II. TINJAUAN PUSTAKA. keserasian tanah dengan faktor-faktor curah hujan, penyebaran hujan, dan deficit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. keserasian tanah dengan faktor-faktor curah hujan, penyebaran hujan, dan deficit"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Persiapan Lahan Untuk Budidaya Karet Tiap jenis tanaman menghendaki syarat iklim tertentu bagi pertumbuhan optimalnya. Menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan erat antara keserasian tanah dengan faktor-faktor curah hujan, penyebaran hujan, dan deficit kejenuhan lengas udara. Walaupun pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan tanaman amat bergantung pada penyebarannya dan tipe tanahnya, hubungan antara curah hujan dengan produksi tanaman umumnya sangat kuat (Wijaya, 2008). Faktor tanah dan iklim sangat menetukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman karet. Produksi optimal tanaman karet dapat dicapai jika lahan (tanah dan iklim) sesuai untuk pertumbuhan karet (Siagian dkk, 2006). 1. Kriteria kesesuaian tanah a. Tekstur tanah Tekstur tanah yang baik bagi tanaman karet adalah tekstur berliat, sedangkan tanah berpasir kurang baik. Tanah dengan tekstur berliat memiliki kapasitas menahan air dan nutrisi lebih baik dibandingkan dengan tanah tekstur pasir (Wijaya, 2008) b. Kemasaman Tanah (Ph) Secara umum tanaman karet tunbuh pada tanaman masam, namun ph tanah yang ekstrim tidak kondusif untuk pertumbuhan tanaman. ph tanah dengan kisaran 4.0 sampai 6.5 merupakan kisaran ideal bagi tanaman karet. Pada ph di 5

2 bawah 3.5 pertumbuhan dan pruduktivitas sangat tertekan. Tanah sulfat masam yaitu tanah dengan lapisan sulfur menekan produksi karet. Produksi karet pada tanah sulfat masam dapat disajikan pada tabel 1 (Wijaya, 2008). Tabel 1. Produksi karet pada tanah sulfat masam. Tanah Prduksi kumulatif pada tahun sadap ke 2 Sampai ke 4 (kg/ha) RRIM 600 GT 1 Non sulfat masam (Munchong) Sulfat masam (Selangor) Sumber : Wijaya, 2008 c. Kemiringan tanah Kemiringan maksimum untuk budidaya karet adalah 15 derajat. Pada kemiringan lahan seperti ini, erosi dan aliran air pada permukaan tanah sangat tinggi. Pada lahan seperti ini perlu tambahan biaya penyiapan lahan berupa pembuatan teras. Kacangan penutup tanah perlu ditanam untuk melindungi tanah dari erosi, selain itu penambahan bahan organik dari terasan kacangan akan memperbaiki struktur tanah yang dapat meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah (Wijaya, 2008). d. Drainase Tanaman karet menghendaki drainase air yang baik. Kondisi banjir atau tegenang sangat tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Pada daerah rendahan yang sering tergenang, pertumbuhan tanaman karet tertekan sehingga terlambat matang sadap atau bahkan tidak dapat disadap sama sekali kerdil (Wijaya, 2008). 6

3 a. Kedalaman efektif Kedalaman efektif tanah yang baik adalah lebih dari 1 m dari permukaan tanah. Adanya lapisan cadas, konkresi besi air tanah yang dangkal menghambat pertumbuhan tanaman karet. Bila konkreksi bersifat lepas atau tidak berkonsolidasi pengaruhnya tidak berat, namun apabila bersifat kompak, pengaruhnya akan sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman, yang ditunjukan dengan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Perakaran tanaman karet akan tumbuh dengan baik apa bila sampai pada kedalaman 1 m dari permukaan tanah tidak dijumpai cadas/konkreksi atau air tanah (Wijaya, 2008). 2. Kriteria kesesuaian iklim a. Tinggi tempat Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada tinggi m dari permukaan laut (dpl). Pada tinggi lebih dari 200 m dari dpl, laju pertumbuhan lilit batang lebih lambat, sehingga lebih lambat dapat disadap 3-6 bulan setiap naik 200 m. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Pada ketinggian m masi mungkin mengusahakan tanaman karet. Tetapi lebih dari 600 m tidak dianjurkan (Anonim, 2010). b. Curah hujan Curah hujan minimum bagi tanaman karet adalah 1500 mm/tahun dengan distribusi merata. Secara umum tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada kisaran curah hujan mm/tahun dengan distribusi merata. Besarnya 7

