PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN GIS UNTUK PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH DI KOTA SURABAYA

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Kartika Pratiwi Sigit Heru Murti B.S.

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

Wisnu Widyatmadja Taufik Hery Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

BAB II METODE PENELITIAN

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMILIHAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A DI KABUPATEN KLATEN

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA

PEMANFAATAN CITRA DIGITAL ALOS AVNIR-2 DAN SIG UNTUK EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN DI WILAYAH PESISIR BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PERKEMBANGAN LAHAN PERMUKIMAN BERBASIS PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA MAGELANG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

STUDI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD

PENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

METODE. Waktu dan Tempat

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

PEMANFAATAN CITRA ASTER DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

Analisis DEM SRTM untuk Penilaian Kesesuaian Lahan Kopi dan Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Timur. Ari Wahono 1)

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK IDENTIFIKASI DEGRADASI LAHAN AKIBAT PERTANIAN HORTIKULTURA DI SEBAGIAN KECAMATAN GARUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Paramukti Murwibowo Totok Gunawan

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA MALANG

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN TAMBAK GARAM DI PESISIR UTARA KABUPATEN PAMEKASAN

Sudaryanto 1), Melania Swetika Rini 2) *

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTEGRASI CITRA ALOS AVNIR-2 DALAM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK MENGIDENTIFIKASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN DI SEBAGIAN KABUPATEN CILACAP

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG UNTUK ESTIMASI PRODUKSI PADI BERDASARKAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL

Evaluasi Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

Transkripsi:

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Nidya Albidari nyidz63@gmail.com Zuharnen zuharnen@ugm.ac.id Abstaract Klaten Regency needs the new final disposal of waste because the old disposal has overloaded. To determine the final disposal sites of waste can use remote sensing data and Geographic Information System (GIS). ALOS AVNIR-2 imagery used to extracting parameters of the final disposal. This research also uses Indonesian s Topographic Map and fieldwork. That parameters are land use, suspectibility of mass movement, settlement slope, depth of groundwater and surface drainage. This research uses the quantitative scoring. The result of data processing showed the appropriate location for the disposal of waste in the Klaten regency is 258 ha. It is scattered in several places in the sub-district of Bayat with the most appropriate lacation is 98,05 ha and 36,57 ha. This location has adapted with land use, RTRW and also supplemented with the information of status or the ownership of land. Keyword: final disposal of waste, remote sensing, GIS, site selection Abstrak Kabupten Klaten membutuhkan TPA baru untuk menampung sampah karena TPA lama sudah tidak layak pakai. Penentuan lokasi TPA sampah dapat dilakukan menggunakan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pengolahanya. Citra ALOS AVNIR-2 digunakan untuk menyadap parameter penentu lokasi TPA sampah dibantu dengan Peta RBI dan kerja lapangan. Parameter tersebut adalah penggunaan lahan, kerentanan gerak massa, permukiman, kemiringan lereng, kedalaman air tanah dan drainase permukaan. Penentuan lokasi TPA sampah dilakukan dengan metode kuantitatif berjenjang. Dari hasil pengolahan data didapatkan lokasi TPA sampah di Kabupaten Klaten seluas 258 ha yang tersebar dibeberapa tempat di Kecamatan Bayat dengan lokasi yang paling sesuai seluas 98,05 ha dan 36,57 ha. Lokasi tersebut sudah disesuaikan dengan penggunaan lahan, RTRW dan dilengkapi dengan informasi status/kepemilikan lahan. Kata kunci: Tempat Pembuangan Akhir Sampah, penginderaan jauh, SIG, site selection 265

