Latar Belakang Transportasi memegang peranan yang cukup penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia Angkutan umum yang ada pada kota Sorong Teminabuan adalah Ford dan L 200. Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi menyangkut pelayanan angkutan pada ruas tersebut adalah belum dipatuhinya ketentuan tarif yang ditetapkan pemerintah oleh pengemudi. Tarif yang dikenakan kepada pengguna angkutan umum sebesar Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) sedangkan pengusaha dan pengemudi mempunyai patokan harga sendiri sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan. Pada sisi pemakai jasa angkutan umum, tarif ini dinilai terlalu tinggi. Pengguna jasa merasa keberatan atas tarif yang dibebankan yang dirasakan terlalu tinggi, kurang terjangkau dari kemampuan daya belinya. Pada sisi pengusaha jasa transportasi, tarif resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dinilai terlalu rendah dan tidak dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha angkutan umum (biaya operasional kendaraan yang tinggi sebagai akibat kondisi jalan yang tidak baik), sehingga keuntungan yang layak tidak dapat diperoleh. Penelitian ini dilakukan untuk meninjau tarif yang ada, memberikan gambaran dan rekomendasi tarif yang sesuai dan dapat mengakomodasi kepentingan pengelola angkutan maupun pengguna jasa angkutan umum
Perumusan Masalah Berapakah besar biaya operasional kendaraan (BOK) yang dikeluarkan oleh pengelola angkutan umum di kota Sorong Bagaimana tarif angkutan umum yang berlaku saat ini ditinjau dari pendekatan biaya operasi kendaraan Berapakah kemampuan membayar masyarakat (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum dengan menggunakan mobil Ford dan L 200 pada ruas jalan Sorong- Teminabuan Berapakah kemauan membayar masyarakat (Willingness to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum dengan menggunakan mobil Ford dan L 200 pada ruas jalan Sorong- Teminabuan
Tujuan Penelitian Menghitung berapa besar biaya operasional kendaraan (BOK) yang dikeluarkan oleh pengelola angkutan umum di kota Sorong atas dasar kondisi saat ini atau rasional saat ini. Mengetahui bagaimana tarif angkutan umum yang berlaku saat ini ditinjau dari pendekatan biaya operasi kendaraan. Menghitung berapa kemampuan membayar masyarakat (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada ruas jalan Sorong-Teminabuan. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat (Willingness to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada ruas jalan Sorong-Teminabuan.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah kota Sorong dalam menentukan tarif angkutan umum pada ruas jalan Sorong-Teminabuan yang optimal yang mampu melayani kebutuhan masyarakat serta pengguna angkutan umum.
Batasan Penelitian Lingkup penelitian hanya pada ruas jalan Sorong-Teminabuan. Objek yang dipergunakan hanya angkutan umum penumpang jenis mobil Ford dan L 200. Kelompok masyarakat yang akan disurvey adalah kelompok yang tidak mempunyai pilihan selain angkutan umum sebagai sarana mobilitas perjalanannya (Captive Rider).
Lokasi Penelitian Kab. Teminabuan = Rute Sorong - Teminabuan
Menghitung Biaya Operasi Kendaraan Biaya operasi kendaraan (BOK) merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai operasional kendaraan yang dikeluarkan oleh operator. Perhitungan biaya operasi kendaraan (BOK) dilakukan menggunakan Persamaan 1 berikut. BOK = BT + BV + BO + BTT + K.. (1) Dimana : BT = Biaya Tetap BV = Biaya Variabel BO = Biaya Overhead BTT = Biaya Tak Terduga K = Keuntungan
Ability To Pay dan Willingness To Pay Ability to pay (ATP) adalah kemampuan konsumen untuk membayar produk/jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan tingkat penghasilan ideal yang diterimanya. Willingness to pay (WTP) adalah kemauan konsumen untuk membayar atau mengeluarkan imbalan atas persepsi konsumen tersebut terhadap produk/jasa layanan yang diterimanya.
Analisis Finansial Analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan sebuah proyek dilihat dari sudut pandang finansial atau investasi. Dengan kata lain analisis finansial digunakan oleh investor untuk mengukur berapa keuntungan yang diperoleh. Komponen-komponen cashflow yang biasanya digunakan dalam analisis finansial adalah komponen biaya dan manfaat. Komponen biaya (Cost) Komponen ini meliputi segala bentuk biaya yang telah dikeluarkan mulai dari tahap pembangunan hingga pelaksanaan yang mencakup : biaya konstruksi, biaya pemeliharaan, biaya operasional. Komponen manfaat (Benefit) Merupakan penghasilan parkir yang berasal dari pembayaran oleh pengguna parkir.
