LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN REPLANTING BGA Nomor :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN REPLANTING BGA Nomor :"

Transkripsi

1 1. Redesign Block a. Pekerjaan Redesign Block akan dikerjakan oleh Kontraktor yang sudah ditunjuk oleh Pihak Perusahaan, termasuk didalamnya pekerjaan Pancang Rumpukan, Pancang Jalan, Pancang Parit, Pancang Contour, Pancang Tanam dan pekerjaan pancang lainnya yang terkait dengan Replanting tanaman. Ketentuaan dan mekanisme kerjanya diatur dalam perjanjian tersendiri yang terpisah dari Lampiran Spesifikasi Teknis Pekerjaan ini. b. Tujuan Redesign Block untuk mengoreksi kelemahan Design kebun yang lama dari aspek maksimalisasi utilitas lahan untuk tanaman, kemudahan dalam kegiatan perawatan dan Panen, Water Management, Soil Conservation, Jalan dan Jembatan dsb. 2. Menumbang,Chipping, Bongkar Bonggol, Akar dan Tunggul Land Clearing di areal yang akan direplanting harus benar-benar bersih (Clean Clearing) dari batang sawit, Bonggol, Akar dan Tunggul. Karena resiko terbesar dari Pekerjaan Replanting adalah terserang Ganoderma. Ganoderma berkembang biak di perakaran sawit dan batang sawit. Pekerjaan Tumbang, Chipping, Bongkar Bonggol, Akar dan Tunggul dilakukan bersamaan oleh satu alat agar kerjanya lebih efesien dan efektif. a. Penumbangan : Batang Sawit ditumbang dengan menggunakan Excavator PC 200. b. Chipping : Setelah kelapa sawit ditumbang maka mulai dilakukan pencincangan batang kelapa sawit (chipping) dengan ketebalan tidak lebih dari 10 cm dimulai dari sisi bonggol kelapa sawit. c. Bonggol & Akar : Harus dilakukan pembongkaran dengan ukuran 2 meter (P) x 2 meter (L) x 1,5 meter (D). Lubang tsb dibiarkan terbuka dan terkena sinar matahari minimal selama 2 minggu sebelum ditutup kembali. d. Rumpukan Chipping (area datar) : harus teratur rapih, lurus mengikuti pancangan dan tidak menyebar. Lebar rumpukan chiping maksimal 4 meter, tinggi rumpukan chipping maksimal 2 meter, dan setiap 75 meter dibuatkan jalan supervisi (lorong selebar 2 meter). Rumpukan Chipping (area teras) : Tumbang/Chipping dengan ketebalan tidak lebih dari 10 cm pada areal lereng atau berbukit rumpukan harus disebar tipis, karena di areal berbukit akan dibuat Teras Contour setelah selesai pekerjaan Chipping. e. Pelepah kelapa sawit : dipotong per 2 meter diletakkan terpisah dari rumpukan batang kelapa sawit, disusun terlungkup (punggung pelepah berada di atas) dan searah barisan rumpukan. f. Semak, anak kayu, anak sawit liar harus disekalian dibersihkan. g. Pekerjaan Chipping termasuk dilakukan untuk pokok mati dan pokok tumbang. 3. Plough dan Harrow a. Tujuan pekerjaan Plough dan Harrow ini adalah untuk memutus seluruh perakaran sawit tua agar tidak menjadi inang bagi penyebaran Ganoderma. b. Kedalaman bajak cm. c. Plough atau Bajak dilakukan 2 kali interval antara Bajak ke-1 dengan Bajak Ke-2 : 1 2 minggu. Kemudian diikuti dengan Harrow (garu). d. Lebar Plough & Harrow : 2 meter sepanjang jalur tanam baru (jalur tanam Replanting). 1 P a g e E D S

