Hadi. Pendidikan Teknik Mesin, FKIP UST Yogyakarta ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XIX/November 2015

BAB I PENDAHULIAN. Dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan serta

OLEH : DELVIZA SURYANI

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

II. KAJIAN PUSTAKA. diantaranya adalah: Carin yang dikutip oleh Holil dalam. gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistimatis.

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMBANGARUM 2 MRANGGEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Nilai UAN

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

Oleh: Binuko Pambagyo, Widiyatmoko Pendidikan Teknik Otomotif FKIP. Universitas Muhammadiyah Purworejo

MOTIVASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN STUDI DI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG. Oleh: YULIANI 57617/2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

III. METODE PENELITIAN. oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode dan jenis penelitian

PENGARUH CARA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SISWA KELAS III JURUSAN LISTRIK SMK NEGERI 5 MAKASSAR

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 2 No.1 Pebruari 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaannya. Undang Undang Republik

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan mahasiswa memahami, menerima berbagai hal yang telah disampaikan dosen. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:23) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. Sedangkan menurut Suryabrata (2002: 233 ), prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal) individu. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sebagai hasil perubahan yang telah dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar dalam waktu tertentu yang dibuktikan dengan keberhasilan menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk huruf dan angka yang diperoleh melalui tes. Prestasi belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, karena manusia selalu butuh akan pengukuran dan sekaligus sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dirinya. Bagi mahasiswa diperguruan tinggi prestasi belajar merupakan faktor penting untuk

mengetahui sejauhmana keberhasilan mahasiswa menguasai materi yang dipelajari selama satu semester. 1.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang diperoleh seseorang merupakan suatu bentuk yang ditimbulkan dari proses belajar mengajar, dimana proses belajar banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Slameto (2010:54) terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor intern dan faktor ekstren. a. Faktor internal adalah faktor yang dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor fisiologis, faktor psikologi dan faktor kelelahan. b. Faktor eksternal Faktor eksternal ialah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor eksternal tersebut dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 2.1.3 Indikator Prestasi Belajar Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa prestasi belajar dapat dinyatakan berhasil apabila memenuhi ketentuan kurikulum yang disempurnakan. Menurut Muhibbin Syah (2008:141) Evalusai adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.hal ini dapat dilihat sejauh mana perubahan yang telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Pengajar harus mengetahui sejauh mana mahasiswa akan mengerti bahan yang akan diajarkan. Penilaiaan memberi informasi hasil pengajaran

yang telah dilaksanakan.untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa dapat menggunakan suatu alat untuk mengevaluasi yaitu dengan test. Muhibbin Syah (2008: 151) jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi dapat disajikan dalam: Tabel 2.1. Jenis dan Indikator Prestasi Belajar No Prestasi belajar Indikator prestasi belajar 1. Ranah Cipta (Kognitif) a. Pengamatan b. Ingatan c. Pemahaman d. Penerapan e. Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti) f. Sintesis (membuat panduan baru dan utuh) - Dapat menunjukkan - Dapat membandingkan - Dapat menghubungkan - Dapat menyebutkan - Dapat menunjukkan kembali - Dapat menjelaskan - Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri - Dapat memberikan contoh - Dapat menggunakan secara tepat - Dapat menguraikan - Dapatmengklasifikasikan/memilahmilah - Dapat menghubungkan - Dapat menyimpulkan - Dapat menggenerelasasikan (membuat 2. Ranah Rasa (Afektif) a. Penerimaan b. Sambutan c. Apresiasi (sikap menghargai) d. Internalisasi (pendalaman) e. Karaktirasasi 3. Ranah Karsa (Psikomotor) a. Ketrampilan bergerak dan bertindak b. Kecakapan kespresi verbal dan nonverbal Sumber: Muhibbin Syah (2008:151) prinsip baru) - Mengingkari - Melembagakan atau meniadakan - Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari) - Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya - Mengucapkan - Membuat mimik dan gerakan jasmani Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara memberi penilaiaan atau evaluasi dengan cara memberikan test baik tertulis maupun secara lisan yang mencakup semua materi yang telah diajarkan pada mata kuliah yang diambil pada satu semester. Penelitian ini, penulis menggunakan indikator ranah kognitif untuk pembuatan

