KARAKTER ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BADUY LUAR DI GAJEBOH BANTEN Djumiko Abstrak Suku Baduy merupakan masyarakat yang hidup di daerah Lebak, Banten dan merupakan masyarakat yang hidup dengan tetap memelihara tradisi nenek moyang. Masyarakat Baduy membagi diri dalam dua kelompokyang disebut Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam bersikap menutup diri terhadap pengaruh kebudayaan dari luar wilayah, sedang Baduy Luar bersikap lebih terbuka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar wilayahnya. Aspek arsitektur yang berkembang di Baduy Luar tidak berbeda dari yang berkembang di Baduy Dalam, Bangunan yang ada pada setiap kelompok sama yaitu : kelompok rumah tinggal, kelompok lumbung, fasilitas bersama seperti tempat menumbuk padi / lesung, tempat mandi dan cud. Perbedaan yang ada adalah pada detail-detail bangunan. Kata kunci: karakter arsitektur, arsitektur tradisional Baduy, suku Baduy Luar 1. PENDAHULUAN Kekayaan budaya Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke, di berbagai wilayah dengan kecirian masing-masing daerah menjadikan Indonesia negara dengan etnik beragam, di antaranya adalah Suku Baduy yang berada di wilayah administratif Jawa Barat. Keunikan suku ini adalah hasrat untuk tetap mempertahankan adat dan tradisi warisan leluhur tanpa terkontaminasi budaya dari luar wilayah tersebut. Prinsip hidup masyarakat Baduy sangat menghargai alam. Dengan sikap, tersebut mcreka dapat hidup berdarapingan dengan alam secara daraai. Secara umum sikap mempertahankan tradisi ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu: yang masih mempertahan adat sama dengan nenek moyangnya disebut masyarakat Baduy Dalam dan yang sudah dapat menerima berbagai hal yang terjadi di luar suku Baduy disebut masyarakat Baduy Luar, Meski demikian, hubungan antar keduanya terjalin dengan harmonis. Keaslian yang terus terpelihara ditengah-tengah kemajuan teknologi informasi yang berkembang begitu pesat, membuat suku Baduy terlihat istimewa. Gambaran arsitektur tradisional masyarakat asli Indonesia yang tergolong sudah langka dapat dilihat pada suku ini. Untuk itulah penulis bermaksud mengidentifikasikan aspek arsitektural yang ada pada suku Baduy. 2. GAMBARAN UMUM UNGKUNGAN BADUY Lingkungan Baduy terletak di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, merupakan kawasan dilembah pegunungan Kendeng. Suatu kawasan berbukit dan ber lembah dengan luas wilayah 5.102 Ha. Ketinggian wilayah adalah 500-1.200 meter di atas permukaan air laut. Suhu udara dilayah ini berkisar antara 20-22 derajat Celsius. Terdapat beberapa sungai yang membelah bukit, hutan dan melintasi daerah pemukiman penduduk. Wilayah yang dihuni suku Baduy dapat dikatakan sebagai daerah terisolasi, hal ini disebabkan lingkungannya yang tidak dapat dilalui kendaraan bennotor. Jalan-jalan yang ada merupakan jalan setapak dari tanah dan bebatuan alami. Lingkungan alamnya terlihat masih asli, dipenuhi pohon-pohon yang berbentuk hutan maupun areal pertanian. Untuk mencapai desa satu dengan desa lainnya harus dilakukan dengan berjalan kaki melalui jalan setapak. Batas 1
pemisah antara satu desa dengan desa lainnya berupa hutan atau lahan pertanian. 2. MASYARAKAT BADUY Masyarakat Baduy berprinsip hidup menyatu dengan alam; perilaku dalam kehidupannya sangat menghargai dan menghormati alam. Tata kehidupan seharihari mereka diatur oleh aturan adat yang sangat ketat (pikukuh). Masyarakat Baduy dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu masyarakat Baduy Dalam dan masyarakat Baduy Luar. Masyarakat Baduy Dalam dikenal sebagai kelompok yang taat kepada adat istiadat yang diturunkan oleh leluhur suku Baduy, sedangkan masyarakat Baduy Luar merupakan yang lebih bersifat terbuka terhadap perkembangan jaman. Meskipun terdapat perbedaan pandangan namun mereka masih menyakini prinsip tata kehidupan berupa aturan-aturan (pikukuh) yang harus dipatuhi agar kehidupan mereka sejahtera, damai dan aman. Aturan-aturan tersebut di antaranya: 1. Gunung tidak diperkenankan dilebur. 2. Lembah tak diperkenankan dirusak. 3. Larangan tak boleh diubah. 4. Panjang tak boleh dipotong. 5. Pendek tak boleh disambung. 6. Yang bukan harus ditolak. 7. Yang jangan harus dilarang, 8. Yang benar harus dibenarkan. 9. Pintar dan benar itulah seharusnya seorang manusia. 