4 evapotranspirasi atau kebutuhan air tanaman karet adalah setara dengan evaporasi yang diukur dengan panci kelas A atau 3 mm 5 mm per hari untuk kondisi di Indonesia Curah hujan 100 mm 150 mm akan dapat mencakupi kebutuhan air tanaman karet selama 1 bulan (Wijaya, 2008). Curah hujan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada penyadapan dan meningkatnya penyakit. Serangan penyakit gugur daun Colletotrichum yang berat terjadi pada wilayah pada dengan curah hujan diatas 300 mm/tahun. Klon karet untuk daerah dengan curah hujan yang tinggi didasarkan yang to-leran terhadap penyakit seperti klon PB 260, RRIC 100, BPM 1, dan seeri IRR (Wijaya, 2008). c. Suhu udara Menurut Wijaya (2008) suhu udara di dataran rendah daerah tropika adalah sekitar 28 derajat dan suhu udara menurun sekitar 0.6 derajat C untuk setiap kenaikan 100. Pengaruh suhu secara intensif diteliti di Cina. Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan dan produksi disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan dan produksi Suhu udara Pengaruh terhadap tumbuhan dan produksi 5 Kerusakan tanaman karena suhu rendah 10 Fotosintesis berhenti Optimum untuk aliran lateks Optimum untuk fotosintesis 35 Stomata menutup 40 Respirasi tinggi dan laju fotosintesis rendah Sumber : Wijaya,

5 d. Radiasi matahari Matahari merupakan sumber energi dalam proses asimilasi tanaman. Faktor cahaya matahari mempunyai peranan sangat besar dalam kehidupan tanaman. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap pembentukan vegetatif (pertumbuhan batang, cabang, ranting, daun, dan perakaran) maupun pembentukan generatif (pembentukan bunga, buah, dan biji) (Wijaya, 2008). Fotosintesa tanaman dipengaruhi oleh intensitas radiasi dan kemampuan tanaman berfotosintesis. Pada tanaman muda dijumpai kisaran yang cukup lebar kemampuan fotosintesis pada klon klon karet. Pada tanaman menghasilkan, selain kapasitas daun dalam berfotosintesis, arsitektur kanopi tanaman juga menentukan kapasitas tanaman berfotosintesis karena kanopi tanaman mempengaruhi distribusi radiasi di dalam kanopi (Wijaya, 2008). Pada tanaman semusim, kanopi yang ideal sering digambarkan sebagai kanopi dengan daun vertical dengan koefisien pemadaman yang rendah sehingga strata daun bawah masih mendapatkan intensitas radiasi yang cukup. Pada karet, studi arsitektur kanopi masih sangat terbatas sehingga kinerja klon klon karet kaitannya dengan lingkungan radiasi matahari di kanopi tanaaman belum diketahui dengan baik (Wijaya, 2008). e. Angin Angin kencang merupakan kendala bagi pengusaha tanaman karet. Kerusakan tanaman karet ditimbulkan dapat berupa patah cabang, patah batang, maupun tumbang. Santosa dan Siregar melaporkan bahwa klon PR 107 9