2 4. Pembuatan Main Road (Jalan Utama) a. Jalan yang akan dibuat telah ditentukan oleh Pihak Pertama berdasarkan Redesign Block agar kedepannya kebun berjalan lebih efektif dan efesien. b. Jalan yang dibuat slopenya tidak melebihi 7 o sehingga mudah dilalui kendaraan bermuatan. c. Semua jalan dibuat lurus untuk areal datar (kemiringan lahan 0 o sd 6 o) sedangkan untuk areal slope > 6 0 maka jalan harus dibuat mengikuti pancangan yang dibuat oleh Pihak Pertama dengan tingkat kemiringan jalan tidak melebihi 7 0. d. Permukaan jalan harus rata dan padat untuk menghindari air meresap di badan jalan. e. Untuk mengurangi kecepatan air limpasan (aliran dipermukaan badan jalan) yang menyebabkan terjadinya penggerusan badan jalan maka harus dibuatkan : Rorak (road side pit) dan Parit sodetan (cutting side drain) f. Semua jalan harus mempunyai parit tepi jalan (side drain) yang efektif. Pada jalan di areal atau daerah yang tidak memungkinkan dibentuk side drain (terjal dan rendahan) maka perlu dibuat rorak tepi jalan (road side pit). Parit tepi jalan dan rorak tepi jalan dapat dilihat pada Gambar. g. Setiap ada kesempatan untuk mengeluarkan air dari side drain perlu dibuat parit sodetan (cutting side drain) dapat dilihat pada Gambar. h. Lebar badan Main Road adalah 9 meter dan daerah meridian jalan 3 meter di sisi kiri dan kanan badan jalan. i. Pembuatan badan (darat) dilakukan dengan pengupasan seluruh tanah lapisan atas (top soil) sehingga tidak tersisa vegetasi yang tumbuh di atasnya menggunakan Bulldozer; j. Selanjutnya dilakukan pembentukan badan jalan yaitu membentuk permukaan cembung di tengah dengan kemiringan 5%. k. Tanah kupasan yang tertumpuk pada daerah meridian jalan diratakan sehingga tidak terbentuk gundukan tanah. l. Setiap jarak meter dibuat drainage pembuangan air mengarah ke dalam block pada daerah yang lebih rendah. m. Pada daerah jalan yang menurun maka parit drainage tersebut berjarak minimal 25 meter dari posisi parit yang memotong badan jalan. n. Pembuatan MR di areal rendahan dengan menimbun badan jalan menggunakan excavator. Tanah timbunan diperoleh dari hasil galian parit di sisi dalam block dengan ukuran 4 x 4 x 2,5 meter (pembuatan parit kanan kiri jalan hanya diperbolehkan untuk MR, sedangkan di CR DILARANG). Pembuatan parit ini berjarak 1 meter dari sisi badan jalan, dengan demikian lebar badan jalan adalah netto. Pembuatan parit jalan ini TIDAK TERMASUK dalam perhitungan BAPP pekerjaan pembuatan parit. 2 P a g e E D S

3 Gambar 4.1. Parit Tepi Jalan Gambar 4.2. : Parit Tepi Jalan (Road Side Pit) Gambar 4.3. : Parit Sodetan (Cutting Side Drain) 3 P a g e E D S

4 Gambar 4.3. Jalan Utama (Main Road) Gambar 4.4. Jalan Produksi (Collection Road) 5. Pembuatan Collection Road 7 meter (Jalan Produksi) a. Jalan yang akan dibuat telah ditentukan oleh Pihak Pertama berdasarkan Redesign Block agar kebun berjalan efektif dan efesien selama 25 tahun ke depan. Jalan yang dibuat slopenya tidak melebihi 7 o sehingga mudah dilalui kendaraan bermuatan. Design jalan dibuat oleh konsultan dengan mempertimbangkan kemudahan transportasi, utilisasi lahan, minimalisasi pembuatan jembatan, aspek water management, soil conservation dsb. b. Lebar badan Collection Road adalah 7 meter dan daerah meridian jalan 3 meter di sisi kiri dan kanan badan jalan; c. Pembuatan badan (darat) dilakukan dengan pengupasan seluruh tanah lapisan atas (top soil) sehingga tidak tersisa vegetasi yang tumbuh di atasnya dengan menggunakan Bulldozer; d. Selanjutnya dilakukan pembentukan badan jalan yaitu membentuk permukaan cembung di tengah dengan kemiringan 5%. e. Tanah kupasan yang tertumpuk pada daerah meridian jalan diratakan sehingga tidak terbentuk gundukan tanah. 4 P a g e E D S

