HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )

Reaksi dalam larutan berair

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat!

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia.

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB IV STOIKIOMETRI

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

Larutan dan Konsentrasi

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Antiremed Kelas 11 Kimia

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

STOIKIOMETRI Konsep mol

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

I. LARUTAN BUFFER. 1. Membuat Larutan Buffer 2. Mempelajari Daya Sanggah Larutan Buffer TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Kimia Kelas X Wacana berikut digunakan untuk menjawab soal no 1 dan 2. Ditentukan 5 unsur dengan konfigurasi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

KIMIA TERAPAN LARUTAN

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( )

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

TERMOKIMIA. STANDART KOMPETENSI; 2. Memahami perubahan energi dalam kimia dan cara pengukuran. ENTALPI DAN PERUBAHANNYA

Jason Mandela's Lab Report

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

LEMBARAN SOAL 5. Pilih satu jawaban yang benar!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Oksidasi dan Reduksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73).

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

D kj/mol E kj/mol

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Kandungan CO 2 Sebelum dan Sesudah Pemurnian Perbedaan Kandungan CO 2 melalui Indikator Warna Pengambilan contoh biogas yang dianalisis secara kuantitatif sehingga didapatkan angka kandungan CO 2, dilakukan dengan menyerap biogas ke dalam larutan sodium karbonat yang ditambahkan dengan larutan indikator PP yang dituangkan dan ditampung dalam tabung impinger sebagai reagen. Pengambilan contoh dengan impinger hakekatnya adalah menarik udara terkontaminasi ke dalam larutan penangkap dalam impinger. Gas kontaminan dalam gelembung-gelembung udara bereaksi dengan reagen dalam larutan penangkap (Agustini et al., 2005). Pengambilan contoh biogas dengan menggunakan larutan sodium karbonat dan penambahan indikator PP didapatkan hasil yang berbeda pada warna yang dihasilkan pada reagen yang digunakan. Data hasil pengamatan perubahan warna reagen dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perubahan Warna pada Reagen Sebelum pemurnian Indikator warna reagen Sesudah Pemurnian K 35 S 55 ++ +++ K 45 S 45 ++ +++ K 55 S 35 ++ +++ Keterangan: ++++: merah muda, +++: agak merah muda, ++: agak jernih, +:jernih Larutan sodium karbonat yang ditambahkan dengan larutan indikator PP akan berwarna merah muda (fuchsia) karena larutan sodium karbonat memiliki ph lebih dari 10,0. Sodium karbonat memiliki kemampuan untuk menyerap CO 2, sehingga ketika reagen dialiri dengan CO 2 yang terkandung dalam biogas warna merah muda reagen tersebut akan berangsur-angsur menghilang, bahkan dengan kandungan gas CO 2 yang tinggi warna reagen akan menjadi jernih (tidak berwarna). Perubahan warna ini disebabkan oleh sodium karbonat yang ditambahkan indikator PP bereaksi dengan CO 2 (Michael et al., 1969). Perubahan warna reagen dalam tabung impinger dapat dilihat pada Gambar 12. 25

Gambar 12. Perbedaan Warna dalam Larutan Reagen antara Contoh Biogas Sebelum Pemurnian dan Sesudah Pemurnian. Sumber: Dokumentasi penelitian Reaksi CO2 yang terjerap dengan reagen (larutan indikator PP) menyebabkan ph turun secara drastis diambang batas sehingga terjadi perubahan warna karena apabila ph pada PP turun hingga dibawah 8,2 akan merubah warna merah muda menjadi jernih (tidak berwarna). Perubahan warna ini sebagai indikator adanya pelepasan ion H+ melalui reaksi berikut: OH-(aq) + CO2 (g) CO32-(aq) + H+(aq) Sumber : Michael et al., 1969 Konsentrasi CO2 pada Biogas. Pengambilan contoh dengan tabung impinger yang berisi reagen sodium karbonat dan indikator PP dapat dijadikan indikator awal dalam pendugaan kandungan CO2 yang terdapat pada biogas pada saat sebelum dan sesudah dimurnikan. Data kuantitatif kandungan CO2 pada biogas disajikan dalam satuan ppm (parts per million), bagian per juta juga dapat dinyatakan sebagai miligram per liter (mg / L). Pengukuran ini adalah massa kimia atau pencemar per unit volume air (Satterfield & Black, 2004). Data konsentrasi CO2 biogas sebelum dan sesudah pemurnian dapat dilihat pada Tabel 6. 26

