1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yayasan Pendidikan Kerja Sama merupakan suatu badan hukum yang telah berdiri sebelum tahun 1970-an. Yayasan Pendidikan Kerja Sama sejak tahun 1998 telah mengalami permasalahan internal kepengurusan sebagaimana telah diputus dalam Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 318 K/Pdt/2010 tertanggal 26 Juli 2010 di dalam amar point 2 yang menyatakan bahwa Sah menurut hukum kepengurusan Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta di bawah kepemimpinan para Penggugat selaku Sekretaris dan Bendahara berdasarkan Akta No. 36 Tahun 1994 jo. No. 159 Tahun 1979 yang dibuat oleh dan di hadapan Notaris RM. Soerjanto Partaningrat, S.H., yang diperkuat dengan putusan hukum No. 90/Pdt.Plw/2011/PN.Yk jo. No. 36/Pdt/2002/PT.Y jo. No. 1239 K/Pdt/2003 dan Berita Acara Eksekusi No. 17/Pdt.Eks/2001/PN.Yk jo. No. 28/Pdt.G/1999/PN.Yk dengan segala akibat hukumnya termasuk pengelolaan seluruh amal usaha dan harta kekayaan Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta sampai berlakunya Nota Kesepahaman Penyelesaian Yayasan Pendidikan Kerja Sama, tertanggal 29 Maret 2005. Pada tahun 2011, sebagian mantan anggota Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama membentuk dan mendirikan badan hukum Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta baru sesuai dengan Anggaran Dasarnya sebagaimana telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan maksud dan tujuan didirikan untuk
2 memajukan kegiatan pendidikan. Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta (akta tahun 2011) telah melakukan segala aktivitas hukum yang sebelumnya dilakukan oleh Yayasan Pendidikan Kerja Sama yang sempat vakum karena permasalahan internal Yayasan, termasuk menunaikan kewajiban-kewajiban Yayasan Pendidikan Kerja Sama kepada pihak ketiga yang tidak pernah dipenuhi sejak ada permasalahan diinternal Yayasan Pendidikan Kerja sama serta melaksanakan kegiatan sebagai perwujudan maksud dan tujuan Yayasan. Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta telah melakukan segala aktivitas hukum yang sebelumnya dilakukan dan menjadi tanggung jawab Yayasan Pendidikan Kerja Sama, menunaikan segala kewajiban-kewajiban Yayasan Pendidikan Kerja Sama kepada pihak ketiga, serta melaksanakan kegiatan sebagai perwujudan maksud dan tujuan Yayasan, maka dalam posisi tersebut pada dasarnya telah terjadi suatu hubungan hukum atau perikatan antara Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta dengan Yayasan Pendidikan Kerja Sama yaitu perbuatan hukum zaakwarneming. Dengan adanya pengurusan oleh Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama walaupun tidak didasarkan pada perjanjian, namun telah melahirkan suatu perikatan. Perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama menimbulkan 2 (dua) hubungan hukum yaitu bagi Pengurus Yayasan terhadap internal Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta dan perikatan antara Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta dengan Yayasan Pendidikan Kerja Sama.
3 Pengurus Yayasan selaku organ yayasan yang memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengelola yayasan bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum zaakwarneming tersebut. Yayasan merupakan salah satu subyek hukum yaitu badan hukum (recht person). Utrecht seperti dikutip oleh Moh. Soleh Djindang menjelaskan Yayasan sebagai tiap kekayaan (vermogen) yang tidak merupakan kekayaan orang melainkan kekayaan badan hukum yang diberi tujuan tertentu. Yayasan menjadi badan hukum tanpa anggota, tetapi memiliki pengurus (bestuur) yang mengurus kekayaan dan penyelenggaraan tujuannya. 1 Yayasan sebagai suatu badan hukum memiliki hak dan kewajiban yang independen, yang terpisah dari hak dan kewajiban orang atau badan yang mendirikan yayasan maupun para Pengurus serta organ yayasan lainnya. 2 Sebagai subyek hukum bukan manusia, Yayasan dalam bergerak memerlukan alat perlengkapan (organ). 3 Menurut UU Yayasan, organ yayasan meliputi: 4 1. Pembina adalah organ yayasan yang memiliki kewenangan dalam membuat keputusan mengenai segala hal yang menyangkut yayasan; 2. Pengawas adalah organ yayasan yang mengontrol dan mengawasi kegiatan yayasan dan menasihati pengurus; 1 2 3 4 Chidir Ali, 1999, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, hlm. 64. Lihat juga dalam Riana Susmayanti, Itikad Baik Pengurus Yayasan Menurut UU Yayasan Dalam Menjalankan Tugasnya Pada Yayasan Pendidikan Tinggi, Jurnal, Nomor 1 Tahun 1 Januari 2008, Penelitian dan Pengembangan Hukum, Arena Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Gunawan Wijaya, 2002, Yayasan di Indonesia Suatu Panduan Komprehensif, Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta, hlm. 4. Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2012, Kompendium Hukum Yayasan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jakarta, hlm. 22. Ibid.