Bagan Alir Penelitian
Prinsip Dasar Perhitungan ATP dan WTP ATP (ability to pay) dihitung dengan menggunakan metode Household Budget, dimana dasar yang digunakan adalah total pendapatan responden dan besarnya alokasi dana untuk transportasi. ATP responden = (2) dimana : Irs : Pendapatan responden per bulan (Rp / bulan). Pp : Persentase pendapatan untuk transportasi / bulan responden. Pt : Persentase untuk penggunaan angkutan sejenis dari pendapatan yang ada. Trs : Total panjang perjalanan responden perbulan (km / bulan). Perhitungan besarnya WTP (willingness to pay) didasarkan pada panjang perjalanan responden dengan angkutan transportasi (km) dan persepsi responden tentang biaya (Rp) perjalanan tersebut kemudian membagikan biaya tersebut dengan panjang perjalanan yang dilakukan (Rp/km).
Tarif Berdasarkan Biaya Pokok Produksi (BPP) dan Tarif Berdasarkan Pengeluaran Nyata Tarif berdasarkan biaya pokok produksi didapatkan dari Persamaan 3 berikut. Biaya Pokok Produksi = Total biaya operasi kendaraan per tahun (3) Total produksi pelayanan per tahun Tarif berdasarkan pengeluaran nyata responden didasarkan pada panjang perjalanan responden dengan angkutan transportasi (km) dan biaya nyata yang dikeluarkan untuk perjalanan tersebut (Rp), kemudian membagikan biaya tersebut dengan panjang perjalanan yang dilakukan (Rp/km).
Biaya Operasional Kendaraan Ford & L 200 Biaya Operasional kendaraan dianalisa menggunakan data hasil survey terhadap penyedia jasa angkutan Dari Hasil analisa terhadap data biaya operasional Kendaraan, maka dapat diketahui ratarata BOK masing-masing kendaraan BOK Ford = Rp. 235.532.468 per tahun BOK L 200 = Rp. 250.563.483 per tahun Biaya operasional kendaraan ini akan digunakan untuk menghitung tarif atas dasar biaya pokok produksi.
Tarif Berdasarkan Biaya Pokok Produksi Tarif biaya pokok produksi dapat dihitung dengan Persamaan 3 yaitu dengan membagi Biaya operasional kendaraan per tahun terhadap jumlah produksi pelayanan dalam satu tahun. Tarif biaya pokok produksi (Tarif BPP) untuk kendaraan Ford sebesar Rp. 2.071/km, sedangkan tarif biaya pokok produksi untuk kendaraan L 200 sebesar Rp. 2.203/km. Tarif BPP terkecil Rp. 2.071/km, akan dijadikan acuan sebagai pembanding dalam analisa tarif.
Distribusi Tarif ATP No ATP (Rp/Km) Jumlah Responden Frekuensi (Persentase) 1 1.200 50 100% 2 2.457 36 72% 3 3.714 15 30% 4 4.971 9 18% 5 6.228 9 18% 6 7.485 4 8% 7 8.742 3 6% 10000 9000 8000 7000 ATP (Rp/KM) 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Persentase Responden
Distribusi Tarif WTP No WTP Frekuensi Jumlah Responden (Rp/Km) (Persentase) 1 600 50 100% 2 752 19 38% 3 904 13 26% 4 1.056 7 14% 5 1.208 4 8% 6 1.360 3 6% 7 1.512 2 4% 1600 1400 1200 WTP (Rp/KM) 1000 800 600 400 200 0 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Persentase Responden
Distribusi Tarif - Pengeluaran Nyata No Peng. Nyata Frekuensi Jumlah Responden (Rp/Km) (Persentase) 1 2457 50 100% 2 3714 12 24% 3 4971 6 12% 4 6228 4 8% 5 7485 2 4% 6 8742 2 4% 7 10000 2 4% 10000 Pengeluaran Nyata (Rp/KM) 8000 6000 4000 2000 0 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Persentase Responden
Tarif Berdasarkan ATP, WTP, dan Tarif Nyata Tarif rata-rata berdasarkan ATP = Rp. 3.364/km Tarif rata-rata berdasarkan WTP = Rp. 809/km Tarif rata-rata berdasarkan pengeluaran nyata yang dibayar oleh responden = Rp. 2.456/km Tarif Resmi Berdasarkan keputusan bupati Sorong besarnya tarif Sorong-Teminabuan = Rp. 150.000. Besar tarif per km ini didapatkan dari besar tarif ketentuan pemerintah dibagi dengan rata-rata panjang perjalanan responden. Tarif resmi/km = Tarif / Panjang Perjalanan rata-rata penumpang = Rp. 150.000 / 157,18 km = Rp. 954 / km.