angket dan data dokumentasi mahasiswa berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang dinyatakan dalam bentuk angka yang dilaksanakan pada waktu kuliah selama satu semester. 1.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk melakukan kegiatan berdasarkan faktor pendorong dan tujuan. Adanya dorongan dalam diri individu bertujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Menurut Hamzah B Uno (2009:23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Sedangkan menurut Sardiman (2011: 75) mendefinisikan motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Sedangkan Winkel (2012:169) Motivasi Belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Pendapat lain mengenai motivasi dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009:80) mengemukakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku

manusia, termasuk perilaku belajar. Berdasarkan uraian tersebut motivasi sebagai dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arahan dan semangat untuk belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Jadi peran motivasi bagi mahasiswa dalam belajar sangat penting, dengan adanya motivasi dapat menambah dan memperkuat proses belajar. 2.2.2 Indikator Motivasi Belajar Hakikat motivasi belajar Menurut Hamzah B Uno (2009:23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Hamzah B Uno (2009:23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar. e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. f. Aktif mengadakan diskusi pada saat diluar jam kuliah Berdasarkan pendapat Hamzah B Uno (2009:23) diharapkan pendidik memperhatikan dan menggunakan indikator-indikator tersebut maka akan mendukung proses pembelajaran sesuai harapan. Dosen juga dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri mahasiswa sehingga mereka

mengalami perubahan tingkah laku yang lebih baik. Selain menggunakan indikator-indikator tersebut. 2.2.3 Ciri-ciri Motivasi Sardiman (dalam Sulistiyorini,2014:56), seseorang yang memiliki motivasi belajar yang kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. 2. Ulet menghadapi kesulitan, tidak mudah putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai. 3. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja mandiri 5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. 6. Dapat mempertahankan pendapat yang diyakininya 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi selalu tekun dan ulet dalam mengerjakan tugasnya, tidak mudah putus asa, mempunyai minat untuk belajar, mudah bosan dengan tugas yang monoton, mahasiswa lebih tertantang untuk memecahkan masalah yang ada pada tugasnya dan suka bekerja mandiri.

2.2.4 Fungsi motivasi Motivasi sebagai proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi khususnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Ngalim Purwanto (dalam jurnal Sri Rejeki, 2012) yaitu: 1. Mendorong manusia untuk berbuat baik atau tidak baik Berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2. Menentukan arah perbuatan Yakni kearah perwujudan sesuatu tujuan atau cita-cita. Makin jelas motivasi itu, makin jelas pula yang akan ditempuh 3. Menyeleksi perbuatan Menentukan perbuatan perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Dari uraian tersebut motifasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi belajar. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi, dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka seseorang yang belajar akan memunculkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi mahasiswa menentukan tingkat pencapaiaan hasil belajar dan prestasi belajarnya. Peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan dengan motivasi, mahasiswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif dalam melakukan kegiatan belajar. 2.3 Status Sosial Orang Tua 2.3.1 Pengertian Status Sosial Orang Tua

