BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka, silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan ekonomi yang tengah berjalan. Peliknya persoalan yang timbul akibat krisis justru menguji ketahanan masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar mengingat bahwa dampaknya justru menyerang bagian-bagian vital dari kehidupan rakyat khususnya kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Hasil survey yang dilakukan Bank Dunia bekerjasama dengan Ford Foundation dan Badan Pusat Statistik (September-Oktober 1998) menegaskan bahwa tiga persoalan utamanya dalam pembangunan ekonomi yakni pengangguran, hilangnya penghasilan, serta kesulitan memenuhi kebutuhan pokok oleh masyarakat ditempatkan sebagai persoalan prioritas atau harus segera mendapatkan penyelesaian. Ditengah kesibukan pemerintah dalam merumuskan langkah alternatif menghadapi krisis ekonomi, harapan yang lebih menjanjikan justru timbul dari sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Terlebih di era globalisasi sekarang pengembangan UMKM menjadi suatu hal yang krusial mengingat UMKM mempunyai peranan yang demikian penting untuk 1
pertumbuhan ekonomi sebuah negara termasuk di negara Indonesia (Husband and Purnendu, 1999; Tambunan, 2005). Besarnya peran UMKM ini mengindikasikan bahwa UMKM merupakan sektor usaha dominan dalam menyerap tenaga kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan Kementrian Koprasi dan UKM pada tahun 2005-2009 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempekerjakan 452.223.754 Tenaga kerja di Indonesia yag dimana usaha mikro mempekerjakan 81,07 persen, usaha kecil mempekerjakan 10,67 persen dan usaha menengah mempekerjakan sebanyak 5,12 persen. Ini berarti bahwa UMKM mempekerjakan sebanyak 96,85 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia. Gambar: 1.1 Perkembangan Data UMKM 2
Dalam perekonomian Indonesia dunia usaha merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan bagian dari dunia usaha, memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Oleh karena dalam perekonomian nasional UMKM dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan perekonomian seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, akselerasi perekonomian di pedesaan, peningkatan ekspor non migas dan peningkatan di sektor perekonomian lainnya. Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bentuk pelaku ekonomi rakyat kecil. Perekonomian rakyat kecil diartikan sebagai pelaku ekonomi dengan pemilikan aset yang sedikit, skala usaha kecil dan tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga kurang memiliki akses dalam kegiatan ekonomi yang sedang berkembang. Keadaan ekonomi dan pemilikan aset yang terbatas ini menyebabkan sulitnya memperoleh akses terhadap sumberdaya modal sehingga tidak dapat meningkatkan usaha pada bidang yang sesuai dan menguntungkan apalagi dalam keadaan pasar yang semakin kompetitif. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan sektor UMKM pemerintah Indonesia sebenarnya telah memberikan kemudahan kepada pengusaha kecil dalam rangka memperoleh modal dengan bantuan kredit, salah satunya adalah kebijaksanaan yang mengharuskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan menyisihkan keuntungannya sebesar 2% dari laba bersihnya untuk membantu permodalan bagi usaha kecil dan koperasi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab 3
sosial perusahaan. CSR adalah tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan (Nursahid, 2006). Dukungan BUMN terhadap sektor usaha kecil terdapat pada Keputusan Menteri BUMN yaitu PER-05/MBU/2007. Dalam PER- 05/MBU/2003 penyelenggaraan derma sosial BUMN dilakukan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang tidak hanya mengejar keuntungan, melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Hal ini dilakukan dalam rangka menjadikan usaha kecil sebagai tulang punggung ekonomi pasca krisis. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang, maka dalam kaitannya dengan pengertian kemitraan terdapat tiga unsur utama, yaitu: Pertama, unsur kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar. Kedua, unsur kewajiban pembinaan dan pengembaang oleh pihak usaha menengah dan besar. Kewajiban ini haruslah jelas agar arah pembinaan akan lebih transparan dan terbuka (Tidak sembunyi-sembunyi). Ketiga, unsur saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Unsur yang ketiga ini lebih merupakan pertimbangan demi masa depan, yaitu hakekat pembangunan pada perinsipnya harus dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkucuali. Kemitraan menurut undang-undang baru, terjadi bila terpenuhi ketiga unsur tersebut. Yang dalam artian kata bahwa salah satu dari pihak kemitraan itu tidaklah setara baik ditinjau dari besar kecilnya usah maupun dilihat dari kewajiban pembinaan dan 4
pengembangan serta suatu keadaan yang diinginkan, yaitu saling memerlukan dan saling memperkuat. Program kemitraan yang dilaksanakan ini merupakan salah satu cara untuk memberikan peluang bagi UMKM mengembangkan usahanya. Kerja sama antara Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan BUMN merupakan salah satu cara untuk memberdayakan UMKM dengan tujuan meningkatkan produksi, memperluas kesempatan kerja, mengakses sumber permodalan, menyerap pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam konsep ini kemitraan adalah suatu pembinaan strategis yang dapat memberikan peluang kepada usaha kecil, sehingga dapat menjadi salah satu penggerak pembangunan ekonomi yang tangguh, mandiri dan memiliki daya saing. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah ibarat direktur pengembangan usaha Indonesia yang mempunyai tanggung jawab memaksimalkan pendapatan nasional melalui 142 BUMN (2009) diberbagai sektor yang dikelolanya. BUMN telah menyalurkan dana PKBL sebesar RP 9,639 Triliun dengan jumlah mitra binaan 653 ribu unit dan mitra binaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Realisasi penyaluran dana PKBL dari tahun 2007-2009 di sajikan dalam tabel 1. Tabel 1.1 Realisasi Penyaluran Dana PKBL BUMN Tahun 2007-2009 NO Uraian 2007 2008 2009 1 Pinjaman 584,36 1.194,23 1.312,58 2 Hibah 72,73 105,66 197,10 3 Bina Lingkungan 369,84 417,94 462,02 5
