POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

DESAIN PEMBANGUNAN KEBUN DENGAN SISTEM USAHA TERPADU TERNAK SAPI BALESIA

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak komoditas ekspor. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut seca

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAMPINGAN PROGRAM PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDSK) DI PROVINSI BENGKULU. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3,25 persen dan 2,89 persen seperti disajikan p

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Prospek Pengembangan Sistem Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dan Peternakan Sapi untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Lampung Selatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

KAJIAN SOSIAL EKONOMI SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN KELAPA SAWIT (SISKA)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

Transkripsi:

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU GUNAWAN dan AZMI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 ABSTRAK Permintaan daging sapi cenderung meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi dan perbaikan tingkat pendidikan. Dilain pihak, potensi pasar yang besar belum dapat diimbangi dengan kemampuan pasokan ternak dari dalam negeri. Keadaan tersebut memaksa kita untuk mencari jalan keluar dalam pengadaan bibit ternak. Peluang pemanfaatan lahan perkebunan saat ini menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan ternak Keterpaduan usaha peternakan di kawasan perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif yang sangat besar, terutama dalam perbaikan manajemen pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan sapi yang efektif bagi peningkatan produktivitas keduanya. Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA) dapat menjadi alternatif usaha cow-calf operation. Sampai akhir tahun 2004, dari total potensi lahan perkebunan di Provinsi Bengkulu, telah diusahakan seluas 344.360 ha (40,17% dari luas lahan perkebunan), lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan seluas 513.028 ha. Oleh karena itu, di Provinsi Bengkulu, potensi dan peluang pengembangan SISKA sangat prospektif untuk dikembangkan, baik di perkebunan besar swasta maupun di perkebunan sawit rakyat. Kata Kunci: SISKA, Potensi, Peluang Pengembangan, Bengkulu PENDAHULUAN Program pembangunan pertanian Provinsi Bengkulu mengacu kepada Rencana Strategis pemerintah daerah yang tertuang dalam visi daerah, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, sejahtera, beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin dengan ditopang agribisnis dan agroindustri menuju masyarakat madani (BAPPEDA PROVINSI BENGKULU, 2002). Provinsi Bengkulu menetapkan agribisnis dan agroindustri sebagai lokomotif pembangunan dalam rencana stategisnya. Hal ini dilandasai pada kenyataan bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh Provinsi Bengkulu adalah sumberdaya alam, termasuk pertanian, perkebunan dan peternakan. Guna meningkatkan daya saing berbagai komoditi pertanian, maka pada era globalisasi ini pendekatan pembangunan pertanian menuntut pengembangan teknologi pertanian secara terpadu dan bersinergi untuk mendapatkan nilai tambah. Salah satu keterpaduan yang telah dilaksanakan di Provinsi Bengkulu adalah Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA) yang diprakarsai oleh PT.Agricinal, yang secara nyata telah memberi manfaat terhadap peningkatan pendapatan petani. Pola ini terus dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Hasil studi GUNAWAN et al. (2004a) tentang model pengembangan sistem integrasi sapi kelapa sawit menyatakan bahwa, program SISKA dapat dikembangkan tidak hanya di perusahaan besar, tetapi juga di perkebunan kelapa sawit rakyat. POTENSI PENGEMBANGAN SISKA Potensi lahan perkebunan sawit Provinsi Bengkulu mempunyai luas wilayah 1.978.870 ha yang terdiri dari 696.924 ha kawasan lindung, 444.882 ha kawasan konservasi dan 1.281.946 ha kawasan budidaya. Luas tanaman kelapa sawit di Bengkulu sekitar 84.409 ha, yang terdiri dari 38.336 ha Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), 45.873 ha Tanaman Menghasilkan (TM) dan 200 ha tanaman berumur tua. Luas perkebunan kelapa sawit ini diperkirakan akan 132

