Pelatihan Pengembangan Program

dokumen-dokumen yang mirip
Pelatihan Manajemen Program

Pelatihan Petugas Penjangkau Lapangan. Ketrampilan Dasar dalam Penjangkauan dan Pendampingan pada Penasun

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

Untuk komunitas dari komunitas: Jangan hanya di puskesmas dan rumah sakit!

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

Latar belakang, Skema & Implementasi SUFA (Strategic Use of Antiretroviral) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

Penanggulangan HIV/AIDS pada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

Lampiran 1. : Nanager Program. Lattar belakang LSM, program beserta kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

Tantangan Intervensi Perubahan Perilaku dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Isu Strategis Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

UNDANGAN Konsep Usulan Penelitian HIV dan AIDS Tahun 2013: Prioritas pada Pencegahan Melalui Transmisi Seksual

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

Panduan Wawancara Mendalam dengan CSO/CBO. I. Panduan untuk Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

I. PENDAHULUAN. Manusia yang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

PEDOMAN WAWANCARA I. Pertanyaan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada era globalisasi ini, kebutuhan akan penyebaran

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

08. MendukungPengurangan Risiko. Pelatihan Outreach Worker Program Harm Reduction

Ancaman HIV/AIDS di Indonesia Semakin Nyata, Perlu Penanggulangan Lebih Nyata. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Semarang (2005) menyebutkan

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakang

Transkripsi:

Pelatihan Pengembangan Program Memulai Program Penjangkauan dan Pendampingan Penasun Presentasi dan Penjelasan : Pedoman Pelatihan Penjangkauan dan Pendampingan dalam Pencegahan HIV Dikalangan Pengguna Napza Suntik 2004 Departemen Kesehatan RI 1

Tujuan Pelatihan Untuk merencanakan penerapan program penjangkauan dan pendampingan untuk pencegahan HIV dikalangan Penasun di suatu wilayah tertentu Departemen Kesehatan RI 2

Sesi B.1 Epidemi HIV di Kalangan Penasun Departemen Kesehatan RI 3

Jumlah Negara yang melaporkan Penggunaan Napza Suntikan dan epidemi HIV yang terkait 1992 1995 1996 1998 1999 Penasun 80 118 121 128 134 HIV/ Penasun 52 78 81 103 114 % dari Total 65 66 67 80 84 Departemen Kesehatan RI 4

Jumlah Propinsi yang melaporkan Penasun berkaitan dengan kasus HIV 350 300 250 200 269 303 150 100 50 0 50 5 6 6 1 1 2 2 2 3 2 2 6 80 1993 1995 1996 JUNE '01 106 SEPT '01 116 125 MARC '02 142 146 13 DEC '02 17 21 JUNE ' 03 SEPT '03 PROV NO. AIDS Departemen Kesehatan RI 5

Sumber: Depkes (2002) Departemen Kesehatan RI 6

Persentasekasus AIDS yang dilaporkan berdasar kelompok umur % 70 66 60 50 40 30 20 10 0 18 10 4 1 0 15-19 20-29 30-39 40-49 50-59 >50 % Sumber: SIGIT PRIOHUTOMO, DEPKES RI (2003) Departemen Kesehatan RI 7

Mengapa penyuntikan menyebar? Interaksi faktor-faktor yang kompleks: Preferensi oleh pengguna Napza Faktor-faktor ekonomi Lebih gampang disembunyikan Kecepatan efek Napza Departemen Kesehatan RI 8

Mengapa penyuntikan menyebar? (sambungan) Pola-pola komunikasi Produksi Napza dan praktek-praktek perdagangan gelap Perubahan-perubahan sosial, ekonomi, dan politik Faktor-faktor sosial lainnya Departemen Kesehatan RI 9

Epidemi HIV di kalangan Pengguna Napza Suntikan yang Bersifat Meledak Prevalensi HIV % 80 60 40 20 0 Edinburgh Myanmar Bangkok Manipur & Yunnan Ho Chi Minh City Odessa 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 Tahun Departemen Kesehatan RI 10