PENDAHULUAN Permasalahan tentang sampah sudah sangat sering terjadi di perkotaan. Pengelolaan sampah yang kurang baik dan terbatasnya tempat pembuangan sampah menjadi salah satu faktor penyebabnya. Semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan penambahan jumlah tempat pembuangan akan menyebabkan masalah lingkungan. Dengan adanya penambahan jumlah sampah menyebabkan TPA yang ada akan semakin penuh sehingga membutuhkan lokasi baru. Seperti yang terjadi di Kabupaten Klaten dimana TPA sampah yang ada sudah tidak dapat menampung sampah lagi sehingga membutuhkan TPA baru. Tempat pembuangan sampah yang dibutuhkan adalah tempat pembuangan yang memenuhi standar kelayakan sehingga tidak menyebabkan masalah lingkungan. Namun dalam kenyataannya, penyediaan tempat pembuangan sampah ini terhambat oleh ketersediaan lahan. Apalagi di daerah perkotaan yang ketersediaan lahan terbukanya sudah sangat sedikit. Dengan demikian diperlukan adanya studi kelayakan untuk menentukan lokasi tempat pembuangan sampah yang sesuai dengan standar yang ada. Penelitain ini memanfaatkan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penyadapan data dan perolehan informasi. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 2000). Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 sebagai sumber data utama. Citra ALOS AVNIR-2 memiliki 3 saluran pada daerah spektral tampak dan 1 saluran inframerah dekat. Dengan adanya keempat saluran tersebut maka dapat melakukan pengenalan obyek dalam pemetaan tutupan lahan maupun penggunaan lahan yang merupakan salah satu parameter penentu lokasi TPA sampah dengan baik. SIG digunakan dalam penelitian ini untukmemperoleh, menyimpan,memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi yaitu berupa karakteristik lahan. Dengan menggunakan SIG dalam penelitian ini, dapat dilakukan pemodelan untuk mengolah dan mendapatkan informasi karakteristik lahan wilayah penelitian secara spasial untuk digunakan dalam penentuan TPA sampah. Teknik penginderaan jauh yang diintegrasikan dengan SIG digunakan untuk memperoleh informasi karakteristik lahan yang menjadi parameter dalam penentuan lokasi TPA sampah. Karakteristik lahan yang digunakan dapat diekstraksi dari data penginderaan jauh dengan menggunakan SIG untuk mengolah dan menganalisis data tersebut. Dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan SIG diharapkan penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih efektif dari segi waktu, biaya dan tenaga serta dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan teknik penginderaan jauh dalam mengenali karakteristik lahan untuk menentukan lokasi TPA sampah dan menentukan lokasi TPA sampah dengan menggunakan data penginderan jauh yang diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografis. 266

METODE PENELITIAN Alat 1. Seperangkat komputer untuk pengolahan data dan penulisan laporan 2. Software ENVI 4.5, Arc GIS 9.3, Microsoft Office untuk pengolahan dan analisis data 3. Peralatan lapangan meliputi: Printer Abney Level Global Positioning System (GPS) Meteran Seperangkat Ring Permeabilitas Ember Kamera Digital Alat tulis Bahan 1. Citra Digital ALOS AVNIR-2 perekaman tahun 2009 2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 lembar Jabung, Klaten, Cawas dan Ceper 3. Peta RTRW Kabupaten Klaten tahun 2011 2031 skala 1:5.000 4. Peta Jenis Tanah Kabupaten Klaten skala 1: 50.000 Tahap Perolehan Data Citra ALOS AVNIR-2 dilakukan koreksi geometrik dengan metode Image to Map Registration. Kemudian dilakukan interpretasi untuk mendapatkan informasi penggunaan lahan, bentuklahan, kerentanan gerak massa, dan permukiman. Tidak semua parameter yang digunakan dalam penelitian ini dapat disadap dari citra, ada beberapa parameter yang menggunakan pengukuran lapangan dengan bantuan data-data pendukung lainnya. Misalnya saja kedalaman air tanah dan drainase permukaan. Parameter kedalaman air tanah membutuhkan data pengukuran lapangan pada unit-unit satuan bentuklahan yang telah diinterpretasi sebelumnya, sedangkan parameter drainase permukaan membutuhkan data jenis tanah. Berbeda dengan Peta RBI, sumber data ini harus melalui proses scanning untuk mengubah data ke dalam format digital, baru kemudian dilakukan analisis data maupun proses pemodelan. Penyadapan informasi juga dilakukan pada Peta RBI untuk mendapatkan informasi berupa data kontur untuk membuat kemiringan lereng. Proses penyadapan informasi tersebut dilakukan dengan digitasi secara on screen (digitasi pada layar) sehingga format data yang dihasilkan berbentuk vektor. Tahap Kerja Lapangan Setelah semua parameter penentu lokasi TPA sampah didapatkan, selanjutnya adalah menentukan daerah sampel. Penentuan daerah sampel ini hanya digunakan untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi penggunaan lahan, kerentanan gerak massa dan permukiman saja karena ketiga data ini diperoleh dari hasil interpretasi Citra ALOS AVNIR-2. Namun untuk parameter kemiringan lereng juga dilakukan cek lapangan karena parameter ini juga didapatkan melalui proses interpretasi dari Peta RBI. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling dimana pemilihan sampel dilakukan dengan stratifikasi pada unit penelitian Penentuan daerah sampel dilakukan karena mengingat daerah penelitian yang cukup luas. Dengan adanya penentuan daerah sampel, dapat mempermudah dalam kerja lapangan. Hal tersebut merupakan keunggulan dari pemanfaatan data penginderaan jauh. Dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dapat meminimalisir dilakukannya kerja lapangan yaitu dengan adanya penentuan 267