5 f. Setiap jarak meter dibuat drainage pembuangan air mengarah ke dalam block pada daerah yang lebih rendah; g. Pada daerah jalan yang menurun maka parit drainage tersebut berjarak minimal 25 meter dari posisi parit yang memotong badan jalan; o. Pembuatan badan jalan CR di daerah rendahan dilarang dilakukan penimbunan dengan cara menggali parit kanan dan atau kiri jalan. Tanah timbunan untuk badan jalan di areal rendahan harus didatangkan dari luar block, pekerjaan ini dilakukan oleh pihak Pertama atau dengan SPK terpisah. Tujuan penghindaran pembuatan parit kanan kiri jalan CR adalah : menghindari biaya pembuatan titi panen, memudahkan implementasi mekanisasi. Sebagai pengganti parit kanan kiri CR maka di buatkan parit tengah block yang tersambung ke Parit Collector maupun Parit Utama. 6. Pembuatan Gorong - Gorong dan Jembatan a. Lokasi pembuatan Pembuatan jembatan dan gorong di lapangan ditentukan oleh Pihak Pertama berdasarkan Redesign Block. b. Mengingat di areal Replanting ketersediaan kayu log sulit dan penggunaan kayu untuk meterial jembatan juga tidak selaras dengan prinsip RSPO maka sebagai alternatif digunakan Spiral Pipe atau Nestable Flange atau Multiple Plate Pipe. Bahan ini mudah dan cepat dalam pemasangan. Jika lebar melebihi diameter Pipe maka sehingga tidak bisa hanya dipasang 1 Pipe maka dipasang 2 sd 3 Pipe paralel mengikuti lebar parit atau sungai. c. Pengerjaan Spiral Pipe atau Nestable Flange atau Multiple Plate Pipe menjadi tanggungjawab Pihak Pertama. d. Keunggulan baja bergelombang dibandingkan dengan buist beton yaitu lebih mudah dalam perencanaan dan disain, mudah dipasang dan lebih ekonomis (tidak perlu tenaga ahli, tanpa pemeliharaan, tahan lama dan relatif tahan terhadap pergerakan), dan lebih murah. Gambar 6.1. : Nestable Flange Gambar 6.2. Multi Plate Pipes 5 P a g e E D S

6 Gambar 6.3. : Pemasangan Nestable Flange Paralel. 7. Pembuatan Teras Kontour Tabel : Acuan Pembuatan Teras Kemiringan Lahan (Derajat) Lebar Teras (Meter) Back Slope (Derajat) < 2 Penanaman Lurus Penanaman Lurus - Teras konservasi air pada jarak 32 m ,9 meter 10 derajat ,3 meter 15 derajat ,7 meter 15 derajat a. Pembuatan teras kontur sangat ditentukan oleh tingkat kemiringan lahan, seperti yang terlihat pada Tabel : Acuan Pembuatan Teras. b. Teras harus dibuat miring ke arah bukit (Back Slope) dengan derajat kemiringan tergantung kemiringan lahan. c. Lebar teras juga bervariasi tergantung kemiringan lahannya, lihat Tabel : Acuan Pembuatan Teras. d. Setiap jarak 20 m dibuat Stop Bund dibuat untuk mengontrol pergerakan limpasan air. Ukuran 1/3 lebar teras dengan ketinggian 0,5 m. e. Lahan dengan kemiringan lebih dari 40% atau lebih dari 21,8 o DILARANG DITANAM dan dibiarkan untuk program HCV, tetapi akses jalan dari lahan yang ditanam ke lahan yang tidak ditanam harus dibuat dan tetap dilakukan perawatan. f. Pada bagian kelerengan yang terjal maka teras kontour diputus untuk kemudian dilanjutkan pada kelerengan selanjutnya; 8. Treatment Areal Pasir a. Areal Pasir Type Spodik A (Pasir-Hardpan-Kaolin) : Areal Spodik yang memiliki lapisan bawah Kaolin maka hardpan (dengan berbagai kedalaman hardpan) WAJIB DIPECAH dan dibuat parit discontinue sedalam 50 cm dan eks galian dibumbun ke sekitar piringan. Parit discontinue disambung dengan water reservoir (ukuran 4 m x 1 m) lihat gambar. b. Areal Pasir Type Spodik B (Pasir-Hardpan-Pasir Kuarsa) : Jika lapisan hardpan < 30 cm terdapat lapisan kuasa di bagian bawah maka hardpan tidak boleh dipecah dan dibuat perlakuan individual silt pit (2 :1) dengan kedalaman < 30 cm, eks galian individu silt pit harus diletakan di sekitar piringan (dijadikan Mounding). 6 P a g e E D S