6 merupakan klon yang paling tahan angin di Sumatera Utara kemudian diikuti klon AVROS 2037 dan GT 1 (Wijaya, 2008). Menurut Wijaya (2008) Kelas kesuaian tanah dibagi menjadi S1, S2, S3 dan TS masing masing dengan kriteria sebagai berikut: 1. S1 (sangat sesuai) dengan syarat maksimal 1 pembatas sedang. 2. S2 (cukup sesuai) dengan syarat maksimal 2 pembatas sedang. 3. S3 (kurang sesuai) dengan syarat lebih 2 pembatas sedang dan atau maksimal 1 pembatas lebih. 4. TS (tidak sesuai) apabila pembatas berat 2 atau lebih yang tidak dapat diperbaiki. B. Teknik Replanting Tanaman Karet Menurut Anonim (1983) replanting atau peremajaan tanaman karet adalah penggantian tanaman sejenis ditempat yang sama dengan alasan tanaman yang lama sudah tidak ekonomis lagi. Kriteria yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengadakan peremajaan adalah : 1. Produksi perhektar Tanaman karet dengan daya tingkat produksi dibawah batas minimum yang ekonomis seharusnya diremajakan. Umumnya bila produksi kurang dari 400 kg/ha/tahun maka areal tersebut sudah waktunya diremajakan. 2. Keadaan dan persediaan cadangan kulit Dalam hal ini bukan saja keadaan kulit tanaman tetapi juga persediaan cadangan kulit, artinya berapa lama lagi tersedia kulit yang dapat disadap secara 10

7 menguntungkan. Bagi tanaman karet kulit adalah modal produksi yang nyata. Oleh karena itu penentuan peremajaan berdasarkan faktor penilaian kulit sangat penting. 3. Umur tanaman Berdasarkan produksi, umur tanaman karet adalah sampai umur 30 tahun dan sesudah itu perlu diremajakan. 4. Keadaan tanaman secara keseluruhan Keadaan tanaman secara keseluruhan juga merupakantuan dasar penentuan yang penting. Mungkin keadaan kulit masih baik, persediaan kulit juga masih cukup, tetapi karena jumlah pohon per hektar sudah sedemikian sedikit, maka sudah selayaknya kebun karet tersebut kita remajakan. Menurut Siagian dkk (2006) teknik replanting pada tanaman karet yaitu sebagai berikut : 1. Pohon ditumbang cm dari permukaan tanah, pohon ditumbang searah, tidak melintang. Kayu karet diangkat dari areal untuk dimanfaatkan. 2. Tunggul dibongkar dengan traktor rantai 3. Semua tunggul cabang dan ranting dikumpul ditempat tertentu. 11

8 C. Teknik Pengolahan Tanah Tanaman Karet Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki struktur dan sifatsifat fisik tanah dengan cara membuka tanah dan memberi kesempatan terkena jemuran sinar matahari untuk mengurangi kemasaman tanah (Sinuhaji, 2010). Sedangkan pengolahan tanah dengan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian, pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah (Anonim, 2003) Menurut Siagian dkk (2006) teknik pengolahan tanah pada tanaman karet yaitu sebagai berikut : 1. Melakukan ripper I dan II dengan tujuan untuk mengangkat sisaa akar, ditarik traktor rantai D-6/D-8 dengan kedalaman garpu cm. Ripper I dan II selang waktu 2-3 minggu dan saling tegak lurus. 2. Melakukan luku I dan II dengan tujuan menghancurkan tanah, membalik tubuh tanah. Piringan luku (lebar 25 inci), ditarik traktor ban dengan kedalaman minimal 40 cm. Luku I dan II selang 2-3 minggu dan saling tegak lurus 3. Melakukan garu atau Rajang dengan tujuan meratakan tanah, dengan arah Rajang menyilang tegak lurus dari luku II. Garu atau Rajang dilaksanakan 3 minggu setelah luku II. 12