Tabel 6. Perbedaan Konsentrasi CO 2 Hasil Pemurnian. Sebelum pemurnian Konsentrasi CO 2 (ppm) Sesudah pemurnian K 35 S 55 6,55 ± 0,26 a 2,13 ± 0,26 b K 45 S 45 6,70 ± 0,26 a 2,13 ± 0,26 b K 55 S 35 6,55 ± 0.26 a 2,13 ± 0,26 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan beda nyata (P<0,05). Hasil analisis Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (2012). K 35 S 55 (CaO 35% : serbuk gergaji kayu 55%), K 45 S 45 (CaO 45% : serbuk gergaji kayu 45%), K 55 S 35 (CaO 55% : serbuk gergaji kayu 35%) Hasil uji t berpasangan menunjukan bahwa respon perbedaan konsentrasi CO 2 sebelum dan sesudah pemurnian dengan menggunakan pelet berbahan campuran CaO dan serbuk gergaji kayu berbeda nyata (P<0,05). Konsentrasi CO 2 biogas sebelum pemurnian berbeda nyata dengan konsentrasi CO 2 biogas yang sudah dimurnikan dengan menggunakan pelet pemurni biogas berbahan campuran CaO serbuk gergaji kayu. Rata-rata pengurangan konsentrasi CO 2 pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 13. 8 Konsentrasi karbon dioksida (ppm) 7 6 5 4 3 2 6.55 6.7 6.62 2.13 2.13 2.13 Sebelum Pemurnian Sesudah Pemurnian 1 0 K 35 S 55 K 45 S 45 K 55 S 35 Gambar 13. Rataan Pengurangan Konsentrasi CO 2 Pada Biogas Sesudah Pemurnian dengan Pelet Pemurni Biogas Berbahan Dasar CaO dan Serbuk Gergaji. Keterangan : K 35 S 55 (CaO : Serbuk gergaji = 35% : 55%), K 45 S 45 (CaO : Serbuk gergaji = 45% : 45%), R3 = (K 55 S 35 ) (CaO : Serbuk gergaji = 55% : 35%). 27

Pembuatan campuran CaO dan serbuk gergaji dalam bentuk pelet memiliki beberapa pertimbangan, pertimbangan tersebut antara lain adalah kemudahan pembuatan campuran (bentuk pelet), material yang dihasilkan kuat (tidak berubah menjadi debu/serbuk). Pemilihan pelet juga bertujuan untuk menjaga agar aliran gas dapat melalui alat pemurni, karena apabila digunakan dalam bentuk serbuk maka kemungkinan besar dapat menyumbat aliran biogas, karena tekanan gas yang dihasilkan digester biogas skala rumahan yang berkapasitas 5-10 m 3 memiliki tekanan gas yang rendah yaitu sekitar 4-6 cm air (0,0004-0,0005 atm) (Wahono, 2010). Efektivitas Pelet Penjerap dan Pengaruh Rasio Kombinasi Pelet Efektivitas merupakan hubungan keberhasilan CO 2 yang terjerap oleh pelet pemurni dengan target pengurangan CO 2 maksimal yang diinginkan. Asumsi untuk target pengurangan CO 2 yang dapat dijerap oleh pelet pemurni adalah sebesar 100% yang menunjukan besarnya konsentrasi CO 2 maksimal yang dapat dijerap oleh pelet pemurni. Pemurnian biogas dengan menggunakan pelet berbahan campuran CaO dan serbuk gergaji kayu memiliki persentas efektivitas pengurangan rata-rata sebesar 67,50% hingga 68,13%. Hasil rata-rata pengurangan dan efektivitas penyerapan CO 2 pada penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Efektivitas Penangkapan CO 2 oleh Pelet dengan Kombinasi Penggunaan CaO dan Serbuk Gergaji. Ulangan K 35 S 55 K 45 S 45 K 55 S 35 % 1 64,38 66,72 66,72 2 71,41 73,28 64,38 3 66,72 64,38 71,41 Rata-rata 67,50 ± 3,58 68,13 ± 4,61 67,50 ± 3,58 Keterangan: K 35 S 55 (CaO 35% : serbuk gergaji kayu 55%), K 45 S 45 (CaO 45% : serbuk gergaji kayu 45%), K 55 S 35 (CaO 55% : serbuk gergaji kayu 35%) 28