10. Dan lain-lain. Selain pikukuh di atas masih banyak pikukuh yang masih hidup dan berlaku di Baduy. Masyarakat hidup dengan berpegang pada pikukuh dengan ketat. Pelanggaran terhadap pikukuh dikenakan sangsi yang telah ditetapkan dan dilaksanakan tidak pandang bulu terhadap semua lapisan masyarakat sesuai aturan. 4. SOSIAL BUDAYA a. Agama : Masyarakat Baduy menganut agama yang disebut "Sunda Wiwitan", yang merupakan kepercayaan dari leluhurnya. b. Sosial: Nilai-nilai social suku Baduy yang terus berlaku sampai saat ini dan tidak lapuk oleh jaman antara lain ; Menjunjung tinggi petuah leluhur. Menjunjung tinggi aturan I pikukuh. Menghormati tamu. Melestarikan lingkungan alam. Gotong royong. Swasembada. c. Sent : Pada masyarakat Baduy Luar mengenal seni musik, seperti angklung yang dibunyikan pada upacara adat. d. Teknologi : Menggunakan teknologi sederhana dan tepat guna, selalu akrab/ramah lingkungan dan sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakatnya. e. Pendidikan: Masyarakat Baduy baik Luar maupun Dalam tidak mengenal pendidikan formal atau sekolah. Pengetahuan dan budi pekerti diajarkan lewat lisan dari orang tua kepada anak-anaknya atau pada yang lebih muda dan tergantung pada ingatan para tetua. f. Ekonomi: Sistem pcrekonomian masyarakat Baduy didukung oleh sektor pertanian, perkebunan, perdagangan, industri rumah tangga dan kerajinan. 14
5. LINGKUNGAN PERMUKIMAN Lingkungan permukiman Baduy terdiri dari kelompok-kelompok yang kemudian disebut kampung, keseluruhan berjumlah kurang lebih 60 kampung. Setiap kampung terdiri kurang lebih 40 rumah. Jarak antar kampung cukup jauh dan dipisahkan oleh bukit, hutan dan lahan pertanian. Lx)kasi pemukiman umumnya di tepi sungai. Setiap lingkungan pemukiman terdiri dari: rumah-rumah tempat tinggal warga, rumah kepala adat (disebut : Puun), lurabung-lumbung dan palung tempat menumbuk padi secara bersama-sama. Susunan/tata letak bangunan disusun berdasarkan sumbu Utara - Selatan, berdasarkan hirarki status warga di dalam selatan menghadap halaman terbuka, lokasi ini merupakan tempat yang dijaga kesuciannya. Orang luar/tamu tidak diijinkan masuk ke rumah tersebut, meskipun hanya meliwati halamannya. Bangunan rumah tinggal warga seluruhnya menghadap dan berorientasi pada rumah Puun. Lumbung ditempatkan terpisah dari rumah tinggal, demikian juga dengan tempat menumbuk padi/palung. Untuk kegiatan mandi, cuci pakaian, digunakan air sungai atau air dari sumber air. Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan lokal/yang didapat dari dalam lam lingkungan Baduy seperti: kayu, bambu, daun pohon aren, ijuk, batu dan lain-lain. masyarakat. Rumah Puun (kepala adat) diletakkan pada tempat khusus yaitu paling 15
6. KAMPUNG GAJEBOH Kampung Gajeboh mempakan salah satu kampung di kawasan Baduy Luar, terletak di lembah perbukitan dan di tepi sungai. Untuk memasukinya, dilakukan dengan berjalan kaki, menyusuri jalan setapak sepanjang area! ladang dan pertanian. Waktu tempuh jalan kaki dan pintu masuk Kampung Ciboleger kurang lebih 50-60 menit. 6.1. Masa Bangunan Masa bangunan disusun sebagai berikut. Letak kampung di tepi sungai. Masa bangunan disusun dari beberapa deret, memanjang mengikuti kontur tanah. Deret satu dengan deret lainnya berbeda ketinggiannya, karena kontur tanah. Arab deret membentuk Timur- Barat, sesuai dengan kontur tanah. Setiap dua rumah saling berhadapan terasnya. Rumah menghadap arah Utara Selatan (pintu utamanya). Susunan masa bangunan dibentuk secara hirarkis, rumah kepala kampung terletak pada ujung Barat sisi paling Selatan,menghadap ke halaman / lapangan terbuka. Lumbung terdapat dua kelompok, satu kelompok disebelah Timur, dan yang lain di seberang sungai atau arah Utara. Tempat menumbuk padi (palung) diletakkan di bagian Utara atau tepi 16
sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sketsa sita plan, Ruang tengah, berfungsi sebagai tempat 6.2. Denah Denah bangunan berbentuk segi empat panjang, dibagi menjadi tiga bagian: Teras, digunakan sebagai tempat duduk bersantai, menerima tamu yang bertandang tidak lama. Teras dihubungkan dengan pintu ke ruang tengah, yang merupakan pintu masuk utama kedalam bangunan. Pintu utama ini menghadap arah Utara atau Selatan. duduk tamu, tempat tidur dan makan. Ruang dapur; di sini selain terdapat alatalat dapur seperti: tungku dan lainnya, juga untuk menyimpan bcrbagai perlengkapan, seperti alat pertanian. Suku Baduy tidak memiliki perabot seperti meja, kursi, tempat tidur atau almari di dalam rumahnya. Rumahnya merupakan rumah panggung. Gambaran 17
lebih jelasnya untuk denah adalah sebagai berikut. 6.3. Tampak Bangunan Gambaran tampak bangunan yang terdapat di Baduy adalah sebagai berikut. Bangunan menghadap adah Utara atau Selatan Dinding dibuat dari anyaman barnbu / bilik. Lantai bangunan dibuat dari bambu yang dibelah, diperkuat dengan rangka kayu. Ruraah Baduy merupakan rumah panggung, kenaikan lantai kurang lebih 60 cm. Atap berbentuk pelana, dengan penutup atap berbahan daun kiray (aren) dan ijuk. Pada bagian nok atap diakhiri dengan suatu tanda berbentuk lingkaran atau silang. Bukaan dinding umumnya hanya untuk pintu dan tidak ada bukaan untuk jendela, meskipun kini ada yang sudah mulai menggunakan jendela. Bukaan berupa jendela tidak dikenal karena dinding yang terbuat dari anyaman bambu merupakan dinding berlubang-lubang schingga angin dan sinar matahari masih dapat mencmbus ke dalam ruang. 18
6.4. Struktur dan Bahan Bangiman Struktur dan bahan bangunan dibuat sebagai berikut. Bangunan dibuat dengan Struktur rangka, terdiri dari tiang dan balok dengan bahan kayu dan bambu. Lembaran lantai yang dibuat dari bambu belah didukung dengan balok kayu dan bambu. Struktur dinding merupakan tiangtiang kayu. Lembaran dinding dari bilik bambu dijepit dengan bambu. Penutup atap yang dibuat dari daun atau ijuk dibentuk lembaran dengan ukuran kurang lebih 60 x 180 cm. Sistem sambungan umumnya menggunakan tali temali dan paku. Secara keseluruhan bahan bangunan yang digunakan untuk membuat rumah menggunakan bahan alam berasal dari lingkungan sekitar, seperti: kayu bambu, daun, ijuk dan batu. 19
7. KESIMPULAN Kesadaran masyarakat Baduy yang sangat menghargai alara sebagai tempat mereka menyandarkan hidup patut menjadi tauladan bagi masyarakat luas, terutama yang mengaku sebagai masyarakat moderen yang menganggap alam sebagai alat bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Bentuk lingkungan dan bangunan dibuat berdasarkan adat, yang sampai saat ini masih dipertahankan. Tata masa bangunan disusun berdasarkan hirarkis, sesuai dengan statusnya. Dalam menata masa bangunan digunakan sumbu-sumbu Utara-Selatan, sebagai arah orient asi. Ekspresi atau penampilan bangunan sederhana, adalah sesuai dengan pola hidup masyarakatnya yang sederhana. Pada tampak bangunan bagian atap digunakan simbol- simbol (bentuk silang dan lingkaran yang menggambarkan laki-laki dan wanita). Bentuk bangunan dibedakan sesuai dengan fungsinya, antara bangunan rumah tinggal, lumbung, dan tempat menumpuk padi, Tata ruang interior sederhana, tidak menggunakan perabot. Bahan bangunan menggunakan bahan lokal yang didapat disekitarnya, seperti kayu, bambu dan batu. Struktur menggunakan teknologi sederhana sesuai dengan keahlian masyarakat. 20
Bangunan suku Baduy merupakan suatu contoh bangunan sederhana yang sangat mempertimbangkan faktor lingkungan, baik secara menyeluruh dalam satu lingkungan maupun setiap unit bangunannya. 7. DAFTAR PUSTAKA Adimihardja, Kusnaka. Orang Baduy Manusia Air yang Memetthara Keberlanjutan Aliran Sungai Ciujung, Makalah Seminar tgl 3-9- 1998 di Pusat Kebudayaan Jepang, Jakarta. K. Gama, Judistira. Dengan Bercermin Kepada Orang Baduy, Makalah Seminar tgl 3-9-1998 di Pusat Kebudayaan Jepang, Jakarta. Sasmiyarsi Sasmoyo. Penataan Pelaksanaan Wisata Desa Khusus di Kawasan Kanekes, Sebuah Vsulan untuk Pelestarian dan Perttndungan bagi Budaya dan A lam, Makalah Seminar tgl 3-9-1998 di Pusat Kebudayaan Jepang, Jakarta. Don Hasman. Legenda Hidup dari Kanekes, Makalah Seminar tgl 5-11- 1998 di Jakarta. R. Cecep Eka Permana. Area Domas Baduy: Sebuah Referensi Arkeologi dalam Penafsiran Ruang Masyaraakat Megalitik, Makalah Seminar tgl 5-11- 1998 di Jakarta. Achmad Sopandi Hasan. Rumah Adat Baduy Dalam, Majalah ASRI No 64. Riza Sofyat. Baduy Dalam : Menutup Menjaga Kelestarian, Majalah Tempo tanggal 28 Agustus 1990. Biodata Penulis; Djumiko, MSA. alumnus SI Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang(1982), S2 Teknik Arsitektur (alur: Perancangan Arsitektur) Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan pengajar program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. 21