9 4. Ayap akar dilakukan 5 kali dengan menggunakan system giring tujuannya adalah untuk mencegah penyakit JAP. Ayap akar dilakukan dengan cara akar dikumpul lalu dibakar. D. Konservasi Tanah Pada Areal Berbukit Konservasi tanah merupakan salah satu tindakan dalam upaya mencegah terjadinya erosi tanah agar kesuburan tanah tetap terjaga. Perkebunan karet pada saat ini banyak diusahakan pada lahan-lahan marjinal karena lahan optimal sudah mulai berkurang untuk dilakukan usaha perkebunan karet. Lahan yang berbukit dan memiliki kemiringan lebih dari 15 0 memerlukan teknik konservasi yang perlu diperhatikan (Ardika, 2010). Tindakan konservasi perlu dilakukan agar tingkat terjadinya erosi pada areal perkebunan dapat diminimalkan dan kehilangan lapisan atas tanah dapat dikurangi sehingga kesuburan tanah tetap terjaga. Beberapa alternatif dalam usaha konservasi tanah pada perkebunan karet untuk daerah berbukit antara lain dengan penanaman tanaman penutup tanah, pembuatan teras kontur pada lahan perbukitan, maupun pembuatan rorak (Ardika, 2010). Tanaman penutup tanah yang biasa digunakan dalam konservasi tanah adalah tanaman kacang-kacangan (legume). Tanaman kacang-kacangan sangat baik dipergunakan dalam pergiliran tanaman karena tanaman kacangan ini dapat meningkatkan kesuburan tanah. Disamping meningkatkan kesuburan tanah, tanaman kacangan juga bermanfaat untuk melindungi tanah dari pukulan air hujan dan memperbaiki sifat tanah (Ardika, 2010). 13

10 Hasil penelitian di perkebunan karet menunujukan bahwa penutup tanah kacangan serelium sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi. Selain itu tanaman penutup tanah menunjukan bahwa kandungan hara nitrogen, fosfor dan kalium yang tinggi terdapat pada colopogonium caeruleum (cc). Cc juga menghasilkan bahan-bahan organik yang tinggi secara langsung atau tidak langsung akan dapat meningkatkan kesuburan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi tanah (Ardika, 2010). Tujuan dari perencanaan konservasi tanah adalah membuat suatu sistem perbaikan lahan secara individu dan relevan yang dipilih berdasarkan kondisi tertentu atau dapat juga dikombinasikan dengan sistem lain yang berkesinambungan (Ardika, 2010). Tanah yang dapat ditanami karet adalah tanah-tanah dengan derajat kemiringan maximum Pada derajad kemiringan ingin slopenya adalah 100 % atau perbedaan tinggi antara 2 titik pada jarak horizontal 100 m adalah 100 m. Tanah yang tidak dapat ditanami karet adalah tanah-tanah dengan derajad kemiringan lebih dari 45 0 dan tanah-tanah dengan permukaan air tanah yang tinggi dan jika dibuat parit pembuangan tidak akan dapat berfungsi dengan baik (vedemecun, 2003). Untuk menentukan pembuatan penahanan erosi dalam batas derajat kemiringan maka tanah dapat dibagi dalam 4 golongan/klas seperti berikut: a. Tanah rata : sudut miring lebih kecil dari b. Tanah agak miring : sampai dengan 20 0 dibuat rorak c. Tanah miring : sampai dengan 28 0 dibuat terras kontur 14

11 d. Tanah sangat miring : 30 0 terras individu Teras adalah tempat penanaman karet yang dibuat rata, dengan merubah lereng-lereng tanah yang asli. Jenisnya yaitu terras bersambung (kontur) dan tertas tapak kuda (individu). Penempatannya terras bersambung dibuat pada tanah-tanah miring dan terras tapak kuda dibuat pada tanah-tanah sangat miring (Anonim, 2003). Terras individu sesuai atau cocok untuk areal penanaman tanaman perkebunan didaerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik. Terras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman sebagai tempat pembuatan lubang tanaman. Ukuran terras individu disesuaikan dengan lubang tanam tanaman karet (Ardika, 2010). Pembangunan terras bertujuan agar laju atau kecepatan dari aliran permukaan menjadi lambat dan kekuatan untuk menghanyutkan permukaan tanah menjadi berkurang. Areal yang berbukit dan bergelombang memerlukan persiapan lahan yang tepat agar nantinya mempermudah dalam pemeliharaan dan panen (Ardika, 2010). Teknik pembuatan teras yaitu tentukan lereng dengan sudut miring besar atau sudut miring rata-rata (titik a). Dari titik a tarik garis horizontal sepanjang jarak antar barisan (misal 5 m). Dari ujung garis horizontal tarik garis vertical ke bawah sampai menyentuh tanah (titik b). Dari titik b dimulai menarik garis kontur teras dengan menggunakan abney level. Jarak antara dua tanaman didalam teras sama dengan jarak antar dua tanaman didalam barisan (Siagian dkk, 2006). Menurut Siagian, dkk (2006) cara penentuan titik-titik kontur yaitu : 15