7 c. Areal Pasir Type Spodik C (Sandy-Hardpan-Kuarsa) : Jika lapisan Hardpan > 30 cm terdapat lapisan kuarsa di bagian bawah maka hardpan tidak boleh dipecah dan dibuat perlakukan individual Silt Pit (2:1) dengan kedalaman > 30 cm, eks galian indivdual silt pit wajib diletakan disekitar piringan (mounding). 9. Memancang Pekerjaan memancang dilakukan oleh Pihak Pertama yang diwakili oleh Pihak yang telah ditunjuk bertanggungjawab dalam redesign kebun, pancang tanam, pancang rumpukan, pancang jalan, pancang parit, pancang teras dll. 7 P a g e E D S

8 10. Membuat Lobang Tanam Lobang tanam dibuat dalam 3 spesifikasi sesuai jenis tanah : a) Mineral : lobang tanam mekanis menggunakan Excavator PC 40, lobang tanam dibuat sedalam 60 x 60 x 50 cm. b) Rendahan : menggunakan tenaga manual, ukuran lobang 40 x 40 x 50 cm. c) Pasir : big hole ukuran 100 x 100 cm dengan kedalaman lobang sampai kedalaman menembus lapisan hardpan (maksimal 150 cm) menggunakan Excavator PC 200. Kemudian lobang ditimbun kembali mengunakan seresah /bahan organik dan dipadatkan dengan bucket. Selanjutnya diisi tanah topsoil sampai masih tersedia lobang sedalam 50 cm (0,5 M3). 11. Areal Gambut dan Rendahan Pembuatan CECT Cara penanganan Chipping di areal gambut berbeda dengan cara penanganan di areal mineral datar maupun areal mineral hilly. Hasil Chipping di areal gambut harus dimasukan ke dalam CECT (Close Ended Conservation Trenches) tujuannya agar rumpukan chipping tidak dijadikan tempat berkembangbiaknya Oryctes. CECT dibuat dengan menggunakan Excavator PC-200 dengan ukuran : Lebar atas 2,4 m x Lebar bawah 1,8 m x Dalam 1,2 m. Dibuat setiap baris pokok ke 4 (rasio 1 : 4). Awal penggalian dimulai dan berakhir dari pinggir Collection Road dengan jarak 4,75 m. Tanah galian pembuatan CECT ditarik ke arah Pasar Pikul dan digunakan untuk Pembuatan Chambering. Pembuatan Chamber atau batok tengkurap di pasar pikul tujuannya agar tidak ada genangan air di area pasar rintis. Pemadatan area Chambering lebih tinggi cm dari muka air tanah (lihat gambar). Pekerjaan CECT dilakukan sekaligus menutup lubang ex penggalian bonggol dan perakaran. Pada saat pengerjaan CECT harus dibuatkan pancang pembatu yang letaknya lurus dengan pancang awal sehingga menjadi panduan untuk Operator Excavator karena operator bekerja dengan posisi mundur. Tujuannya agar hasil pembuatan CECT lurus. Pada areal gambut dan rendahan semua pelepah, bahan-bahan cacahan, bonggol, tunggul, dan akar harus ditempatkan pada CECT. Tidak diperbolehkan ada yang tertinggal di dalam ataupun di atas Chamber. Semua hasil Chipping, Daun, Bonggol, Akar dan sampah lainnya harus tergenang air sehingga tidak bisa dijadikan tempat bersarangnya dan berkembang biak Oryctes. CECT tidak ditembuskan ke parit tengah (berjarak 6 meter dari parit tengah dan 8 meter dari Kanal). Field Drain Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang Field Drain per Ha = 339 m. Fungsi Field Drain adalah untuk konservasi tanah dan air. Field Drain dikerjakan berselang satu dengan CECT dengan ukuran Lebar Atas 1 m x Lebar Bawah 0,8 m x Dalam 0,8 m. 8 P a g e E D S

