PROSES PRODUKSI BAGIAN LINE OTHER DI PT. BINA BUSANA INTERNUSA (BBI) SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

THE FACTORY ORGANISATION

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Hal ini

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR PEMBUATAN BUSANA IND USTRI SEBAGAI KESIAPAN MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA IND USTRI (PRAKERIN)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menurut Sofjan Assauri (2008 : 5) perkembangan produksi terdiri dari. a. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II. bidang pembuatan pakaian tidur orientasi ekspor, yang didirikan pada tanggal 10

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III OBJEK PENELITIAN. Perusahaan PT Abdy Sentra Kreasi adalah sebuah pabrik pengolahan dan

Manajemen Persediaan. Material Handling. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. dibahas arti dari proses yaitu : Proses adalah suatu cara, metode maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kegiatan produksi sesuai dengan pesanan (make to order) dan sebagian kecil

MANAGEMEN PRODUKSI BAGI PERUSAHAAN Oleh: Endra Murti Sagoro

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ABSTRAK. Kata kunci: pengendalian kualitas, diagram pareto, peta kendali p, diagram sebab-akibat. Universitas Kristen Maranatha

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PLONG MANUAL DAN GLUEING MANUAL DI PT. X

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Fashion and Fashion Education Journal

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

BAB I PENDAHULUAN. tahapan tersebut diperlukan suatu pengendalian terhadap kualitas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada bab-bab terdahulu, maka dapatlah dikemukakan beberapa

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV OPERASIONAL AUDIT ATAS FUNGSI PRODUKSI PADA CV ENDANG AJI TRADING

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi memaksa setiap orang dan organisasi untuk segera melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. CV Aneka Konveksi merupakan sebuah perusahaan konveksi yang

Lampiran 1 Daftar Wawancara

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK LINE 28 DEPARTEMEN SEWING DI PT. APPAREL ONE INDONESIA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah perusahaan yang bergerak di industry

Lampiran 1. Struktur Organisasi

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. masalah atas apa yang diteliti, untuk mencapai tujuan dari penelitian ini perlu

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan

PENINGKATAN DAYA SAING MELALUI KUALITAS PRODUK FASHION. Oleh : Nanie Asri Yuliati Program Studi Pendidikan Teknik Busana, FT. UNY

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, dapat kita lihat bahwa persaingan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

MANAJEMEN MUTU GARMEN GARMENT QUALITY CONTROL

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Keputusan

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Industri tekstil dan produk tekstil yang salah satunya adalah produk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya teknologi informasi pada saat ini, membuat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia industri khususnya industri pakaian (garment)

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. PT.Ricky Putra Globalindo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisa Peningkatan..., Achmad, Fakultas Teknik 2016

ANALISIS SITUASI Magang merupakan serangkaian kegiatan belajar sambil bekerja bagi mahasiswa praktikan untuk mengasah kemampuan keterampilan yang dida

BAB I PENDAHULUAN I-1

SKRIPSI ANALISIS PENINGKATAN EFEKTIFITAS MESIN SEWING MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT.

Operasional. Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM

LEMBAR PENGESAHAN. Menyetujui dan Mengesahkan,

Bab 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...

BAB II LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kota Solo, Yogyakarta dengan banyaknya mahasiswa didalamnya beraneka suku,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

Oleh : IDAH HADIJAH. Editor: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB II PRODUK DAN JASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin meningkat, menuntut para pelaku bisnis untuk

Hasil Wawancara dengan Pemilik RORIE S

Makalah Kewirausahaan. Ketegasan dalam Aspek Produksi. Disusun oleh: Ambar Dwi Wuladari. Irfan Priabodo

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRACT. Keywords: Quality Control, Types of Pants Defects, c Chart, Check Sheet, Pareto Diagram, Fish Bone Diagram. vi Universitas Kristen Maranatha

Bentuk Kuesioner Analisa SWOT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang begitu cepat di era Globalisai ini baik di

