BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis di Provinsi Lampung. Salah satu dari dampak itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan obyek wisatanya. Pembangunan pawisata mesti ditunjang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

7. Berapa biaya insentif petugas pengelola limbah? 10. Apakah pendidikan petugas pengangkut limbah padat?

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH DAN DAMPAK LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TERHADAP KESEHATAN SERTA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

KORELASI JUMLAH PASIEN DAN PRODUKSI LIMBAH MEDIS PADAT DI RUANG RAWAT INAP DAN UNIT GAWAT DARURAT RS SITI KHADIJAH, SEPANJANG SIDOARJO

JENIS DAN JUMLAH LIMBAH PADAT NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN INSAN SENDAWAR KUTAI BARAT. Oleh: HILAFIA HILDA NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat

Semakin banyak laporan yang dibutuhkan semakin banyak berkas yang harus disiapkan dan diisikan dan semakin banyak pula waktu serta tenaga yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN HYGIENE DAN SANITASI

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT PADA RS. Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu usaha untuk mencapai kesadaran kemampuan akan hidup sehat bagi masyarakat dan mewujudkan derajat kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena menyentuh seluruh aspek kehidupan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai guna memberikan pelayanan kepada masyarakat, antara lain tersedianya rumah sakit serta peran aktif dari masyarakat. Rumah sakit yang bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memerhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih, dan serangga/binatang pengganggu. Namun, menciptakan kebersihan di rumah sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan dengan berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, perilaku masyarakat, kondisi lingkungan, sosial dan teknologi. Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan limbah rumah sakit adalah yang terkomplit, tempat yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan berbagai jenis sampah dan limbah. Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang terdiri atas pasien, pengunjung dan karyawan memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran lingkungan 1

rumah sakit. Aktivitas pelayanan dan perkantoran, pedagang asongan, perilaku membuang sampah dan meludah sembarangan, perilaku merokok dan sejumlah barang atau bingkisan yang dibawa oleh pengunjung/tamu menambah jumlah sampah dan mengotori lingkungan rumah sakit. Dalam kegiatannya, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan. Kegiatan rumah sakit disamping menimbulkan dampak positif, juga menimbulkan dampak negatif terutama disebabkan limbah klinis. Limbah klinis merupakan bahan-bahan yang terkontaminasi dan berada di lingkungan rumah sakit, limbah tersebut dapat menjadi sumber penyebaran kuman di rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan limbah yang baik agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diharapkan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. 2

Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun. Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada petugas, pasien, pengunjung atau pun masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan berisiko terhadap penularan penyakit. Beberapa risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis, diare, campak, AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan riiko bahaya kimia. Berikut ini terdapat peristiwa tentang pengelolaan dan pembuangan limbah medis rumah sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten Malang kebingungan mengatasi limbah medis dari sejumlah rumah sakit dan poliklinik, terutama limbah padat bekas botol infus, jarum suntik dan peralatan medis serta limbah cair medis lainnya. Dari total sebanyak delapan rumah sakit swasta dan 30-an polklinik belum memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) serta pengolah limbah padat. 3

Apalagi, limbah medis padat dikategorikan sebagai bahan berbahaya dan beracun. Sementara, saat ini hanya Rumah Sakit Daerah Kanjuruhan yang memiliki incenerator atau alat pemusnah limbah medis padat dan IPAL. Rata-rata setiap hari memusnahkan sebanyak seribu botol infus dan peralatan medis lainnya. Itu pun kapasitasnya hanya cukup untuk limbah Rumah Sakit Kanjuruhan, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Agus Wahyu Arifin. Demikian juga dengan peralatan medis dan limbah padat dari 39 Puskesmas di Kabupaten Malang, barang tersebut dimusnahkan secara manual, karena tidak memiliki alat pemusnah. Para pengelola Rumah Sakit swasta ini kebingungan menangani limbah medis padat setelah sejumlah oknum petugas Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang diperiksa karena menjual limbah medis seperti botol infus, diduga selama ini praktik serupa juga dilakukan di Rumah Sakit swasta lainnya. Akibatnya, mereka ketakutan akan dijerat dengan sangkaan hukum pidana yang sama. Untuk itu, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang tengah meminta pendapat terhadap pakar lingkungan dan sanitasi. Apakah, limbah medis terhadap upaya penanganan limbah medis padat. Namun, sejauh ini belum ada jawaban yang tepat dan jelas mengenai masalah ini, karena pendapat pakar sanitasi ini akan dijadikan rujukan rumah sakit yang lain. Sedangkan, Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, Subandiyah Aziz mengatakan belum ada aturan terbaru yang mengikat pengolahan limbah medis. Aturan sebelumnya, menyebutkan pengolahan limbah medis menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Namun, seiring bergulirnya reformasi pengolahan limbah medis diserahkan kepada daerah. Awalnya, limbah 4

