STILISTIKA DALAM NOVEL HUJAN KARYA TERE LIYE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis Kajian : Stilistika. Oleh: Ana Ade Suryani A1B

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN

LANGUANGE STYLE IN A COLLECTION OF SHORT STORY IN MAGAZINE STORY AT APRIL AND MAY 2013 ISSUE

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB II LANDASAN TEORI. dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2010: 279).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

E-JOURNAL JAMHUR NIM diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai

GAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh selpiyani@unigal.ac.id, hjniarohayati@unigal.ac.id ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada saat ini berdasarkan pengalaman di sekolah mengenai pengekspresian dalam hal sastra, siswa mengalami kesulitan. Ini diakibatkan karena ketidaktahuan dan kekeliruan mengenai gaya dalam bahasa Indonesia yang terjadi saat ini sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji bentuk stilistika, yang diharapkan akan menambah pengetahuan penulis terhadap pengkajian stilistika pada sebuah novel karya penulis terkenal berjudul Hujan karya Tere Liye. Rumusan masalah penelitian ini yaitu, Bagaimanakah stilistika (bahasa figuratif, dan sarana retorika) yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye?. Metode penelitian yang dianggap tepat yakni metode penelitian deskriptif. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah analisis bentuk stilistika dalam novel Hujan karya Tere Liye dengan sub fokus kajiannya berupa bahasa figuratif (majas perbandingan dan majas pertautan), dan sarana retorika (repetisi dan pengontrasan). Berdasarkan hasil analisis terhadap bentuk stilistika dalam novel Hujan karya Tere Liye diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Bentuk Bahasa Figuratif merupakan teknik pengungkapan bahasa yang maknanya tidak menunjukkan pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya. 2) Sarana Retorika lebih sering disebut dengan gaya bahasa, yaitu suatu bentuk penuturan yang sengaja digayakan untuk memperoleh efek tertentu di hati pembaca. Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan pada peneliti dan guru. Kata Kunci : Novel, Bentuk Silistika PENDAHULUAN Sastra adalah sebuah karya yang pada hakikatnya dibuat dengan mengedepankan aspek keindahan di samping keefektifan penyampaian pesan yang pengungkapannya berdasarkan pengalaman hidup manusia yang dituangkan dalam sebuah karya sehingga dapat dinikmati banyak orang. Saini (1998:3) menyebutkan bahwa, Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Keindahan dalam karya sastra tersebut dapat diwujudkan melalui media bahasa. Media bahasa merupakan sarana yang digunakan pengarang untuk menyampaikan pikiran dan perasaan berdasarkan pengalaman dalam proses penciptaan karya sastra. Melalui karyanya, penulis ingin mengungkapkan masalah manusia, yang di dalamnya terdapat penderitaan, perjuangan, kasih sayang, kebencian, dan kebahagiaan. Sastra lahir bukan dari fenomenafenomena kehidupan yang lugas, namun sastra juga merupakan sesuatu yang imajinatif dan non-imajinatif. Berdasarkan sifatnya, novel termasuk ke dalam karya sastra yang bersifat imajinatif, yaitu karya sastra yang berdasarkan daya khayal yang seolah-olah karya tersebut benar adanya. Novel merupakan sebuah karya fiksi, yaitu cerita yang tidak nyata adanya, hanya rekaan semata hasil karangan penulis. Pujiharto (2012:8) menyebutkan bahwa Novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata dari zaman pada saat novel itu ditulis. Sebuah novel akan menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit yang melibatkan banyak pihak yang terjadi beberapa tahun silam secara mendetail yang di ceritanya memiliki keterkaitan antara pembabakan satu dengan yang lainnya sehingga mampu 17 J u r n a l L i t e r a s i