daerah sampel sehingga lebih mempersingkat waktu dan menghemat biaya. Tahap Pengolahan Data Penentuan lokasi TPA sampah dilakukan dengan cara tumpang susun kedalaman air tanah, kerentanan gerak massa, drainase permukaan, jarak terhadap permukiman dan kemiringan lereng. Penggunaan lahan tidak diikutsertakan karena penggunaan lahan akan digunakan sebagai acuan kesesuaian lokasi TPA sampah. Tumpang susun dilakukan dengan metode kuantitatif berjenjang dengan melakukan penjumlahan matematis harkat masing-masing parameter pada data atributnya sehingga diperoleh rentang nilai harkat yang akan digunakan dalam klasifikasi potensial lahan untuk TPA sampah. Kelas yang paling sesuai diberi harkat 3 dan yang tidak sesuai diberi harkat 1. Penentuan klasifikasi lahan didasarkan pada formula Sturgess. Peta Kesesuaian Lokasi TPA Sampah didapatkan melalui pembandingan antara lokasi potensial dengan penggunaan lahan. Pembandingan terhadap penggunaan lahan bertujuan agar tidak terjadi benturan dengan peruntukan lahan lainnya dan untuk mendapatkan lokasi TPA sampah pada lahanlahan yang kurang produktif. RTRW merupakan faktor perundangan dalam prinsip site selection. RTRW digunakan untuk mengetahui fungsi kawasan sebagai penapis untuk mendapatkan rekomendasi lokasi TPA sampah. Lokasi TPA sampah direkomendasikan pada kawasan budidaya. Hasil akhir dilengkapi informasi status/kepemilikan lahan pada wilayah yang sesuai dengan RTRW. Status/kepemilikan lahan merupakan faktor ekonomi dalam prinsip site selection. Semakin sedikit kepemilikan atas lahan tersebut maka akan semakin baik. Lahan milik pemerintah adalah yang paling sesuai dipilih sebagai lokasi TPA sampah. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Lokasi Potensial TPA Sampah Berdasarkan hasil pengolahan data, di dapatkan lokasi yang potensial sebagai TPA sampah seluas 190 ha, lokasi yang kurang potensial seluas 36.601 ha dan yang tidak potensial seluas 594 ha. Lokasi yang sesuai sebagai TPA sampah tersedia cukup luas jika melihat kebutuhan luas TPA sampah Kabupaten Klaten yaitu seluas 9,17 Ha dengan masa pakai 10 tahun. Namun data ini akan berubah karena lokasi yang didapatkan akan disesuaikan dengan penggunaan lahan dan tata ruang yang ada. Tabel 1. Luas Lokasi Potensial TPA Sampah Lokasi Potensial Luas (ha) Prosentase (%) Potensial 190 0,51 Kurang Potensial 36.601 97,48 Tidak Potensial 594 1,58 Rawa Jombor 163 0,43 Jumlah 37.548 100,00 Sumber : Hasil pengolahan data, 2012 Penentuan Kesesuaian untuk TPA Sampah Penentuan lokasi TPA sampah perlu mempertimbangkan kesesuaiannya terhadap penggunaan lahan. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi benturan dengan penggunaan lahan yang ada. Oleh karena itu lokasi potensial yang sudah didapatkan dilakukan dilakukan pembandingan terhadap penggunaan lahan. Pembandingan dilakukan pada Peta Lokasi Potensial untuk TPA Sampah dengan Peta Penggunaan Lahan untuk menghasilkan Peta Kesesuaian Lokasi TPA Sampah. Setelah dilakukan pembandingan terhadap penggunaan lahan didapatkan luasan yang berbeda. 268