medis di Jawa Timur dikumpulkan di Pasuruan, selanjutnya dimusnahkan di Cileungsi Jawa Barat, menurutnya limbah medis tidak boleh dibuang sembarangan, karena beracun dan berbahaya. Limbah medis sangat berbahaya dan berpotensi menularkan berbagai penyakit seperti HIV/IDS, Hepatitis B dan Hepatitis C. Untuk itu, harus dilakukan langkah pencegahan dengan memusnahkan seluruh limbah medis secara aman. Berdasarkan data tersebut, rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan merupakan salah satu sumber penghasil limbah B3, yang harus mendapat pengolahan dengan baik mulai dari reduksi, pewadahan, pengumpulan, penyimpanan sementara, pengangkutan dan pengolahan di sumber. Oleh karena itu, perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif. Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta tahap pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan. Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah dari tindakan preventif dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan atau minimasi limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti usaha reduksi pada sumbernya, 5

pemanfaatan limbah, daur ulang, pengolahan limbah, serta pembuangan limbah sisa pengolahan. Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri atas satu set pengaturanpengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan. Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari Pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan suatu proses audit agar berjalan sesuai dengan tujuan awal rumah sakit. Dengan memanfaatkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit, diharapkan rumah sakit dapat mengontrol manajemen pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan. Audit lingkungan merupakan alat yang efektif dan bermanfaat bagi suatu usaha untuk mengelola lingkungan hidup. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Erick Ricky Gustian (NRP 094020361), Program Studi Akuntansi dengan judul Pengaruh Pelaksanaan Audit Lingkungan Terhadap Pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan. 6

Fenomena umum yang terjadi seperti yang telah dipaparkan di atas, yaitu mengenai pembuangan limbah medis yang tidak tepat. Karena itu, rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat, yang memiliki kontribusi besar terhadap pembuangan limbah, wajib melaksanakan sistem manajemen lingkungan yang efektif sehingga permasalahan lingkungan dapat diatasi. Fenomena yang khususnya terjadi pada rumah sakit adalah sebagai berikut: a. Struktur manajemen yang sangat berpengaruh dalam pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan audit lingkungan dan sistem manajemen lingkungan masih belum optimal; b. Pelaksanaan program lingkungan yang harus didukung oleh SPO (Standar Prosedur Operasional), tetapi SPO yang ada belum mendukung kegiatan program lingkungan RS sepenuhnya; c. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pembuangan dan pemusnahan limbah medis, seperti contoh masih bekerja sama dengan pihak ke- 3, dalam hal pembuangan limbah medis; d. Komunikasi antara pihak manajemen dan pelaksana lingkungan masih belum optimal; dan e. Terbatasnya sarana dokumentasi pengarsipan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis melakukan analisis dan penelitian untuk membahas hal tersebut dalam skripsi dengan judul: Pengaruh Penerapan Audit Lingkungan Terhadap Efektivitas Sistem Manajemen Lingkungan. 7

2. Identifikasi Masalah Dengan memerhatikan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya batasan ruang lingkup untuk mempermudah pembahasan: 1. Bagaimana penerapan audit lingkungan pada Rumah Sakit Paru dr. H.A Rotinsulu? 2. Bagaimana sistem manajemen lingkungan pada Rumah Sakit Paru dr. H.A Rotinsulu? 3. Seberapa besar pengaruh penerapan audit lingkungan untuk menilai efektivitas sistem manajemen lingkungan pada Rumah Sakit Paru dr. H.A Rotinsulu. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian 3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan serta memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh penerapan audit lingkungan untuk menilai efektivitas sistem manajemen lingkungan rumah sakit. 3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan audit lingkungan pada rumah sakit; 2. Untuk mengetahui efektivitas sistem manajemen lingkungan pada rumah sakit; 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan audit lingkungan untuk menilai efektivitas sistem manajemen lingkungan pada rumah sakit. 8

4. Kegunaan Penelitian 4.1. Kegunaan Teoritis / Akademik Manfaat penelitian ini secara teoretis untuk pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu untuk mengetahui penerapan audit lingkungan dan pengaruhnya terhadap efektivitas pelaksanaan sistem manajemen lingkungan khususnya, dan ilmu ekonomi pada umumnya. 4.2.Kegunaan Praktis / Empiris Manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama mengenai pentingnya penerapan audit lingkungan untuk menilai efektivitas sistem manajemen lingkungan rumah sakit. b. Bagi Instansi Memberikan gambaran kepada pihak manajemen mengenai pentingnya audit lingkungan bagi perbaikan sistem manajemen lingkungan yang ada pada rumah sakit. c. Bagi Pihak lainnya Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan kajian maupun referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 5. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Rumah Sakit Paru dr. H.A. Rotinsulu Bandung. 9

10