12 - Ditetapkan titik awal pembuatan kontur berdasarkan jarak tanam yang digunakan (jarak antar baris, misalnya 5 m) - Di setel sudut abney level pada posisi nol derajat - Dilakukan peneropongan dengan abney level kearah kiri dan lereng setinggi mata petugas. Peneropongan dalam posisi timbang air (water pas). - Pasang pancang kayu pada tempat-tempat yang telah ditetapkan dengan peneropongan diatas. - Buat teras kontur sesuai pancang kayu yang telah dibuat, - Pancang titik tanam dalam kontur sesuai dengan jarak tanam dalam barisan (misalnya 3m). Menurut Siagian, dkk (2006) cara menggali teras yaitu : - Pakai alat berat atau manual - Pembuatan teras dimulai dari tempat yang tinggi (puncak) - Permukaan teras dibuat miring kea rah lereng dengan beda tinggi maksimum 0,3 m (sudut kemiringan 10 0). Dibagian belakang digali rorak ukuran dalam 60 cm, lebar 30 cm, panjang atas 2 m dan panjang bawah 1,8 m. - Lebar teras 2 m. 16

13 E. Persiapan Tanam dan Penanaman Pada Areal Miring 1. Pola tanam pada areal miring Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8%-15%) jarak tanam 8 m x 2,5 m (500 lubang /ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1, 25 m (penanaman secara kontur) (Anonim, 2009). Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman (Anonim, 2009). Cara pengajiran pada pola tanam kontur dilakukan dengan cara menentukan ajir teras bersambung dan memasang ajir dengan jarak tanam 3 meter pada teras yang dibuat. Jika jarak horizontal antar teras hampir 2 kali jarak tanam (± 14 m) maka dibuat teras anakan diantara kedua teras yang bersangkutan. Begitu pula bila jarak tanam terlalu sempit maka teras yang dibagian bawah diputus Boerhendhy dan Suryaningtias, (2010). 2. Pembuatan lubang tanam Secara manual menggunakan cangkul ukuran lubang tanam atas 60 x 40 cm, bawah 40 x 40 cm dan kedalaman 60 cm. Menggunakan hole digger ukuran lubang tanam 70 x 70 x 60 cm (Siagian dkk, 2006). Pemupukan lubang tanam dilakukan menggunakan pupuk P, dosis anjuran adalah 250 g Rock Phospate per lubang tanam, pemupukan dilakukan kira-kira 1 bulan sebelum tanam, cara pemupukan lubang tanam dengan mencampur 1/3 17