terus meningkat. Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh swasta mencapai luas tanam 44.159 ha, sedangkan milik perkebunan rakyat adalah 38.680 ha (DISBUN PROVINSI BENGKULU, 2004). Pesatnya pekembangan usaha perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kekurangan areal yang dapat dipergunakan untuk usaha ternak, terutama sapi. Oleh karena itu, memadukan tanaman kelapa sawit dengan usaha peternakan sapi merupakan salah satu wujud optimalisasi penggunaan sumberdaya lahan tanpa harus menimbulkan dampak negatif. Potensi ternak sapi potong Pada tahun 2005 tingkat konsumsi daging sapi di Provinsi Bengkulu sebesar 2,70 kg/kapita/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut masih dibutuhkan produksi daging sapi sebanyak 2.862 ton atau setara dangan 15.387 ekor sapi dengan asumsi rata-rata peningkatan jumlah penduduk Provinsi Bengkulu adalah 2,71%/tahun dan peningkatan konsumsi daging 4,20%/tahun (DISNAKESWAN PROVINSI BENGKULU, 2004). Perkembangan permintaan dan kebutuhan konsumsi daging sapi tersebut merupakan suatu tantangan yang kemudian dijadikan peluang untuk pengembangan sapi potong. Di Provinsi Bengkulu lahan budidaya seluas 1.222.685 ha berpotensi untuk pengembangan usaha ternak sapi potong dalam bentuk integrasi antara ternak sapi dengan usaha perkebunan kelapa sawit. Kemampuan penambahan ternak sapi potong di Provinsi Bengkulu sekitar 90.000 ekor yang terdiri dari 45.000 ekor untuk memenuhi daya tampung wilayah dan 45.000 ekor untuk implementasi SISKA. Memadukan pemeliharaan sapi dengan tanaman kelapa sawit selain dapat menghasilkan daging sebagai sumber protein hewani, manfaat lain adalah ternak sapi dapat digunakan sebagai tenaga penarik gerobak untuk mengangkut hasil panen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dari dalam perkebunan ke jalan utama. Pekerjaan terberat di kebun kelapa sawit adalah mengangkut TBS. Disamping memanen TBS, pemanen juga harus mengumpulkan dan membawa hasil panen. Penggunaan ternak sapi dan gerobak akan meringankan beban kerja pemanen. Sebagai perbandingan bahwa kemampuan angkut TBS adalah sekitar 0,25 ton/ekor sapi atau 0,5 ton TBS kelapa sawit per 2 ekor sapi (GUNAWAN et al., 2004b). Untuk itu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu menawarkan model gerobak sebagai alternatif alat transporasi untuk mengangkut TBS kelapa sawit dari lokasi perkebunan ke jalan utama. Gerobak yang ditawarkan terdiri atas 2 model masing masing dengan spesifikasi tertentu. Di Provinsi Bengkulu, gerobak pengangkut TBS kelapa sawit model (1) yaitu model untuk satu ekor sapi banyak dilakukan oleh petani atau pemanen pada perkebunan sawit besar milik swasta. Dengan mempergunakan ternak sapi Bali, daya angkut dapat mencapai 0,25 ton/ekor sapi. Gerobak pengangkut TBS model (2) yaitu model sapi ganda atau menggunakan 2 ekor sapi, banyak dilakukan oleh petani di perkebunan rakyat dan menggunakan sapi Peranakan Ongole (PO) dengan daya angkut adalah 0,50 ton/2 ekor sapi. Gerobak pengangkut TBS model ganda digunakan pada lahan dengan permukaan yang relatif datar, sulit digunakan untuk lahan bergelombang dan bukit. SISKA DI PERKEBUNAN RAKYAT DAN SWASTA Keterpaduan (integrasi) usaha peternakan sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit menjadi alternatif usaha cow calf operation. Bila perkebunan kelapa sawit swasta dan rakyat di Indonesia diarahkan menjadi sentra bibit sapi potong, maka dalam kurun waktu tertentu hal ini dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada sapi dan daging impor. Saat ini, sistem integrasi sapi dengan perkebunan kelapa sawit (SISKA) dipelopori di Provinsi Bengkulu. SISKA sangat berpeluang untuk dikembangkan pada perkebunan kelapa sawit yang telah mencapai luas areal tanam 4,80 juta ha di Indonesia. Pada tahun 2004, BPTP Bengkulu telah melakukan evaluasi model SISKA yang diterapkan oleh PT Agricinal dengan pola inti - plasma dan melaksanakan pengkajian tentang model SISKA pola swadaya pada perkebunan rakyat di Bengkulu. Kegiatan ini telah merumuskan model SISKA swasta dan rakyat 133