4 3. Pengurus adalah organ yayasan yang mengurus yayasan terutama mengenai hal-hal administratif. Pengurus Yayasan merupakan organ yayasan yang melaksanakan tugas pengurus yayasan (eksekutif) dan tugas perwakilan yayasan (representatif). Pengurus Yayasan bertanggungjawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Setiap Pengurus Yayasan harus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. 5 Pengurus dalam menjalankan tugas kepengurusannya diberikan wewenang yang lingkup dan batasannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar Yayasan yang meliputi seluruh tindakan pengurusan dan tindakan representasi serta wajib menjalankan berdasarkan itikad baik, kehati-hatian, kecermatan, dan kesungguhan. Batasanbatasan ini tidak boleh dilanggar oleh pengurus pada saat menjalankan wewenangnya. 6 Sekalipun pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan, ia harus tunduk pada peraturan-peraturan dan anggaran dasar yayasan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. 7 Sebagai salah satu organ Yayasan, Pengurus Yayasan memiliki wewenang untuk mewakili segala perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan. Namun, 5 6 7 Lihat dalam Pasal 35 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430). Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2012, Op.cit., hlm. 23. Ibid.
5 berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, wewenang Pengurus Yayasan dalam bertindak terdapat batasan sebagai berikut: 1. Anggota Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan apabila terjadi perkara di depan pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus yang bersangkutan atau anggota Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan Yayasan. 8 2. Pengurus tidak berwenang untuk mengikat Yayasan sebagai penjamin utang; mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina; dan membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain. 9 3. Yayasan dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus, dan/atau Pengawas Yayasan, atau seseorang yang bekerja pada Yayasan. 10 Selain batasan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, 8 9 10 Pasal 36 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430). Pasal 37 ayat (1) huruf a,b, dan c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430). Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430).
6 kewenangan Pengurus Yayasan juga dibatasi dengan Anggaran Dasar. Jika Pengurus Yayasan melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan, Anggaran Dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Pembina dan/atau Pengawas. 11 Segala perbuatan hukum yang dilakukan Pengurus (termasuk perbuatan hukum zaakwarneming) terdapat batasan-batasan. Pengurus bertanggungjawab terhadap perbuatan hukum yang dilakukan terhadap Yayasan. Adanya batasan-batasan kewenangan Pengurus Yayasan dalam mengurus dan mengelola Yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan dan Anggaran Dasar inilah yang membuat Penulis tertarik untuk menulis mengenai pertanggungjawaban Pengurus Yayasan dalam perbuatan hukum zaakwarneming terhadap yayasan lain. Apakah perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan oleh Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama telah sesuai kewenangannya dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan dan Anggaran Dasar?, serta bagaimana pula pertanggungjawaban bagi Pengurus Yayasan?. Bahwa selain itu, Yayasan Pendidikan Kerja Sama 11 Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430).
7 berdasarkan Putusan Nomor 1/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Smg tertanggal 11 Februari 2016 telah dinyatakan Pailit, serta sampai saat ini masih dalam tahap pengurusan dan pemberesan harta pailit. Maka, penelitian ini dibatasi pada perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan Pengurus Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama sebelum adanya putusan tersebut dan kemungkinan adanya mekanisme pembubaran Yayasan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pertanggungjawaban Pengurus Yayasan atas perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan untuk dan atas nama Yayasan Pendidikan Kerja Sama Yogyakarta terhadap Yayasan Pendidikan Kerja Sama? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Subjektif Penyusunan Tesis oleh Penulis dimaksudkan sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif Untuk mengetahui dan mengkaji Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan atas Perbuatan Hukum Zaakwarneming yang dilakukan untuk dan atas nama Yayasan terhadap Yayasan lain. D. Manfaat Penelitian
8 1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya pada bidang hukum perikatan, yaitu mengenai perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan oleh badan hukum khususnya yayasan terhadap yayasan lain, terutama yang berkaitan langsung dengan pertanggungjawaban pengelolaan yayasan. 2. Segi Praktis Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi terkait dengan praktek hukum perikatan mengenai pertanggungjawaban pengelolaan yayasan dalam hal perbuatan hukum zaakwarneming yang dilakukan oleh pengurus yayasan untuk dan atas nama yayasan terhadap yayasan lain. E. Keaslian Penelitian Setelah dilakukan penelusuran dan penelitian sejauh kemampuan dan pengetahuan peneliti, penelitian berjudul Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan dalam Perbuatan Hukum Zaakwarneming terhadap Yayasan lain tidak ditemukan. Namun terdapat beberapa karya yang bertema serupa dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti diantaranya: 1. Faisal Luqman Hakim, Zaakwarneming dalam Teori dan Praktek Kontemporer, Jurnal, Volume 1 Nomor 1 Juni 2012, Supremasi Hukum, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini berfokus membahas mengenai teori dan praktek terkait perbuatan hukum zaakwarneming serta mengkaji
9 mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai zaakwarneming. 2. Riana Susmayanti, Itikad Baik Pengurus Yayasan Menurut UU Yayasan Dalam Menjalankan Tugasnya Pada Yayasan Pendidikan Tinggi, Jurnal, Nomor 1 Tahun 1 Januari 2008, Penelitian dan Pengembangan Hukum, Arena Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini berfokus membahas mengenai tolak ukur itikad baik Pengurus Yayasan pendidikan tinggi di Kota Malang dalam menjalankan tugas menurut Undang-Undang Yayasan. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari kedua penelitian di atas, ternyata penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian tersebut. Pada penelitian ini lebih memfokuskan pembahasan mengenai pertanggungjawaban pengurus yayasan dalam perbuatan hukum zaakwarneming untuk dan atas nama yayasan pada yayasan lain. Namun demikian, penulis tetap akan menjunjung tinggi etika dalam penulisan karya ilmiah dengan tidak melakukan plagiarisme terhadap karya orang lain dengan cara mencantumkan setiap kutipan dan pemikiran yang akan penulis tuangkan dalam penelitian hukum ini dengan cara mencantumkan sumber kutipan di catatan kaki.