Total 1.026,93 1.717,83 1.971,70 Sumber: www.pkbl.go.id (*dalam milyar) Dari tabel 1, terdapat 5 BUMN penyaluran PKBL terbesar adalah PT.Pertamina (Persero), PT. Bank BRI (Persero) Tbk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Jasa Raharja (Persero) dan PT.Telkom (Persero) Tbk. Total penyaluran dari kelima BUMN tersebut telah mencapai 2,76 triliun dari total penyaluran nasional sebesar 9,693 triliun atau sekitar 28,47%. Realisasi penyaluran dana PKBL selama 2004-2009 diserap oleh sektor perdagangan sebesar 38%, sektor industri 22%, peternakan dan perikanan 10%, perkebunan dan pertanian sebesar 9%, sektor jasa 19% dan sektor lainnya sebesar 2%. Bila melihat data tersebut bahwa sektor pertanian dan perkebunan memiliki posisi urut terkecil setelah sektor lainnya. Dari data di atas PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) merupakan salah satu perusahaan BUMN yang menjalankan PKBL. PKBL ini dijalankan Telkom khususnya di unit CDC (Comunity Developmen Center) adalah antara lain pemberian dana bergulir kepada UMKM dalam Program Kemitraan dan juga bantuan yang bersifat hibah/charity dalam Program Bina Lingkungan. Dimana dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, diperlukan partisipasi BUMN untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan sekitarnya melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina 6
lingkungan. Keberhasilan Telkom dalam menyalurkan dana kepada pengusaha kecil melalui program kemitraan, tidak akan berarti apabila kelancaran pengembalian kredit tidak diperhatikan. Unit CDC (Comunity Development Center) selaku unit yang mengelolah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang memberikan kredit dana bergulir kepada UMKM PT.Telkom. Seiring berjalannya program ini maka unit CDC selalu di hadapi dengan permasalahan pengembalian kredit dari mitra binaan, hal ini terlihat dari data jumlah mitra binaan PT.Telkom pada tahun 2010-2011 yaitu sebanyak 1937 mitra yang dimana alokasi dana PKBL yang di keluarkan PT.Telkom adalah 63 Milyar untuk semua daerah (Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Tangerang, Bogor dan Bekasi) dengan piutang pengembalian yang macet dan dihapuskan (write off) mencapai sekitar 16,7 % Berdasarkan permasalahan yang terjadi penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang faktor yang mempengaruh pengembalian kredit yang dialamin Mitra Binaan PT.Telkom khususnya Mitra Binaan di Jakarta Barat. Baik itu dari sudut pandang Mitra Binaan itu sendiri (Internal) mau pun Perusahaan terutama unit CDC (Eskternal). Maka dari itu penulis ingin mengankat permasalahan ini dalam bentuk Laporan Magang untuk nilai skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PENGEMBALIAN KREDIT UMKM DALAM PROGRAM KEMITRAAN MELALUI PENDEKATAN METODE LOGIT (Studi Kasus: PT. 7
Telkom Area II Jakarta & Banten Khususnya Telkom Jakrta Barat). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang tertera di atas maka, penulis ingin mengakat perumusan masalah ini adalah: 1. Bagaimana Identifikasi Karakteristik Mitra Binaan PT.Telkom Area II Jakarta & Banten khususnya di daerah Jakarta Barat? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit pada program kemitraan PT. Telkom Area II Jakarta & Banten? 3. Bagaimana pendekatan dari hasil faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada program kemitraan PT. Telkom Area II Jakarta & Banten dengan teori yang ada? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi Karakteristik Mitra Binaan PT.Telkom Area II Jakarta & Banten khususnya di daerah Jakarta Barat. 2. Menganalisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian dalam Program Kemitraan PT.Telkom Area II Jakarta & Banten khususnya pada Mitra Binaan di daerah Jakarta Barat. 3. Memjelaskan pendekatan teori yang di hasilkan terkait dengan faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada program kemitraan PT.Telkom Area II Jakarta & Banten. 8
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi: 1. Bagi Mitra Binaan PT.Telkom Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa informasi dan masukan yang berguna bagi Mitra Binaan PT.Telkom Indonesia untuk menyelesaiakn masalah yang terjadi. 2. Bagi Perusahaan PT.Telkom Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Telkom khususnya pada Unit CDC (Community Development Center) selaku pengelola Program kemitraan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan pengembangan program kemitraan yang merupakan salah satu program CSR Telkom, yang diberikan kepada pengusaha kecil. 3. Bagi Pembaca Diharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan baik dalam kegiatan studi maupun dalam dunia kerja nantinya. 4. Bagi Ilmu Pengetahunan Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan refernsi dan pertimbangan dalam melakukan penelitian sejenis. Dengan harapan hasil yang peroleh dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh penelitian selanjutnya. 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada Daerah Telekomunikasi (Datel) Jakarta Barat yang merupakan salah satu Datel pada PT. Telkom Indonesia regional area II Jakarta. Pemililhan Datel Jakarta Barat ini didasarkan pada masukan yang diperoleh oleh pegawai program kemitraan PT. Telkom Indonesia Regional area II Jakarta khususnya Unit CDC (Community Development Center). Selain itu, pemilihan Datel Jakarta Barat ini didasarkan karena penjangkauan untuk observasi lebih dekat dan pembagian tugas selama proses magang serta akses untuk penelitian lebih mudah. 10