memberikan kesan yang mendalam terhadap pembaca. Sebagai sebuah karya sastra imajinatif, novel banyak digemari pembaca. Sebagai bukti dari kegemaran tersebut yakni adanya proses mengapresiasi. S. Effendi(dalam Aminuddin, 2003:35) mengungkapkan bahwa, Apresiasi sastra merupakan kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Upaya dalam pengapresiasian karya sastra tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya membaca, mengamati, dan mengkaji sastra dengan sungguh-sungguh. Kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaninya (Aminuddin, 2003:35). Salah satu bentuk apresiasi di atas, yakni dengan adanya proses pengkajian stilistika dalam karya sastra. Perkembangan stilistika tidak terlepas dari perkembangan retorika. Dengan demikian perkembangan stilistika tumpang tindih dengan perkembangan retorika. Tetapi, secara historis yang lebih duluberkembang adalah retorika. Stilistika berkaitan erat dengan Stile. Bidang garapan stilistika adalah stile, bahasa yang dipakai dalam konteks tertentu, dalam ragam bahasa tertentu. Istilah stilistika lebih singkat dan efisien daripada terjemahannya kajian gaya bahasa atau kajian stile (Nurgiyantoro, 2014: 74). Leech & Short (dalam Nurgiyantoro, 2014:75) menyatakan bahwa, Stilistika menunjuk pada pengertian studi tentang stile. Kata stile jika di adopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi gaya bahasa. Ratna (2009: 3) mengemukakan bahwa Gaya merupakan salah satu cabang ilmu tertua dalam bidang kritik sastra. Gaya bahasa melahirkan kegairahan, sebab gaya memberikan citra baru, gaya membangkitkan berbagai dimensi yang stagnasi. Stilistika dalam sebuah novel mempunyai manfaat dan peranan serta tujuan yang sangat penting. Di samping hal tersebut, stilistika juga mempunyai fungsi yang besar dan unsur-unsur yang perlu dipahami lebih lanjut. Novel merupakan karya sastra yang erat kaitannya dengan stilistika yang merupakan ilmu tentang gaya. Berdasarkan pengalaman di sekolah mengenai pengekspresian dalam hal sastra, siswa mengalami kesulitan. Ini diakibatkan ketidaktahuan dan kekeliruan mengenai gaya dalam bahasa Indonesia yang terjadi saat ini sangat mengkhawatirkan. Mereka menganggap bahwa gaya dalam bahasa semata-mata adalah permainan kata bukan keindahan secara keseluruhan. Selain itu kajian mengenai stilistika kurang mendapatkan perhatian. Sejalan dengan Ratna (2009:01) menerangkan, Meskipun demikian, khususnya dalam kaitannya dengan teori sastra, stilistika kurang memperoleh perhatian. Alasan dipilihnya novel Hujan karena novel ini termasuk best seller. Selain itu penulis novel ini merupkan seorang penulis yang ikut meramaikan dan mampu menggugah dunia kesastraan Indonesia dewasa ini. Ia sudah lama menggeluti sastra yaitu dari tahun 2005 sampai sekarang. Hakikat Stilistika Pada hakikatnya kajian stilistika adalah mengungkap keindahan suatu karya sastra. Keindahan pada karya sastra tersebut merupakan keindahan yang ditimbulkan oleh penulis sastra dalam bentuk gaya bahasa yang dapat membedakan karya sastra yang mereka miliki dengan karya sastra lainnya. Salah satu ilmu yang mempelajari mengenai gaya dalam sebuah karya sastra adalah stilistika. Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal dari akar kata stilus (Latin). Stilistika merupakan unsur karya sastra sebagai akibat cara penyusunan bahasa sehingga menimbulkan aspek estetis (Ratna, 2009:416). Sejalan dengan Ratna, Leech & Short (dalam Nurgiyantoro, 18 J u r n a l L i t e r a s i