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

2017 Hendra Kurniawan, Endro Prihastono 28 PROSES PRODUKSI BAGIAN LINE OTHER DI PT. BINA BUSANA INTERNUSA (BBI) SEMARANG Hendra Kurniawan *, Endro Prihastono * * Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Stikubank, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia email :endroprihastono@gmail.com DINAMIKA TEKNIK Vol. X, No. 2 Juli 2017 Hal 28-39 Abstrak Dalam Proses Produksi, mesin pabrik dan bahan baku merupakan bagian penting untuk memperlancar proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran proses produksi adalah mesin.diperlukan perawatan sebagai sebuah hal yang tidak boleh dilewatkan mengingat mesin merupakan salah satu organ penting untuk eksistensi perusahaan. PT. Bina Busana Internusa (BBI) Semarang, adalah perusahaan yang bergerak dalam industri garment yang memproduksi fashion dan pakaian pakaian olahraga. Diperlukan meningkatkan kualitas produk yang secara umum pada penyebabnya adalah faktor manusia dan mesin, untuk faktor manusia diperlukan peningkatkan pelatihan, Membuat sistem penilaian kerja, operator mesin lebih di awasi kinerjanya dalam bekerja sedangkan faktor mesin perlu dilakukan pengecekan kesiapan mesin sebelum dan sesudah digunakan agar sesuai standar operasional serta melakukan perawatan mesin secara berkala. Kata Kunci: Produksi, Line Order Abstract In Production Process, factory machinery and raw materials are an important part to facilitate the production process. One of the factors that affect the smoothness of the production process is the machine. Need care as a thing that should not be missed considering the machine is one of the important organ for the existence of the company. PT. Bina Busana Internusa (BBI) Semarang, is a company engaged in the garment industry that produces fashion and clothing sportswear. Required to improve the quality of products that are generally on the cause are human and machine factors, for human factors needed to increase training, Make the assessment system work, machine operators are more supervised performance in the work while the engine factor needs to be checked the readiness of the machine before and after use to standard operational and perform periodic maintenance of the machine. Key Words: Production, Line Order I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri dan teknologi dalam era globalisasi sekarang ini semakin pesat, hal ini ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin meningkat.keadaan ini menyebabkan perusahaan harus mampu mempertahankan usaha yang dikelolanya.dalam Proses Produksi, mesin pabrik dan bahan baku merupakan bagian penting untuk memperlancar proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran proses produksi adalah mesin. Itulah sebabnya perawatan adalah hal yang tidak boleh dilewatkan mengingat mesin merupakan salah satu organ penting untuk eksistensi perusahaan. Kondisi saat ini iklim persaingan dunia usaha dan industri semakin menyadarkan kita akan arti penting bisnis dan penerapanya. Proses produksi merupakan ilmu yang

29 Dinamika Teknik Juli mempelajari tentang mesin-mesin yang berkaitan erat dengan kegiatan produksi khususnya pada bidang industri. Selain mempelajari teori dari mesin tersebut, proses produksi juga menjelaskan tentang cara penggunaan serta pengoperasian mesin secara manual dan otomatis di PT. Bina Busana Internusa (BBI) Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh PT. Bina Busana Internusa (BBI) Semarang dalam pelaksanaan proses produksi, Mesin apakah yang digunakan dalam proses produksidan bahan baku apa saja yang digunakan dalam proses produksi. II. KAJIAN PUSTAKA II.1 Fungsi Produksi Bagian dari fungsi organisasi dalam perusahan yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk jadi yang dapat dijual. Untuk menghasilkan fungsi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk sistem produksi. Fungsi utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang dapat diidentifikasi adalah : a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (inputs), b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu. d. Pengendalian atau perawatan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan. (Nasution & Prasetyawan, 2008, 01). II.2 Sistem Produksi Sistem adalah merupakan suatu rangkaian unsur-unsur yang saling terkait dan dan tergantung serta saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan yang lainnya, yang