Ledakan kasus HIV dikalangan pengguna Napza suntik di beberapa institusi 100 93 90 80 76,2 70 Prosentase 60 50 57 53 48 40 30 24,5 20 17 10 6,4 7,3 0 YAKEBA (BALI) YAYASAN KITA (Bogor) LP Krobogan Bali YPI RSKO Kios Atma Jaya LP Cipinang LP Pondok Bambu Rutan Salemba Institusi Departemen Kesehatan RI 11

Penularan HIV dari dan di kalangan penasun: melalui penggunaan alat suntik bersama melalui proses persiapan penggunaan Napza melalui hubungan seks baik heteroseksual maupun homoseksual yang tak terlindungi (tidak aman) melalui penularan dari ibu HIV positif ke anak Departemen Kesehatan RI 12

Pengguna napza suntikpun sering nyuntik di kota-kota lain Sumber: BSS di 3 kota (2002) Departemen Kesehatan RI 13

Pola Penularan HIV pada kalangan Penasun dan ke kelompok lainnya melalui penggunaan alat suntik bersama melalui proses persiapan penggunaan Napza melalui hubungan seks baik heteroseksual maupun homoseksual yang tak terlindungi (tidak aman) melalui penularan dari ibu HIV positif ke anak Departemen Kesehatan RI 14

Jalur Penularan HIV di Indonesia Kutipan Grafik: Pandu (2002) Departemen Kesehatan RI 15

Dampak Federasi Rusia: 90% dari 1 juta orang dengan HIV pada 2002 adalah penasun India dan Thailand: epidemi besar HIV heteroseksual sedang tumbuh bertambah besar karena kurangnya pencegahan HIV di kalangan penasun Departemen Kesehatan RI 16

Sesi B.2 Memahami Karakteristik Penasun dan Jaringan Sosialnya Departemen Kesehatan RI 17

Penggunaan Napza adalah Tersembunyi Distigmatisasi Dipandang sebagai tidak bermoral Departemen Kesehatan RI 18

Pola Penggunaan Napza mudah berubah karena : Teknologi baru Dipengaruhi oleh polisi, pengawasan narkotik dsb Perubahan jejaring penjualan dan penggunaan Napza Perubahan pola dan kecenderungan penggunaan Departemen Kesehatan RI 19

Bagaimana kontak dengan Penasun? Di mana para pecandu dapat ditemukan? Di mana tempat pertemuan atau tempat mereka berkumpul? Misalnya, apakah ada rumah makan, bar, taman atau tempat main bilyar tertentu? Kira-kira berapa banyak pecandu yang bertemu di tempat tersebut? Di mana mereka membeli narkotika? Di mana mereka biasanya nyuntik? Bagaimana pola utama mereka nyuntik? Apakah ada narkotika favorit, kombinasi beberapa obat, atau obat yang diperoleh dari apotik? Bagaimana dengan karakteristik yang menonjol dalam jaringan tersebut? usia Asal pola penggunaan obat bius lingkungan Departemen Kesehatan RI 20

Sesi B.3 Model Penjangkauan dan Pendampingan Departemen Kesehatan RI 21

Penjangkauan dan Pendampingan adalah strategi efektif untuk menemukenali, melibatkan, dan memungkinkan Penasun mengurangi risiko tertular HIV Departemen Kesehatan RI 22

Argumentasi melakukan Penjangkauan dan Pendampingan Lebih murah Sumbangan besar terhadap pencegahan infeksi HIV pada Penasun dan pasangan seksualnya Komponen besar dari strategi komprehensif Departemen Kesehatan RI 23

Perkembangan Model Penjangkauan dan Pendampingan Pengguna Napza : Dimulai tahun 1960an di Eropa Barat, Amerika Utara, kemudian Australasia Penjangkauan dilakukan kepada kelompok tak terjangkau (termasuk pengguna Napza) di Amerika Latin pada tahun 1960an dan 1970an Departemen Kesehatan RI 24