Status sosial orang tua erat kaitanya dengan kegiatan belajar, keluarga bertanggung jawab menyediakan dana untuk kebutuhan anak. Keluarga (orang tua) yang status sosialnya tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang status sosialnya rendah. Sewel dan Hauser dalam Purwanto (2004:42) mengemukakan bahwa kemampuan ekonomi keluarga akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada pendidikan dan pekerjaan atau jabatan serta mempertimbangkan hasil yang dicapai pada pendidikan dan pekerjaan. Ini berarti kondisi kemampuan ekonomi keluarga turut mempengaruhi pola perilaku individu dalam kehidupannya, termasuk pendidikan dan pekerjaan atau jabatan tertentu yang dimasukinya. Menurut Soerjono Sukanto (2010 : 210) mengemukakan bahwa status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya dan hak-hak serta kewajiban. Status atau kedudukan sosial tidak terbatas pada pengertian kumpulan status-status seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda, melainkan statusstatus sosial tersebut mempengaruhi status orang tadi dalam kelompokkelompok yang berbeda. Jhon W. Santrock (2009: 194) status sosial ekonomi adalah ketegorisasi orang-orang menurut karakteristik ekonomi, pendidikan dan pekerjaan mereka. Adapun Sugihartono (dalam skripsi Sulistiyorini, 2014) mengemukakan status sosial ekonomi orang tua meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Sebab hal

ini bergantung pada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi didalam keluarga. Status sosial ekonomi orang tua yang berada, tetapi apabila mereka tidak memperhatikan pendidikan anaknya hal itu juga akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anaknya. Berkaitan dengan uraian diatas dapat dipahami keluarga yang status sosial ekonominya tinggi ada pula yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya karena kesibukan atau karena berasumsi bahwa uang segala-galanya, sehingga menomerduakan pendidikan. Sementara ada keluarga yang status sosial ekonominya menengah justru lebih mementingkan pendidikan yang baik dan memadai bagi anaknya agar mereka dapat memperbaiki kedudukan sosialnya. 2.3.2 Indikator Status Sosial Orang Tua Menurut Tatik Suryani (2008: 268) terdapat beberapa variabel yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur status sosial ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan, dan tingkat pendidikan. Basu Swasta dan Hani Handoko (2012: 65) menambahkan, ukuran atau kriteria yang dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu adalah kekayaan,kekuasaan atau jabatan, kehormatan, dan pendidikan atau ilmu pengetahuan. Pendapat menurut Gerungan (2004:197) menyatakan bahwa yang menjadi kriteria rendah tingginya status sosial ekonomi adalah jenis, lokasi rumahnya, penghasilan keluarga, dan beberapa kriteria lainnya mengenai kesejahteraan keluarga.

Sedangkan Menurut Tatik Suryani (2008:267) Terdapat beberapa variabel yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur status sosial ekonomi antara lain : 1. Pekerjaan Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 2. Pendapatan Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Semakin tinggi pendapatan semakin makmur, sejahtera dan dihargai di masyarakat (Tatik Suryani, 2008: 269). 3. Tingkat pendidikan Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (fikiran, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan). Pendidikan formal ini terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Menentukan Status Sosial Orang Tua Manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat, Menurut beberapa para ahli ada beberapa faktor yang mementukan tinggi rendahnya status sosial orang tua, yaitu:menurut Nasution (2004:27) ada beberapa metode atau cara untuk menentukan status sosial orang tua yaitu sebagi berikut: 1. Metode objektif, stratifikasi sosial ditentukan berdasarkan kriteria objektif antara laian jumlah pendapatan,lama atau tinggi pendidikan dan jenis pekerjaan, 2. Metode subjektif, penggolongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat itu. 3. Metode reputasi, penggolongan sosial ditentukan bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi mayarakat itu. Ktiteria Sorenson dalam Nasution (2004:39) tingkat ststus sosial ekonomi dilihat dari pekerjaan orang tua, pengahasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan orang tua, keadaan rumah tinggal dan lokasi, pergaulan dan aktivitas sosial. Pekerjaan dan jabatan mencakup aktualisasi pekerjaan orang tua, cara memimpin dan keterlibatan orang tua dimasyarakat. Selanjutnya pekerjaan mencakup penghasilan terutama dalam anggaran biaya pendidikan.