Analisa Tarif Distibusi ATP, WTP dan Pengeluaran Nyata ATP, WTP dan Pengeluaran Nyata (Rp/Km) 11000 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 ATP WTP Pengeluaran Nyata Tarif Nyata Tarif BPP Tarif Resmi 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Persentase Responden
Dari grafik analisa tarif dapat diketahui persentase responden yang mempunyai ATP, WTP dan pengeluaran nyata lebih besar dari tarif BPP, tarif resmi dan tarif nyata seperti yang terlihat pada tabel berikut. Jenis Tarif Jumlah Responden Persentase Jumlah Responden Persentase Jumlah Responden Persentase ATP ATP WTP WTP Peng. Nyata Peng. Nyata > T. BPP 36 72% 0 0% 19 38% > T. Resmi 50 100% 11 22% 50 100% > T. Nyata 31 62% 0 0% 14 28% Dari tabel dapat dilihat bahwa berdasarkan tingkat pendapatannya, semua responden mampu untuk membayar sesuai tarif yang berlaku saat ini.
Berdasarkan Tabel Analisa Tarif dapat diketahui bahwa : Responden yang mempunyai kemampuan membayar (ATP) lebih besar dari tarif BPP persentasenya 72%, lebih besar dari tarif resmi persentasenya 100% dan lebih besar dari tarif nyata sebesar 62%. Besarnya persentase ini menggambarkan bahwa kemampuan masyarakat ditinjau dari nilai pendapatannya memang mampu untuk membayar tarif yang ditetapkan sendiri oleh para penyedia jasa atau pengemudi angkutan umum. Responden yang mempunyai kemauan membayar (WTP) lebih besar dari tarif BPP persentasenya 0%, lebih besar dari tarif resmi persentasenya 22% dan lebih besar dari tarif nyata persentasenya sebesar 0%. Rendahnya persentase ini karena sifat dari responden sebagai konsumen yang menginginkan tarif angkutan kota yang semurah mungkin. Responden yang mempunyai pengeluaran nyata lebih besar dari tarif BPP persentasenya 38 %, lebih besar dari tarif resmi persentasenya 100% dan lebih besar dari tarif nyata sebesar 28%. Besarnya persentase pengeluaran nyata responden terhadap tarif resmi menggambarkan bahwa semua responden tetap mau membayar pengemudi meskipun tarif yang digunakan lebih besar dari tarif resmi yang berlaku.
Analisa Finansial NPV = F (P/F,i,n) + A1 (P/A,i,n) - A2 (P/A,i,n) P
Analisa Income Tahunan (A1) Kendaraan Ford No. Jenis Tarif Besar Tarif/km Rata-rata Jumlah Penumpang Rata-rata Jarak Tempuh/hari Rata-rata Jumlah Hari Operasi/thn Income/thn 1 Tarif Pemerintah Rp 954 Rp 108.563.430,46 2 Tarif Nyata Rp 2.456 Rp 279.396.025,23 5 237 96 3 Tarif BOK/BPP Rp 2.071 Rp 235.596.960,00 4 Tarif ATP Rp 2.259 Rp 256.931.321,50 5 Tarif WTP Rp 809 Rp 92.013.808,98 Kendaraan L 200 No. Jenis Tarif Besar Tarif/km Rata-rata Jumlah Penumpang Rata-rata Jarak Tempuh/hari Rata-rata Jumlah Hari Operasi/thn Income/thn 1 Tarif Pemerintah Rp 954 Rp 108.563.430,46 2 Tarif Nyata Rp 2.456 Rp 279.396.025,23 5 237 96 3 Tarif BOK/BPP Rp 2.203 Rp 250.613.280,00 4 Tarif ATP Rp 2.259 Rp 256.931.321,50 5 Tarif WTP Rp 809 Rp 92.013.808,98
Biaya Tahunan (A2) Kendaraan Ford Kendaraan L 200
Net Present Value Kendaraan Ford No. Jenis Tarif P A1 A2 F NPV 1 Tarif Pemerintah 108.563.430 Rp (150.515.333) 2 Tarif Nyata 279.396.025 Rp 706.853.934 3 Tarif BOK 340.000.000 235.596.960 74.157.360 68.000.000 Rp 487.036.559 4 Tarif ATP 256.931.321 Rp 594.108.784 5 Tarif WTP 92.013.809 Rp (233.574.054) Kendaraan L 200 No. Jenis Tarif P A1 A2 F NPV 1 Tarif Pemerintah 108.563.430 Rp (183.218.622) 2 Tarif Nyata 279.396.025 Rp 674.150.645 3 Tarif BOK 375.000.000 250.613.280 74.044.500 75.000.000 Rp 529.696.706 4 Tarif ATP 256.931.321 Rp 561.405.495 5 Tarif WTP 92.013.809 Rp (266.277.343) F = Nilai Sisa Kendaraan (20 % dari Harga Kendaraan) i = 15 % N = Umur Ekonomis Kendaraan ( 10 Tahun)
Rekomendasi Dari hasil analisa tarif dan analisa finansial dapat diberikan rekomendasi bahwa tarif BPP merupakan tarif yang paling sesuai untuk diberlakukan. Tarif ini telah mengakomodasi kepentingan penyedia jasa angkutan dan masih dapat dijangkau oleh pengguna angkutan umum. Dari sudut pandang penyedia jasa, penerapan tarif ini dapat memberikan keuntungan dengan margin keuntungan yang rasional seperti hasil analisa finansial. Sedangkan dari sudut pandang pengguna angkutan umum, penerapan tarif ini masih dibawah rata-rata kemampuan membayar biaya transportasi (ATP). Hal ini sesuai dengan hasil analisa tarif, dimana penerapan tarif BPP masih dapat dijangkau 72 % responden.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Besarnya biaya operasional kendaraan (BOK) yang dikeluarkan oleh pengelola angkutan umum kondisi saat ini untuk kendaraan jenis Ford adalah Rp. 158.010.968,- per tahun, sedangkan untuk kendaraan L 200 sebesar Rp. 159.494.983,- per tahun. Dari hasil penelitian ini, tarif nyata yang berlaku saat ini sebesar Rp. 2.456 per km sedangkan ditinjau dari pendekatan biaya operasional kendaraan tarif yang sesuai adalah Rp. 2.071 per km. Income yang dihasilkan untuk tarif nyata adalah Rp. 279.396.025,23 per tahun sedangkan income yang dihasilkan untuk tarif berdasarkan BOK adalah Rp. 235.596.960,00 per tahun. Income tersebut sangatlah besar sehingga menguntungkan penyedia jasa. Hal ini berbeda jika tarif yang diberlakukan adalah tarif resmi atau tarif pemerintah, besar tarifnya yaitu Rp. 954 per km dan income yang dihasilkan per tahun yaitu Rp. 108.563.430,46. Jika tarif ini diberlakukan maka penyedia jasa akan mengalami kerugian karena income yang dihasilkan tidak dapat menutupi biaya operasional kendaraan yang cukup besar. Oleh karena itu, perlu ada penyesuaian tarif berdasarkan biaya pokok produksi, agar penyedia jasa angkutan tidak mengalami kerugian. Selain itu tarif yang ada juga perlu menyesuaikan terhadap tarif ATP dan tarif WTP, sehingga terjangkau oleh pengguna jasa angkutan umum.
Dari hasil perhitungan kemampuan masyarakat terhadap tarif jasa angkutan umum Sorong Teminabuan (Ability to pay) adalah Rp. 2.259/km dan income yang dihasilkan per tahun sebesar Rp. 256.931.321,50,-. Income ini sudah bisa menutupi biaya operasional kendaraan dan memberikan keuntungan kepada penyedia jasa ditinjau dari analisa finansialnya untuk 10 tahun ke depan yakni sebesar Rp. 594.108.784 untuk kendaraan ford dan Rp 561.405.495 untuk kendaraan L 200. Dari hasil perhitungan kemauan masyarakat terhadap tarif jasa angkutan umum Sorong Teminabuan (Willingness to pay) adalah Rp. 809/km. Namun dengan tarif ini penyedia jasa akan mengalami kerugian karena income yang dihasilkan per tahun yaitu Rp. 108.563.430,46,-. Besarnya income ini belum bisa menutupi besarnya biaya operasional kendaraan. Dan ditinjau dari analisa finansialnya juga memberikan kerugian yang cukup besar sampai 10 tahun ke depannya.
Saran Adapun beberapa saran yang penulis dapat berikan dalam melanjutkan penelitian ini yaitu : Melakukan pengembangan pada penelitan ini dengan jenis kendaraan angkutan umum lainnya. Melakukan perbandingan dengan menggunakan parameter analisis finansial lainnya.