I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

dokumen-dokumen yang mirip
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

BISNIS BUDIDAYA KARET

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PENANAMAN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSIAPAN LAHAN Pundu Learning Centre

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. keserasian tanah dengan faktor-faktor curah hujan, penyebaran hujan, dan deficit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. MATERI DAN METODE

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Ekologi Padang Alang-alang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG

LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN REPLANTING BGA Nomor :

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan

Tujuan Intruksional Khusus:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB I. PENDAHULUAN A.

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

KAPASITAS KERJA PENGOLAHAN TANAH Oleh: Zulfikar, S.P., M.P

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

3. MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAT PENGOLAHAN TANAH SECARA MEKANIS 10

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan. Perkebunan merupakan sektor yang strategis bila dilihat dari tingkat

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

II. TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

III. MATERI DAN METODE

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan biofuel mengakibatkan kebutuhan komoditas tersebut melambung tinggi. Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Tahun 2010 wilayah Sumatera merupakan yang terbesar yaitu sebesar 5.892.707 ha atau 76,46% dari total areal perkebunan kelapa sawit nasional. Di wilayah ini provinsi Riau tercatat memiliki areal terbesar yaitu 1.815.313 ha dan selanjutnya diikuti provinsi Sumatera Utara seluas 1.142.395 ha. Wilayah lainnya yang juga memiliki areal perkebunan kelapa sawit cukup besar adalah Kalimantan seluas 1.549.275 ha (19,80%). Dengan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 791.667 ha, Kalimantan Tengah tercatat sebagai yang terbesar di Kalimantan, kemudian disusul oleh Kalimantan Barat seluas 532.034 ha. Keberhasilan penanaman kelapa sawit dengan produktivitas tinggi berkaitan erat dengan pertumbuhan atau vegetatif tanaman di lapangan. Keragaan vegetatif tanaman tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni lingkungan, perlakuan, serta sumber daya manusia sebagai pengelola. Perkembangan industri kelapa sawit sudah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan permintaan pasar akan komoditi ini semakin besar. Para pelaku industri ini harus terus melakukan perbaikan serta melakukan inovasi dalam pelaksanaan teknis budidaya.

Salah satu teknis budidaya tersebut adalah dengan teknis pembuatan lubang tanam secara mekanis menggunakan alat yang disebut Excavator. B. Perumusan Masalah Keterbatasan tenaga kerja pada saat penanaman dalam mengembangkan sawit (Elaeis guineensis Jacq) membuat para pengusaha menerapkan mekanisasi pada saat penanaman. Mekanisasi adalah penggunaan mesin dalam kegiatan kultur teknis tanaman. Pada pembuatan lubang tanam alat yang digunakan adalah Excavator. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam usaha perkebunan pengusaha juga menerapkan mekanisasi pada kegiatan kultur teknis perkebunan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka para pengusaha perkebunan menerapkan mekanisasi sehingga dapat meningkatkan efektivitas hasil kinerja karyawan pada kegiatan tanaman ulang (replanting) khususnya pada saat pembuatan lubang tanam (holling). Penggunaan Excavator memiliki beberapa keunggulan daripada secara manual menggunakan tenaga kerja manusia dengan alat cangkul. Beberapa keunggulannya tersebut adalah : kedalaman lubang tanam sesuai dan seragam, kualitas lubang tanam lebih terjamin, tenaga lebih efisien dan lebih cepat serta pengawasannya mudah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu diadakan penelitian/pengkajian tentang efektifitas dan efisiensi penggunaan mekanisasi dan manual pada pembuatan lubang tanam kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui biaya yang digunakan dalam pembuatan lubang tanam kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) secara mekanis dan manual.

