BAB I PENDAHULUAN. dalam Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 318 K/Pdt/2010 tertanggal 26 Juli

dokumen-dokumen yang mirip

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

ANGGARAN DASAR YAYASAN GEDHE NUSANTARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

CONTOH AKTA PENDIRIAN (BARU) YAYASAN YAYASAN

YAYASAN Contoh akta Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya Undang-undang nomor 16

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

YAYASAN Contoh akta perubahan anggaran dasar Yayasan untuk Yayasan yang didirikan sebelum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rp ,- (seratus juta rupiah

YAYASAN Contoh akta perubahan anggaran dasar Yayasan untuk Yayasan yang didirikan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN STATUS DAN JANGKA WAKTU MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKTA PENDIRIAN YAYASAN Nomor : -Pada hari ini,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN GERAK SEDEKAH CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang perumahsakitan.

-Pada hari, tanggal pukul

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOWAN TAYU PATI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

Matraman, Kelurahan Kebon Manggis, Rukun Tetangga 011, Rukun Warga 001,

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

UU YAYASAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENYELENGGARAAN PTS DEDI MULYASANA

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 24/PUU-XV/2017 Penyelesaian Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

STIE DEWANTARA Subyek Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

tinggal di Jakarta, Apartemen French Walk Unit LDG 06 A, Rukun

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yayasan Pendidikan Kerja Sama merupakan suatu badan hukum yang telah berdiri sebelum tahun 1970-an. Yayasan Pendidikan Kerja Sama sejak tahun 1998 telah mengalami permasalahan internal kepengurusan sebagaimana telah diputus dalam Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 318 K/Pdt/2010 tertanggal 26 Juli 2010 di dalam amar point 2 yang menyatakan bahwa Sah menurut hukum kepengurusan Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta di bawah kepemimpinan para Penggugat selaku Sekretaris dan Bendahara berdasarkan Akta No. 36 Tahun 1994 jo. No. 159 Tahun 1979 yang dibuat oleh dan di hadapan Notaris RM. Soerjanto Partaningrat, S.H., yang diperkuat dengan putusan hukum No. 90/Pdt.Plw/2011/PN.Yk jo. No. 36/Pdt/2002/PT.Y jo. No. 1239 K/Pdt/2003 dan Berita Acara Eksekusi No. 17/Pdt.Eks/2001/PN.Yk jo. No. 28/Pdt.G/1999/PN.Yk dengan segala akibat hukumnya termasuk pengelolaan seluruh amal usaha dan harta kekayaan Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta sampai berlakunya Nota Kesepahaman Penyelesaian Yayasan Pendidikan Kerja Sama, tertanggal 29 Maret 2005. Pada tahun 2011, sebagian mantan anggota Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama membentuk dan mendirikan badan hukum Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta baru sesuai dengan Anggaran Dasarnya sebagaimana telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan maksud dan tujuan didirikan untuk

2 memajukan kegiatan pendidikan. Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta (akta tahun 2011) telah melakukan segala aktivitas hukum yang sebelumnya dilakukan oleh Yayasan Pendidikan Kerja Sama yang sempat vakum karena permasalahan internal Yayasan, termasuk menunaikan kewajiban-kewajiban Yayasan Pendidikan Kerja Sama kepada pihak ketiga yang tidak pernah dipenuhi sejak ada permasalahan diinternal Yayasan Pendidikan Kerja sama serta melaksanakan kegiatan sebagai perwujudan maksud dan tujuan Yayasan. Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta telah melakukan segala aktivitas hukum yang sebelumnya dilakukan dan menjadi tanggung jawab Yayasan Pendidikan Kerja Sama, menunaikan segala kewajiban-kewajiban Yayasan Pendidikan Kerja Sama kepada pihak ketiga, serta melaksanakan kegiatan sebagai perwujudan maksud dan tujuan Yayasan, maka dalam posisi tersebut pada dasarnya telah terjadi suatu hubungan hukum atau perikatan antara Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta dengan Yayasan Pendidikan Kerja Sama yaitu perbuatan hukum zaakwarneming. Dengan adanya pengurusan oleh Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama walaupun tidak didasarkan pada perjanjian, namun telah melahirkan suatu perikatan. Perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama menimbulkan 2 (dua) hubungan hukum yaitu bagi Pengurus Yayasan terhadap internal Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta dan perikatan antara Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta dengan Yayasan Pendidikan Kerja Sama.