2014:75) Stilistika menunjukkan pada pengertian studi tentang stile. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:278) Stile, (style, gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan Pendapat tersebut diperkuat oleh Nurgiyantoro (2014:74) yang mengatakan bahwa Stilistika berkaitan erat dengan stile. bidang garapan stilistika adalah stile, bahasa yang dipakai dalam konteks tertentu. Jika stile diindonesiakan dengan diadaptasikan menjadi stile atau gaya bahasa, istilah stylistic juga dapat diperlakukan sama, yaitu diadaptasi menjadi stilistika. Istilah stilistika juga lebih singkat dan efisien daripada terjemahannya yang kajian gaya bahasa atau kajian stile. Dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasan dan imajinasinya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dengan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca, sehingga mampu membawa pembaca ke dalam karyanya. Gaya dalam karya sastra sangat penting dilakukan oleh penulis dalam karyanya untuk menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca, karena gaya merupakan suatu hiasan yang mampu memperindah karya sastra. Sehingga kajian stillistika berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap mengenai media bahasa sebagai sebuah karya sastra. Karya sastra merupakan sebuah kajian yang menggunakan stilistika sebagai media apresiasi sastra, yang dalam proses penciptaanya dilakukan penulis secara sadar. 1) Tujuan Stilistika Stilistika merupakan salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra terutama gaya bahasa. Menurut Simpson (dalam Nurgiyantoro, 2014:76) menyebutkan bahwa Kajian stilistika pada hakikatnya adalah aktivitas mengeksplorasi bahasa terutama mengeksplorasi kreativitas penggunaan bahasa. Nurgiyantoro (2014:76) mengemukakan bahwa, Kajian stilistika bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kajian stilistika itu sendiri adalah untuk menganalisis gaya bahasa dalam sebuah karya sastra. Dengan demikian gaya bahasa berperan penting terhadap sebuah karya, karena melalui bahasalah kita dengan mudah dapat menilai keindahan sebuah karya sastra. 2) Objek Penelitian Stilistika Gaya bahasa dalam sastra memiliki kekhasan tersendiri dalam cara penyajiannya, gaya bahasa dalam sastra akan berbeda dengan gaya seseorang disaat mereka berbicara. Tanpa bahasa nilai sebuah karya sastra akan terasa hambar. Leech & Short (dalam Nurgiyantoro, 2014:75) mengemukakan bahwa Stilistika menunjuk pada pengertian studi tentang stile, kajian terhadap wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam teks-teks kesastraan. Nurgiyantoro (2014:101) mengemukakan bahwa, Ada beberapa hal yang harus dianalisis dalam stilistika, aspek yang dianalisis untuk teks sastra adalah berbagai tanda linguistik (linguistik features) yang meliputi bahasa figuratif (pemajasan), dan sarana retorika (penyiasatan struktur). Berkenaan dengan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang akan menjadi objek penelitian dalam stilistika yaitu tentang bahasa figuratif (pemajasan), dan sarana retorika (penyiasatan struktur) yang digunakan penulis dalam karyanya. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Sarana Retorika Sarana retorika atau yang sering disebut dengan penyiasatan struktur (figures of speech), hadir untuk memperoleh efek keindahan. Nurgiyantoro (2014:245) menyebutkan bahwa, Penyiasatan struktur 19 J u r n a l L i t e r a s i

atau sarana retrorika inilah yang sering dikenal dengan sebutan gaya bahasa. Artinya, suatu bentuk penuturan yang sengaja digayakan untuk memperoleh efek tertentu di hati pembaca. Sarana retorika dimaksudkan sebagai struktur yang sengaja disiasati, dan dimanipulasi untuk memperoleh keindahan dalam sebuah karya sastra sehingga mampu memberikan kesan yang mendalam terhadap pembaca. Dengan demikian, sarana retorika hadir untuk memperoleh keestetisan dalam karyanya, sehingga pembaca akan mengetahui apa yang diinginkan penulis. Selain itu, adanya penyiasatan struktur ini untuk menarik perhatian si pembaca agar mengikuti alur ceritanya sampai akhir. I. Repetisi Gaya bahasa repetisi atau pengulangan dibagi menjadi tiga macam, yaitu repetisi, paralelisme, dan anafora. Berikut penjelasan mengenai majas pengulangan : a. Repetisi Repetisi yaitu gaya bahasa yang mengalami pengulangan, misalnya katakata atau frasa tertentu, yang dimaksudkan untuk memberikan penekanan dan penegasan pentingnya suatu yang dituturkan sehingga lebih menarik dan lebih indah. Menurut Keraf (2010:127), Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Nurgiyantoro (2014:248) mengemukakan bahwa Gaya repetisi yang mengandung berbagai unsur pengulangan tersebut, misalnya kata-kata atau frase tertentu, lazimnya dimaksudkan untuk menekankan dan menegaskan pentingnya sesuatu yang dituturkan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud repetisi adalah gaya bahasa perulangan dalam sebuah konstruki yang sama, baik dalam pengulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting sehingga lebih menarik dan lebih indah. Contoh gaya bahasa repetisi : Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku. Aku dan kamu saling menuduh, kamu dan aku berseteru. b. Paralelisme Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Nurgiyantoro (2014:252) menyebutkan bahwa, Paralelisme adalah sebuah teknik berbicara, bertutur, atau berekspresi yang banyak dipakai dalam ragam bahasa. Baldic (dalam Nurgiyantoro, 2014:252) mengemukakan bahwa Paralelisme adalah urutan struktur yang memiliki kemiripan yang dapat berupa klausa, kalimat, dan larik-larik yang berhubungan, atau urutan lain yang juga menunjukkan adanya saling keterkaitan. Berdasarkan pemaparan di atas, paralelisme merupakan gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata sehingga memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Contoh gaya bahasa paralelisme : Baik kaum pria maupun wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara hukum. c. Anafora Anafora, yaitu salah satu jenis penyiasatan struktur sintaksis yang berbasis pada bentuk repetisi. Nurgiyantoro (2014:256) Anafora adalah salah satu jenis penyiasatan struktur sintaksis yang berbasis pada bentuk repetisi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Tarigan (2013:184) yang menyebutkan bahwa Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. Contoh dari gaya bahasa anafora : Tanpa iman yang teguh engkau akan mudah terperosok ke dalam jurang kenistaan. Tanpa iman yang teguh engkau akan mudah tergoda oleh wanita cantik di sekelilingmu. Tanpa iman yang teguh engkau akan tergoda oleh uang. METODE Metode dalam bahasa Indonesia dianggap sebagi cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya. Metode adalah cara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap kegiatan dalam penelitian pasti akan mengguanakan metode yang berbeda. 20 J u r n a l L i t e r a s i