2.4 Penelitian Relevan Berdasarkan penelitian dari Dian Anita (2014) berjudul Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhamadiyah 2 Bantul Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment untuk hipotesis pertama dan kedua serta analisis korelasi ganda untuk hipotesis ketiga. Hasil penelitian ini adalah : (1) terdapat hubungan positif anatar status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bantul tahun ajaran 2014/2015 yang ditujukan dengan nilai sebesar 0,733 dan sebesar 0,381 pada taraf signifikan 5%. (2) terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bantul tahun ajaran 2014/2015 yang ditujukan dengan nilai sebesar 0,704 dan sebesar 0,381 pada taraf signifikan 5%. (3) terdapat hubungan positif dan antara status sosial ekonomi orang tua dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bantul tahun ajaran 2014/2015 yang ditujukan dengan nila koefisien korelasi ganda( ) sebesar 0,795 dan sebesar 22,271. Berdasarkan penelitian Selmi.R.A.Nggaji (2014) berjudul Hubungan Antara Prestasi Belajar Dan Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan

Kesiapan Menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW Salatiga. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar (X1) dengan kesiapan menjadi guru profesional (Y) mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP- UKSW Salatiga koefisien korelasinya sebesar 0,483 (positif) dan kategori sedang dan α (0,05) (0,000<0,05) signifikan. (2) Ada hubungan positif dan tidak signifikan antara kondisi sosial ekonomi orang tua (X2) dengan kesiapan menjadi guru profesional (Y) mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW Salatiga dengan koefisien korelasi 0,054 (positif) pada kategori sangat rendah dan α (0,05) (0,691 > 0,05) sehingga tidak signifikan. 2.5 Kerangka Berfikif Kerangka berfikir menurut Purwanto(2007:81) adalah argumentasi dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dengan masalah yang diajukan. Kerangka yang baik akan menjelaskan secara teoritis antara variabel yang akan diteliti. Kerangka berfikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Ada berbagai faktor untuk menciptakan keberhasilan pendidikan salah satunya motivasi bagi mahasiswa. Motivasi merupakan keadaan pribadi mahasiswa yang mendorong, menggerakkan dan menggarahkan mahasiswa untuk belajar agar mencapai keberhasilan dalam suatu pendidikan. Motivasi juga berhubungan dengan keberhasilan seseorang pada bidang yang ditekuninya maka dapat ditunjukan dengan prestasi belajar, motivasi

mempunyai hubungan dengan prestasi belajar mahasiswa yang ditunjukan dengan IPK. Dengan demikian diharapakan mahasiswa dapat lebih rajin dalam belajar. Status sosial berperan dalam keberhasilan suatu pendidikan. Pada proses belajar mahasiswa membutuhkan fasilitas, sarana dan prasarana yang menunjang demi kelancaran belajar, yang membutuhkan biaya cukup banyak. Terpenuhi atau tidaknya hal tersebut tergantung dari kondisi sosial orang tua mahasiswa. Semakin tinggi status sosial orang tua maka akan terpenuhi semua kebutuhan belajarnya, sebaliknya jika status sosial orang tua yang rendah, mahasiwa membantu orang tua untuk mencukupi kebutuhan keluarganya mengakibatkan kesempatan belajar kurang dan akan berdampak pada prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar mahasiswa dapat dibedakan antara mahasiswa yang mempunyai prestasi tinggi dan rendah. Prestasi belajar dapat dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menunjukan penguasaan teori atau pengetahuan materi kuliah dan IPK digunakan untuk menilai keberhasilan belajar mahasiswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi belajar dan status sosial orang tua mempunyai hubungan dengan prestasi belajar mahasiswa.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir MOTIVASI BELAJAR (X1) PRESTASI BELAJAR (Y) STATUS SOSIAL ORANG TUA (X2) 2.6 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Mengacu pada rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 sampai 2015 FKIP-UKSW Salatiga. 2. Ada hubungan positif dan signifikan antara status sosial orang tua dengan prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 sampai 2015 FKIP UKSW Salatiga. 3. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan status sosial orang tua dengan prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 sampai 2015 FKIP-UKSW Salatiga.