Tabel 2. Luas Kesesuaian untuk TPA Sampah Kelas Kesesuaian Luas (ha) Prosentase (%) Sesuai untuk TPA sampah 258 0,69 Kurang sesuai untuk TPA 25.200 67,11 sampah Tidak sesuai untuk TPA sampah 11.927 31,77 Rawa Jombor 163 0,43 Jumlah 37.548 100,00 Sumber : Hasil pengolahan data, 2012 Penentuan Rekomendasi Lokasi TPA Sampah Hasil yang didapatkan dari pembandingan terhadap penggunaan lahan masih di tapis lagi dengan RTRW untuk mendapatkan Peta Rekomendasi Lokasi TPA Sampah. Hal tersebut dilakukan agar hasil yang di dapatkan tidak bertentangan dengan perundangan yang sudah ditetapkan. RTRW Kabupaten Klaten terbagi menjadi 2 fungsi kawasan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung tentu saja tidak boleh digunakan sebagai TPA sampah. Oleh karena itu TPA sampah di pilih pada kawasan budidaya. Tabel 3 Luas Rekomendasi Lokasi TPA Sampah Kelas Rekomendasi Luas (ha) Prosentase (%) Direkomendasikan 258 0,69 Kurang direkomendasikan 23.583 62,81 Tidak direkomendasikan 13.544 36,07 Rawa Jombor 163 0,43 Jumlah 37.548 100,00 Sumber : Hasil pengolahan data, 2012 Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan SIG, didapatkan lokasi yang Direkomendasikan sebagai TPA sampah yang tersebar di Kecamatan Bayat. Lokasi tersebut terletak pada perbukitan solusional, perbukitan struktural dan perbukitan denudasional yaitu seluas 258 ha atau 0,69% dari luas daerah penelitian. Area tersebut hanya meliputi 0,35% dari seluruh wilayah Kabupaten Klaten. Gambar 1. Peta Rekomendasi Lokasi TPA Sampah Sebagian Kabupaten Klaten Dari hasil wawancara dengan pemerintah setempat, diketahui bahwa terdapat dua macam kepemilikan lahan yaitu lahan milik pemerintah pusat/daerah dan lebih dari satu pemilik hak. TPA sampah dipilih pada lahan milik pemerintah pusat/daerah karena lebih mudah dalam melakukan proses pembebasan lahan dari pada lahan dengan lebih dari satu pemilik hak ataupun milik pribadi. Terdapat empat lokasi yang direkomendasikan sebagai TPA sampah. Jika dilihat dari luasan masing-masing poligon, maka lokasi yang tepat sebagai TPA sampah adalah lokasi nomor 1 dan 3 yang masingmasing mempunyai poligon besar seluas 159,74 ha dan 48,32 ha, karena berdasarkan perhitungan kebutuhan luas TPA yang dilakukan oleh Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Klaten (2008), kebutuhan luas lahan TPA sampah di Kabupaten Klaten adalah 9,17 Ha dengan masa pakai 10 tahun. Lokasi nomor 2 dan 4 kurang tepat karena ukuran poligon yang ada cukup sempit. Selain itu lokasi tersebut merupan lahan yang dimiliki oleh lebih dari satu orang, sedangkan lokasi nomor 1 dan 3 merupakan lahan milik PERHUTANI 269