D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi tentang kajian biaya pembuatan lubang tanam kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) secara mekanis dan manual.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyiapan Lahan Sebelum memulai penanaman, lokasi harus di survei terlebih dahulu untuk mengenal kondisi lahan dan titik penting seperti areal rendahan, bukit, dan lain-lain. Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu dilakukan identifikasi vegetasi yang ada pada lahan tersebut (Hartanto, 2011). Penilaian kesesuaian lahan ditujukan terhadap setiap Peta Satuan Tanah (SPT) yang ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka sifat fisik lingkungan suatu areal wilayah dirinci ke dalam suatu kualitas tanah. Karakteristik lahan yang diperlukan penilaian lahan untuk kelapa sawit meliputi curah hujan, jumlah bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut, bentuk daerah atau lereng, kandungan batuan atau bahan kasar di dalam dan di permukaan tanah, kedalaman efektif tanah atau kedalaman gambut, tekstur tanah, kelas drainase, dan tingkat pelapukan gambut (Hartanto, 2011). Dari data yang ada maka dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual, manual-mekanis, atau secara mekanis saja. Pembukaan areal perkebunan kelapa sawit pada daerah alang-alang dapat dilakukan dengan cara mekanis dan chemis, secara mekanis dilakukan dengan membajak dan menggaru, secara chemis dilakukan dengan menyemprot alangalang dengan racun (Hartanto, 2011). Metode pembukaan lahan yang sebaiknya dilakukan adalah pembukaaan lahan tanpa bakar, karena dengan cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelanggaran membakar hutan (Hartanto, 2011).

Selain itu alasan menggunakan metode tanpa bakar adalah : 1. Mempertahankan kesuburan tanah 2. Menjamin pengembalian unsur hara 3. Mencegah erosi permukaan tanah 4. Membantu pelestarian lingkungan Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit memerlukan rencana yang matang. Penentuan lokasi harus dipertimbangkan secara masak-masak. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit harus mempertimbangkan berbagai aspek, tidak hanya keuntungan ekonomi semata. Akan tetapi, pembukaan lahan juga harus memandang segi ekologis. Perkebunan kelapa sawit harus ramah lingkungan. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Menurut Putranto ada beberapa jenis pembukaan lahan yang dapat diterapkan, diantaranya : 1. Pembukaan lahan baru Pembukaan lahan baru adalah pembukaan lahan/kebun kelapa sawit dengan cara mengubah hutan primer, hutan sekunder, semak belukar, atau areal yang ditumbuhi lalang. Pembukaan lahan, terutama hutan harus hati-hati dan dilaksanakan sesuai aturan dan undangundang yang berlaku. Pembukaan lahan baru akan lebih bermanfaat bila lahan yang digunakan semula adalah lahan kritis. 2. Konversi Konversi adalah penanaman kelapa sawit pada areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa, atau komoditas tanaman perkebunan lainnya. Konversi tidak membuka lahan baru, tetapi hanya mengganti jenis tanaman menjadi kelapa

sawit. Konversi biasa dilakukan jika tanaman sebelumnya kurang menghasilkan keuntungan sehingga berubah ke jenis tanaman lain yang lebih menguntungkan. 3. Replanting Replanting merupakan pembukaan perkebunan untuk kelapa sawit disebuah areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit. Hal ini biasa dilakukan jika kelapa sawit yang sebelumnya kurang produktif atau sudah berumur tua sehingga produktivitas menurun. Oleh karena itu, agar bisa produktif kembali, tanaman kelapa sawit yang lama perlu dibongkar dan diganti dengan tanaman kelapa sawit yang baru. Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap. Namun yang terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi. B. Persiapan Tanam Jenis-jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b) Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan (c) Penanaman kelapa sawit. 1. Pengajiran Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat-tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian,

tanaman mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda (Hartanto, 2011) Pemancangan dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah direncanakan. Selain itu, pemancangan juga digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan penanaman kacang-kacangan penutup tanah. Bahan dan alat yang diperlukan untuk melakukan pemancangan berupa kompas, kayu pancang (pancang induk dan anak pancang), bendera, parang, meteran, tali rami/sling besi untuk jarak tanam antar pokok dalam barisan utara-selatan 9,20 m (1 buah), serta jarak tanam antarbaris timur-barat 7,96 m (2 buah). Pada areal pembukaan baru, pekerjaan memancang dilaksanakan setelah seluruh kayu dirumpuk/stacking di gawangan dan blocking dilakukan, tetapi sebelum dilakukan penanaman kacang-kacangan penutup tanah. Pada areal peremajaan, pekerjaan pancang titik tanaman dilaksanakan setelah seluruh pokok tanaman lama (kelapa sawit/karet/kakao) sudah ditumbangkan, dicincang dan dirumpuk ke gawangan yang sudah ditentukan (Pahan, 2008). Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m x 9 m x 9m. Dengan sistem segitiga sama sisi ini, jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m x 9,5 m x 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk

mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih (BPM, 2010). a. Pengajiran Lahan Datar Pertama kali yang harus diperhatikan adalah amati kondisi lahan yang akan diajir (bentuk dan batas lahan, jalan utama kebun, alur sungai dan lain-lain) Bila tidak ada jalan utama dalam kebun, buat ajir kepala arah utara selatan dengan jarak sesuai yang ditentukan (mulai dari tengah lahan) Buat ajir anakan arah timur barat dengan jarak sesuai yang ditentukan (mulai dari tengah lahan) Selanjutnya tarik garis lurus ke arah timur barat disetiap ajir kepala Tarik garis lurus utara selatan disetiap ajir anakan Titik pertemuan garis, merupakan titik lubang tanam Bila ditengah kebun ada jalan utama, maka agar terlihat estetikanya oleh siapapun yang melewati jalan utama kebun, lakukan pengajiran dengan langkah sebagai berikut : Dari tepi kanan kiri jalan utama dari bagian tengah kebun tancapkan ajir kepala berjarak sekitar ½ dari jarak tanam yang ditentukan (yang penting pertumbuhan kanopi tanaman nantinya tidak keluar sampai ke jalan utama) Tarik garis utara selatan (searah jalan utama), ajir kepala sesuai dengan jarak tanam yang ditentukan Disetiap titik ajir kepala, taris garis ke arah timur barat, kemudian tancapkan ajir anakan sesuai denga jarak tanam yang ditentukan Titik pertemuan garis merupakan titik lubang tanam

b. Lahan bergelombang Pengajiran lahan bergelombang lebih sulit dibandingkan lahan datar. Diperlukan alat khusus seperti Teodolit, Waterpass, segitiga sama sisi ajir (indukan, kepala dan anakan). Karena lahannya miring, maka jarak tanam merupakan rerata air (waterpass). Meskipun sulit, pola tanam yang dilakukan harus tetap memperhatikan aspek estetika (keindahan). Langkah-langkah pengajiran pada lahan miring : Tancapkan ajir indukan ditempat paling tinggi dan dapat dilihat dari berbagai arah dilahan bawah Tarik dari ajir indukan lurus ke arah bawah kemudian tancapkan ajir. Jarak antar ajir kepala sesuai dengan jarak tanam yang ditentukan, tetapi jaraknya tetap menggunakan rerata air (waterpass) dan bukan jarak pada permukaan lahan yang miring Bila jarak tanam tidak terlalu panjang dapat menggunakan segitiga sama sisi yang terbuat dari bilah bambu. Panjang sisi sesuai dengan jarak tanam. Terus salah satu sudut segitiga tepat pada ajir indukan, kemudian atur segitiga sehingga pemberat tepat di tengah-tengah sisi bawah segitiga. Demikian seterusnya sehingga seluruh ajir kepala terisi Tempatkan sudut tepat di titik ajir kepala. Kemudian atur segitiga sedemikian rupa segitiga sehingga pemberat tepat di tengah-tengah sisi bawah segitiga. Kemudian tancapkan ajir anakan pada proyeksi ke bawah di sudut segitiga. Demikian seterusnya sehingga ajir anakan terisi

Ajir kepala dan ajir anakan merupakan tempat penanaman tanaman yang akan dibudidayakan Dengan cara ini, maka pola tanam akan terlihat teratur 2. Jenis-jenis Lubang Tanam a. Big hole Big Hole secara definisi dapat diartikan sebagai lubang besar. Maksudnya adalah proses pembuatan lubang tanam yang sesuai dengan ketentuan standart pada umumnya, kemudian mengalami modifikasi ukuran yang lebih besar dengan maksud dan tujuan tertentu yaitu pencegahan penyakit busuk pangkal batang. Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma boninense Par. Merupakan penyakit paling merusak di perkebunan kelapa sawit khususnya di Indonesia dan Malaysia. Berbagai teknk pengendalian yang ada untuk mengendalikan penyakit BPB seperti kultur teknis, perlakuan mekanis dan kimiawi tidak membuahkan hasil yang maksimal. Alternatif tindakan pengendalian untuk menanggulangi masalah G. boninense adalah dengan metode penghindaran dari infeksi sumber inokulum penyakit yakni penerapan sistem lubang tanam besar dengan memuat agen pengendali biologi dan bahan organik tandan kosong kelapa sawit. Pertumbuhan tanaman pada sistem lubang tanam besar lebih baik dibandingkan dengan lubang tanam standar. Sistem lubang tanam besar memberikan peluang sebagai metode penghindaran penyakit BPB di perkebunan kelapa sawit (Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 2008).