14 bagian dosis dengan tanah atas, 1/3 lagi dicampur tanah bawah dan 1/3 sisanya ditabur di dinding dan dasar lubang (Siagian dkk, 2006). 3. Penanaman Menurut Boerhendhy dan Suryaningtias (2010) hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu penanaman adalah sebagai berikut : a. Persiapan bahan tanaman Bila menggunakan stum mata tidur dan stum mini, mata okulasi harus sudah membengkak/mentis. Kondisi ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu dari waktu penyerongan (pemotongan). Bila menggunakan bibit dalam polibeg, daun teratas harus dalam keadaan tua. b. Cara penanaman Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun dengan tanah bawah dan tanah atas. Bila menggunakan bahan tanam stum mata tidur, stum mini, dan stum tinggi, pemadatan tanah dilakukan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak. Lubang tanam diisi tanah sampai penuh dan dipadatkan sampai permukaannya rata dengan sekelilingnya (Boerhendhy dan Suryaningtias, 2010). Kepadatan yang benar, ditandai oleh tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum karet yang ditanam,bila menggunakan bibit dalam polibeg, pemadatan tanah disekeliling cukup dilakukan dengan tangan. Penginjakan tanah dengan kaki disekeliling tanaman tidak dianjurkan karena akan menyebabkan bergesernya kolom tanah dan mengakibatkan kematian tanaman. Dua minggu 18

15 setelah penanaman tanah disekeliling tanaman yang cekung perlu ditambah agar rata dengan permukaan tanah disekelilingnya (Boerhendhy dkk, 2010). Penanaman Leguminose Cover Crop (LCC) dilakukan dengan cara, LCC ditanam segera setelah pengolahan lahan selesai, biji Cp, Cm, Pj dan Cc dicampur dengan pupuk Rock Phospate (1:1),penanaman secara larikan dengan 3-4 jalur tiap gawangan karet, Jarak jalur dengan barisan karet 1-1,5 m dan jarak antara jalur LCC 0,75-1 m, LCC ditanam dengan membuat lubang sedalam 2 cm dalam larikan, kedalam lubang ditaburkan campuran kacangan, ditutup seperlunya dengan tanah, pemakaian biji kacangan ditambah jika daya kecambah < 60% (Siagian dkk, 2006). 19

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Karet. optimalnya.menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan erat antara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Karet. optimalnya.menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan erat antara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kesesuaian Lahan Perkebunan Karet Tiap jenis tanaman menghendaki syarat iklim tertentu bagi pertumbuhan optimalnya.menyangkut hubungan tanah tanaman, terdapat hubungan

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produk karet juga termasuk sepuluh komoditas utama yang diprioritaskan pengembangannya

I. PENDAHULUAN. produk karet juga termasuk sepuluh komoditas utama yang diprioritaskan pengembangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan produk unggulan subsektor perkebunan di Indonesia bersama kelapa sawit, kelapa, tebu, kakao, kopi, teh, tembakau dan kapas. Disektor perdagangan, karet

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama PENDAHULUAN Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya

Lebih terperinci

Oleh : Ulfah J. Siregar

Oleh : Ulfah J. Siregar 11 MODULE PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN KARET Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev.

Lebih terperinci

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman karet Pohon karet pertama kali tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM I. TINJAUAN PUSTAKA Penetapan Kebutuhan Air Tanaman (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM 2.1.2 Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Teknis Penanaman Baru dan Replanting PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Pendahuluan Kelapa Sawit 2015 Negara Swasta Rakyat Luas (juta ha) CPO (juta ton) Produktivitas (ton CPO/ ha

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB V PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENANAMAN Tujuan pembelajaran : Setelah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping DAFTAR ISTILAH Air lebih: Air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah Bahan pembenah tanah (soil conditioner): Bahan-bahan yang mampu memperbaiki

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman karet Sendiri baru di introduksikan pada tahun 1864. Dalam waktu kurun sekitar 150 tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan 3.1 Hasil Percobaan Tugas Praktikum : 1. Tentukan jumlah teras yang dapat dibuat pada suatu lahan apabila diketahui data sebagai berikut : panjang lereng 200 m, kemiringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Juni 2015-September 2015. Yang dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis

Lebih terperinci

Pemilihan Lahan. Kesesuaian Lahan

Pemilihan Lahan. Kesesuaian Lahan Pemilihan Lahan Ketinggian tempat, suhu udara, dan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kopi kondisinya disesuaikan dengan jenis kopi yang akan ditanam. Ketinggian tempat untuk

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Tanaman karet berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci