A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM) dalam perekonomian Indonesia pada dasarnya sudah besar sejak dulu. Sektor UMKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor UMKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi krisis ekonomi 1998, hanya sektor UMKM yang bertahan sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Di sisi lain, era krisis juga telah melahirkan kesadaran baru baik masyarakat maupun pemerintah akan pentingnya sektor UMKM maupun sektor informal (Nurseto, 2004). Ini menunjukkan bahwa UMKM mempunyai kekuatan untuk dapat menyesuaikan dalam situasi bisnis dan mampu menjalankan bisnis dalam kondisi apapun Kowanda, 2009). (Siringoringo, Prihandoko, dan Faktor yang menyebabkan UMKM dapat bertahan saat krisis ekonomi yaitu tidak memiliki utang luar negeri atau utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable, transaksi menggunakan mata uang rupiah (Irjayanti & Aziz, 2012). Dengan kata lain kesulitan dalam mengakses pinjaman modal menjadikan kekuatan bagi UMKM untuk bertahan pada kondisi krisis. Aktualitas dari penelitian ini adalah sektor UMKM merupakan alternatif bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2012 sumbangan UMKM terhadap produk domestik bruto mencapai 59,08%. Sumbangan UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16%. Sedangkan jumlah UMKM sebanyak 56.534.592 unit atau sekitar 99,99 % dari seluruh total unit usaha. Fakta ini menunjukkan bahwa UMKM berperan penting dalam mendorong peningkatan pendapatan masyakat dan peningkatan ekonomi daerah. Di Yogyakarta sangat potensial untuk dikembangkan UMKM mulai dari pangan hingga non pangan yang tentunya akan memberikan kontribusi yang signifikan baik perekonomian tingkat lokal maupun nasional. Selain itu Yogyakarta juga dikenal sebagai kota wisata dan kota pelajar. Hal tersebut dapat dijadikan acuan 1
sebagai konsumen potensial. Oleh karena itu para pelaku UMKM perlu didorong dan dikembangkan agar menjadi penggerak roda ekonomi yang tangguh. UMKM mempunyai peranan yang sentral dalam perekonomian Indonesia namun kebijakan pemerintah maupun pengaturan yang mendukungnya sampai sekarang dirasa belum maksimal. Demikian juga kebijakan yang diambil yang cenderung berlebihan namun tidak maksimal hingga kebijakan menjadi kurang komprehensif dan kurang fokus akibatnya pengembangan UMKM menjadi kurang maksimal. Begitu juga dengan pembangunan Pusat Kuliner Belut pad akhir tahun 2013 yang belum mampu mencapai tujuan sehingga perlu adanya evaluasi. Pembangunan Pusat Kuliner Belut yang diprakarsai oleh Dinas Pasar Sleman dengan tujuan utama untuk meningkatkan perekonomian lokal. Selain itu konsep pembangunan Pusat Kuliner Belut ini sebagai wadah pemasaran makanan olahan dari belut sehingga dapat meningkatkan nilai estetika pasar tradisonal yang menyediakan makanan khas Godean. Godean pun dikenal sebagai sentra industri keripik belut sejak puluhan tahun lalu. Sehingga diharapkan adanya pembangunan ini mampu memberikan manfaat bagi pelaku usaha untuk memasarkan produk olahan belut dan mengembangkan usaha sehingga dapat meningkatkan perekonomian lokal. Banyak masalah atau kendala dalam pengembangan UMKM di Pusat Kuliner Belut saat ini. Pemanfaatan diversifikasi dan inovasi produk masih rendah. Kondisi ini menyebabkan persaingan semakin ketat dimana pelaku usaha harus bersaing dengan produsen yang memproduksi produk yang sama. UMKM di Pusat Kuliner Belut memproduksi keripik belut segara seragam belum ditemukan adanya pengembangan produk. Padahal pembangunan Pusat Kuliner Belut ini diharapkan menjadi wisata kuliner khusus belut yang menyediakan berbagai makanan olahan belut. Perilaku produsen pun belum berubah yang hanya sebagai pengikut fenomena pasar. Kemampuan untuk mengembangkan sumber daya manusia masih sangat terbatas meskipun Dinas Perikanan telah memfasilitasi dengan berbagai program kegiatan. 2
Masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh UMKM membuat kemampuan UMKM pangan berkiprah dalam perekonomian nasional tidak dapat maksimal. Berbagai masalah tersebut tentunya akan berbeda tergantung dari jenis dan karaketristik usahanya. UMKM di Pusat Kuliner Belut yang mengolah keripik belut mempunyai masalah mulai dari bahan baku hingga proses pemasaran. Oleh karena itu pengembangan UMKM tidak hanya dibebankan kepada pemerintah namun seluruh stakeholders harus ikut berperan aktif. UMKM harus berpartisipasi dalam mengembangkan usahanya sendiri (Setyaningsih, 2012). Selain itu dukungan juga diharapkan datang dari ketua ASPIN, ketua Paguyuban, akademisi (perguruan tinggi), Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman khususnya Dinas Pasar, Dinas Perikanan, dan Dinas Peridakop. Universitas mempunyai peran dalam meningkatkan kesadaran berwirausaha dan mengembangkan motivasi pelaku UMKM. Selain itu Universitas dapat membantu pelaku usaha melalui penyampaian pengetahuan dan teknologi khusunya dalam pengembangan produk. Dengan harapan UMKM mampu menambah kapasitas yang lebih besar, memperpendek waktu produksi, kualitas yang lebih baik, konsisten, produktif, efisien dan tentunya mampu berkompetisi. Dengan keterbatasan pendidikan sudah pasti UMKM membutuhkan bantuan dari Universitas dan Pusat Riset dalam memberikan rekomendasi atau menjawab permasalahan seputar menjalankan usaha bisnis (Hamdani & Wirawan, 2012). Sementara itu, peran utama yang harus dilakukan pemerintah adalah khususnya Dinas Pasar, Dinas Perikanan, dan Dinas Perindakop Kabupaten Sleman Yogyakarta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Hamdani dan Wirawan (2012) yang menyatakan bahwa pemerintah mempunyai peran dalam membuat kebijakan dan membuka akses bagi universitas, pusat riset, atau lembaga non profit untuk mengakses data dalam penelitian pengembangan UMKM. Hal ini pun dikuatkan oleh Poter dalam penelitian Sudjamoko dan Wahyudi (2011) ekonomi model baru menekankan bahwa pembangunan ekonomi merupakan proses kolaborasi yang melibatkan pemerintah pada berbagai tingkatan, produsen, litbang, dan lembaga-lembaga lainnya. 3
Fokus penelitian ini lebih kepada faktor-faktor yang dipentingkan pada proses pemberdayaan UMKM dan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil oleh Dinas Pemerintah untuk mengembangkan UMKM, serta evaluasi pembangunan Pusat Kuliner Belut terhadap peningkatan perekonomian di Pusat Kuliner Belut. Selain itu penelitian tentang formulasi strategi pengembangan UMKM di Pusat Kuliner Belut belum banyak dilakukan. Pendekatan multiple criteria decision making (MCDM) sangat cocok digunakan dalam strategi pengembangan UMKM dimana akan dilibatkan banyak kriteria dan cara pandang yang berbeda dari para pengambil keputusan (Tsai dan Kuo, 2011). Sedangkan menurut (Tsai et al 2011) model MCDM telah digunakan secara luas untuk menyelesaikan masalah multicriteria. Metode MCDM yang digunakan terdiri dari Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL), Analytical Network Process (ANP), The VIseKriterijumska Optimizacika I Kompromisno Resenje (VIKOR). Sebelum memformulasikan strategi, pertama-tama dilakukan identifikasi kriteria (masalah) yang dihadapi oleh UMKM dengan metode Delphi. Setelah kriteria teridentifikasi maka dilakukan penentuan hubungan keterkaitan antar kriteria untuk membentuk jaringan menggunakan metode DEMATEL. Metode DEMATEL digunakan untuk mengetahui hubungan antar kriteria untuk membangun struktur jaringan. Selain itu metode ini juga berfungsi untuk menilai kekuatan dari hubungan antar kriteria yang dibentuk (Tsai dan Kuo 2011). Model jaringan yang dibentuk dari metode DEMATEL selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perbandingan berpasangan pada tahapan ANP. Metode ANP disini digunakan untuk mencari nilai bobot seluruh kriteria. ANP memuat seluruh kriteria yang bersangkutan dan melakukan pembobotan dari model jaringan yang mengandung hubungan keterkaitan antar tersebut (Tsai dan Kuo 2011). Hasil pembobotan dari metode ANP akan digunakan sebagai input metode VIKOR dengan kata lain penyusunan strategi berdasarkan kriteria yang dipertimbangkan pada hasil metode sebelumnya. VIKOR adalah metode yang dikembangkan untuk optimasi multi kriteria dari suatu sistem yang komplek. 4
Metode ini fokus pada perangkingan dan pemilihan solusi alternatif oleh penggunaan sejumlah faktor yang bertentangan (Tsai dkk, 2011). B. Rumusan Masalah 1. Apa masalah yang dihadapi oleh UMKM Pusat Kuliner Belut? 2. Apakah antar masalah mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain? 3. Berapa bobot masalah yang dihadapi UMKM Pusat Kuliner Belut? 4. Rekomendasi strategi pengembangan UMKM Pusat Kuliner Belut seperti apa yang penting untuk diterapkan? C. Tujuan Penelitian Merekomendasikan strategi pengembangan UMKM di Pusat Kuliner Belut dengan tahapan: 1. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi UMKM di Pusat Kuliner Belut menggunakan metode Delphi. 2. Menentukan hubungan keterkaitan antar masalah menggunakan metode DEMATEL. 3. Membobotkan dan menentukan masalah krusial yang dihadapi UMKM Pusat Kuliner Belut menggunakan metode ANP. 4. Memilih rekomendasi strategi pengembangan UMKM menggunakan metode VIKOR. D. Batasan Penelitian 1. Pemilihan kriteria berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang didukung dengan studi pustaka. 2. UMKM yang digunakan sebagai objek penelitian adalah UMKM di Pusat Kuliner Belut Godean yang hanya memproduksi keripik belut. 3. Responden dalam penelitian ini adalah akademisi, ketua Paguyuban Harapan Mulya, Ketua ASPIN, Dinas Perikanan Kabupaten Sleman, Dinas Pasar Kabupaten Sleman, Dinas Perindakop Kabupaten Sleman, pelaku UMKM itu sendiri. 5
4. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data ANP adalah superdecisions. E. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah memberikan rekomendasi bagi pelaku usaha, pemerintah daerah, maupun mediator (seperti perguruan tinggi atau lembaga mandiri) untuk mengembangkan UMKM di Pusat Kuliner Belut. Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam mengembangkan usaha agar lebih kompetitif. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana strategi pengembangan UMKM di masa depan. Sedangkan bagi mediator hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk menjadi mentor atau bagi universitas yang perhatian terhadap pengembangan UMKM di Indonesia. 6