untuk diterapkan dan dikembangkan sesuai dengan kondisi wilayah serta sosiokultural masyarakat petani kelapa sawit. Spesifikasi : Ruang Gerobak : Panjang 130 cm, Lebar 66 cm, Tinggi 30 cm Sayap Gerobak : Panjang 130 cm, Lebar 25 cm Pengunci As : Panjang 50 cm, Lebar 25 cm Roda : ukuran velg dan ban standart mobil (R12) Broti : Panjang 300 cm, Lebar sesuai ukuran sapi penarik Produksi oleh: Bengkel Diseminasi BPTP Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 Telp. 0736-23030 E-mail : BPTP@Bengkulu.Wasantara. Net. ID Gambar 1. Model gerobak pengangkut TBS menggunakan tenaga 1 ekor sapi (daya tampung gerobak 300 kg) 134

Spesifikasi Ruang Gerobak: P. 225 cm, L. 150 cm, T. 105 cm Roda : ukuran velg dan ban standart ban mobil (R15) Broti : P 250 cm, L. sesuai dengan ukuran sapi penarik Produksi oleh: Bengkel Diseminasi BPTP Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 Telp. 0736-23030 E-mail : BPTP@Bengkulu.Wasantara. Net. ID Gambar 2. Model gerobak pengangkut TBS menggunakan Tenaga 2 ekor sapi (daya tampung gerobak 500kg) SISKA di perkebunan swasta Sistim integrasi sapi kelapa sawit yang berkembang dengan bantuan perusahaan besar dikenal dengan pola inti plasma. Dalam pola inti plasma ini sebagai inti adalah perusahaan dan masyarakat petani sawit sebagai plasma. PT Agricinal sebagai perusahaan perkebunan swasta memiliki tiga pelaku yang terlibat di dalam pola SISKA, yaitu pihak perkebunan, koperasi karyawan dan pemanen (karyawan perkebunan dan petani plasma). PT Agricinal mempunyai peran dan fungsi utama sebagai perencana, penggerak dan pengendali dengan menyediakan staf ahli, mengusahakan modal serta wawasan pengembangannya. Koperasi karyawan berperan sebagai pengelola dana dari PT Agricinal, seperti untuk pembelian sapi maupun biaya lain yang diperlukan, sementara Koperasi berperanan dalam kegiatan pemasaran sapi. Dalam penyelenggaraan SISKA, peran koperasi karyawan sangat besar. Pihak koperasi merupakan wadah karyawan dan petani plasma. Koperasi memberi pelayanan kebutuhan serta sebagai penyambung kepentingan anggota dengan perusahaan. Melalui koperasi ternak sapi di kebun inti diberikan kepada pemanen dengan pola kredit, sedangkan plasma dengan pola gaduhan (sejak tahun 2004 dikembangkan juga dengan pola kredit). Pelayanan kredit diberikan untuk pembelian kebutuhan rumah tangga karyawan dan kebutuhan modal usaha termasuk 135