Gambar 1. Pembuatan lubang tanam Big Hole b. Hole In Hole Hole in Hole pada umumnya banyak diaplikasikan pada lahan gambut. Pembuatan lubang tanam yang didalamnya terdapat lubang (Hole in Hole) ini bertujuan untuk menjaga bibit agar tidak tumbang ataupun tumbuh miring (doyong). Pembuatan lubang tanam dengan teknik Hole in Hole ini dianggap cocok untuk mengatasi keadaan pasang surutnya lahan gambut. Pada tahap awal, terlebih dahulu lubang bagian atas atau lubang pertama, dibuat dengan ukuran 100 cm x 100 cm x 3 cm (persegi empat), kemudian tepat ditengah-tengah lubang pertama digali lagi lubnag tanaman yang kedua dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Lapisan tanah top soil dan sub soil diletakkan seperti halnya yang telah dilakukan pada tanah mineral (Fauzi dkk, 2008).

Gambar 2. Pembuatan lubang tanam Hole in Hole 3. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam agar mudah diperiksa jumlah maupun ukurannya, tanah cukup matang, dan tidak terburu-buru waktu tanam. Pada titik pancang dibuta lubang tanam 60 x 60 x 60 cm³. Tanah atas (top soil) hasil galian diletakkan di sebelah kanan dan sub soil di kiri. Pancang diletakkan disamping lubang. Dalam prakteknya tidak jarang terlihat lubang 1-2 hari sebelum tanam atau bersamaan waktu tanam. Hal tidak dianjurkan mengingat kesempatan untuk memeriksa kebenaran ukuran lubang sangat singkat. Bibit yang baik untuk dipindah tanam berumur 10 12 bulan dan telah dilakukan seleksi terakhirnya. Dua minggu sebelum tanam, bibit diputar agar akarnya yang menembus tanah terputus dan telah bergenerasi. Bibit dikelompokkan berdasarkan jenis persilangan dan umurnya dan ditanam di lapangan pada blok yang sama. Hal ini perlu agar keseragaman pertumbuhan pada blok diperoleh. Peta blok penanaman harus dibuat dab dikirimkan ke pembibitan untuk penempatan bibit pada baris/blok yang sesuai dan sekaligus peraturan dan lokasi bibit itu akan di turunkan. Bibit harus disiram sebanyakbanyaknya untuk mengantisipasi apabila setelah ditanam tiduk hujan beberapa hari dan untuk mengurangi kekeringan pada akar. Jumlah bibit yang akan ditanam harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja, truk penangkut, kondisi lahan, iklim dan lain-lain, agar bibit yang diangkut pada hari yang bersangkutan tertanam seluruhnya (tidak menginap) di lapangan. Sebuah truk mampu mengangkut 120 150 bibit yang berumur 12 bulan. Bibit diecer dan diletakkan disamping lubang. Kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi polibeg. Dasar polibeg

disayat dengan pisau dan bibit diletakkan di lubang. Dari samping polibeg disayat dan dilepaskan dari bibit dan diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa polibeg bibit memang sudah dibuka. Bibit diletakkan lurus ke semua arah (Lubis, 2008). Pengontrolan ukuran lubang tanam ini perlu dilakukan karena ukuran lubang tanam merupakan salah satu aspek penting dalam perkebunan kelapa sawit. Selain untuk tempat meletakkan bibit dilapangan, pembuatan lubang tanam juga bertujuan untuk menggemburkan struktur tanah sehingga proses penyerapan unsur hara yang diberikan (pupuk) menjadi lebih cepat dan mudah tersedia bagi tanaman. Sebelum membuat lubang tanam, seluruh sampah, akar-akar atau tunggul yang ada dipermukaan tanah dimana lubang tanam akan dibuat sebaiknya harus dibersihkan terlebih dahulu. Jika pada lokasi lubang tanam tersebut terdapat tunggul kayu yang tidak dapat dibongkar maka lubang tanam tersebut dapat digeser sedikit, tetapi tetap mengikuti arah barisan. Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran (90 x 90 x 60) cm panjang 90 cm, lebar 90 cm dan dalam 60 cm dengan dinding lubang tanam yang tegak lurus. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh disebelah kanan dan tanah bawah disebelah kiri lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah-tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berbeda paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras-teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun teras kolektif (Hartanto, 2011).

