Judul Nama : Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 : I Kadek Edi Wirya Berata Nim : 1206105079 ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang tidak terlepas dari perdagangan internasional salah satunya adalah ekspor. Dengan melakukan ekspor dapat meningkatkan pendapatan nasional, salah satu komoditi yang diekspor adalah kakao. Kakao Indonesia sempat mengalami peningkatan maupun penurunan (fluktuasi). Penelitian ini bertujuan yang pertama untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat dan inflasi terhadap ekspor kakao Indonesia secara simultan. Kedua, untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat dan inflasi terhadap ekspor kakao secara parsial. Ketiga, untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap ekspor kakao Indionesia kurun waktu 1994-2013. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipan. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari beberapa uraian dari buku, artikel, skripsi dan jurnal serta melalui intansi yang terkait. Kemudian data diolah dengan teknik analisis regresi linier berganda yang sebelumnya dilengkapi dengan uji asumsi klasik. Hasil uji dengan SPSS memperoleh hasil luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat dan inflasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ekspor kakao. Secara parsial luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kakao, jumlah produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kakao, kurs dollar Amerika serikat tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kakao, inflasi tidak berpengaruh signifikan dengan ekspor kakao. Dengan R 2 sebesar 0,968 ini berarti sebesar 96,8 persen. Kata kunci : ekspor, luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, inflasi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALISTAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv vi vii xi xii xiii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 12 1.3 Tujuan Penelitian... 12 1.4 Kegunaan Penelitian... 13 1.5 Sistematika Penulisan... 14 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 16 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional... 16 2.1.2 Teori Ekspor... 19 2.1.3 Konsep Luas Lahan... 20 2.1.4 Teori Produksi... 21 2.1.5 Teori Kurs Dollar Amerika Serikat... 23 2.1.6 Teori Inflasi... 25 2.1.7 Hubungan Luas Lahan Dengan Ekspor... 27 2.1.8 Hubungan Jumlah Produksi Dengan Ekspor.. 28 2.1.9 Hubungan Kurs Dollar Amerika Serikat Dengan Ekspor... 28 2.1.8 Hubungan Inflasi Dengan Ekspor... 29 2.2 Hipotesis... 29 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 31 3.2 Lokasi Penelitian... 32 3.3 Obyek Penelitian... 32 3.4 Identifikasi Variabel... 32 3.5 Definisi Operasional Variabel... 33 3.6 Jenis dan Sumber Data... 34 3.6.1 Jenis Data... 34
3.6.2 Sumber Data... 34 3.7 Metode Pengumpulan Data... 35 3.8 Teknik Analisis Data... 35 3.8.1Analisis Regresi Linier Berganda... 35 1) Uji Normalitas... 36 2) Uji Autokolerasi... 36 3) Uji Multikolinearitas... 38 4) Uji Heteroskedastisitas.... 38 3.8.3 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Simultan... 39 3.8.4 Uji Signifikan Koefisien Regresi Secara Parsial... 41 3.8.5 Pengaruh Dominan... 47 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah dan Deskripsi Data Hasil Penelitian... 48 4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Negara Indonesia... 48 4.1.2 Gambaran Umum Komoditi Kakao Theobrema cacao L.... 49 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 50 4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 50 1) Uji Normalitas... 51 2) Uji Autokolerasi... 52 3)Uji Multikolinearitas... 54 4) Uji Heteroskedastisitas... 55 4.2.3 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan... 55 4.2.4 Uji Keofisien Regresi Secara Parsial... 57 1) Pengujian Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 (Y)... 57 2) Pengujian Pengaruh Jumlah Produksi (X2) Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 (Y)... 58 3) Pengujian Pengaruh Kurs Dollar Amerika Serikat (X3) Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 (Y)... 59 4) Pengujian Pengaruh Inflasi (X4) Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu
1994-2013 (Y)... 60 4.2.5Variabel Bebas yang Berpengaruh Dominan... 61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 62 5.2 Saran... 64 DAFTAR RUJUKAN... 65 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 69
DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 4.1 hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 51 4.2 Hasil Uji Durbin Watson... 53 4.3 Hasil Uji Multikoleniaritas... 54 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 55 4.5 Hasil Uji Standardized Coefficient Beta... 61
DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 1.1 Grafik Volume dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia 1994-2013... 5 1.2 Grafik Luas Lahan Kakao Indonesia 1994-2013... 6 1.3 Grafik Produksi Kakao Indonesia 1994-2013... 8 1.4 Grafik Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat 1994-2013... 10 1.5 Grafik Laju Inflasi Indonesia 1994-2013... 11 3.1 Kerangka Konsep... 31 3.2 Daerah Pengujian Autokolerasi dengan Uji Durbin-Waston... 38 3.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 dengan Uji F... 40 3.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel X1 42 3.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel X2 44 3.6 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel X3 45 3.7 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Variabel X4 47 4.1 Daerah Pengujian Autokolerasi dengan Uji Durbin-Waston... 53
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1 Data Yag Diolah... 70 2 Regresi Linear Berganda... 71 3 Uji Normalitas... 72 4 Uji Autokolerasi... 73 5 Uji Multikolinearitas... 73 6 Uji Heteroskedastisitas... 73 7 Tabel F... 74 8 Tabel t... 75 9 Tabel Statistik d dari Durbin Waston α = 0,05... 76
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya agar dapat hidup makmur dan sejahtera (Adlin, 2008). Setiap negara tidak dapat menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rakyatnya itu sendiri. Selain itu, juga disebabkan adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki, iklim, letak geografis, jumlah penduduk, pengetahuan dan teknologi. Alasan-alasan inilah yang menyebabkan munculnya perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara serta kegiatan impor dan ekspor (Ambar, 2013). Setiap negara membutuhkan kerja sama yang dilakukan untuk menunjukan perekonomiannya, hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan dagang antara negara satu dengan negara lainnya (Thagavi et al, 2012). Dalam arus globalisasi ekonomi perdagangan terus berkembang memberikan pengaruh serta hambatan terhadap aktivitas perdagangan yang harus dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Perdagangan internasional terdiri dari kegiatan ekspor dan impor, bila nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor, menunjukkan majunya perekonomian suatu negara baik dari segi kegiatan perdagangan internasional maupun dari sumbangannya terhadap pembiayaan pembangunan 1
(Djojohadikusumo, 1995:110). Terjalinnya perekonomian dalam negeri dan luar negeri menjadikan hubungan yang saling berpengaruh antara satu negara dengan negara lainnya. Kegiatan yang biasa dilakukan di dalam perdagangan internasional yaitu kegiatan ekspor dan kegiatan impor. Menurut (Amornkitvikaia et all, 2012) berpendapat bahwa kinerja ekspor yang kuat sebagai salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan jumlah ekspor tidak saja mempengaruhi peningkatan penerimaan devisa negara tetapi juga untuk meningkatkan produksi dalam negeri serta meningkatkan produksi nyata (riil) yang dihasilkan dalam negeri, kondisi tersebut mempunyai dampak terhadap perluasan kesempatan kerja (Boediono, 1993:10). Impor adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negri ke dalam negeri. Walaupun kegiatan ekspor dan impor memberi dampak positif dan negatif bagi pembangunan suatu negara, akan tetapi kegiatan ekspor yang memberikan nilai tambah dibandingkan kegiatan impor. Kegiatan impor dalam jangka panjang akan berdampak pada devisa negara. Proses globalisasi telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan antar negara. Hubungan saling ketergantungan dalam sistem perekonomian ekonomi nasional cenderung menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi global (Halwani, 2005). Di tengah persaingan pasar dunia yang ketat, Indonesia menghadapi tantangan dalam upaya untuk mencari dan mengembangkan sisi potensial yang dimiliki, yaitu peningkatan potensi berbagai jenis ekspor (Anggraini, 2006). Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan dan kendala bagi Indonesia. Persaingan dalam 2