9 Pada saat pengerjaan Field Drain harus dibuatkan pancang pembatu yang letaknya lurus dengan pancang awal sehingga menjadi panduan untuk Operator Excavator karena operator bekerja dengan posisi mundur. Tujuannya agar hasil pembuatan Field Drain lurus. Setiap tunggul atau sisa-sisa kayu yang melintang di Parit Field Drain harus dipotong dan dibersihkan. Setiap Parit Field Drain ditembuskan ke Parit Tengah. Ujung Field Drain berjarak 8 m dari pinggir Kanal. Parit Tengah Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang Parit Tengah per Ha = 42 m. Jarak Parit Tengah ke Kanal = 125 m. Parit Tengah dikerjakan dengan jarak 125 m dari pinggir Kanal dengan ukuran : Lebar Atas 1 m x Lebar Bawah 0,8 m x Dalam 1 m. Semua tunggul-tunggul yang belum mengalami dekomposisi dan yang melintang pada jalur Parit Tengah harus dipotong dan dibersihkan Di ujung Parit Tengah harus dipasang Over Flow agar air tidak cepat keluar ketika tidak turun hujan atau pada saat musim kemarau. Compacting jalur tanam Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang yang dicompac per Ha = m. Compacting dilakukan pada jalur tanam, yang berfungsi untuk menyediakan media bagi perakaran tanaman, sehingga tanaman lebih baik atau kokoh dalam pertumbu hannya. Lebar padatan pada jalur tanam adalah : 3 m, pada compacting pertama tanah gambut akan turun sekitar : cm. Jumlah compacting pada areal yang akan ditanami adah 2 kali atau bolak balik. Cambering Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang yang di Cambering per Ha = 750 m. Fungsi dari Cambering : Untuk mencegah terjadinya genangan air pada pokok sawit. Untuk mencegah terjadinya genangan air pada pasar rintis khususnya pada saat turun hujan, karena air akan langsung mengalir ke CECT dan Field Drain, dan memudahkan evakuasi TBS. Cambering dikerjakan setelah pekerjaan compacting, tanah galian dari CECT dan Field Drain ditarik ketengah dengan bucet Excavator. Tinggi cambering dari dasar tanah atau titik nol adalah cm dengan membentuk batok tengkurap. 9 P a g e E D S

10 Gulma dan sisa-sisa chipping yang masih ada pada saat cambering harus dibersihkan dengan dimasukkan ke dalam CECT. Lubang Tanam Dikerjakan setelah dilakukan pancang tanam. Sistem lubang adalah Hole in Hole. Lubang tanam dikerjakan secara mekanis, dengan menggunakan excavator yang armnya telah dimodifikasi, yang disebut Puncher dengan ukuran hole luar : lebar atas x lebar bawah x dalam = 100 cm x 55 cm x 60 cm. Dan hole dalam dengan ukuran diameter 40 cm dengan tinggi 40 cm. Tanah gundukan yang terjadi karena pengaruh trek excavator pada saat maju melakukan houling harus diratakan kembali. Lubang tanam tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari baru ditanami oleh karena sifat tanah gambut yang irreversible drying (tidak balik) 10 P a g e E D S

11 Lampiran Gambar Bentuk Alat Chipping & Dilengkapi dengan Taring Belah Hasil Chipping disusun rapih dan mengikuti pancang Jalan Supervisi setiap 75 m dengan lebar 2 m Lebar Rumpukan Chipping 4 meter dan tinggi 1 meter, setiap 75 meter dibuat jalan supervisi dengan lebar 2 meter Lebar Chipping < 10 CM dan Kemiringan 45 o sd 60 o agar hasil chipping cepat melapuk. 2 m 1,5 m 2 m Deboling = Bongkar bonggol dan akar sawit yang tertinggal. Ukuran Lubang bongkar bonggol dan akar sawit P = 2 m, L = 2 m, D = 1,5 m. Pekerjaan ini harus dilakukan 1 6 sebelum pekerjaan replanting dimulai. Ukuran Lubang 2 m x 2 m x 1,5 m. Bonggol dan akar harus dicincang. Penutupan lubang dilakukan setelah 2 minggu dari sejak lubang bonggol digali. Untuk areal yang berpotensi Banjir atau tergenang maka penutupan lubang bonggol dapat langsung dilakukan penutupan setelah mendapat persetujuan TERTULIS dari RH. 11 P a g e E D S