Data pada Tabel 7 menunjukan persentase perubahan konsentrasi CO 2 dari respon penggunaan pelet pemurni biogas pada tiap-tiap perlakuan dan ulangan. Taraf perlakuan yang dipakai yaitu K 35 S 55 (CaO 35% : serbuk gergaji kayu 55%), K 45 S 45 (CaO 45% : serbuk gergaji kayu 45%), K 55 S 35 (CaO 55% : serbuk gergaji kayu 35%). Persentase pengurangan terbesar terdapat pada taraf perlakuan K 45 S 45 dan ulangan kedua yaitu sebesar 73,28%. Hasil analisis ragam didapatkan bahwa kombinasi persentase penggunaan CaO dan serbuk gergaji kayu dalam pelet tidak berbeda nyata (P>0,05). Artinya bahwa pada kombinasi persentase yang dipakai dalam perlakuan mempunyai pengaruh yang sama dalam menurunkan konsentrasi CO 2 pada biogas. Data persentase rata-rata efektivitas pengurangan konsentrasi CO 2 juga dapat dilihat pada Gambar 14. Persentase efektivitas (%) 68.50 68.00 67.50 67.00 66.50 66.00 65.50 67.50 68.13 67.50 65.00 K 35 S 55 K 45 S 45 K 55 S 35 Gambar 14. Rataan Persentase Efektivitas Penjerapan CO 2 oleh Pelet Pemurni Biogas Berbahan Dasar CaO dan Serbuk Gergaji. Keterangan : K 35 S 55 (CaO : Serbuk gergaji = 35% : 55%), K 45 S 45 (CaO : Serbuk gergaji = 45% : 45%), R3 = K 55 S 35 (CaO : Serbuk gergaji = 55% : 35%). 29

Pemurnian biogas dari kandungan CO 2 merupakan tindakan yang penting, karena kandungan CO 2 dalam biogas masih cukup tinggi. Privalova (2011) menjelaskan penangkapan CO 2 penting, karena kemampuannya untuk membentuk asam karbonat dalam kondisi basah, yang dapat menyebabkan korosi pada pipa dan instalasi biogas (kompor, kran, katup) yang terbuat dari besi. Metode pemurnian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode adsorpsi. Sukarta (2008) menjelaskan adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben. Serbuk gergaji kayu mengandung komponen lapisan dalam. Komponen lapisan dalam tersebut terbagi dalam fraksi karbohidrat yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, sedangkan fraksi non karbohidrat terdiri atas lignin (Fengel & Wegener, 1995). Struktur hemiselulosa dan selulosa mempunyai gugus OH terikat yang dapat bereaksi dengan adsorbat. Gugus OH pada selulosa dan hemiselulosa menyebabkan sifat polar pada adsorben. Budiyono et al., (2010) menjelaskan bahwa gas CO 2 memiliki sifat lebih permeable dengan gas CH 4 karena gas CH 4 merupakan senyawa non polar. Sifat CO 2 dan air (H 2 O) yang lebih polar menyebabkan CO 2 dan H 2 O dapat terjerap serbuk gergaji yang mempunyai kandungan selulosa dan hemiselulosa. Selulosa dan hemiselulosa dalam serbuk gergaji kayu mempunyai sifat lebih kuat menjerap zat yang bersifat polar. CaO merupakan senyawa yang sangat reaktif. CaO mampu bereaksi secara kimia dengan CO 2. CaO merupakan bahan yang bersifat sangat reaktif dengan air dan akan membentuk Ca(OH) 2 yang berbentuk bubuk (Chang & Tikkanen, 1988). CO 2 adalah gas asam yang akan membentuk asam karbonik (H 2 CO 3 ) karena kemampuannya larut dalam air. Dasar penjerapan gas CO 2 yang cocok harus menggunakan prinsip reaksi netralisasi asam basa yang dapat menangkap dan mengurangi CO 2. Proses reaksi pembentukan asam karbonik (H 2 CO 3 ) dijelaskan pada reaksi berikut: CO 2 + H 2 O 2H + + CO 3 2- Sumber : Bajracharya, 2007 H 2 CO 3 30

Bahan kimia yang digunakan dalam penjerapan pada pelet adalah kalsium oksida (CaO), Kalsium hidroksida Ca(OH) 2. Perubahan CaO menjadi Ca(OH) 2 dapat memberikan hasil positif pada reaksi dengan CO 2 (Bajracharya, 2007). Dasar reaksi kimia dalam kemisorpsi CO 2 yang dipakai dalam penelitian didasarkan pada reaksi berikut: CaO + H 2 CO 3 Ca(OH) 2 + H 2 CO 3 Sumber : Bajracharya, 2007 CaCO 3 + H 2 O CaCO 3 + H 2 O Mekanisme penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika (fisisorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi) (Atkins, 1999). Kemisorpsi merupakan adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisik. Adsorpsi fisik merupakan mendekatnya adsorbat ke permukaan adsorben, setelah adsorbat mendekat pada adsoben kemudian dalam adsorpsi kimia partikel yang melekat pada permukaan bereaksi membentuk ikatan kimia. 31