2017 Hendra Kurniawan, Endro Prihastono 30 keseluruhannya merupakan suatu kesatuan bagi pelaksanaan kegiatan bagi pencapaian suatu tujuan tertentu.sedangkan yang dimaksud dengan sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran. Sistem produksi mempunyai masukan yang dapat berupa, bahan baku, komponen atau bagian dari produk, barang setengah jadi, formulir-formulir, para pemesan atau langganan dari para pasien. Keluaran dari sistem produksi dapat berupa barang jadi, barang setengah jadi, bahan-bahan kimia, pelayanan kepada pembeli dan pasien, formulir-formulir yang telah selesai diisi dan diproses. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingnya seperti, limbah, informasi dan sebagainya (Gingting,2007,01). II.2.1 Karakteristik Proses Produksi Proses produksi menurut proses menghasilkan output secara ekstrem dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Proses produksi kontinyu Proses produksi kontinyu (Continues Process); proses ini tidak memerlukan waktu set-up yang lama karena proses ini memproduksi secara terus menerus jenis produk yang sama dalam jumlah yang besar. Sekali set up produksi digunakan dalam jangka panjang. Proses ini menggunakan mesin special purpose sehingga tidak diperlukan operator dengan skill tinggi, dan hanya perlu sedikit saja operator karena mesin yang digunakan cenderung otomatis. Tapi mesin ini perlu perawatan khusus oleh ahli yang berpengalaman.pada proses ini, persediaan bahan mentah rendah. Pemindahan bahan biasanya menggunakan tenaga mesin seperti conveyor (ban berjalan). Konsekuensinya bila salah satu mesin atau alat rusak maka seluruh proses terhenti. Proses produksi ini mempunyai pola yang pasti. Urutan proses produksinya relatif sama dan berlangsung terus menerus sesuai dengan rencana produksi yang ditetapkan. Dengan ciri-ciri : 1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam besar (produkmasal) dengan variasi yangsangat sedikti dan sudah distandarisasikan. 2. Menggunakan sistem dengan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan untuk departementalisasikan berdasarkan produk. 3. Menggunakan mesin khusus sangat diharuskan untuk penanganan satu jenis produk.

31 Dinamika Teknik Juli 4. Tidak memerlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian atau ketrampilan tinggi. 5. Apabila salah satu mesin/peralatan berhenti atau rusak, seluruh proses produksi akan berhenti. 6. Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses lebih rendah dibandingkan proses produksi terputus. 7. Proses pemindahan bahan dengan peralatan handling yang tetap (Nasution & Prasetyawan, 2005,94,95) Kekurangan dari proses produksi terus-menerus : 1. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan produk yang dimintaoleh konsumen. 2. Proses produksi mudah berhenti, apabila terjadi kerusakan pada salahsatu mesin. 3. Kesulitan bisa terjadi perubahan permintan, karena kapasitas produksitelah tertentu, sehingga merubah kapasitas (Nasution & Prasetyawan,2005,94,95). b. Proses produksi terputus Proses ini memerlukan total waktu set-up yang lebih lama karena memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai pesanan konsumen dalam volume rendah. Dengan pergantian jenis barang yang diproduksi maka membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda.menggunakan mesin general purpose.perlu operator dengan skill tinggi dalam jumlah besar. Butuh pengawasan yang lebih dibanding proses kontinyu. Persediaan bahan mentah tinggi. Pemindahan bahan biasanya menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift, serta perlu ruang gerak dan ruang tempat bahan dalam proses yang besar.proses produksi ini tidak mempunyai pola yang pasti. Urutan proses produksinya selalu berubah sesuai spesifikasi produk yang dihasilkan. (Ginting, 2007,10) Ciri-ciri proses terputus: 1. Produk yang dihasilkan biasanya dalam jumlah kecil denganvariasi yangsangat besar dan didasarkan pada pesanan. 2. Sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout/departemantation by equipment.