12 Ploughing Harrowing Hasil Ploughing & Haroowing Kedalaman Bajak (Plouging) cm. Plough atau Bajak dilakukan 2 kali, interval antara Bajak ke-1 dengan Bajak Ke-2 : 1 2 minggu, kemudian diikuti dengan Harrow (garu). Lebar Plough & Harrow : 2 meter sepanjang jalur tanam. Pembuatan Silt Pit di areal Teras dengan ukuran (P) 1,8 m x (L) 0,9 m x 0,8 (D), jarak dari dinding teras 0,3 m. Dibuat untuk area yang memiliki musim kemarau ekstrim. Berfungsi sebagai focal feeding. Pembuatan Parit harus menggunakan bucket Excavator berbentuk V, tujuannya agar dinding tanah tidak mudah runtuh sehingga memperpanjang masa pencucian parit. Pembuatan Main Drain1 (kanal) dengan dimensi : 4,0 m (lebar atas) x 4,0 (lebar bawah) x 3,0 (Dalam). Pembuatan Main Drain 2 dengan dimensi : 3,0 m (lebar atas) x 1,0 (lebar bawah) x 2,0 (Dalam). Pembuatan Main Drain 3 dengan dimensi : 2,4 m (lebar atas) x 1,8 (lebar bawah) x 1,8 (Dalam). Pembuatan Parit Tengah dengan dimensi : 2,0 m (lebar atas) x 1,0 (lebar bawah) x 1,0 (Dalam). Pembuatan Field Drain dengan dimensi : 1,0 m (lebar atas) x 0,6 (lebar bawah) x 0,75 (Dalam). 12 P a g e E D S

13 Alat Pelubang di areal gambut : Hole in Hole 13 P a g e E D S

14 Field Drain Parit Tengah 14 P a g e E D S

15 Compacting Jalur Tanam di Areal Gambut Cambering Proses Cambering CECT Field Drain 15 P a g e E D S

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Teknis Penanaman Baru dan Replanting PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Pendahuluan Kelapa Sawit 2015 Negara Swasta Rakyat Luas (juta ha) CPO (juta ton) Produktivitas (ton CPO/ ha

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN & JEMBATAN

PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN & JEMBATAN PEMBUATAN DAN PERAWATAN JALAN & JEMBATAN Pundu Learning Centre - 2012 PENDAHULUAN Pundu Learning Centre - 2012 PENDAHULUAN Pembangunan jalan di kebun harus dengan sasaran dapat dilalui dalam segala cuaca

Lebih terperinci

PERSIAPAN LAHAN Pundu Learning Centre

PERSIAPAN LAHAN Pundu Learning Centre PERSIAPAN LAHAN Pundu Learning Centre - 2013 PENDAHULUAN Pundu Learning Centre - 2013 DEFINISI Blok tanam : Areal tanaman seluas kurang lebih 50 ha dengan panjang 2.000 m dan lebar 250 m Blocking/batas

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan

Lebih terperinci

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV

TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV 1. PENDAHULUAN Karakteristik fisik gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk pertanian meliputi

Lebih terperinci

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI Nursyamsu Hidayat, Ph.D. TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI TANAH DASAR (SUBGRADE) Fungsi tanah dasar: Mendukung beban yang diteruskan balas Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan jalan

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI & PENANGGULANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) NO. ISK/AGR-KBN/29 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 25 Februari 2015 Dimpos Giarto V. Tampubolon

Lebih terperinci

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant)

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) Contract Title : Belstar Hotel Contract No. : Contractor : PT. Mutiara EPC Management Consultant : PT Cremona Para Mitra Owner : PT Trihasa METHOD STATEMENT Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) BELSTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Produksi Kelapa Sawit Potensi produksivitas tanaman kelapa sawit dapat dicapai jika menggunakan kelas lahan dan benih kelapa sawit bermutu dan melaksanakan budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, jembatan mempunyai fungsi untuk menghubungkan dua wilayah atau daerah. Seperti halnya jalan, jembatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/PL.110/2/2009 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH TEKNIK PELAKSANAAN BANGUNAN AIR Pertemuan #3 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH ALAMSYAH PALENGA, ST., M.Eng. RUANG LINGKUP 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH 2. PELAKSANAAN PEKERJAAN GEOTEKNIK (pertemuan selanjutnya).