kebutuhan pembelian ternak, kandang, obatobatan dan sarana produksi lainnya. Imbalan bagi koperasi berupa keuntungan dalam bentuk sisa hasil usaha (SHU). Untuk itu, perusahaan bertindak sebagai avalis kepada perbankan. Guna memperlancar pengembangan, perusahaan juga berperan dalam menyediakan tenaga ahli dan sarana obat-obatan ternak. Usaha pokok ternak di kebun inti diarahkan untuk pembibitan sedangkan di plasma untuk penggemukan. Keterkaitan inti dan plasma menjadi sangat kuat karena pemasaran ternak tetap dikendalikan oleh perusahaan melalui koperasi. Selain itu, perusahaan memberikan 1 (satu) buah gerobak kecil terbuat dari kayu dengan kapasitas angkut 300 kg TBS untuk dimiliki petani plasma dengan kewajiban angsuran selama 4 (empat) tahun menggunakan sistem bunga menurun. Sedangkan bunga kredit dibayar dari hasil penjualan kotoran sapi yang telah menjadi kompos. Gerobak selain berfungsi untuk mengangkut TBS juga berfungsi untuk mengangkut peralatan kerja panen, pupuk, alat semprot rumput dari gudang afdeling ke areal pemanenan. Model pengembangan SISKA pada petani di kebun inti adalah 10 ekor sapi betina dan 2 ekor sapi jantan pada 15 ha lahan kebun kelapa sawit. Pada petani di lahan kebun plasma model pengembangannya adalah 2 ekor sapi pada 1 ha lahan kebun kelapa sawit. Penentuan model ini berdasarkan potensi pakan yang dihasilkan di lahan kebun sawit, efisiensi penggunaan tenaga kerja dan pupuk serta jumlah pupuk yang mampu dihasilkan oleh ternak sapi. SISKA di perkebunan rakyat Kelapa sawit telah berkembang di kalangan petani (rakyat) yang sebagian besar ditanam di lahan kering Podsolid Merah Kuning (PMK). Luas areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 38.336 ha dan Tanaman Menghasilkan (TM) mencapai 45.873 ha. Peta sebaran luas pertanaman sawit rakyat di Provinsi Bengkulu terdapat di empat kecamatan yaitu di Kecamatan Giri Mulya dan Teras Terunjam, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kecamatan Talo serta Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bengkulu Selatan. Dua wilayah yang menjadi sentra produksi kelapa sawit adalah wilayah Selatan, terdiri atas Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan serta Kabupaten Kaur dan wilayah Utara terdiri atas Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Muko-Muko. Model SISKA pada perkebunan rakyat di Bengkulu disesuaikan dengan rata-rata kepemilikan lahan sawit per keluarga. Pada saat ini, kepemilikan lahan sawit rakyat rata rata adalah 2 ha untuk tanaman yang menghasilkan dan 1 ha untuk tanaman yang belum menghasilkan. Dengan luas lahan 3 ha maka jumlah sapi yang dibutuhkan untuk integrasi adalah 3 ekor terdiri atas 1 ekor sapi jantan untuk pengangkut TBS dan 2 ekor sapi betina untuk perkembangbiakan. Apabila petani sawit melakukan model integrasi maka akan terdapat beberapa sumber pendapatan tambahan, sumber-sumber pendapatan tersebut adalah: (i) hasil penjualan sapi, (ii) nilai jual pupuk kandang yang dihasilkan dari 3 ekor sapi, (iii) penghematan biaya pembelian pupuk anorganik, karena telah digunakan pupuk kandang secara intensif, (iv) pengurangan biaya angkut TBS dari kebun ke lokasi penjualan, yaitu biaya angkut tersebut dapat dihilangkan karena alat angkut TBS diganti dengan sapi dan (v) pengurangan biaya pakan, karena sapi dapat memanfaatkan limbah kelapa sawit, rumput dan gulma yang tumbuh di lahan sawit. MANFAAT DAN KEUNTUNGAN SISKA Sistem integrasi sapi dengan perkebunan kelapa sawit (SISKA) memiliki prospek untuk dikembangkan. Beberapa keuntungan SISKA adalah: Efisiensi tenaga kerja Pemanfaatan ternak sebagai tenaga kerja akan membantu mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia dalam mengangkut hasil panen TBS. Menurut SITOMPUL (2003), sebelum menerapkan SISKA, pada areal kebun 5000 ha dibutuhkan tenaga kerja panen sebanyak 600 orang, namun dengan SISKA hanya diperlukan pemanen sebanyak 400 orang. Pada areal 281.371 ha lahan, dari kebutuhan tenaga kerja permanen 33.882 orang hanya diperlukan 22.508 orang, atau terjadi efisiensi jumlah tenaga kerja sebanyak 11.374 orang. Jika dalam sebulan perusahaan harus membayar 136