2017 Hendra Kurniawan, Endro Prihastono 32 3. Mesin-mesin yang digunakan bersifat umum dan dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hamper sama(general Purpose Machines). 4. Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan cukup besar, sehingga operator memerlukan keahlian yang tinggi dalam pengerjaan produk serta terhadap pekerjaan yang bermacam-macam yang menimbulkan pengawasan yang lebih sulit. 5. Proses produksi tidak akan berthenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin/peralatan. 6. Persediaan bahan mentah pada umumnya tinggi karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang harus dipesan oleh pembeli, dan persediaan bahan dalam proses lebih tinggi dari proses produksi yang terus-menerus (countinous processes) karena prosesnya putus-putus. 7. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang dapat berpindah secara bebas (Variable Path Equipment) yangmenggunakan tenaga manusia, seperti kereta dorong atau forklift. 8. Pemindahan bahan sering dilakukan bolak-balik sehingga perlu adanya ruang gerak (aisle) yang besar dan ruang tempat bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar.(nasution & Prasetyawan, 2008,05-06) Kekurangan proses produksi yang terputus-putus adalah: 1. Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar dilakukan karena kombinasi urut-urutan pekerjaan yang banyak sekali didalam memprodusir satu macam produk, dan disamping itu di butuhkan scheduling dan routing yang banyak sekali karena produknya yang berbeda tergantung pemesannya.oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar di lakukan,maka pengawasan produksi (production control) dalam proses produksi seperti ini sangat sukar dilakukan. 2. Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan mentah dan bahan-bahan dalam proses,karena prosesnya terputus-putus dan produk yang di hasilkan tergantung dari pesanan. 3. Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang di butuhkannya adalah

33 Dinamika Teknik Juli tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut. (Nasution & Prasetyawan, 2008,09). Sedangkan kelebihan dari proses produksi yang terputus-putus adalah: 1. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar.fleksibilitas ini diperoleh terutama dari: Sistem penyusunan peralatan layoutnya yang berbentuk process layout. Jenis/tipe mesin di gunakan dalam proses yang bersifat umum. Oleh karena mesin-mesin yang di gunakan dalam proses bersifat umum (general purpose machines) maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesinnya, sebab harga mesin-mesin ini lebih murah dari pada mesin-mesin yang khusus(special purpose machines).proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan di suatu tempat/tingkat proses. (Nasution & Prasetyawan, 2008,09,10). 2. Proses produksi repetitif. Merupakan kombinasi proses kontinyu dan proses terputus. Menggunakan modul-modul yang telah disiapkan sebelumnya. Karakteristik proses repetitif antara lain adalah proses yang dihasilkan berupa standar, mesin yangdigunakan bersifat tetap dan digunakan, sistem persediaan atau pembelian bersifat tepat waktu, pemindahan bahan dengan menggunakan peralatan handling yang bersifat tetap dan otomatis, proses produksi sedikit terganggu bila terjadi kerusakan pada salah satu mesin, operasi-operasi berulang akan mengurangi kebutuhan pelatihan dan perubahan instruksi-instruksi kerja dan bahan-bahan dipisahkan dengan peralatan handling bersifat tetap dan otomatis (Nasution & Prasetyawan, 2008,06,07). II.2.2 Proses Produksi Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995). II.2.3 Cara kerja mesin pada proses produksi 1. Mesin Jahit jarum 1 (single needle) : Mesin jahit jarum satu merupakan mesin jahit pokok yang harus dipunyai dalamdunia garmen.

2017 Hendra Kurniawan, Endro Prihastono 34 2. Otomatis potong benang.( Automatic Thread trimmer ) :Mesin single needle yang berfasilitaskan otomatis potong benang merupakan trend mesin yang dibutuhkan dunia garment saat ini. Dimana sistem ini menghilangkan tenaga tambahan yang dikeluarkan opearator untuk memutus benang setelah dijahit. Jadi sehabis bahan dijahit maka secara otomatis benang akan putus dan bahan bisa langsung diambil dilanjutkan dengan proses jahit yang lain. 3. Control Panel :Control panel digunakan untuk memprogram suatu jahitan yang berada pada mesin tersebut. Contoh program yang bisa diatur dengan control panel adalah jahitan label, otomatis jahitan kunci, menjahit terus menerus dll 4. Mesin jahit jarum 2 ( double needle ) :Macam macam tipe jarum dua : Jarum dua standart dan Jarum dua split. Mesin ini memungkinkan untuk mengatur salah satu jarum utuk jahit / tidak. 5. Mesin Bartacking :Tekanan utama yang membutuhkan bartacking adalah daerah dengan memakai pakaian mana yang normal akan menyebabkan tekanan pada jahitan atau pengencang. Pada celana jeans, misalnya, bartacking digunakan untuk memperkuat kantong, resleting, jahitan selangkangan, lubang kancing, dan lubang sabuk 6. Mesin Pasang kancing :Model mesin terbaru yang sekarang ini menjadi trend di dunia buyer fashion dunia. Dengan jahitan lockstitch maka kualitas jahitan akan lebih tahan lama, anti copot. Model pasang kancing lockstitch pertama keluar langsung berbasic otomatis program computer. Teknologi pasang kancing computer adalah directdrive, active tension dan automaticprogram.