sehingga akan lebih mudah dalam proses pembebasan lahan. Gambar 2. Persebaran lokasi Rekomendasi 1 TPA sampah di Kecamatan Bayat Tabel 4. Luas dan status/kepemilikan lahan lokasi Rekomendasi TPA sampah di Kecamatan Bayat Lokasi* Luas (Ha) Status/Kepemilikan lahan 1 159,74 Lahan milik pemerintah pusat/daerah 2 5,36 Lebih dari satu pemilik hak 3 52,6 Lahan milik pemerintah pusat/daerah 4 40,30 Lebih dari satu pemilik hak *Lihat gambar 2 Lokasi TPA sampah yang baik adalah jauh dari permukiman dan berada di daerah cekungan agar bau busuk yang ditimbulkan terhalang oleh igir-igir perbukitan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka lokasi nomor 2 dan 4 tidak sesuai karena lokasinya yang berdekatan dengan permukiman. Poligon terbesar pada nomor 1 dan 3 kurang tepat karena berdekatan dengan permukiman. Oleh karena itu, untuk mendapatkan lokasi TPA sampah yang tepat dilakukan penarikan jarak terhadap permukiman sejauh 200 hingga 500 m dan didapatkan lahan seluas 98,05 ha di lokasi Rekomendasi 1 (R1) dan 36,57 ha di lokasi Rekomendasi 2 (R2). Gambar 3. Persebaran lokasi yang paling tepat untuk TPA sampah di Kecamatan Bayat Pemanfaatan teknik penginderaan jauh sangat efektif untuk mendapatkan lokasi TPA sampah yang sesuai standar lingkungan. Hal tersebut terbukti dengan didapatkannya lokasi TPA sampah yang berada pada lahan yang tepat. Berbeda dengan lokasi TPA sampah yang lama yang penentuannya tidak menggunakan tenik penginderaan jauh, pada lokasi tersebut timbul beberapa masalah lingkungan. TPA tersebut berada pada lahan yang kurang tepat sehingga timbul beberapa masalah lingkungan. Dengan digunakannya teknik penginderaan jauh diperoleh lokasi TPA sampah pada lahan yang tepat sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungan. Kemampuan teknik penginderaan jauh dalam penentuan lokasi TPA sampah dapat dilihat dari hasil uji ketelitian interpretasi parameter penentu lokasi TPA sampah. Hasil uji ketelitian interpretasi menunjukkan bahwa ketelitian interpretasi penggunaan lahan sebesar 87,09%, kerentanan gerak massa sebesar 90,32% dan permukiman sebesar 96,77%. Katelitian interpretasi citra penginderaan jauh dikatakan baik jika mencapai tingkat ketelitian sebesar 85% (Sutanto, 1994). Dengan demikian ketelitian hasil interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 untuk penggunaan lahan, kerentanan gerak massa dan permukiman dapat dikatakan baik. 270

KESIMPULAN 1. Penginderaan jauh dapat digunakan untuk menentukan lokasi TPA sampah. Kemampuan penginderaan jauh khususnya Citra ALOS AVNIR-2 dalam penentuan lokasi TPA sampah dapat dilihat dari hasil uji ketelitian interpretasi penggunaan lahan, kerentanan gerak massa, permukiman, jaringan jalan dan kemiringan lereng yang masing-masing sebesar 87,09%; 90,32%, 96,77%, 100% dan 93,55%. 2. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk menentukan lokasi TPA sampah sebagai alat untuk mengolah data melalui pemodelan spasial dan analisis dengan pengharkatan berbagai parameter penentu yang meliputi drainase permukaan, kerentanan gerak massa, kemiringan lereng dan kedalaman air tanah. 3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan yang sesuai sebagai lokasi TPA sampah tersebar di Kecamatan Bayat dengan luas total 258 ha. Area tersebut meliputi 0,69% dari luas daerah penelitian atau 0,35% dari seluruh wilayah Kabupaten Klaten dengan lokasi yang paling sesuai seluas 98,05 ha terletak di Desa Wiro, Desa Jotangan dan Desa Krakitan dan 36,57 ha terletak Desa Krikilan, Desa Paseban dan Desa Jotangan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Citra Satelit ALOS. http://angkringangis.multiply.com/tag/ citra%20alos, diakses tanggal 7 Oktober 2011. BAPPEDA. 2010. Profil Kabupaten Klaten 2010. Klaten: BAPPEDA Klaten. Bintarto. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia. Lillesand T.M. and Kiefer R.W. 2000. Remote Sensing and Image Interpretation (4 th edition). Kundli: John Willey and Sons. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 2011. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Klaten. 2008. Pendataan/Identifikasi Sampah Kab. Klaten. Klaten: Agung Persada Konsultan. Suharyadi, 2009. Penginderaan Jauh Studi Perkotaan Pemilihan Letak. Catatan Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Sutanto. (1994). Penginderaan Jauh. Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 271