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES Pekerjaan Pembangunan Jembatan ini terdiri dari beberapa item pekerjaan diantaranya adalah : A. UMUM 1. Mobilisasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL

PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL PENGELOLAAN LAHAN MARGINAL Pundu Learning Centre - 2012 POKOK BAHASAN 1 Pendahuluan 2 Tahapan Pembukaan lahan di areal Marginal 3 Pemanfaatan Lahan Marginal (Areal Pasir & Areal Pasang Surut) 4 Upaya peningkatan

Lebih terperinci

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan METODE PELAKSANAAN Proyek Normalisasi Kali Sunter Paket I 1. Kisdam dan Dewatering Dilaksanakan pada bangunan yang memerlukan kisdam dan pengeringan dengan sebelumnya dilakukan perhitungan dimensi kisdam/struktur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat

TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat-syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROCEDURE

STANDART OPERASIONAL PROCEDURE STANDART OPERASIONAL PROCEDURE I. TUJUAN 1. Memberikan panduan standar operasional penambangan bagi kontraktor 2. Menghilangkan atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja II. SASARAN Memastikan operasional

Lebih terperinci

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Tentang : Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping DAFTAR ISTILAH Air lebih: Air yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi atau menjenuhi pori-pori tanah Bahan pembenah tanah (soil conditioner): Bahan-bahan yang mampu memperbaiki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas. Perkebunan biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis. Perkebunan digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjend Katamso No.51 Medan Telp : (061) 7862466, (061)7862477, Fax (061)7862488 www.iopri.org Permasalahan lahan o Moratorium

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat CV. Jawara Kasih Sejati CV. Jawara Kasih Sejati (Perusahaan) secara resmi didirikan pada tanggal 23 Desember 2005 di hadapan notaris publik Laurensia Emilia,S.H.

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I

B. Pokok Bahasan : Peralatan Pengolahan Tanah. C. Sub Pokok Bahasan: Jenis-jenis alat pengolahan tanah I Pertemuan ke-6 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Bisnis utama PT Paya Pinang saat ini adalah industri agribisnis dengan menitikberatkan pada industri kelapa sawit diikuti dengan karet. Proses bisnis baik tanaman karet

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pembibitan Pembibitan merupakan langka awal penentu keberhasilan usaha pertanian, termasuk budidaya kelapa sawit. Pembibitan kelapa sawit berdasarkan sistem pengairannya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GROIN GEOBAG

METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GROIN GEOBAG RAPAT PENJELASAN METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN GROIN GEOBAG Latar Belakang Sand bag ±100 kg 100 meter Laut Sa luran Groin Pantai METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GROIN SAND BAGS Direkomendasikan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1 I. INFORMASI / PENDAHULUAN 1. Peta lokasi pekerjaan : (lihat lampiran) a Lokasi pelaksanaan pekerjaan 2. Informasi Pekerjaan & Lapangan a Site : - Luas tempat kerja : memanjang - Topografi : daerah aliran

Lebih terperinci

Metode Tambang Batubara

Metode Tambang Batubara Metode Tambang Batubara Sistem Penambangan Batubara Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu: - Penambangan Terbuka (Open Pit Mining) - Penambangan Bawah Tanah (Underground Mining) - Penambangan dengan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi tanah dasar, badan jalan dan drainase jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) BAB 5 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE) Tujuan Untuk mengeringkan lahan agar tidak terjadi genangan air apabila terjadi hujan. Lahan pertanian, dampak Genangan di lahan: Akar busuk daun busuk tanaman

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1 I. INFORMASI / PENDAHULUAN 1. Peta lokasi pekerjaan : (lihat lampiran) a Lokasi pelaksanaan pekerjaan 2. Informasi Pekerjaan & Lapangan a Site : - Luas tempat kerja : memanjang - Topografi : daerah aliran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Bekerja untuk menjaga agar jalan kita tetap dalam kondisi yang baik BUKU PANDUAN 2