35 Dinamika Teknik Juli III. METODE PENELITIAN Gambar 1. Prosedur Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.A. PEMBAHASAN IV.1 Proses Awal Produksi PT. Bina Busana Internusa (BBI) Semarang Proses produksi adalah metode dan teknik yang digunakan dalam mengolahbahan baku menjadi produk (Arman Hakim Nasution,2003:1). Proses awal produksi dapat dilihat dalam gambar.

2017 Hendra Kurniawan, Endro Prihastono 36 Ware Cutting Distribu Produksi Packin Loading Sewing QCC QC Folding Gambar 2. Alur proses produksi PT. Bina Busana Internusa IV.2 Alur Proses Produksi Garment Proses produksi garmentpt. Bina Busana Internusa (BBI) dimulai dari diterimanya order dari buyer yang dilanjutkan dengan pembuatan disain serta pembelian bahan baku. Proses awal sebelum produksi dapat diuraikan antara lain Order : Proses pertama dalam alur produksi garment adalah penerimaan order. Bentuk order yang datang dari buyer biasanya berbentuk work sheet yang di dalamnya terdapat bentuk, ukuran termasuk toleransinya, jumlah dan bentuk pakaian yang dipesan, Sampleyakni bagian ini bertugas menterjemahkan pesanan buyer seperti membuat pola sesuai dengan yang diminta buyer, sampai dengan membuat contoh pakaian yang akan diproduksi, pembelian Kain yakni setelah sampel disetujui maka perusahaan akan berbelanja bahan baku kain yang akan digunakan. Sistem pembelian biasanya berdasarkan panjang kain sehingga meskipun kain dari supplier berbentuk roll atau gulungan, panjang keseluruhan kain adalah sesuai dengan pesanan dan bagian gudang PT. Bina Busana Internusa (BBI) merupakan bagian yang penting dalam industri konveksi, karena digudang inilah dilakukan kegiatan menerima, mengirimkan dan mengendalikan barang yang tersimpan digudan. Gudang dibagi menjadi dua divisi, satu gudang untuk menyimpan bahan utama (kain) dan satu lagi untuk menyimpan asesoris. Setiap keluar masuk material harus dikendalikan dengan baik. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam gudang sebelum mengirim kain ke bagian cutting yaknipemeriksaan Kainberupa pemeriksaan kain dilakukan dengan menggunakan mesin inspeksi untuk melihat apakah terdapat cacat yang terdapat pada bahan baku kain. Setelah melalui tahap persiapan maka dimulailah proses produksi garment. Proses produksi dimulai dari pemotongan kain, penjahitan dan finishing. Pemotongan kain dilakukan dalam beberapa tahap, demikian pula untuk proses penjahitan dan finishing. Lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :

37 Dinamika Teknik Juli IV.3 Proses Pemotongan Bahan 1. Marking: Tahap pertama dalam proses pemotongan (cutting) adalah pembuatan marker. Marker adalah kertas panjang yang di dalamnya terdapat pola-pola yang disusun sedemikian rupa sehingga didapat penggunaan bahan sehemat mungkin. Penggunaan teknologi komputer untuk menyusun markerakan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku. 2. Spreading: Setelah pembuatan marking, maka tahap berikutnya adalah pembentangan kain (spreading). Kain bahan baku diangkat dan diletakkan di atas penyangga yang ada pada meja spreading dan siap digelar. Di atas meja tersebut dihamparkan kertas yang panjang dan lebarnya sesuai dengan panjang-lebar marker. Kain kemudian diratakan dan diatasnya diletakkan marker. 3. Cutting: Setelah marker diletakkan di atas tumpukan kain yang digelar maka kain siap dipotong. Proses pemotongan kain bisa dilakukan dalam beberapa tahap. Pada pemotongan pertama, yang dilakukan adalam pemotongan komponen-komponen besar dan juga komponen kecil yang masih berkelompok. Pemotongan dilakukan menggunakan mesin potong vertikal (vertical knife). Sebagai kelanjutan pemotongan pertama, dilakukan pemotongan kedua, yakni pemotongan komponen kecil (atau pemotongan komponen besar dan kecil untuk kain bermotif) dengan menggunakan band knife. 4. Bundling: Pembundelan adalah menyatukan komponen-komponen pola yang telah dipotong sesuai dengan operasi penjahitannya (misalnya, untuk body, berarti terdiri dari body front, back, yoke dan juga centerline dalam satu bundel). Pada tiap bundelan ini disertakan tiket yang berisi informasi: banyaknya komponen yang harus dibundel, job order, ukuran dan jenis komponen yang dibundel. 5. Fusing: Untuk komponen-komponen kecil seperti collar, ban collar, cuff dan juga centerline, sebelum dijahit harus diberi lining terlebih dahulu. Setelah komponenkomponen tersebut dibundel maka dibawa ke bagian fusing untuk merekatkan lining. Sebelum dimasukkan ke dalam mesin fuse, komponen dan lining disolder terlebih dahulu agar pada waktu fuse liningnya tidak bergeser. 6. Distribusi: Mendata dan membagi hasil kainsetelah di potong untuk selanjutnya di distribusikan ke line produksi sewing.

2017 Hendra Kurniawan, Endro Prihastono 38 Berikut gambar proses bagian cutting di PT. Bina Busana Internusa (BBI). Marking Spreading Cutting Numbering QC Ganti Riject Bundling Fusing Distribusi Gambar 3. Alur proses Cutting V. SIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan di PT. Bina Busana Internusa (BBI) Semarang, adalah perusahaan yang bergerak dalam industry garment yang memproduksi fashion dan pakaian pakaian olahraga. PT. Bina Busana Internusa (BBI) Semarang memiliki kapasitas produksi yang memadai, dengan 12 line produksi, bahan baku berupa kain fabric yang disuplay dari berbagai perusahaan dan menggunakan mesin modern khususnya mesin sewing dan cutting. V.2. Saran Diperlukan meningkatkan kualitas produk yang secara umum pada penyebabnya adalah faktor manusia danmesin, untuk faktor manusia diperlukan peningkatkan pelatihan,membuat sistem penilaian kerja,operator mesin lebih di awasi kinerjanya dalam bekerja sedangkan faktor mesinperlu dilakukan pengecekan kesiapan mesin sebelum dan sesudah digunakan agar sesuai standar operasional serta melakukan perawatan mesin secara berkala. VI. DAFTAR PUSTAKA Assuri, Sofjan. 1998. Manajemen Operasi Dan Produksi.Jakarta : LP FE UI Ginting, R.2007.Sistem produksi.edisi 1.Yogyakarta : Graha Ilmu. Nasution & Prasetyawan, 2008,01. Pengertian pengendalian kualitas.bogor : Ghalia Indonesia. Nasution & Prasetyawan, 2005, 94,95. Proses pemindahan bahan dengan alat handling.bogor : Ghalia Indonesia. Nasution & Prasetyawan, 2008,07. Kendala kapasitas produksi.

39 Dinamika Teknik Juli Nasution & Prasetyawan, 2008,09. Keahlian khusus operator. Nasution & Prasetyawan, 2008,09,10. Pengertian proses produksi. Nasution & Prasetyawan, 2008,06,07. Pemindahan bahan bersifat otomatis. Wignjosoebroto, S. 2006.Pengantar Teknik & Manajemen Industri.Edisi 1.Surabaya : Prima Printing.