3 Pengurus Yayasan selaku organ yayasan yang memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengelola yayasan bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum zaakwarneming tersebut. Yayasan merupakan salah satu subyek hukum yaitu badan hukum (recht person). Utrecht seperti dikutip oleh Moh. Soleh Djindang menjelaskan Yayasan sebagai tiap kekayaan (vermogen) yang tidak merupakan kekayaan orang melainkan kekayaan badan hukum yang diberi tujuan tertentu. Yayasan menjadi badan hukum tanpa anggota, tetapi memiliki pengurus (bestuur) yang mengurus kekayaan dan penyelenggaraan tujuannya. 1 Yayasan sebagai suatu badan hukum memiliki hak dan kewajiban yang independen, yang terpisah dari hak dan kewajiban orang atau badan yang mendirikan yayasan maupun para Pengurus serta organ yayasan lainnya. 2 Sebagai subyek hukum bukan manusia, Yayasan dalam bergerak memerlukan alat perlengkapan (organ). 3 Menurut UU Yayasan, organ yayasan meliputi: 4 1. Pembina adalah organ yayasan yang memiliki kewenangan dalam membuat keputusan mengenai segala hal yang menyangkut yayasan; 2. Pengawas adalah organ yayasan yang mengontrol dan mengawasi kegiatan yayasan dan menasihati pengurus; 1 2 3 4 Chidir Ali, 1999, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, hlm. 64. Lihat juga dalam Riana Susmayanti, Itikad Baik Pengurus Yayasan Menurut UU Yayasan Dalam Menjalankan Tugasnya Pada Yayasan Pendidikan Tinggi, Jurnal, Nomor 1 Tahun 1 Januari 2008, Penelitian dan Pengembangan Hukum, Arena Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Gunawan Wijaya, 2002, Yayasan di Indonesia Suatu Panduan Komprehensif, Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta, hlm. 4. Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2012, Kompendium Hukum Yayasan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jakarta, hlm. 22. Ibid.

4 3. Pengurus adalah organ yayasan yang mengurus yayasan terutama mengenai hal-hal administratif. Pengurus Yayasan merupakan organ yayasan yang melaksanakan tugas pengurus yayasan (eksekutif) dan tugas perwakilan yayasan (representatif). Pengurus Yayasan bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Setiap Pengurus Yayasan harus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. 5 Pengurus dalam menjalankan tugas kepengurusannya diberikan wewenang yang lingkup dan batasannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar Yayasan yang meliputi seluruh tindakan pengurusan dan tindakan representasi serta wajib menjalankan berdasarkan itikad baik, kehati-hatian, kecermatan, dan kesungguhan. Batasanbatasan ini tidak boleh dilanggar oleh pengurus pada saat menjalankan wewenangnya. 6 Sekalipun pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan, ia harus tunduk pada peraturan-peraturan dan anggaran dasar yayasan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. 7 Sebagai salah satu organ Yayasan, Pengurus Yayasan memiliki wewenang untuk mewakili segala perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan. Namun, 5 6 7 Lihat dalam Pasal 35 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430). Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2012, Op.cit., hlm. 23. Ibid.

5 berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, wewenang Pengurus Yayasan dalam bertindak terdapat batasan sebagai berikut: 1. Anggota Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan apabila terjadi perkara di depan pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus yang bersangkutan atau anggota Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan Yayasan. 8 2. Pengurus tidak berwenang untuk mengikat Yayasan sebagai penjamin utang; mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina; dan membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain. 9 3. Yayasan dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus, dan/atau Pengawas Yayasan, atau seseorang yang bekerja pada Yayasan. 10 Selain batasan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, 8 9 10 Pasal 36 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430). Pasal 37 ayat (1) huruf a,b, dan c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430). Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430).