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, metode penelitian yang dianggap tepat yakni metode penelitian deskriptif. Metode deskriftif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sitem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2011:54). Metode deskriptif merupakan metode yang paling tepat dan relevan untuk digunakan dalam menganalisis bentuk stilistika dalam novel dan karya sastra yang lainnya. Jenis-jenis metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive research) Metode deskriptif berkesinambungan (continuity descriptive research), adalah kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus-menerus atas suatu objek penelitian (Nazir, 2011:55). Teknik ini digunakan dengan maksud untuk menganalisis data secara terus menerus hingga informasi yang dibutuhkan terpenuhi. 2) Studi pustaka Studi pustaka digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara membaca atau meneliti buku-buku yang menunjang dalam upaya mengumpulkan informasi data yang dibutuhkan. Keraf (1994:167) menyatakan, Untuk mengumpulkan bahan-bahan mentah di perpustakaan itu seorang penulis tidak perlu membaca semua buku yang tersedia. Dengan demikian, dalam studi pustaka ini peneliti hanya perlu membaca buku yang dianggap penting dan ada kaitannya dengan informasi data yang dibutuhkan saja. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Bentuk Bahasa Figuratif Bentuk Bahasa Figuratif yang terdapat pada novel Hujan sebagai berikut: 1) Majas Perbandingan Majas perbandingan yang dibahas dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu majas simile, majas metafora, dan majas personifikasi. a. Simile Simile adalah perbandingan sesuatu dengan sesuatu yang berlainan yang dianggap sama atau hampir serupa dengan bentuk atau hal yang dimaksudkan. Berdasarkan kajian majas simile, maka dapat disimpulkan pada novel Hujan terdapat ungkapan yang membandingkan dua hal yang tidak disajikan secara tersirat, yakni pada sebagai berikut : Dan terakhir, Lail bersalaman dengan putri Wali Kota yang mengenakan gaun indah. Remaja itu sepantaran dengannya, terlihat sangat cantik. Matanya biru, hidungnya mancung, lesung pipi yang menawan, seperti putri dalam cerita dongeng (Liye, 2016:99). a. Metafora Metafora merupakan majas perbandingan yang membandingkan suatu objeknya secara langsung sehingga makna yang terkandung di dalamnya bisa dipahami dengan mudah. Berdasarkan kajian majas metafora, maka dapat disimpulkan pada novel Hujan terdapat ungkapan yang membandingkan dua hal yang secara langsung, yakni sebagai berikut : Stadion ramai oleh lautan manusia saat mereka tiba (Liye, 2016:45). b. Personifikasi Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolaholah memiliki sifat manusia. Berdasarkan kajian majas personifikasi, maka dapat disimpulkan pada novel Hujan terdapat penggambaran benda mati seolah hidup seperti manusia, yakni sebagai berikut : Empat puluh detik yang terasa lama sekali, atap lorong akhirnya berhenti runtuh mengejar penumpang. Lantai lorong kereta kembali solid, tidak bergoyang (Liye, 2016:26). 2) Majas Pertautan Majas pertautan yang dibahas dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu majas metonimia, dan sinekdoki. a. Metonimia Metonimia merupakan sebuah majas yang menggunakan sebuah kata untuk menyatakan sesuatu dengan yang lain, yang masih dapat dikaitkan sebagai penggantinya atau dengan menggantikannya dengan nama 21 J u r n a l L i t e r a s i