Tindakan yang tergesa-gesa dengan membuat lubang tanam langsung diikuti penanaman tidak dianjurkan. Selain kondisi tanah yang belum matang dan mempersulit pengontrolan ukuran lubang tanam, hal ini juga dikarenakan kualitas tanam tidak dapat diawasi dengan baik. Peralatan yang diperlukan untuk membuat lubang tanam berupa cangkul apabila pengerjaan secara manual dan Excavator apabila pengerjaan secara mekanis. a. Pembuatan lubang tanam secara mekanis dengan menggunakan Excavator. Excavator merupakan peralatan yang sangat ekonomis jika dipandang dari investasi dan capaian kinerja yang dihasilkan, terutama untuk proyek besar dalam tanaman ulang jika dibandingkan dengan melubang tanam yang memakai tenaga manual (manusia). Jika kita menggunakan tenaga manusia selain biaya upah yang lebih tinggi, kualitas lubang tanam sangatlah jauh sekali dibawah jika dibandingkan dengan kualitas lubang tanam dengan memakai excavator. Gambar 1. Excavator PC200

b. Pembuatan lubang tanam secara manual Pembuatan lubang tanam secara manual ini membuat pekerjaan tidak efisien dan efektif karena pekerjaan ini menggunakan tenaga manusia dan alat tradisional seperti cangkul. Pekerjaan pun menjadi lebih lambat, pengawasan lebih sulit dan kedalaman serta kelebaran tanah tidak seragam. Cara kerja pembuatan lubang tanam secara manual yaitu lubang tanam dapat dibuat pada garis-garis yang telah dipasang. Ukuran lubang tanam dibuat pada dasarnya bergantung pada kondisi kepadatan tanah. Lubang tanam dapat dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30cm atau umumnya menggunakan ukuran lebar cangkul. Adapun pada kondisi tanah padat, lubang tanam dapat dibuat lebih lebar, misalnya dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm (sekitar dua kali ukuran lebar cangkul). Pembuatan lubang tanaman secara manual diareal gambut dapat dibuat ganda (double hole) atau yang disebut juga dengan lubang di dalam lubang (hole in hole). Tujuan pembuatan lubang dalam lubang (hole in hole) adalah untuk mengurangi risiko terjadinya pertumbuhan tanaman yang miring ke salah satu posisi pada saat awal

perkembangannya terutama jika tanaman ditanam di atas areal bergambut sedang hingga dalam. Kemiringan tanaman dapat terjadi, karena tanaman yang masih muda belum mempunyai struktur akar yang kuat untuk memegang lapisan tanah gambut, sedangkan gambut secara lambat laun akan mengalami penyusutan pada lapisan permukaannya (Fauzi dkk, 2008). Dengan dibuatnya lubang pertama dari lubang bawah (kedua), diharapkan pada saat terjadinya penyusutan, lapisan permukaan gambut secara lambat laun yang diawali dari penyusutan lubang pertama secara alami pula akar-akar tanaman akan semakin kuat untuk memegang lapisan tanah gambut tersebut. Sekalipun penerapan metode seperti ini tidak dapat menjamin sampai 100% tanaman akan tumbuh tegak dengan baik seperti layaknya pertumbuhan tanaman pada tanah mineral, tetapi setidaknya perlakuan tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya kemiringan tanaman yang lebih besar. Miringnya pertumbuhan tanaman kelapa sawit akan memerlukan energi lebih banyak yang terbuang sia-sia hanya untuk menegakkan batangnya, sehingga hanya sebagian energi saja yang dimanfaatkan untuk keperluan produksi tanaman. Jika demikian maka akan terjadi penurunan produksi yang cukup besar (Fauzi dkk, 2008).

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara IV Pabatu Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara. Waktu pelaksanakan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Agustus 2013. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif, dengan pengumpulan data sekunder dari perusahaan PT Perkebunan Nusantara IV Pabatu di Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara dan melakukan survei langsung pelaksanaan dilapangan. C. Pengamatan Data yang akan di kumpulkan pada penelitian ini adalah : 1. Informasi kebun. 2. Teknik pembuatan lubang tanam. 3. Lubang tanam yang dihasilkan per (JKT) Jam kerja traktor (mekanis) dan lubang yang dibuat secara manual (HK/Lubang). 4. Biaya operasional. 5. Keuntungan dan kerugian lubang tanam secara manual dan mekanis.