Tabel 1. Penggunaan pupuk pada sawit, sapi + sawit dan SISKA Parameter Penggunaan pupuk (kg/batang/tahun) Urea SP 36 KCL Kandang (kotoran sapi) Jenis usahatani Sawit Sapi + sawit SISKA 3,11 2,73 2,31 2,66 2,48 2,23 2,18 2,08 1,91 1,03 8,41 11,03 upah panen sebesar Rp 700.000,- per orang, maka dari segi biaya terjadi efisiensi sebesar Rp7.961.800.000,- per bulan. Efisiensi penggunaan pupuk Pemeliharaan ternak sapi akan meningkatan pemanfaatan kotoran sapi untuk pupuk kandang bagi perkebunan sawit, seperti disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa dengan memelihara sapi, pemakaian pupuk kandang untuk kebun sawit mengalami peningkatan. Melalui peningkatan penggunaan pupuk kandang, maka penggunaan pupuk anorganik berkurang. Keuntungan yang diperoleh petani SISKA akan bertambah bila diperhitungkan penghematan dalam pemakaian pupuk kandang untuk sawit dan pemanfaatan limbah sawit untuk pakan sapi. Hal ini menunjukan adanya efisiensi pemupukan dan biaya pakan sapi (GUNAWAN et al., 2004c). KESIMPULAN 1. Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam dan agroklimat yang mampu mendukung pengembangan ternak sapi potong. Pengembangan ternak sapi potong ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan peternak dan penyerapan tenaga kerja. 2. Model pengembangan sapi potong yang diintegrasikan dengan perkebunan kelapa sawit terbukti mampu memberikan tambahan penghasilan kepada petani. Selain memperoleh pendapatan dari usaha penggemukan sapi, petani juga memperoleh hasil penjualan TBS kelapa sawit, penjualan dan penggunaan kotoran ternak sapi dalam bentuk pupuk, memperoleh manfaat dari pelepah kelapa sawit dan hasil ikutan pengolahan buah sawit sebagai pengganti hijauan pakan sapi sehingga mengurangi biaya pakan dan penghematan tenaga kerja. Fungsi tenaga kerja manusia telah digantikan oleh ternak sapi sebagai tenaga penarik gerobak untuk mengangkut hasil panen. DAFTAR PUSTAKA ASMADI, Y., Y. SAFARINA, N. IKLAN, RISKANTOSO dan A. JAYA. 2000. Participatory Rural Appraisal Desa Suka Pindah, Resno, Pondok Panjang, Sungai Gading Kecamatan Muko- Muko Utara, Kabupaten Bengkulu Utara. Bengkulu Regional Development Project. BAPPEDA PROVINSI BENGKULU. 2002. Rencana Strategis Pembangunan Provinsi Bengkulu. DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BENGKULU. 2004. Pengembangan dan Peningkatan Pembangunan Perkebunan dalam Upaya Mensejahterakan Masyarakat melalui Optimasi Sumberdaya Lahan. DITJEN BINA PRODUKSI PETERNAKAN. 2004. Prospek Pengembangan Sistem Integrasi Peternakan yang Berdaya Saing. Jakarta. DISNAKESWAN PROVINSI BENGKULU. 2004. Pengembangan Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA) di Perkebunan Rakyat. GUNAWAN, B. HERMAWAN, SUMARDI dan E. PUDIPRAPTANTI. 2004a. Keragaan model pengembangan integrasi sapi-sawit pada perkebunan rakyat di Provinsi Bengkulu. Pros. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak, Denpasar Bali, 20-22 Juli 2004. 137

Puslitbangnak bekerjasama dengan BPTP Bali dan CASREN. GUNAWAN, AZMI, D.M. SITOMPUL dan B.P. MANURUNG. 2004. Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit (SISKA) Pola Inti Plasma. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. GUNAWAN, B. HERMAWAN, SUMARDI dan E. PUDIPRAPTANTI. 2004. SISKA (Sistim Integrasi Sapi Kelapa Sawit) di perkebunan rakyat Bengkulu. Badan Litbang Provinsi Bengkulu. MAHYUDIN SYAM, WIDJONO ADI, HERMANTO, I. I. GANDALI., ANWARHAN HANS dan M. SABRANI. 1996. Usahatani Tanaman Ternak Meningkatkan Produktivitas Lahan dan Pendapatan Petani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanikan SITOMPUL, D. 2003. Desain pembangunan kebun dengan sistem usaha terpadu ternak sapi Bali. Makalah Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi. Bengkulu. 138