yang lain yang berdasarkan sifatnya. Berdasarkan kajian majas tersebut, maka dapat disimpulkan pada novel Hujan, tidak terdapat pengungkapan kata yang menggantikan dengan nama lain berdasarkan sifatnya. b. Sinekdoki Sinekdoki merupakan majas yang menyebutkan bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau kebalikannya. Berdasarkan kajian majas sinekdoki, maka dapat disimpulkan bahwa pada novel Hujan terdapat ungkapan yang mengemukakan sepatah dua patah kata yang merupakan perwakilan merek, macam, atau lainnya yang merupakan satu kesatuan dari sebuah kata, yakni sebagai berikut : Satu-dua kali Lail dan Maryam harus berbelok, mengambil jalan memutar, agar tidak bertemu kerumunan yang sedang mengamuk (Liye, 2016:218). 2. Deskripsi Sarana Retorika Bentuk Sarana Retorika yang terdapat pada novel Hujan sebagai berikut: 1) Repetisi Gaya bahasa repetisi atau perulangan yang dibahas dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu repetisi, paralelisme, dan anafora. a. Repetisi Repetisi merupakan gaya bahasa yang menyatakan perulangan dalam kelompok kata yang sama, perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat. Pada novel Hujan karya Tere Liye terdapat kutipan yang mengalami pengulangan sebagai berikut : Kapsul kereta gelap total. Penumpang semakin tidak terkendali, berseru-seru, saling menyikut, berusaha berdiri. (Liye, 2016:20). b. Paralelisme Paralelisme adalah sebuah teknik berbicara, bertutur, atau berekspresi yang banyak dipakai dalam berbagai ragam bahasa (Nurgiyantoro, 2014:252). Pada novel Hujan karya Tere Liye terdapat kutipan yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama, yakni sebagai berikut : Apa yang berlebihan? Sepuluh tahun terakhir kita sudah mengalami krisis air bersih. Catat, enam puluh persen penduduk bumi kesulitan mendapatkan air bersih. Itu berarti enam miliar orang, dan terus bertambah. Di negara tertentu, air bersih memicu perang saudara. Catat, kita juga terus mengalami krisis energi sejak sumber fosil habis... (Liye,2016:15). b. Anafora Tarigan (2013:184) menyebutkan bahwa Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. Pada novel Hujan karya Tere Liye terdapat kutipan yang mengalami pengulangan kata di awal kalimat, yakni sebagai berikut : Kamu tahu, Lail, tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian (Liye, 2016:228). 2) Pengontrasan Gaya bahasa pengontrasan atau pertentangan dibagi menjadi tiga macam, yaitu hiperbola, litotes, dan paradoks. a. Hiperbola Hiperbola merupakan ungkapan yang melebih-lebihkan suatu keadaan dengan maksud tertentu. Pada novel Hujan karya Tere Liye terdapat kutipan yang pelebihan atau pengecilan sesuatu dari fakta yang sebenarnya, yakni sebagai berikut : Gadis itu menurut, mengenakannya. Sementara belalai robot kembali ke posisinya. Lantai pualam kembali menutup, seolah tidak pernah ada lubang merekah di atasnya satu detik lalu (Liye, 2016:7). b. Litotes Litotes merupakan ungkapan yang menyatakan sesuatu lebih rendah atau dikecilkan dari keadaan yang sebenarnya dengan tujuan untuk merendahkan diri. Pada novel Hujan karya Tere Liye terdapat kutipan yang merendahkan suatu keadaan yang sebenarnya dengan tujuan untuk merendahkan diri, yakni sebagai berikut. Ibu Esok mendongak, menatap langit mendung. Semoga paceklik bahan pangan tidak lama. Ibu senang sekali kalian bersedia menemani orang tua ini (Liye, 2016:204). c. Paradoks Paradok merupakan majas yang menghadirkan unsur pertentangan secara eksplisit dalam sebuah penuturan. Pada 22 J u r n a l L i t e r a s i

novel Hujan karya Tere Liye terdapat kutipan yang mengalami pertentangan secara eksplisit dalam sebuah penuturan, yakni sebagai berikut : Antrean di toko-toko mengular panjang, harga bahan pangan selangit, stok amat terbatas marinir harus turun tangan menjaga gudang-gudang bahan pangan (Liye, 2016:214).. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam novel Hujan karya Tere Liye, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Bentuk stilistika yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye terdapat dua bentuk, yaitu bentuk stilistika berdasarkan bahasa figuratif (majas perbandingan dan majas pertautan) dan bentuk stilistika berdasarkan sarana retorika (repetisi dan pengontrasan). 1) Stilistika Berdasarkan Bahasa Figuratif Bahasa figuratif (figurative language, figures of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjukkan pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya. Bentuk bahasa figuratif dalam novel Hujan karya Tere Liye yaitu majas perbandingan dan majas pertautan. a. Bahasa Figuratif Berdasarkan Majas Perbandingan Majas perbandingan yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye yaitu majas simile, metafora, dan personifikasi. Tetapi, yang lebih mendominasi yaitu majas personifikasi sebanyak 13 buah. Penulis sangat lihai dalam menggunakan majas perbandingan, sehingga karya yang dihasilkan memberikan rasa penasaran di hati pembaca. Penggunaan majas perbandingan dalam sebuah karya sastra sangat penting untuk memberikan efek keindahan karena di dalamnya membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain melalui ciri-ciri yang dimiliki keduanya. b. Bahasa Figuratif Berdasarkan Majas Pertautan Majas pertautan yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye yaitu majas metonimia dan sinekdoki. Majas pertautan yang mendominasi novel Hujan yaitu majas sinekdoki sebanyak dua buah. Penggunaan majas pertautan sering kali kita temukan dalam sebuah karya sastra yaitu majas yang di dalamnya memiliki hubungan yang dekat antara makna yang sebenarnya dimaksudkan dengan apa yang secara konkret dikatakan oleh pembicara. Dengan mengatakan sebagian dari keseluruhan, pendengar akan langsung mengerti dengan apa yang dimaksud si pembicara. Tetapi, majas pertautan dalam novel Hujan tidak banyak digunakan, karena penulis lebih senang menyatakan sesuatu secara langsung tanpa menyatakan sebagian dari keseluruhannya. 2) Stilistika Berdasarkan Sarana Retorika Sarana retorika (figures of speech), sering dikenal dengan sebutan gaya bahasa. Artinya, suatu bentuk penuturan yang sengaja digayakan untuk memperoleh efek tertentu di hati pembaca. Bentuk sarana retorika dalam novel Hujan karya Tere Liye yaitu gaya bahasa repetisi dan pengontrasan. a. Sarana Retorika Berdasarkan Repetisi Bentuk repetisi atau pengulangan yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye yaitu repetisi, paralelisme, dan anafora. Dalam novel ini yang lebih mendominasi yaitu gaya bahasa repetisi sebanyak empat buah. Penggunaan bentuk repetisi dalam sebuah karya sastra sengaja ada untuk memperindah dalam penuturan. Sehingga bentuk yang mengalami repetisi atau pengulangan akan membangkitkan efek retoris dan efek estetis. c. Sarana Retorika Berdasarkan Pengontrasan Bentuk pengontrasan yang terdapat dalam novel Hujan karya Tere Liye yaitu hiperbola, litotes, dan paradoks. Dalam novel ini yang lebih mendominasi yaitu gaya bahasa hiperbola dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebanyak 10 buah. Hadirnya gaya bahasa pengontrasan dalam sebuah karya sastra sengaja ada untuk memberikan maksud secara 23 J u r n a l L i t e r a s i

berbalikan dengan sesuatu yang sebenarnya dimaksudkan oleh penutur atau sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama. Aminudin. 2000. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo. Fathurrohman dan Sobry S. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:PT. Refika Aditama Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hidayat, K. 2001. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: CV. Trimitra Mandiri. Keraf, G. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Keraf, G. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. Liye, T. 2016. Hujan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Nazir, M. 2013. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Nurgiyantoro, B. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nurgiyantoro, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Pujiharto. 2012. Pengantar Teori Fiksi. Yogyakarta: Ombak. Rahardi, K. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Erlangga Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: C.V. Karyono Ratna, N.K. 2009. Stilistika,kajian puitika bahasa, sastra dan budaya.yogyakrta: Pustaka Pelajar. Ratna, N.K. 2013. Teori, Metode, dan Teknik: Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Stanton, R. 2012. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, H.G. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. 24 J u r n a l L i t e r a s i