Model Penjangkauan dan Pendampingan di Eropa Barat Youth Work Catching Clients Self Help Public Health Departemen Kesehatan RI 25

Model Penjangkauan dan Pendampingan di Amerika Utara ILOM NIDA SHIELD Peer Driven Intervention Departemen Kesehatan RI 26

Penjangkauan dan Pendampingan Penasun untuk pencegahan HIV : 1980an: Dimulai di Amerika Utara, Eropa Barat dan, Australasia 1990an: Menyebar ke Amerika Latin Asia,Eropa Timur 2002 : Sangat sedikit menjangkau Penasun di Pasifik, Timur Tengah, Afrika Departemen Kesehatan RI 27

Model Penjangkauan dan Pendampingan berbeda dalam : Jenis petugas penjangkauan Peran petugas penjangkauan Organisasi yang mempekerjakan petugas penjangkauan Jenis orang yang dijangkau Tempat penjangkauan Metoda edukasi dan informasi Materi pencegahan Layanan/rujukan lainnya Departemen Kesehatan RI 28

Model Penjangkauan dan Pendampingan mempunyai kesamaan pada tujuan : Menemukenali Penasun di tempat biasanya mereka berada Memberikan informasi dan pendidikan tentang HIV/AIDS, tes HIV, penggunaan Napza dan layanan Biasanya memberikan layanan penguat seperti layanan kesehatan dasar, konseling, pertukaran jarum suntik, terapi dan rehabilitasi napza, dukungan kelompok dan program lainnya Departemen Kesehatan RI 29

Studi Kasus : Program Penjangkauan dan Pendampingan Apakah penjangkauan dan pendampingan berguna untuk pencegahan HIV dikalangan Penasun? Apa aspek terpenting dari penjangkauan dan pendampingan Penasun? Apa aspek negatif dari penjangkauan dan pendampingan? Apakah program penjangkauan dan pendampingan berguna dan dapat dijangkau di tempat anda? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa tidak? Departemen Kesehatan RI 30

Sesi B.4 Merancang Program Penjangkauan Lapangan Departemen Kesehatan RI 31

KONTINUM INTERVENSI Pencegahan Intervensi Pengobatan Awal Departemen Kesehatan RI 32

KONTINUM INTERVENSI Pencegahan adalah intervensi pada tahap awal epidemi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mendapat dampak paling besar dengan sumber daya terbatas. Pada tahap intervensi awal, sudah mulai ditemu-kenali orang yang telah terinfeksi oleh HIV, oleh sebab itu program tes HIV dan konseling sudah mulai dilakukan Dalam tahap pengobatan, kebutuhan obat-obatan yang harus diberikan kepada pengidap mulai meningkat. Departemen Kesehatan RI 33

PERENCANAAN BERDASARKAN PROFIL PERKEMBANGAN EPIDEMI Menjajaki kebutuhan masyarakat Menjangkau kelompok tertentu untuk diintervensi Mengembangkan intervensi sesuai dengan keadaan dan situasi setempat Departemen Kesehatan RI 34

SUMBER INFORMASI UNTUK MEMONITORING PROFIL EPIDEMI Program Surveilans Studi Seroprevalensi Program tes dan konseling HIV Behavior Surveillance Survey (Survei Surveilans Perilaku) Sumber Independen Departemen Kesehatan RI 35

Rencana Tindakan Apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program penjangkauan pencegahan HIV dikalangan para Penasun di tempat anda? Apa langkah pertama yang perlu dilakukan? Apa yang dapat anda lakukan pada hari pertama pulang kerja guna membantu langkah pertama ini? Departemen Kesehatan RI 36

Sesi B.5 Tujuan Program Penjangkauan dan Pendampingan Departemen Kesehatan RI 37

Prinsip Intervensi Jangka pendek yang pragmatis dan mempunyai kemungkinan keberhasilan Membuat daftar jenjang perubahan perilaku Menggunakan berbagai strategi Pecandu atau mantan pecandu dilibatkan dalam proses intervensi Departemen Kesehatan RI 38