perdagangan global merupakan tantangan karena dengan adanya persaingan menyebabkan Indonesia harus meningkatkan kualitas produk atau meningkatkan produktivitas agar produk Indonesia mampu untuk memenangkan persaingan tersebut. Suatu negara yang kelebihan sumber daya alam dan kekurangan sumber dana akan melakukan hubungan dengan negara lain yang mempunyai kelebihan sumber dana dan kekurangan sumber daya alam, dan sebaliknya (Rudy, 2008). Indonesia merupakan negara agraris salah satu yang menonjol dari Indonesia adalah sektor perkebunannya. Salah satu komoditas yang menonjol dalam sektor perkebunannnya yaitu komoditi kakao. Kakao adalah salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan. Komoditi kakao secara konsisten berperan sebagai sumber devisa negara yang memberikan kontribusi yang sangat penting dalam struktur perekonomian Indonesia (Arsyad dll, 2011). Komoditas kakao merupakan penyumbang ketiga terbesar ekspor nasional. Tanaman kakao ini ternyata sangat cocok dengan iklim Indonesia dan mempunyai potensi peningkatan produksi dan perluasan lahan perkebunan kakao. Indonesia, saat ini merupakan negara ketiga pemasok produk kakao terbesar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana (Ragimun, 2012). Perkembangan devisa dari kakao Indonesia yang cukup berarti, menjadikan kakao salah satu komoditi penting bagi perdagangan internasional. Meskipun demikian, perkebunan kakao Indonesia masih menghadapi masalah kompleks antara lain produktifitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerak buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk 3
mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agri bisnis kakao (secretariat jendral, 2007). Terlihat pada Grafik 1.1 bahwa volume ekspor kakao Indonesia Kurun waktu 1994-2013 mengalami fluktuasi dua puluh tahun terakhir. Dari tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 terus mengalami peningkatan dengan jumlah 322.858 ton dengan nilai US$ 373.927. Namun pada tahun 1997 terjadi penurunan hingga mencapai 265.949 ton dengan nilai US$ 419.006. Pada tahun 2000 Kakao mengalami peningkatan hingga mencapai 424.089 ton dengan nilai yang menurun mencapai 341.860 US$ namun berbeda dengan tahun 1997, karena pada tahun 2000 mutu kakao menurun dimana beberapa faktor penyebabnya adalah penggunaan bibit tanaman yang kurang baik, teknologi budidaya yang kurang optimal, umur tanaman yang sudah tua, serta masalah serangan hama penyakit. Harga yang diterima petani Indonesia dari hasil penjualan kakao termasuk paling rendah di pasar internasional. Apabila mutu kakao Indonesia perbaiki akan menghasilkan devisa yg besar. Ekspor terus mengalami lonjakan kenaikan dan penurunan puncaknya pada tahun 2006 tingkat ekspor paling tinggi hingga mencapai 609.035 dengan nilai US$ 852.778. Namun tingakat ekspor paling rendah pada tahun 1994 dengan jumlah 231.168 ton dengan nilai US$ 279.390. 4
Grafik 1.1 Volume dan Nilai Ekspor Kakao Indonesia 1994-2013 Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2015 Untuk dapat menstabilkan nilai ekspor agar tidak adanya penurunan, selain dilakukannya peningkatan mutu kakao, harus dilakukannya peningkatan luas lahan. Bila dilihat dari luas lahan, luas perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat sepanjang 20 tahun terakhir. Keberhasilan perluasan areal dan peningkatan produksi tersebut telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar kakao Indonesia di kancah perkakaoan dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading pada tahun 2002. Dilihat dari Grafik 1.2 luas lahan kakao pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 total luas lahan kakao mencapai 655.331 hektar. Yang didominasi oleh perkebunan rakyat mencapai 488.815, namun perkebunan besar negara mengalami penurunan mencapai 63.025 hektar dan perkebunan besar swasta mencapai 103.491. Perkembangan luas lahan dapat di lihat pada Grafik 1.2 5
Grafik 1.2 Luas Lahan Kakao di Indonesia 1994-2013 2000000 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 Luas Lahan (ha/ratusan ribu) PR PBN PBS Total Keterangan : PR :Perkebunan Rakyat, PBN :Perkebunan Besar Negara, PBS : Perkebunan Besar Swasta. Sumber : Direktorat Jendera Perkembunanan Indonesia, 2015. Berdasarkan Grafik 1.2 dapat dilihat luas lahan kakao mengalami peningkatan dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 dengan total 740.513 yang didominasi oleh perkebunan rakyat pada tahun 2012 mencapai 1.693.337 hektar, namun perkebunan besar negara mengalami penurunan hingga mencapai 38.218 hektar dan perkebunan besar swasta pun mengalami penurunan hingga mencapai 42.909 hektar. Terakhir pada tahun 2013 perkebunan rakyat mengalami penurunan mencapai 1.660.767 hektar, perkebunan besar negara pun mengalami penurunan mencapai 37.450 hektar dan perkebunan besar swasta juga mengalami penurunan hingga mencapai 42.396 hektar. Luas lahan paling luas adalah pada tahun 2012 dengan total 1.774.463 hektar yang di dominasi oleh perkebunan rakyat yang mencapai 1.693.337 namun berbeda dengan perkebunan besar negara 6