DAFTAR ISI. Bekerja untuk menjaga agar jalan kita tetap dalam kondisi yang baik BUKU PANDUAN 2 DAFTAR ISI Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan? 2 Bagian-bagian jalan 3 Bagaimana cara menjaga agar jalan tetap dalam kondisi yang baik 4 Kegiatan-kegiatan pemeliharaan rutin 6 Bagaimana cara mengatur

Lebih terperinci

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang BAB IV STUDI KASUS PENGGANTIAN JEMBATAN KERETA API BH _812 KM 161+601 DI BREBES IV.1. Deskripsi Proyek 4.1.1. Ganbaran Unun Proyek Proyek yang menjadi studi kasus dalam tugas akhir ini, adalah proyek penggantian

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN 4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama

Lebih terperinci

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih,

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih, Malili, 15 Agustus 2013 No : 021 / ART-Justek/ LT / VIII/ 2013 Lampiran : 1 (Satu) Berkas Kepada Yth. Pejabat Pembuat Komitmen Lanjutan Pembangunan Jalan Beton Pongkeru - Malili Dinas Pekerjaan Umum Kab.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB V PENANAMAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 43/MENLH/10/1996 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C JENIS LEPAS DI DATARAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE PERANCANGAN SISTEM DRAINASE Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelak-sanaan dan pemeliharaan yang minimum. Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Pelaksanaan teknis magang yang dilakukan di PT National Sago Prima meliputi persiapan lahan (Land clearing), pengambilan anakan, persemaian, sensus, penanaman dan penyulaman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Team ilmu sipil dalam websitenya mengartikan pile cap sebagai bagian dari pondasi bangunan yang digunakan untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur diatasnya

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Gambut adalah tanah lunak,

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Gambut adalah tanah lunak, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut seluas 27.000.000 ha yang terpusat di pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Gambut adalah tanah lunak, organik, sulit

Lebih terperinci

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako USULAN JUDUL Kepada Yth Bapak Ketua Jurusan Teknik Petambangan Di,- Makassar Dengan Hormat, Dengan ini saya sampaikan kepada Bapak bahwa kiranya dengan tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada pula yang menyatakan bahwa kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada pula yang menyatakan bahwa kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada yang menyatakan tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada pula yang menyatakan bahwa kelapa sawit

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/AGR-KBN/12 Status Dokumen Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 6 FRM/JKO-WKM/15-00 07 Mei 2012 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat 1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan komponen sosial masyarakat, usaha dan ekonomi, serta lingkungan sebagai pendekatan pembangunan permukiman yang berkelanjutan KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan KATA PENGANTAR Tahun 2019, pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN II : KEPUTUSAN WALIKOTA MADIUN NOMOR : / 279 /2017 TANGGAL : 18 Desember 2017

LAMPIRAN II : KEPUTUSAN WALIKOTA MADIUN NOMOR : / 279 /2017 TANGGAL : 18 Desember 2017 LAMPIRAN II : KEPUTUSAN WALIKOTA MADIUN NOMOR : 050.401.012 / 279 /2017 TANGGAL : 18 Desember 2017 ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2018 KODE BARANG URAIAN

Lebih terperinci

BAB X METODE PELAKSANAAN

BAB X METODE PELAKSANAAN X - 1 BAB X METODE PELAKSANAAN 10.1 Tinjauan Umum Metode pelaksanaan digunakan sebagai panduan atau monitoring jalannya pelaksanaan pekerjaan bangunan, agar hasil yang dicapai sesuai dengan rencana, efektif

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi Erosi adalah proses penggerusan lapis tanah permukaan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, air, es, atau gravitasi. Air hujan di atas permukaan tanah akan

Lebih terperinci

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit 2011, No.23 38 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.04/MENHUT-II/2011 TANGGAL : 14 JANUARI 2011 PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI - Vegetasi Tetap (Tanaman tahunan) - Hutan Lindung

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

Oleh : Ulfah J. Siregar

Oleh : Ulfah J. Siregar 11 MODULE PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN KARET Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev.

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi)

Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi) Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi) Buah naga tergolong jenis tanaman yang merambat sehingga membutuhkan media sebagai tiang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, jalan Binawidya km 12,5 Simpang Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kota

Lebih terperinci