Hierarki Perubahan Perilaku Berhenti Menggunakan Napza jenis apapun. Jika itu tidak bisa dilakukan, maka penggunaannya jangan disuntik. Jika itu pun masih belum bisa, maka gunakan jarum sendiri dan jangan berbagi jarum dengan orang lain. Jika benar-benar belum bisa dilakukan, maka sterilisasikan dengan pemutih jika harus berbagi dalam penggunaan jarum. Departemen Kesehatan RI 39

Tujuan Penjangkauan Masuk ke dalam kelompok sasaran Meningkatkan pengetahuan tentang penyebaran HIV pada kelompok sasaran Membantu kelompok sasaran menilai risiko mereka tertular HIV dan memberikan berbagai pilihan sebagai alternatif perilaku yang berisiko tinggi Mendukung terjadinya perubahan perilaku Mendorong keterlibatan kelompok sasaran dalam advokasi pencegahan Departemen Kesehatan RI 40

Tujuan dan sasaran jelas membantu dalam... Mendasari logika intervensi Menentukan strategi untuk implementasi, monitoring dan evaluasi Memperlihatkan sikap dalam pernyataan Merepresentasikan proyek kepada pihak lain Departemen Kesehatan RI 41

Sesi B.6 Kelompok Sasaran dan Wilayah Departemen Kesehatan RI 42

Kelompok Sasaran dan Wilayah Kelompok sasaran umum Kelompok sasaran spesifik Wilayah umum Wilayah spesifik Departemen Kesehatan RI 43

Sesi B.7 Menumbuhkan pengetahuan mengenai populasi yang tersembunyi Departemen Kesehatan RI 44

Peningkatan pengetahuan Satukan seluruh mozaik kepingan tekateki Deskripsikan gambar Apa pernyataan yang akan anda sampaikan tentang HIV dan penggunaan suntikan di kota anda? Bagaimana anda memeriksa bahwa pernyataan itu benar? Departemen Kesehatan RI 45

SUMBER INFORMASI TENTANG PENGGUNA NAPZA 1. Sumber Institusi yang memiliki data sekunder Program Penyembuhan untuk Pengguna Napza Kejaksaan dan Kepolisian Penyedia Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI 46

SUMBER INFORMASI TENTANG PENGGUNA NAPZA (lanjutan) 2. Sumber informasi di masyarakat yang dapat memberikan data primer Pengguna Napza Individu yang memiliki kontak teratur dengan Penasun aktif misalnya: - Staf program penyembuhan penggunaan obat bius - Peneliti - Wartawan - Tokoh di masyarakat Departemen Kesehatan RI 47

Pemahaman Etnografi Pemahaman Etnografi adalah pemahaman yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan keterlibatan dalam sub budaya atau kelompok sosial tertentu dalam masyarakat. Pemahaman ini akan memungkinkan seseorang melihat permasalahan atau situasi yang terjadi dari kacamata pelaku atau orang-orang yang terlibat dalam permasalahan/situasi tersebut Departemen Kesehatan RI 48

PENGAMATAN SECARA ETNOGRAFI Merupakan sumber informasi berkelanjutan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan berikut: Apakah pesan-pesan intervensi dipahami sesuai tujuannya? Apakah perubahan norma perilaku yang terjadi mendukung pengurangan risiko? Apakah intervensi mengabaikan komponen penting yang menyebabkan kelompok sasaran tetap berisiko (misalnya, membersihkan jarum suntik dengan pemutih tetapi tetap berbagi penggunaan air pembilas jarum)? Departemen Kesehatan RI 49

PENGAMATAN SECARA ETNOGRAFI Apakah intervensi membuat asumsi salah mengenai sumber yang diperlukan (misalnya berasumsi bahwa air bersih atau jarum suntik steril selalu tersedia?) Apakah perilaku tertentu telah menjadi norma sosial di kalangan kelompok sasaran sehingga perilaku tertentu yang lain perlu diberi penekanan khusus? Departemen Kesehatan RI 50

Sesi B.8 Mengumpulkan data dan menggali kebutuhan Departemen Kesehatan RI 51

Prinsip Rapid Assessment and Response Cepat diselesaikan seluruh proses Seluruh proses cost-effective Kumpulkan data yang tersedia dan informasi baru Gunakan sumber data multipel Investigasi dan induksi melalui 8 Konsultasi yang luas 8 Periksa relevansinya dengan program 8 Ambil keputusan sesuai kecukupan informasi Departemen Kesehatan RI 52

Metode Kumpulkan data yang tersedia Hampiri tempat-tempat para pengguna Kenali dan kumpulkan informasi dari tokoh kunci Departemen Kesehatan RI 53

Sumber Data Haruskah ada penilaian kebutuhan? Apa informasi yang tersedia? Apakah anda membutuhkan konsultasi? Apakah ada yang melakukan pekerjaan sama seperti ini? Dimana? Setidaknya 5 sumber informasi resmi Setidaknya 3 tempat penasun berkumpul Departemen Kesehatan RI 54

Sesi B.9 Mengidentifikasi dan menggerakkan sumber-sumber Departemen Kesehatan RI 55

Sumber yang dibutuhkan : Sumber daya manusia : rekrut, latih, supervisi Pendanaan : pekerja, supervisor, manager, materi Hubungan : otoritas yang relevan, layanan lainnya Departemen Kesehatan RI 56

Isu penting tentang sumber... Dimana mencari staff? Berapa banyak pekerja/ manager? Berapa banyak upah yang dikeluarkan? Ruang kantor sewa atau dipinjami? Biaya materi? Total biaya? Ide selanjutnya tentang pendanaan bottom-line dari penyandang dana? Departemen Kesehatan RI 57

Sesi B.10 Mengembangkan Kerja Sama dengan lembaga lain Departemen Kesehatan RI 58

Mitra Kerja dalam Pengembangan Program: Departemen Kesehatan dan Polisi/ Keamanan Publik / Pengawasan Narkotik / Departemen Dalam Negeri Organisasi Non Pemerintah (LSM) dan Organisasi Masyarakat (CBO) Pusat Terapi Napza (pemerintah, non pemerintah, LSM dsb.) Rumah Sakit / Pusat Kesehatan Masyarakat Pemerintahan Daerah Lembaga Keagamaan Organisasi pemuda Departemen Kesehatan RI 59

Hubungan formal melalui... Rapat resmi dengan pihak berwenang yang terkait Informasi singkat tentang penilaian kepada para mitra kerja Presentasi Rencana Program kepada pejabat setempat Peresmian Program oleh Pejabat Pertemuan dengan pejabat polisi setempat Pengumuman hari pelayanan program Pembuatan dan distribusi brosur/leaflet program Departemen Kesehatan RI 60

Hubungan informal melalui... Pembicaraan pribadi dengan individu kunci Menggunakan jejaring relasi kawankawan Departemen Kesehatan RI 61

Membina Dukungan Polisi/ Badan Narkotika : Kelompok paling penting dalam hal memulai dan melanjutkan program Upaya untuk memperoleh surat resmi langsung tentang kerjasama Mengembangkan mekanisme formal untuk memecahkan perselisihan Lakukan perlakuan khusus untuk menyelaraskan relasi : polisi/pengawasan narkotik dan Penasun Hindari Tabrakan, sangat berbahaya untuk kredibilitas program Departemen Kesehatan RI 62

Referensi Materi WHO Berkas bukti tindakan : Tulisan bukti riset berseri melalui bermacam pendekatan Pedoman Pelatihan penjangkauan : 4 Modul Pelatihan IDU-RAR: Manual on Rapid Assessment and Response Departemen Kesehatan RI 63