dan perkebunan besar swasta yang mengalami penurunan. Luas lahan yang rendah yaitu pada tahun 1997 dengan total mencapai 529.057 hektar. Penurunan luas lahan dikarenakan adanya alih fungsi lahan keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik menurut (Irawan, 2005). Selain luas lahan yang mendorong meningkatnya nilai ekspor kakao Indonesia adalah jumlah produksinya. Untuk memperoleh hasil produksi yang layak perlu di tingkatkan perawatan dan pemeliharaan tanaman kakao selain itu tanaman kakao tergantung pada faktor-faktor pembatas dan produksi antara lain faktor lahan yaitu tinggi tempat, jenis tanah, dan iklim (rubiyo dan siswanto, 2012: 40). Bila dilihat dari produksi kakao dari tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 trus mengalami peningkatan yang totalnya mencapai 373.999 ton yang di dominansi oleh perkebunan rakyat dengan jumlah 304.013 ton namun perkebunan besar negara mengalami penurunan dengan jumlah 36.456 ton dan perkebunan besar swasta dengan jumlah 33.530 ton. Dan pada tahun 1997 mengalami penurunan mencapai 330.219 ton. Semua produksi perkebunan mengalami penurunan termasuk perkebunan rakyat dengan jumlah 263.846 ton, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta juga mengalami penurunan. 7
Grafik 1.3 Produksi Kakao Indonesia 1994-2013 Keterangan : PR :Perkebunan Rakyat, PBN :Perkebunan Besar Negara, PBS : Perkebunan Besar Swasta Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2015 Berdasarkan Grafik 1.3 Perkebunan rakyat terus mengalami peningkatan sampai tahun 2006 hingga mencapai 702.207 ton, pekebunan besar Negara juga mengalami peningkatan dan penurunan produksi hingga mencapai 33.795 perkebunan besar swasta pun mengalami penurunan dan peningkatan produksi mencapai 33.384 ton. Puncaknya produksi paling rendah yaitu pada tahun 1994 dengan total 269.981 ton dengan jumlah produksi perkebunan rakyat mencapai 198.001 ton, perkebunan besar negara mencapai 42.086 ton dan perkebunan besar swasta mencapai 29.894 ton. Tingkat produksi paling tinggi yaitu pada tahun 2010 dengan total jumlah produksi 837.918 ton dengan jumlah produksi perkebunan rakyat mencapai 772.771 ton, perkebunan besar negara mencapai 34.740 dan perkebunan besar swasta mencapai jumlah produksi sebesar 30.407. Dari Grafik 1.3 bisa dilihat produksi kakao mengalami kenaikan dan penurunan 8
yang signifikan di sebabkan oleh iklim kerena curah hujan diatas 4500 mm kurang baik untuk tanaman kakao karena dalam kodisi seperti itu akan mendorong kelembaban yang tinggi sehingga dapat menyebabakan berkembangnya penyakit busuk buah yang merupakan penyakit utama dari tanaman kakao serta kurangnya perawatan dan pemeliharaan kebun dan produktif karena sudah berumur tua (rubiyo dan siswanto, 2012: 41). Grafik 1.3 bisa dilihat produksi tidak stabil terus terjadi peningkatan dan penurunan, faktor lainnya yang mempengaruhi yaitu tingkat nilai tukar yang dapat mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor kakao Indonesia. Kurs valuta asing merupakan faktor penting dalam menentukan apakah barang-barang dinegara lain lebih murah atau lebih mahal dari barang-barang yang diproduksi didalam negeri (Sadono,2008:397). Nilai Tukar (kurs) diartikan sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang negara lain. Secara luas diakui bahwa stabilitas dalam nilai tukar menjamin stabilitas makro ekonomi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi positif (Khan dkk,288). Pada penelitian ini menggunakan kurs dollar Amerika Serikat sebagai mata uang dunia. Berdasarkan Grafik 1.3 dan 1.1 antara produksi didalam negeri dibandingkan dengan yang diekspor menunjukkan jumlah yang berbeda, perbedaan ini disebabkan oleh penggunaan produksi didalam negeri. Berdasarkan Grafik 1.4 perkebangan kurs dollar Amerika Serikat periode 1994-2013 bisa dilihat pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1998 kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika melemah sebesar Rp8.025 per US$ dengan persentase 127,84 persen. Kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika kembali menguat pada tahun 1999 sebesar Rp7.100 9