6 kewenangan Pengurus Yayasan juga dibatasi dengan Anggaran Dasar. Jika Pengurus Yayasan melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan, Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Pembina dan/atau Pengawas. 11 Segala perbuatan hukum yang dilakukan Pengurus (termasuk perbuatan hukum zaakwarneming) terdapat batasan-batasan. Pengurus bertanggungjawab terhadap perbuatan hukum yang dilakukan terhadap Yayasan. Adanya batasan-batasan kewenangan Pengurus Yayasan dalam mengurus dan mengelola Yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan dan Anggaran Dasar inilah yang membuat Penulis tertarik untuk menulis mengenai pertanggungjawaban Pengurus Yayasan dalam perbuatan hukum zaakwarneming terhadap yayasan lain. Apakah perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan oleh Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama telah sesuai kewenangannya dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan dan Anggaran Dasar?, serta bagaimana pula pertanggungjawaban bagi Pengurus Yayasan?. Bahwa selain itu, Yayasan Pendidikan Kerja Sama 11 Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430).

7 berdasarkan Putusan Nomor 1/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Smg tertanggal 11 Februari 2016 telah dinyatakan Pailit, serta sampai saat ini masih dalam tahap pengurusan dan pemberesan harta pailit. Maka, penelitian ini dibatasi pada perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama sebelum adanya putusan tersebut dan kemungkinan adanya mekanisme pembubaran Yayasan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pertanggungjawaban Pengurus Yayasan atas perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan untuk dan atas nama Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Subjektif Penyusunan Tesis oleh Penulis dimaksudkan sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif Untuk mengetahui dan mengkaji Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan atas Perbuatan Hukum Zaakwarneming yang dilakukan untuk dan atas nama Yayasan terhadap Yayasan lain. D. Manfaat Penelitian

8 1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya pada bidang hukum perikatan, yaitu mengenai perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan oleh badan hukum khususnya yayasan terhadap yayasan lain, terutama yang berkaitan langsung dengan pertanggungjawaban pengelolaan yayasan. 2. Segi Praktis Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi terkait dengan praktek hukum perikatan mengenai pertanggungjawaban pengelolaan yayasan dalam hal perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan oleh pengurus yayasan untuk dan atas nama yayasan terhadap yayasan lain. E. Keaslian Penelitian Setelah dilakukan penelusuran dan penelitian sejauh kemampuan dan pengetahuan peneliti, penelitian berjudul Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan dalam Perbuatan Hukum Zaakwarneming terhadap Yayasan lain tidak ditemukan. Namun terdapat beberapa karya yang bertema serupa dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti diantaranya: 1. Faisal Luqman Hakim, Zaakwarneming dalam Teori dan Praktek Kontemporer, Jurnal, Volume 1 Nomor 1 Juni 2012, Supremasi Hukum, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini berfokus membahas mengenai teori dan praktek terkait perbuatan hukum zaakwarneming serta mengkaji

9 mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai zaakwarneming. 2. Riana Susmayanti, Itikad Baik Pengurus Yayasan Menurut UU Yayasan Dalam Menjalankan Tugasnya Pada Yayasan Pendidikan Tinggi, Jurnal, Nomor 1 Tahun 1 Januari 2008, Penelitian dan Pengembangan Hukum, Arena Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini berfokus membahas mengenai tolak ukur itikad baik Pengurus Yayasan pendidikan tinggi di Kota Malang dalam menjalankan tugas menurut Undang-Undang Yayasan. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari kedua penelitian di atas, ternyata penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian tersebut. Pada penelitian ini lebih memfokuskan pembahasan mengenai pertanggungjawaban pengurus yayasan dalam perbuatan hukum zaakwarneming untuk dan atas nama yayasan pada yayasan lain. Namun demikian, penulis tetap akan menjunjung tinggi etika dalam penulisan karya ilmiah dengan tidak melakukan plagiarisme terhadap karya orang lain dengan cara mencantumkan setiap kutipan dan pemikiran yang akan penulis tuangkan dalam penelitian hukum ini dengan cara mencantumkan sumber kutipan di catatan kaki.