per US$ dengan persentase (11,53) persen. Kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat kembali melemah pada tahun 2000 sampai dengan 2001 sebesar Rp10.400 per US$ dengan persentase 8,39 persen. Namun pada tahun 2002 sampai tahun 2003 kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat kembali menguat sebesar Rp 8.465 dengan persentase (5,31) persen. Grafik 1.4 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Periode 1994-2013 Sumber : Bank Indonesia, 1994-2013(Data Diolah) Dilihat pada Grafik 1.4 dapat diketahui perkembangan nilai kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 sampai 2007 kurs rupiah terhadap dollar lebih stabil walaupun pada tahun 2008 meningkat sebesar 16,25 persen yang diakibatkan terjadinya krisis global. Walapun demikian setelah tahun 2008 kurs rupiah tehadap dollar mengalami penguatan yaitu pada tahun 2009 menurun menurun 14,15 persen dan 2010 menurun sebesar 4,01 persen. Namun akibiat dari adanya krisis global dalam perekonomian dunia nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah kembali secara beturut-turut pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,5 persen, pada 10
tahun 2012 mingkat sebesar 3,7 persen dan puncaknya pada tahun 2013 kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat paling tinggi meingkat sebesar 29,5 persen. Selain kurs Dollar amerika serikat inflasi juga mempengaruhi tingkat volume ekspor suatu negara. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang yang terjadi secara terus-menerus. Jika inflasi yang terjadi pada suatu negara terus mengalami peningkatan akan menyebabkan kenaikan harga barang didalam negeri (Prathama rahardja dan mandala manurung,2008). Grafik 1.5 menunjukkan laju inflasi Indonesia. Grafik 1.5 Laju Inflasi Indonesia Tahun 1994-2013 Sumber : Laporan tahunan Bank Indonesia Berdasarkan Grafik 1.5 dapat dilihat inflasi mengalami fluktuasi dari tahun 1994 sampai 2013 yang telah tercatat dalam publikasi Bank Indonesia. Pada tahun 1994 sampai tahun 1996 tingkat inflasi mengalami penurunan dengan tingkat inflasi mencapai 6.50 persen. Tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 dengan tingkat inflasi sebesar 77.60 persen dan tingkat inflasi terendah terjadi 11
pada tahun 1999 dengan tingkat inflasi sebesar 2.00 persen. Hal itu di sebabkan krisis moneter yang melanda Indonesia sehingga lanju inflasi terus melonjak. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang telah diuraikan maka menjadi masalah sebagai berikut: 1. Apakah pengaruh luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi secara simultan terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013? 2. Bagaimanakah pengaruh luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi secara parsial terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013? 3. Variabel bebas manakah diantara luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi yang berpengaruh dominan terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi secara simultan terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013? 12
2. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi secara parsial terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013? 3. Untuk mengetahui variabel yang dominan diantara luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013? 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar AS dan inflasi terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk para akedemisi maupun para pemerhati ekonomi agar dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terkait dengan pengaruh luas lahan, jumlah produk, kurs dollar AS dan inflasi terhadap ekspor kakao Indonesia kurun waktu 1994-2013 13
1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan bab secara sistematis, sehingga antara bab yang satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini akan menguraikan hal-hal yang menyangkut pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini membahas teori, konsep, dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan ekspor, luas lahan, jumlah produksi, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi. Pada bab ini juga dibahas mengenai teori perdagangan internasional, teori ekspor, konsep luas lahan, teori produksi, teori kurs valuta asing, teori inflasi serta hubungan anatara variabel bebas dan variabel terikat. Pada bab ini juga dibahas rumusan hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari rumusan masalah yang sesuai dengan landasan teori. Bab III Metode Penelitian Bab ini memuat cara pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian baik dalam mencari data maupun menganalisa data. Bab ini terdiri dari uraian tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional 14
variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah Negara Indonesia, gambaran umum komoditi kakao, deskripsi hasil analisis uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini memuat kesimpulan yang mencakup seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dipandang perlu dan relevan atas simpulan yang dikemukakan. 15